You are on page 1of 49

PT - PLA C.3.

3 - 2009

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN


TA. 2009

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
DEPARTEMEN PERTANIAN
2009
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun


2009-2014 antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani
melalui peningkatan nilai tambah dan pemilihan produk yang
berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut Departeman Pertanian memfasilitasi sarana dan
prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis pedesaan di
sentra produksi komoditas unggulan.

Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun


ternak, air merupakan faktor determinan keberhasilan sistem
budidaya. Argumennya, air merupakan komponen utama (lebih
dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak sekaligus berperan
penting dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa
kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat berdampak
negatif terhadap pertumbuhan dan atau perkembangan tanaman
dan ternak bahkan berdampak langsung terhadap kualitas produk
yang dihasilkan.

Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik


iklim khususnya jumlah curah hujan, hari hujan dan
penyebarannya yang dilaksanakan belakangan ini umumnya
kurang efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi dan durasi

1
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi pola penyebaran
produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan
(musiman) tetapi seringkali tidak seirama dengan permintaan
pasar yang relatif tetap sepanjang tahun. Untuk dapat mencukupi
kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat
menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka
pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau
di luar musim.

Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam dua


kategori yaitu irigasi permukaan dan irigasi air tanah, yang
biasanya dengan memakai pompa. Dalam implementasinya di
lapangan, oleh karena air irigasi yang bersumber dari air tanah
memerlukan biaya investasi relatif mahal, maka pendayagunaan
air yang dihasilkan dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman
Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET).

Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas, sementara


permintaan air terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi
kompetisi penggunaan air antar sektor (pertanian, air minum,
domestik dan industri), antar wilayah dan antar waktu. Untuk
mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar
sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan.
Salah satu cara adalah dengan penerapan sistim irigasi
bertekanan. Meskipun awalnya membutuhkan investasi yang relatif

2
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
tinggi, namun dengan perhitungan dan penentuan desain yang
akurat, operasional dan pemeliharaan yang tepat, pemanfaatan air
dengan sistem irigasi bertekanan akan menguntungkan pada
komoditi TBET. Dengan demikian pengetahuan, pengalaman
terhadap penentuan desain, pelaksanaan, permintaan pasar
mutlak dibutuhkan.

B. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
a. Memberi contoh pengelolaan air yang efektif dan efisien
melalui pemanfaatan teknologi irigasi bertekanan pada
areal yang selama ini mengalami keterbatasan air.
b. Menyebarluaskan teknologi irigasi bertekanan kepada
petani di daerah sentra produksi pertanian.

2. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah:
a. Terbangunnya percontohan pengelolaan air yang efektif
dan efisien dengan teknologi irigasi bertekanan.
b. Dikenalnya teknologi irigasi bertekanan oleh petani.

C. Istilah

3
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Buku Pedoman Teknis
ini mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Air Permukaan adalah air yang berasal dari sumber air


permukaan.

2. Air Tanah adalah air yang tersimpan dalam cekungan air


dalam tanah.

3. Evapotranspirasi tanaman adalah proses penguapan melalui


mulut daun tanaman dan media tumbuhnya.

4. Irigasi bertekanan adalah sistim pemberian air ke lahan


pertanian dengan menggunakan tekanan (pressure). Jenisnya
adalah curah (sprinkler) dan tetes (drip). Irigasi bertekanan
yang dimaksud dalam buku pedoman ini adalah irigasi
sprinkler/tetes.

5. Koefisien keseragaman/coefficient of uniformity adalah


keseragaman penyebaran air dari sprinkler/tetes.

6. Static Water level adalah tingkat tinggi permukaan air yang


statis dari sumber air biasanya untuk air sumur tanah.

7. Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET) adalah suatu


jenis tanaman yang mempunyai produksi dengan nilai jual
tinggi.

4
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
8. Volumerious adalah sifat produk hortikultura yang memakan
tempat /besar walaupun relatif ringan dan banyak
mengandung air.

5
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
II. PELAKSANAAN

A. Lokasi
Kegiatan pengembangan irigasi bertekanan dilaksanakan di areal
pengembangan tanaman hortikultura dan perkebunan. Lokasi
pengembangan irigasi bertekanan harus didelinasi dengan
menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS dan BT/BB).

B. SID

Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID) dilaksanakan


meliputi Survey Investigasi (CP/CL) dan Desain (pengukuran,
penggambaran dan penyusunan RAB)

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan calon lokasi


percontohan irigasi bertekanan dan untuk mengidentifikasi calon
petani yang akan mengerjakan pelaksanaan kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan SI (CP/CL) ini dilakukan secara swakelola
oleh petugas Dinas Pertanian.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan SI:

a. Persyaratan lokasi mempertimbangkan:

1) Sentra produksi hortikultura/perkebunan rakyat yang


potensial dan sudah berkembang.

6
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
2) Lokasi percontohan strategis, mudah dilihat dan
dikunjungi.

3) Tersedia infrastruktur yang baik dari dan ke lokasi


misalnya jalan, telekomunikasi, listrik dan sarana
transportasi.

