Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan perkenannya ,
“ TAUBAT “
Walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi , tiada daya dan upaya
Walaupun demikian , sudah barang tentu makalah yang kami buat ini masih terdapat
kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami dalam
menyempurnakan makalah ini . Oleh karena itu kami yang membuat makalah ini mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca yang bersifat ingin pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa
lebih baik lagi . Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang ingin membacannya.
Wasalamualaikum wr . wb .
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I
Pendahuluan 4
1.1.LatarBelakang 4
BAB II
1.2. Allah maha pengampun , maha penerima Taubat dan maha penyayang 6
BAB III
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1. Latar Belakang
Taubat adalah akhlak terpuji yang harus menghiasi setiap pribadi muslim. Orang yang
taubat karena takut azab Allah disebut isim fa’il dari taba . Orang bertaubat kepada Allah
adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu ; kembli sifat – sifat tercela menuju
sifat terpuji , kembali dari larangan Allah menuju perintahnya , kembali dari maksiat menuju
tat , kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhainya , kembali dari saling
bertentangan menuju saling menjaga persatuan , kembali kepada Allah setelah
meninggalkannya dan kembali taat setelah melanggar larangannya . Tidak sedikit orang-orang
saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia
beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka,
pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang
membebaskan. Konon, Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh
yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat
pada zamannya.Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja. Kesucian hidup, bukanlah
hak istimewa seseorang. Jalan tersebut terbuka bagi siapa saja, tidak hanya milik para ulama.
Bahkan orang jahat sekalipun, ia bisa menapak cara hidup suci, asal dia bersedia untuk
bertaubat dan bersungguh-sungguh. Bagi Allah, kesalehan bukan karena sama sekali tidak
berbuat dosa, akan tetapi orang yang saleh adalah orang yang setiap kali berbuat dosa dia
menyesali dan selanjutnya tak mengulangi perbuatan tadi.Pepatah Arab menegaskan :
"Manusia adalah tempat salah dan lupa". Pepatah di atas bukan berarti manusia dibiarkan untuk
selalu berbuat salah dan dosa, akan tetapi kesalahan pada diri manusia harus ditebus dengan
tobat, penyesalan dan penghentian. Rasulullah bersabda : Setiap anak Adam adalah sering
berbuat salah. Dan, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat.?
(H.R. Tirmidzi)
Taubat yang sungguh-sungguh di mata Allah adalah pembersihan diri yang sangat
dicintai. Dalam Islam, pertaubatan bukan melalui orang lain, sebut saja orang saleh, tetapi dari
diri sendiri secara langsung kepada Allah. Apalagi, Islam tidak mengenal penebusan dosa
dengan sejumlah uang. Islam sungguh sangat berbeda dengan cara-cara pertaubatan dibanding
agama-agama lain. Islam memandang, pertaubatan adalah persoalan yang sangat personal
antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang bisa
didekati sedekat mungkin, bukan tuhan yang berada di atas langit, tak terjangkau. Sabda
Rasulullah (saw) : "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat hamba-Nya melebihi dari
kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan." (H.R.
Bukhori dan Muslim) Islam tidak menganggap taubat sebagai langkah terlambat kapanpun
kesadaran itu muncul. Hisab (perhitungan) akan amal-amal jelek kita di mata Allah akan
terhapus dengan taubat kita.
Lembaran baru hidup terbuka lebar. Langkah anyar terbentang. Sabda Nabi (saw) :
Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubat dan
memaafkannya.? (H.R. Muslim) . Bertaubat, demikian halnya, dijadikan amalan dzikir oleh
Rasulullah (saw) setiap hari. Beliau beristighfar kendati sedikitpun beliau tidak melakukan
dosa. Karena lewat istighfar, Nabi memohon ampun dan mengungkapkan kerendahan hati yang
sangat dalam di hadapan yang Maha Agung. Sabda Nabi (saw) : Hai sekalian manusia,
bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya saya
bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali.? (H.R. Muslim)Firman Allah : Katakanlah ! Hai
hamba-hamba-Ku yang berdosa terhadap jiwanya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha
4
Pengampun lagi Maha Penyayang.? (Q.S. al-Zumar : 53) . Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat, semoga Tuhan mu akan
menghapuskan dari kamu akibat kejahatan perbuatan-perbuatanmu, dan akan memasukkan
kamu ke dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.? (Q.S. al Thalaq : 8) .
Dalam memperbaiki kesalahan dan membersihkan diri dari dosa, ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu hak Allah dan hak bani Adam. Apabila kesalahan atau dosa berhubungan
dengan hak Allah, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
Dan, apabila kesalahan itu berhubungan dengan bani Adam, maka syarat bertambah
satu, yaitu harus menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf
atau halalnya, atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.Sabda Nabi (saw) : Orang
yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. Dan orang yang minta ampunan dari
dosanya, sedangkan dirinya tetap mengerjakan dosa, seperti orang yang mempermainkan
Tuhannya.? (H.R. Baihaqi) . Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang
sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan
pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan
karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon, Sunan Kalijaga adalah
salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya
menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.
BAB II
1.1. Keutamaan Taubat
5
Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya
kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad
(terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat
muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan. Taubat adalah
kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa.
1.1. Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha
Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada
hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia.
1. Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla . Allah ta’ala
berfirman,
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
3. Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya. Allah ta’ala berfirman
7
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya
Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) .
4. Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan
ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan
beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke
dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
8. Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh
dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah
yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum
yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9. Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya
kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
9
“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah
kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan
yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah
kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10. Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-
orang yang bertaubat.
11. Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah
‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27).
12. Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat
seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan
seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu
hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga
ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah
10
naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut,
dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya
maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking
gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah
berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
13. Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya
seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah
titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka
kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan
ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah
ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat
apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah dan dihasankan Al Albani) .
11
BAB III
1.1. Syarat – syarat Taubat
1. Meninggalkan dosa tersebut. Ibnul-Qoyyim berkata: ”Taubat mustahil terjadi, sementara
dosa tetap dilakukan”.
2. Menyesal atas perbuatannya. Rasulullah bersabda: ”Menyesal adalah taubat”.
3. Berazzam untuk tidak mengulangi lagi. Ibnu Mas’ud berkata: ”Taubat yang benar adalah:
Taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air susu
kembali pada kantong susunya lagi.”
4. Mengembalikan kedzaliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk diha-lalkan. Imam
Nawawi berkata: ”Diantara syarat taubat adalah mengembalikan kedzoliman kepada
pemiliknya, atau meminta untuk dihalakan”.
5. Ikhlas. Ibnu hajar berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlas”. Allah berfirman: “Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-
murninya” (QS. At Tahrim [66]: 8 ). Yang dimaksud taubat yang murni adalah taubat yang
ikhlash.
6. Taubat dilakukan pada masa diterima-nya taubat. Masa diterimanya taubat adalah:
1. Sebelum saat sakarotul maut.
2. Sebelum Matahari terbit dari barat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.caksub.com/istighfar-dan-taubat-adalah-kunci-rizki-barokah/
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-taubat.html
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-ramadhan/15-pengajian/1015-taubat-
nasuha
14
http://www.taubat.com
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/2008/02/29/menggapai-jannatullah-dengan-taubat
15