You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah bertopik Hakikat Manusia Dalam Islam ini merupakan tugas pertama
mata kuliah Agama Islam.
Makalah ini berisikan tentang Hakikat Manusia dalam Islam yang
menjelaskan siapa itu manusia menurut Islam, Ekstensi dan Martabat manusia,
Tanggung jawab manusia kepada Allah sebagai hamba dan Khalifah.
Uraian dalam makalah ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh khalayak umum. Mudah-mudahan makalah ini mampu
memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya.
Namun demikian, kami menyadari keterbatasan kami dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, Oktober 2008 Tim Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.

QS. Al Mu'minuun (23): 12-14 “Dan sesungguhnya Kami telah


menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.”

Begitulah Allah menjelaskan proses penciptaan manusia. Mulanya


dikatakan hanya dengan kalimat kun fayakun - jadi, maka jadilah. Akan tetapi
Allah mengikutinya dengan penjelasan di ayat lain, bahwa kun fayakun itu adalah
sebuah proses: dari tanah, dibuat saripatinya, dijadikan sperma laki-laki dan ovum
perempuan, dipertemukan dalam rahim seorang wanita, kemudian berkembang
menjadi alaqah, mudghah, izhama, dan seterusnya sampai terlahir menjadi bayi.

“Katakanlah, “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al-An’am [6]: 162)
Berdasarkan ayat di atas, kehidupan, ibadah bahkan kematian seorang manusia
adalah berasal dari Tuhan, oleh karena itu, dalam seluruh keadaan kehidupannya
manusia harus melakukan penghambaan kepada Tuhan.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Qs. Al-Dzariyyat [56]: 56)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk
ibadah dan penghambaan Tuhan, yaitu manusia harus menyerahkan dirinya untuk
melakukan penghambaan kepada Tuhan dan tidak menundukkan kepalanya
kecuali di hadapan-Nya.

Pada umumnya, sering kali kita sebagai manusia lupa akan hakikat kita
sebagai manusia, mengapa kita diciptakan, dan apa tujuan kita diciptakan oleh
Allah. Untuk itu disini penyusun membahas kembali hal tersebut yang mungkin
dapat berguna bagi khalayak pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

1. 2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Siapakah Manusia?
2. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan makhluk lain?
3. Apa ekstensi dan Bagaimana martabat manusia?
4. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan yang kami lakukan antara lain:
1. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Agama Islam.
2. Untuk memperdalam ilmu tentang Hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui siapakah manusia, persamaan dan perbedaan manusia
dengan makhluk lain, dan mengetahui tanggung jawab manusia sebagai
hamba dan khalifah Allah.
1.4Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah yang kami lakukan antara
lain:
1. Mempertebal keimanan kita sebagai muslim dengan memahami dengan
baik arti diciptakan nya manusia karena kita adalah manusia.
2. Memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa lain tentang
Hakikat Manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.
BAB II
ISI

2.1Konsep Manusia
2.1.1 Siapakah Manusia?

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :


a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.

Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan


sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakikat manusia menurut islam :

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.

Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-


usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan
mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam
surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59,
As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.

Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan


mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah
payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara spermatozoa dengan ovum.

Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai


kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-
Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-
lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76,
al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179,
Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya
hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di
samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah
( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan
ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas
( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua
merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan
negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb,
kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif.
Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah.
Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut
( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan
kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.

2.1.2 Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain


Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-
kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia
adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat,
dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan
manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-
baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran
Allah ( QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa
dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu
Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia
disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ),
bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
2.2Ekstensi dan Martabat Manusia
2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia.

Tugas, misi, bahkan tujuan dari penciptaan manusia adalah ibadah kepada
Allah swt. “Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
beribadah kepada-Ku." (QS.Adz-Dzaariyaat, 51: 56).

“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan untuk beribadah kepada


Allah dengan memurnikan pengabdian kepada-Nya.” (Qs. Al Bayyinah, 98: 5)

Ibadah dengan segala maknanya yang utuh dan luas. Manusia tidak akan
mampu mewujudkan kemanusiaan, kebahagiaan, kemerdekaan, dan
kemuliaannya, melainkan dengan memurnikan pengabdian kepada Allah swt.
Kemuliaan manusia terletak pada kerendahannya kepada Tuhannya. Seorang
Muslim adalah seorang hamba yang merdeka saat ia melantunkan, “Hanya kepada
Engkau kami mengabdi dan banya kepada Engkau kami memohon pertolongan.”
Ibadah memenuhi seluruh relung kehidupannya siang dan malam.

Dengan ibadah, manusia akan mencapai kepeloporan dan kepemimpinan.


Imam Hasan Al Banna saat mengatakan, “Jadilah kalian para hamba Allah
sebelum menjadi pemimpin. Ibadah akan mengantarkan kalian pada sebaik-baik
kepemimpinan.” Dengan demikian manusia tidak akan melepaskan pengabdian
kepada Allah selamanya. Walaupun mereka meletakkan matahari di tangan kanan
dan rembulan di tangan kiri, manusia tidak akan menanggalkan kemerdekaannya.
Sebab siapa yang beribadah kepada Allah dengan sebenar-benar pengabdian maka
segala sesuatu akan takut olehnya dan akan menjadi kuat dengan kekuatan Allah.
Ia tidak akan congkak tapi juga tidak rela dihinakan makhluk seraya ia
melantunkan, “Hanya kepada Engkau kami mengabdi dan banya kepada Engkau
kami memohon pertolongan.”