4) Sumber air tersedia dengan jumlah dan kualitas yang


memadai, diutamakan sumber air permukaan.
Seyogyanya sumber air berada di elevasi yang lebih
tinggi dari lahan yang diairi sehingga memungkinkan
terjadinya beda tinggi tekanan air yang
memungkinkan untuk beroperasinya sistem irigasi
sprinkler/ tetes.

5) Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani yang


aktif dan berdedikasi tinggi.

6) Lokasi contoh lahan milik petani dan sekaligus


penggarap berdasarkan kesepakatan kelompok.

7) Penempatan lokasi tidak menyebabkan kecemburuan


sosial bagi petani sekitarnya.

8) Luas layanan untuk irigasi sprinkler minimal ½ hektar


per 1 unit, sedangkan untuk irigasi tetes minimal ¼
hektar per 1 unit.

b. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani

7
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Beberapa persyaratan petani dan kelompok tani yang
diperlukan dalam pengembangan irigasi bertekanan :
1. Membutuhkan teknologi irigasi bertekanan dan
bersedia menerapkan teknologi ikutannya dan bersedia
menanam tanaman bernilai ekonomi tinggi.
2. Relatif maju dalam penguasaan teknologi,
pengusahaan yang berorientasi pasar dan bisnis.
3. Bersedia mengoperasikan, memelihara irigasi
bertekanan secara berkelompok dan menanggung
seluruh biaya operasional dan pemeliharaan.
4. Berkomitmen terhadap peraturan yang disepakati
bersama antar petani dan Dinas yang berkompeten.
5. Petani atau kelompok tani belum pernah mendapatkan
bantuan peralatan sejenis.

C. Pelaksanaan Desain Sederhana


Desain sederhana dilaksanakan dengan melakukan pemilihan
lokasi sesuai kriteria ditinjau dari aspek teknis, sosial dan budaya,
ekonomis dan lingkungan.

Laporan Desain Sederhana minimal melampirkan :


1. Keadaan umum lokasi percontohan

8
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
2. Cakupan luasan, desain dalam bentuk peta detail (skala 1:
5.000). Ketentuan teknis desain irigasi bertekanan dapat
dilihat pada lampiran 2.
3. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara terinci /
detail. RAB dihitung sampai jaringan irigasi bertekanan
(sprinkler/tetes) terpasang dan siap beroperasi.
4. Permasalahan dan penanggulangannya serta rencana
pengembangan.
5. Letak lokasi ditentukan dengan koordinat LU/LS dan BT/BB.
Hasil akhir dari desain sederhana dijadikan sebagai dasar untuk
dokumen pengadaan bahan, peralatan dan pemasangan instalasi
irigasi bertekanan, yang diikuti dengan sosialisasi desain
sederhana di lokasi yang akan dibangun.

D. Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan


Kegiatan pelaksanaan pengadaan bahan dan peralatan meliputi:
1. Pengadaan bahan dan peralatan serta pemasangan instalasi
irigasi bertekanan dilaksanakan segera setelah desain
sederhana selesai dilaksanakan. Bila elevasi sumber air lebih
tinggi dibandingkan lahan yang diairi sehingga
memungkinkan dapat beroperasinya sistem irigasi
bertekanan (sprinkler/tetes), maka pengadaan pompa air
tidak diperlukan.

9
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
2. Pelaksanaan pengadaan irigasi bertekanan berpedoman
kepada Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa beserta perubahan-perubahannya.

E. Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi mencakup:
1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan dilaksanakan oleh
pihak ke III (rekanan) yang telah ditunjuk / ditetapkan
sebagai pelaksana.
2. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah
disusun
3. Penyiapan sumber air dan sistem salurannya.
4. Penyaluran air ke pertanaman melalui irigasi bertekanan.
5. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi
bertekanan.

F. Operasi dan Pemeliharaan


Ketentuan tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
bertekanan adalah sebagai berikut:

1. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan


diserahkan kepada petani/kelompok tani atau penerima
manfaat
2. Biaya operasional dan pemeliharaan menjadi beban /
tanggung jawab petani / kelompok tani penerima manfaat.

10
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
G. Pembinaan
Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh Dinas
teknis terkait. Pembinaan antara lain terhadap teknik operasional
dan pemeliharaan jaringan irigasi bertekanan, pemilihan komoditi,
teknik budidaya dan lain-lain.

H. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan adalah Januari – Desember 2009
seperti pada lampiran 1.

I. Pelatihan
Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan yang biayanya
mahal dapat dijaga keberlanjutannya. Peserta pelatihan meliputi:

1. Petani atau penerima manfaat, bidang yang diberikan pada


pelatihan terutama dalam hal operasional dan pemeliharaan.
2. Pelaksana, bidang yang diberikan pada pelatihan terutama
dalam hal pengadaan dan pemasangan jaringan irigasi
bertekanan.

J. Pembiayaan
1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA disediakan dalam
bentuk belanja modal irigasi.
Digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan konstruksi
sistem irigasi bertekanan (sprinkler / tetes).

11
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
2. Dana pendukung dari APBD
Digunakan untuk CP CL, pembuatan desain sederhana,
pembinaan, monitoring dan pengawasan.

12
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
III. INDIKATOR KINERJA

Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai ukuran


untuk menilai kinerja kegiatan percontohan irigasi sprinkler/tetes
adalah sebagai berikut :

A. Keluaran (Output) :

Terbangunnya percontohan irigasi bertekanan menunjang


tanaman pangan sebanyak 17 di 10 provinsi, hortikultura
sebanyak 29 unit di 10 provinsi, perkebunan sebanyak 13
unit di 3 Provinsi dan peternakan 5 unit di 3 provinsi .

B. Hasil (Outcome) :

a. Berfungsinya / dimanfaatkannya percontohan irigasi


bertekanan menunjang tanaman pangan sebanyak 17 di
10 provinsi, hortikultura sebanyak 29 unit di 10 provinsi,
perkebunan sebanyak 13 unit di 3 Provinsi dan
peternakan 5 unit di 3 provinsi .
b. Meningkatnya rasa memiliki dan rasa tanggung jawab
petani dalam percontohan irigasi bertekanan.

C. Manfaat (Benefit) :

13
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Dikenalnya teknologi irigasi bertekanan oleh masyarakat

D. Dampak (Impact) :
Meningkatnya pendapatan usaha tani pada sentra produksi
pertanian.

14
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
IV. MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan Pengembangan Irigasi
Bertekanan TA. 2009.

1. Monitoring dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas yang


menangani kegiatan ini di tingkat kabupaten/kota.

2. Monitoring dititikberatkan pada pelaksanaan pembangunan


irigasi bertekanan

3. Hasil monitoring merupakan bahan laporan sebagaimana


format laporan pada lampiran 3. Laporan tersebut
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan
dan Air c.q. Direktur Pengelolaan Air dengan alamat:
Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3
Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan kepada
Dinas Lingkup Pertanian Provinsi.

B. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara swakelola oleh Dinas yang menangani


kegiatan ini di tingkat Kabupaten/Kota.

15
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan
Keuangan

Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan pelaksanaan


pekerjaan fisik dan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut ini
dengan mengacu pada Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Irigasi Bertekanan (lampiran 1).

16
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Tabel 1. Tahapan Kegiatan dan Pembobotan Pelaksanaan
Kegiatan Fisik dan Keuangan

Bobot 
NO.  KEGIATAN 
(%) 
A  Persiapan      20 
1  CPCL      4 
2  SK‐SK      4 
3  RKS,HPS      4 
4  Penetapan Pelaksana      4 
5  Kontrak      4 
         
B  PELAKSANAAN      80 
1  KONSTRUKSI      80 
              
   TOTAL      100 
Ket:  
Pembobotan dilakukan berdasarkan jumlah pencairan dana ke 
rekening kelompok sesuai dengan RUKK (Rancangan Usulan 
  Kegiatan Kelompok) 
     
  Contoh:       
  Tahap 1:   20%  20/100*75  = 15 
  Tahap 2:  80%  80/100*75  = 60 

D. Laporan Akhir

1. Setelah pelaksanaan / percontohan pengembangan irigasi


bertekanan selesai, Kepala Dinas Lingkup Pertanian

17
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Kabupaten yang bersangkutan selaku pelaksana kegiatan
wajib menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir
pelaksanaan pengembangan irigasi bertekanan, baik dari segi
fisik maupun keuangan.

2. Agar lebih informatif dan komunikatif, Laporan Akhir


dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi awal
pekerjaan, sedang dalam pelaksanaan dan setelah pekerjaan
selesai 100%.

3. Laporan akhir tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal


Pengelolaan Lahan dan Air c.q Direktur Pengelolaan Air
dengan alamat: Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman
Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan
12550 dan kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi .

18
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
V. PENUTUP

Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator kinerja ini


merupakan sistem yang saling terkait dan ditentukan oleh banyak
faktor penentu lainnya, yang berjalan secara proses dan
membutuhkan waktu. Namun demikian hendaknya indikator ini
dijadikan patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil
kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu pada
sasaran indikator tersebut.

19
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 2.

KETENTUAN TEKNIS IRIGASI BERTEKANAN

Mengingat percontohan irigasi bertekanan relatif padat modal dan


teknologi serta sangat bersifat spesifik lokasi, maka dipandang perlu
adanya pedoman teknis kegiatan fisik. Pedoman ini disusun sangat
umum, yang dalam penerapan di lapangan hendaknya menyesuaikan
dengan kekhususan lokasi (specific site). Dalam pedoman ini akan
dikemukakan tentang: (1) irigasi sprinkler dan (2) irigasi tetes.

A. Irigasi Sprinkler
Bagian ini akan mengemukakan: (a) komponen irigasi sprinkler (b)
kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler (c) tahapan desain (d)
prosedur irigasi sprinkler.