“Dan ingatlah, (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit,
lagi tertindas di muka bumi (Makkah), kamu takut orang-orang (Makkah) akan
menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki
dari yang baik-baik agar kamu bersyukur." (Qs. Al Anfaal, 8: 26)

Namun demikian, yang ingin kami tegaskan di sini adalah bahwa manusia
tidak boleh mengandalkan “modal dengkul” melainkan harus bertumpu pada tiga
faktor: akal, tubuh, dan hati. Panji kepeloporan ditegakkan di atas ketangguhan
jiwa dan kelurusan hati. Tercapainya ketiga hal itu, baik buruknya akan
terefleksikan pada sifat-sifat jiwa manusia. Kebaikan tidak akan terwujud kecuali
jika yang menjadi ghayah (tujuan) adalah Allah semata.

2.2.2 Fungsi dan Peranan Yang Diberikan Allah Kepada Manusia

Fungsi Manusia ada dua, yaitu manusia sebagai khalifah Allah dan
Manusia sebagai hamba Allah. Manusia sebagai Khalifah adalah manusia yang
dapat menjadi pemimpin di bumi ini serta dapat menjaga dan melestarikan seluruh
isi bumi dan yang ada di permukaannya. Sedangkan manusia sebagai hamba Allah
adalah manusia yang melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah dengan selalu bersyukur kepada Allah.

2.3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah dan

Khalifah Allah
Maksud manusia diciptakan ialah antara lain untuk mengabdi kepada
ALLAH SWT.manusia diwajibkan untuk beribadah kepada penciptanya,dalam
arti selalu tunduk dan taat kepada perintahNYA.

Tanggungjawab manusia sebagai hamba Allah ialah patuh, taat dan tunduk
kepadaNya.

Kedudukan manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dengan fungsinya


untuk taat, patuh dan mengimarahkan bumi Allah ini ialah satu amanah yang
mesti dilaksanakan sepenuhnya. Segala tuntutan agama dan kewajipan yang
ditetapkan hendaklah dipikul dan dilaksanakan seperti yang dikehendaki tanpa
lalai, ragu dan sambil lewa. Jika ini dilaksanakan, maka seseorang itu telah
menunaikan amanahnya kepada Allah SWT sepertimana firmanNya :

Maksudnya:

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati


(amanah) Allah dan RsulNya dan (janganlah) kamu mengkhianati
amanah-amanah kamu, sedangkan kamu mengetahui (salahnya).

(Al-Anfal : 27)

Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki


kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya.

Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuan-


Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus
dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.

Amanah ini bermula daripada kedudukan manusia sebagai hamba Allah


Subhanahu wa Ta‘ala dan berfungsi sebagai khalifah-Nya. Tanggungjawab
manusia sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta‘ala ialah patuh, taat dan tunduk
kepada-Nya. Tangungjawab manusia sebagai khalifah pula ialah membangun,
memakmur dan melaksanakan islah di bumi Allah ini.

Kedudukan manusia sebagai hamba dan khalifah dengan fungsinya untuk


patuh, taat dan mengimarahkan bumi Allah ini ialah suatu amanah yang wajib
dilaksanakan secara menyeluruh. Segala tuntutan agama dan kewajipan yang
ditetapkan hendaklah dipikul dan dilaksanakan seperti yang dikehendaki tanpa
lalai, ragu dan sambil lewa.

Maka puncak amanah dan tanggungjawab insan ialah amanah dan


tanggungjawabnya kepada Allah. Amanah kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala
ialah berusaha memenuhi matlamat manusia itu diciptakan iaitu beribadat
kepada-Nya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:

Tafsirnya: “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk mereka menyembah dan beribadat kepada Ku”

(Surah az-Zariyat: 56)


BAB III
PENUTUP

1.5 Kesimpulan
Sebagai umat Islam, kita tidak perlu ragu lagi jika seseorang menanyakan
apa hakikat manusia itu. Apa tujuan penciptaan manusia, Allah yang menciptakan
seluruh alam semesta dan isinya, terutama manusia, makhluk yang paling
sempurna yang diciptakan oleh Allah, yaitu beribadah, kemudian menjadi
khalifah, dan yang paling penting adalah bersyukur.
“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah
kepada-Ku." (QS.Adz-Dzaariyaat, 51: 56).

1.6 Kritik dan Saran


Kita sebagai manusia ciptaan-Nya wajib beriman kepada Allah dan jangan
sekalipun ragu akan kebesaran-Nya terlebih lagi sampai menyekutukan-Nya.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Sesuai dengan semboyan
Universitas Airlangga, yaitu Excellent with Morality, kita mahasiswa Unair harus
memiliki dasar atau fondasi keimanan dan ketaqwaan yang kuat. Segala sesuatu
yang kita kerjakan di dunia ini pasti akan mendapat balasan di akhirat nanti.
Untuk itu, kita harus mulai bisa mengelola diri kita sendiri agar mendapat tempat
terbaik di sisi Allah. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun berharap kepada pembaca agar dihari kemudian dapat mengembangkan
atau bahkan memperbaiki beberapa kekurangan yang ada dalam makalah ini,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun.

You might also like