1. Komponen Irigasi Sprinkler


Irigasi sprinkler disebut juga sebagai overhead irrigation karena
pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar
menyerupai curah hujan. Komponen penyusun sistem irigasi
sprinkler adalah sebagai berikut:

a. Sumber Air Irigasi

20
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air
yang permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau suatu
sistem suplai regional. Idealnya sumber air terdapat di atas
hamparan, bersih (tidak keruh) dan tersedia sepanjang
musim. Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada gambar
1 berikut ini:

Gambar 1. Sumber air irigasi sprinkler


b. Sumber Energi untuk Pengairan
Sistem irigasi dapat dioperasikan dengan menggunakan sumber
energi yang berasal dari gravitasi (jauh lebih murah),
pemompaan pada sumber air, atau penguatan tekanan dengan
menggunakan pompa penguat tekanan (booster pump). Contoh
sumber air irigasi dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:

21
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Gambar 2. Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler

c. Jaringan Pipa yang terdiri dari :


• Lateral, merupakan pipa tempat diletakkannya sprinkler
• Manifold, merupakan pipa dimana pipa-pipa lateral
dihubungkan.
• Valve line, merupakan pipa tempat diletakkan katup air.
• Mainline, merupakan pipa yang dihubungkan dengan valve
line.
• Supply line, merupakan pipa yang menyalurkan air dari
sumber air.
Skema jaringan irigasi sprinkler dan contoh jaringan pipa dapat
dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Stasiun Pompa

Pipa Utama Hydrant

Sprinklers

Lateral

Gambar 3. Skema jaringan irigasi sprinkler

22
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi serta kondisi
topografinya, tata letak sistem irigasi sprinkler dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu :

a. Farm System, sistem dirancang untuk suatu luas lahan dan


merupakan satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi.

b. Field System, sistem dirancang untuk dipasang di beberapa


lahan pertanian dan biasanya dipergunakan untuk pemberian
air pendahuluan pada lokasi persemaian.

c. Incomplete Farm System, sistem dirancang untuk dapat


diubah dari Farm System menjadi Field System atau
sebaliknya.

Efisiensi irigasi sprinkler dapat diukur berdasarkan keseragaman


penyebaran air dari sprinkler. Efesiensi irigasi sprinkler yang
tergolong tinggi (keseragaman tergolong baik) adalah bila nilai
Coefficient of Uniformity (CU) lebih besar dari 85%.

2. Tahapan Desain

Desain irigasi sprinkler dilakukan dengan mengikuti diagram alir


prosedur desain seperti pada gambar 4.

Tahapan desain tersebut adalah sebagai berikut :

23
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
a. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik
tanah, air tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi
tanaman, curah hujan efektif, dan kebutuhan air irigasi.

b. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup pembuatan


skema tata letak (lay-out) serta penetapan jumlah dan luas
sub-unit dan blok irigasi.

c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan


mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi
sprinkler. Apabila persyaratan hidrolika sub-unit tidak
terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat
dilakukan adalah (a) modifikasi tata letak, (b) mengubah
diameter pipa dan atau (c) mengganti spesifikasi sprinkler.

d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak.

e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) dan


kapasitas sistem, berdasarkan desain tata letak yang sudah
final serta dengan mempertimbangkan karakteristik hidrolika
pipa yang digunakan.

f. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta tenaga/mesin


penggeraknya.

Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan tahapan


kunci dalam proses desain irigasi sprinkler. Persyaratan hidrolika

24
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
jaringan perpipaan harus dipenuhi untuk mendapatkan penyiraman
yang seragam (nilai koefisien keseragaman/coefficient of
uniformity harus > 85%). Mengingat jumlah dan spesifikasi
sprinkler maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam,
maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus dilakukan
dengan metoda coba-ralat.

25
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Menyusun Nilai Faktor-faktor
Rancangan

Membuat Skema Lay out dan Menetapkan


Luas Sub Unit dan Blok Irigasi

Perhitungan Rancangan
Spesifikasi sprinkler
Hidrolika pipa : Hidrolika Sub Unit :
qa, Ha
Nomogram Hazen 1. Lateral
Radius penyiraman
William Panjang
Laju penyiraman
Faktor Reduksi (outlet) Jml sprinkler per lateral
Coefficient of Uniformity
K minor Losses 2. Manifold
(CU)
a.Panjang
Jarak spasi
b.Jml lateral per manifold

ΔH pd lateral
≤ 11% Ha Tidak Modifikasi Lay-out
dan Ubah diameter pipa
ΔH pd manifold Ganti spesifikasi
≤ 9%Ha sprinkler

Ya

Finalisasi Lay-out (Optimalisasi)

Perhitungan TDH dan Kapasitas Sistem (Qs)

Penentuan :
Jenis dan Ukuran Pompa
Jenis dan Kekuatan Tenaga
Penggerak

Pompa/mesin tersedia Tidak


di pasaran/lapangan

Ya

Selesai
26
GambarIrigasi
Pedoman Teknis Pengembangan 4. Prosedur Desain
Bertekanan Irigasi Sprinkler
TA. 2009
3. Prosedur Desain Irigasi Sprinkler

Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam desain irigasi


sprinkler antara lain: letak, hidrolika pipa, laju penyiraman dan
spesifikasi pompa.
a. Letak

Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi sprinkler, terdapat


beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain :

• Lateral dipasang sejajar kontur lahan dan dipasang tegak


lurus arah angin utama.

• Pemasangan lateral yang naik sejajar dengan lereng


dihindari, pemasangan lateral yang menuruni lereng akan
memberikan keuntungan tertentu.

• Saluran utama atau manifold dipasang naik turun atau


sejajar dengan lereng.

• Apabila memungkinkan saluran utama dipasang di suatu


tempat, sehingga saluran lateral dapat dipasang di
sekelilingnya.

• Apabila memungkinkan lokasi sumber air berada di tengah-


tengah areal rancangan.

27
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Tata letak lateral yang ideal bergantung pada jumlah sprinkler
yang beroperasi serta jumlah posisi leteral, topografi dan
kondisi angin.

b. Hidrolika pipa

Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler terdiri


atas:

• Static head adalah jarak vertikal dimana air harus diangkat


atau diturunkan antara sumber air dengan titik
pengeluaran tertinggi.

• Pressure head adalah perbedaan ketinggian antara pompa


dengan hidran tertinggi dan terendah yang
mengoperasikan lateral sepanjang pipa utama dan pipa sub
utama, yang akan memberikan nilai static head maksimum
dan minimum.

• Friction head adalah kehilangan head sepanjang pipa


utama, manifold karena adanya katup dan sambungan.

• Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu sistem irigasi


sprinkler jarang melebihi 2,5 m/det, sehingga velocity head
dapat diabaikan.

• Suction lift atau perbedaan antara elevasi sumber air dan


elevasi pompa. Besarnya nilai suction lift ini merupakan

28
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
akumulasi antara nilai SWL (Static Water Level) dengan
nilai surutan (drawdown) suatu sumur.

Kehilangan head pada sub unit (ΔPs) dibatasi tidak lebih dari
20% dari tekanan operasi rata-rata sistem. Kehilangan head
(hf) pada lateral harus ≤ ΔHl, demikian juga halnya pada
manifold, kehilangan headnya (hf) harus ≤ ΔHm. Tekanan
inlet lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada
sub unit.

ΔPs = 20% x Ha
ΔHl = 0,55 ΔPs ± Z lateral
ΔHm = 0,45 ΔPs ± Z manifold

dimana :
ΔPs = kehilangan head yang diijinkan pada
sub-unit (m)
ΔHl = kehilangan head yang diijinkan pada lateral (m)
Ha = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)
ΔHm = kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m)
Z lateral = perbedaan elevasi sepanjang lateral (m)
Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m)

29
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
c. Laju Penyiraman

Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter


curahan/penyiraman nozel mempengaruhi nilai laju
penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan antar lateral,
serta menentukan luas lahan yang dapat terairi.

Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke permukaan tanah


yang disemprotkan dari lubang nozel. Nilai laju penyiraman ini
tidak boleh melebihi dari laju infiltrasi, untuk menghindari
terjadinya kehilangan air berupa limpasan (run off).

d. Spesifikasi Pompa

Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi


sprinkler adalah sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal
digunakan apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan relatif
kecil, sedangkan pompa turbin digunakan apabila debit dan
tekanan yang dibutuhkan relatif besar.

Karakteristik suatu pompa biasanya ditunjukkan oleh suatu


kurva karakteristik pompa yang menyatakan hubungan antara
kemampuan menaikkan air (H), besarnya debit (Q), efisiensi
(E), jumlah putaran per menit (N), dan besarnya tenaga (P).

Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan air


tergantung pada debit pemompaan, total head dan efisiensi

30
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
pemompaan yang secara matematis ditunjukkan pada
persamaan berikut :
BHP = (Q x TDH) / (C x Ep)
dengan :
BHP = tenaga penggerak (kW)
Q = debit pemompaan (l/detik)
TDH = total dynamic head (m)
C = faktor konversi sebesar 102,0
Ep = efisiensi pemompaan (%)

B. Irigasi tetes
Bagian ini membahas : (a) komponen irigasi tetes, (b) kelebihan dan
kekurangan irigasi tetes, (c) tahapan desain dan (d) prosedur irigasi
tetes.

1. Komponen Sistim Irigasi Tetes (Drip Irrigation)


Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara
langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah
melalui tetesan secara kontinu dan perlahan pada areal perakaran
tanaman.
Komponen sistem irigasi tetes terdiri atas:
a. Sumber Air Irigasi
Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber air yang
permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau suatu sistem

31
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
suplai regional. Contoh sumber air dapat dilihat pada gambar
5 berikut ini:

Gambar 5. Sumber air irigasi tetes


b. Pompa dan tenaga penggerak, berfungsi mengangkat air dari
sumber selanjutnya dialirkan ke lahan melalui jaringan-jaringan
perpipaan. Pompa sebagai sumber energi penggerak dapat dilihat
pada gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Energi Penggerak (pompa) irigasi tetes

c. Jaringan Perpipaan terdiri dari:


1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang

32
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman
secara kontinu dengan debit yang rendah dan tekanan
mendekati tekanan atmosfer.
2) Lateral, merupakan pipa dimana emiter ditempatkan. Bahan
yang digunakan untuk lateral biasanya terbuat dari pipa PVC
atau PE dengan diameter antara ½ inci - 1 ½ inci.
3) Pipa sub utama atau manifold, merupakan pipa yang
mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa sub utama
atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC dengan diameter
2 inci - 3 inci.
4) Pipa utama, merupakan komponen yang menyalurkan air dari
sumber air ke pipa-pipa distribusi dalam jaringan. Bahan pipa
utama biasanya dipilih dari pipa PVC atau paduan antara
semen dan asbes.
5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup, saringan,
pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia,
sistem pengontrol dan lain-lain.

gambar 7. Jaringan perpipaan irigasi tetes

33
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Berdasarkan cara penempatannya pada lateral, penetes dapat
dibedakan atas dua bagian, yaitu penetes line-source dan penetes
point-source. Termasuk dalam tipe penetes point-source
diantaranya penetes long-path, source orifice, vortex dan pressure
compensating. Sedangkan penetes yang termasuk tipe line-source
diantaranya porous pipe, double walled pipes, soaker hose dan
porous plastics tubes.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan penetes adalah
lebar pembasahan, kebutuhan air tanaman, debit penetes dan
kualitas air irigasi.

2. Tahapan Desain
Tahapan desain yang harus dilakukan sama dengan tahapan desain
untuk irigasi sprinkler (gambar 4) adalah sebagai berikut :
a. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik
tanah, air tanah tersedia, laju infiltrasi, evapotranspirasi
tanaman, curah hujan efektif dan kebutuhan air irigasi.
b. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup pembuatan
skema tata letak (lay-out) serta penetapan jumlah dan luas sub-
unit dan blok irigasi.
c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan
mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan spesifikasi
emiter. Apabila persyaratan hidrolika sub-unit tidak

34
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
terpenuhi, altematif langkah /penyelesaian yang dapat dilakukan
adalah:
• Modifikasi tata letak
• Mengubah diameter pipa
• Mengganti spesifikasi emiter
d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak
e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head)
dan kapasitas sistem, berdasarkan desain tata letak yang
sudah final serta dengan mempertimbangkan karakteristik
hidrolika pipa yang digunakan.
e. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta tenaga/mesin
penggeraknya.
Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan tahapan kunci
dalam proses desain irigasi tetes. persyaratan hidrolika jaringan
perpipaan harus dipenuhi untuk mendapatkan penyiraman yang
seragam (nilai koefisien keseragaman harus > 95%). Mengingat
jumlah dan spesifikasi emiter maupun jenis dan diameter pipa yang
sangat beragam, maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus
dilakukan dengan metoda coba-ralat.

3. Prosedur Desain Irigasi Tetes


Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam desain irigasi tetes:
(1) rancangan tata letak, (2) hidrolika perpipaan, (3) penentuan
kebutuhan pompa air dan (4) pemeliharaan alat.

35
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
a. Rancangan Tata Letak
Tata letak sub unit tergantung pada jarak penetes, jarak
tanaman, debit penetes rata-rata, variasi head tekanan yang
diinginkan, jumlah stasiun operasi yang dibutuhkan, panjang
baris tanaman, topografi dan batas lahan. Sedangkan tata letak
akhir sub unit yang ideal memiliki beberapa kriteria diantaranya
jumlah sub unit dan titik pengontrol debit/tekanan yang
seminimum mungkin, tata letak saluran utama yang ergonomis
dan ekonomis, keseragaman pada debit aliran sistem, konfigurasi
sub unit yang seragam serta variasi head yang diijinkan.
b. Hidrolika perpipaan
Kehilangan head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari 20 %
tekanan operasi rata-rata sistem, yaitu :

∆ Ps ≤ 20% x Ha
∆ Hl = 0,55 x 6Pe ± ∆Z lateral
∆ Hm = 0,45 x 6Pe ± ∆Z manifold
dimana :
Ha = head operasi rata-rata (m)
∆ Hl = kehilangan head yang
diijinkan pada lateral (m)
∆ Ps = kehilangan head yang
diijinkan pada sub unit (m)
Z lateral = beda elevasi sepanjang

36
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
lateral (m)
∆ Hm = kehilangan head yang diijinkan pada manifold (m)
Z manifold = beda elevasi sepanjang
manifold (m)
Untuk menjaga keseragaman air irigasi secara lateral, maka
pemilihan dimensi pipa diupayakan menghasilkan variasi debit 10%
dan variasi tekanan akibat kehilangan head tekanan dan perbedaan
elevasi 20% dari tekanan operasi rata-rata emiter.

c. Penentuan Kebutuhan Pompa Air


Sistem irigasi tetes membutuhkan energi untuk memindahkan air
melalui jaringan pipa-pipa distribusi yang selanjutnya dikeluarkan
melalui emiter. Energi tersebut diperoleh dari pompa yang
dirangkaikan dengan mesin pembangkit tenaga. Tipe pompa yang
sering digunakan adalah pompa sentrifugal. Besarnya tenaga yang
diperlukan dapat dihitung dengan persamaan:

TDH × Q
WP =
102

Ep
BP =
(WP × 100 )
Dimana :

37
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
WP = Output tenaga pemompaan (kW)
TDH = Total Dinamic Head (m)
Q = Debit sistem (I/detik)
BP = Input brake power (kW)
Ep = Efisiensi pompa (%)

5. Pemeliharaan Alat
Penerapan suatu teknologi yang menggunakan alat dan mesin tidak
akan berhasil baik tanpa adanya perawatan yang intensif. Pada
irigasi tetes diperlukan perawatan-perawatan agar peralatan dapat
berfungsi dengan baik. Perawatan tersebut antara lain meliputi:

a. Perawatan pompa air


Dalam pemakaian pompa air, maka yang perlu diperhatikan
adalah bahan bakar jangan sampai terlambat pemberiannya.
Disamping itu, pompa perlu diservis agar mesinnya dapat tetap
berjalan dengan baik.
b. Perawatan filter
Filter perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat, yaitu
dengan cara pembilasan. Filter hendaknya diperiksa setiap hari
dan kalau perlu dibersihkan. Untuk menghindari terjadinya
penyumbatan, maka filter dibersihkan dengan sikat yang bulunya
tegak dan kuat/kaku, atau dengan merendamnya dalam air.
c. Perawatan Jaringan perpipaan

38
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Pipa-pipa pada sistim irigasi tetes ini perlu diperiksa secara
intensif. Daerah pembasahan yang luas pada lahan menandakan
adanya kebocoran pada pipa. Endapan mineral yang terlalu
banyak pada pipa-pipa, dapat dilarutkan dengan asam, terutama
asam phospat.
Bakteri, alga dan mikroorganisme lain dapat dihilangkan dari
jaringan perpipaan, dengan menggunakan khlorine yang dapat
dicampurkan / diberikan bersamaan dengan pemupukan /
puriasi. Dosis khlorine yang dianjurkan adalah 2 ppm, dan bila
mikroorganisme sudah menjadi masalah yang serius, maka dosis
yang digunakan adalah 30 ppm.
Pemeliharaan lain adalah dengan cara "Flushing", yaitu
menggunakan aliran bertekanan tinggi, sehingga dapat mengikis
dan membawa partikel-partikel atau mikroorganisme keluar dari
pipa.

39
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
BEBERAPA GAMBAR INSTALASI
PENGEMBANGAN IRIGASI SPRINKLER

40
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
41
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 1

Bulan
No. Komponen Kegiatan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
A. Persiapan
1 Pembuatan SK-SK
2 Juklak diterima dari Provinsi
3 Pembuatan Juknis oleh Kabupaten
4 Sosialisasi
5 Survey Investigasi (CP/CL)
6 Desain Sederhana
7 Pemilihan Pelaksana :
- Penyusunan RKS, HPS
- Undangan ke rekanan
- Pemasukan Penawaran
- Evaluasi Penawaran
- Penetapan Pelaksana
- Kontrak/SPK

B. Pelaksanaan
1 Konstruksi
2 Monitoring
3 Evaluasi
4 Pelaporan
5 Laporan Bulanan
6 Laporan Akhir

42
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 2

Form PLA.01
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR
T.A. 2008

Dinas : ……………………………..
Kabupaten : ……………………………..
Provinsi : ……………………………..
Subsektor : ……………………………..
Program : ……………………………..
Bulan : ……………………………..

No. Aspek Kegiatan Pagu DIPA Realisasi Lokasi Kegiatan Keterangan


Keuangan Fisik Keuangan Fisik Nama Desa/ Koordinat
(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) Kelompok Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A. Pengelolaan Air 1. JITUT
2. JIDES
3. TAM
4. dst ……

B. Pengelolaan Lahan 1. JUT


2. Optimasi Lahan
3. Reklamasi Lahan
4. dst ……..

C. Perluasan Areal) 1. SID


(TP/Horti/Bun/Nak*) 2.Konstruksi
3. Pengadaan Saprodi
4. dst ……..

UMLAH
Catatan :
1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan
via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)
4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll
*) Coret yang tidak perlu
………………………., …………………………...…………. 2008

Penanggung jawab kegiatan Kabupaten

Lampiran 3
Form PLA.02
LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN
KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2008
Dinas : ……………………………..
Propinsi : ……………………………..
Subsektor : ……………………………..
Program : ……………………………..
Bulan : ……………………………..
Pagu DIPA Realisasi
Keterangan
No. Dinas Kabupaten/Kota*) Aspek Kegiatan Keuangan Fisik Keuangan Fisik
(Rp) (Ha) (Rp) (%) Konstruksi (Ha) Tanam (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Dinas…………………….*) Pengelolaan Air 1. JITUT
Kab/Kota ………………… 2. JIDES
3. TAM
4. dst ……

Pengelolaan Lahan 1. JUT


2. Optimasi Lahan
3. Reklamasi Lahan
4. dst ……..

Perluasan Areal) 1. SID


(TP/Horti/Bun/Nak**) 2.Konstruksi
3. Pengadaan Saprodi

2 Dinas…………………….*)
Kab/Kota …………………

3 Dinas…………………….*)
Kab/Kota …………………
1. JITUT
2. JIDES
3. TAM
4. JUT
JUMLAH 5. Optimasi Lahan
6. Reklamasi Lahan
7. Perluasan Areal
8. dst
Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan)
4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll
*) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA. **) Coret yang tidak perlu ………………………., ……………………...………………. 2008

Penanggung jawab kegiatan Propinsi

43
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 4
Form PLA.03
LAPORAN MANFAAT
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006 DAN TA. 2007

Dinas : ………………………………..
Kabupaten : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..
Tahun : ………………………………..

Target Fisik
No. Kegiatan Realisasi Fisik Manfaat
DIPA
1 2 3 4 5

A. Aspek Pengelolaan Air


1 JITUT
2 JIDES
3 TAM
4 dst

B. Aspek Pengelolaan Lahan


1 JUT
2 Pengembangan Jalan Produksi
3 Optimasi Lahan
4 dst

C. Aspek Perluasan Areal


1 Cetak Sawah
2 Perluasan Areal Hortikultura
3 Perluasan Areal Perkebunan
4 dst

Catatan :
1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jak
via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3. Manfaat harus terukur, contoh :
a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, dengan kenaikan IP 100 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha(produktifitas awa
sehingga peningkatan produksi : 500 X 2 X 0,5 Ton = 500 ton, maka produksi akhir menjadi (500 Ha x 5 Ton) + 500 Ton = 3

………………. ………………….…. 2008

Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten

Lampiran 5
Form PLA.04
REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT
KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2006 DAN TA. 2007

Dinas : ………………………………..
Provinsi : ………………………………..
Subsektor : ………………………………..

No. Kegiatan Target Fisik Realisasi Fisik Manfaat

1 2 3 4 7

A. Aspek Pengelolaan Air


1 JITUT
2 JIDES
3 TAM
4 dst

B. Aspek Pengelolaan Lahan


1 JUT
2 Pengembangan Jalan Produksi
3 Optimasi Lahan
4 dst

C. Aspek Perluasan Areal


1 Cetak Sawah
2 Perluasan Areal Hortikultura
3 Perluasan Areal Perkebunan
4 dst

Catatan :
1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan
2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel
via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id
3 Manfaat harus terukur, contoh :
a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, dengan kenaikan IP 100 % , peningkatan produktivitas 0,5 ton/Ha(produktifitas awal 5 ton/ Ha)
sehingga peningkatan produksi : 500 X 2 X 0,5 Ton = 500 ton, maka produksi akhir menjadi (500 Ha x 5 Ton) + 500 Ton = 3000Ton

………………. ………………….…………. 2008

Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

44
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 6

OUTLINE LAPORAN AKHIR

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. PELAKSANAAN
A. Masukan
B. Lokasi
C. Tahap Pelaksanaan
D. Permasalahan
E. Pemecahan Masalah
III. HASIL
IV. MANFAAT
V. DAMPAK
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

45
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Lampiran 7

ALOKASI PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN TA. 2009

No Pusat/Prop/Kab/Kota Sub Sektor Irigasi Bertekanan

Unit Biaya (Rp)

Total Indonesia 64

1 Prop. Jawa Barat

Kab. Cianjur Hortikultura 2 100,000

Kab. Garut Hortikultura 1 50,000

2 Prop.Jawa Timur

Kab. Jombang Hortikultura 1 50,000

Kab. Sumenep perkebunan 1 50,000

Kab. Bondowoso Hortikultura 1 50,000

Kab. Situbondo Hortikultura 1 50,000

Kab. Malang TP 1 50,000

Kab.Pasuruan Hortikultura 1 50,000

Kab.Probolinggo TP 2 100,000

perkebunan 1 50,000

Kab. Madiun Hortikultura 1 50,000

Kab. Lamongan perkebunan 1 50,000

Kab. Pacitan TP 1 50,000

3 Prop.Sumatera Utara 50,000

Kab. Samosir TP 1 50,000

46
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Kab. Pematang Siantar TP 1 50,000

Kab. Labuhan Batu TP 1 50,000

Peternakan 1 50,000

4 Prop.Riau

Kab. Rokan Hulu Hortikultura 1 50,000

5 Prop.Jambi

Kab. Batang Hari Perkebunan 2 100,000

Kab. Tanjab Barat Perkebunan 2 100,000

Kab. Sarolangun TP 2 100,000

Kab. Tanjab Timur Perkebunan 2 100,000

6 Prop.Sumatera Selatan

Kota Palembang Hortikultura 1 50,000

7 Propinsi Lampung

Kab. Tanggamus TP 1 50,000

8 Prop.Kalimantan Barat

Kota Singkawang TP 1 50,000

9 Prop.Sulawesi Utara

Kab. Balaang Mongondow TP 2 100,000

Kab. Minahasa Hortikultura 1 50,000

Kab.Sangihe Hortikultura 1 50,000

Kab.Minahasa Selatan Hortikultura 2 100,000

10 Prop.Sulawesi Tengah

Kab.Parigi Moutong TP 1 50,000

Kab. Donggala Hortikultura 1 50,000

11 Prop. Sulawesi Selatan

Kab. Bantaeng Hortikiltura 1 50,000

47
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009
Kab. Enrekang Peternakan 3 150,000

Kab,.Jeneponto Hortikultura 2 100,000

Kab. Sinjai Hortikiltura 3 150,000

Kab. Takalar TP 1 50,000

Kab. Soppeng Hortikultura 2 100,000

Kab. Wajo Hortikultura 2 100,000

12 Prop. Bali

Kab.Buleleng Hortikultura 1 50,000

13 Prop. NTB

Kab. Dompu Peternakan 1 50,000

Kab, Sumbawa Barat Hortikultura 2 100,000

14 Prop.NTT

Kab.Sumba Timur Perkebunan 2 100,000

Kab. Sumba Barat Perkebunan 2 100,000

15 Prop. Bangka Belitung

Kab. Belitung TP 1 50,000

Kab. Bangka Hortikultura 1 50,000

16 Prop.Gorontalo

Kab.Bone Bolango TP 1 50,000

48
Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2009

You might also like