Professional Documents
Culture Documents
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakekatnya
dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable development). Instrumen
untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah AMDAL.
1. AMDAL Proyek Individual (PP 29/1986) Kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian ini
menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL),
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Pengertian ANDAL adalah telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang
direncanakan.
2. AMDAL Kegiatan Terpadu Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan
yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang
bertanggung jawab.
3. AMDAL Kawasan Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab.
4. AMDAL Regional Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona
rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan
melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
Dokumen AMDAL
Menurut PP 29/1986 Menurut PP 51/1993 dan PP 27/1999
1. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) 1. KA-ANDAL
2. KA-ANDAL 2. ANDAL
3. ANDAL 3. RKL
4. RKL 4. RPL
5. RPL
Fungsi PIL :
1. Sebagai alat penapis apakah sesuatu rencana kegiatan perlu dilengkapi dengan ANDAL
atau tidak, yang dikaitkan dengan dampak lingkungan.
2. Untuk penilaian ketetapan lokasi dari sesuatu rencana kegiatan, apakah lokasinya harus
dipindah/tidak.
3. Sebagai acuan untuk menyusun RKL dan RPL apabila rencana kegiatan tidak
mempunyai dampak penting.
4. Sebagai acuan untuk penyusunan KA-ANDAL apabila ternyata rencana kegiatan
mempunyai dampak penting.
5. Data PIL digunakan pula untuk ANDAL sehingga tidak diperlukan lagi pengambilan
sampel ulang, hanya menambahkan saja.
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan benturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggun
jawab mengadakan konsultasi dengan Menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
c. Apabila hasil penilaian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab
membuat KA-ANDAL.
d. Apabila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada
dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL).
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA-ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu : Teknis, Ekonomis
dan Lingkungan (TEL). Biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi
kelayakan rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif
dan pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan ANDAL dibuat oleh Menteri KLH. Pedoman teknis penyusunan
ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang
membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum penyusunan ANDAL
yang dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka
instansi yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan.
Terhadap penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih
tinggi dari instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya
keputusan penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah
mendapat pertimbangan dari Menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan
terakhir.
i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.
k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.
Pelaksanaan penyusunan KA, ANDAL, RKL dan RPL harus disusun oleh konsultan.
Konsultan yang ditunjuk harus cukup kualifikasinya dan bukan perusahaan yang ada hubungan
secara organisatoris dengan pemrakarsa. Konsultan pemerintah yang dimiliki oleh universitas
yaitu Pusat Studi Lingkungan atau Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.
Skema Bagan Alir Proses Perencanaan AMDAL sesuai dengan PP 29 Tahun 1986
Skema Bagan Alir Proses Perencanaan AMDAL sesuai dengan PP 51 Tahun 1993 dan PP
27 Tahun 1999
Skema Langkah-langkah Penyusunan AMDAL
Empat
- Merumuskan ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan yang merupakan hasil
pelingkupan.
- Merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha atau kegiatan, termasuk
pelingkupan terhadap masalah utama untuk mendapatkan dampak besar dan penting serta
pelingkupan untuk mendapat batas wilayah studi.
Setiap penyusun KA-ANDAL harus menempatkan rencana kegiatan sebagai bagian dari
pembangunan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan kemampuan
sumberdaya alam dan memelihara dan meningkatkan keserasian kualitas lingkungan hidup,
dengan memahami 2 komponen lingkungan berikut :
a. Sebagai rujukan penting tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL bagi pemrakarsa,
instansi teknis yang bertanggung jawab, konsultan penyusun dan komisi AMDAL.
b. Sebagai salah satu rujukan untuk penilai dokumen ANDAL untuk evaluasi hasil studi
ANDAL.
Manfaat KA-ANDAL :
Data tentang berbagai aktivitas rencana kegiatan baik pada tahap pra konstruksi,
konstruksi maupun pasca konstruksi. Data tersebut berkaitan langsung dengan berbagai
dampak yang mungkin akan timbul apabila kegiatan tersebut akan dilaksanakan nantinya.
c. Metodologi
Metodologi pengambilan dan analisis data untuk berbagai komponen lingkungan tersebut
harus jelas dan sesuai dengan metode yang biasanya digunakan pada masing-masing
komponen lingkungan tersebut.
Canter (1977) membagi langkah-langkah menyusun ANDAL ke dalam lima langkah dasar,
yaitu :
a. Dalam pelaksanaan ANDAL harus berpegangan pada KA yang telah disepakati bersama.
b. Laporan ANDAL disusun sesuai Pedoman Umum secara nasional tentang Penyusunan
ANDAL yang telah ditetapkan oleh Kep. Kepala Bapedal No. 9 tahun 2000 beserta
lampirannya.
c. Setiap tahapan penyusunan ANDAL, dibuat laporan kemajuan secara bersambung dan
dikonsultasikan dengan pihak pemrakarsa, tim teknis AMDAL dan komisi penilai untuk
memperoleh perbaikan seperlunya.
d. Draft laporan akhir dipresentasikan/diseminarkan dihadapan pemrakarsa dan pihak lain
yang dianggap perlu untuk mendapat masukan bagi penyempurnaan laporan tersebut.
Baru kemudian dipresentasikan di dalam sidang komisi AMDAL untuk mendapat
penilaian. Apabila telah baik dan benar, dokumen ANDAL ini mendapat pengesahan dari
komisi AMDAL.
e. Laporan ANDAL yang telah selesai, dibuatkan ringkasan eksekutifnya sekitar
10-20 halaman.
- Berisi uraian tentang komponen lingkungan yang terkena dampak, tujuan, sumber dampak,
bobot dan tolak ukur dampak serta upaya pengelolaan lingkungan.
1. Teknologi
2. Ekonomi
Sistem ganti rugi, kalau terpaksa membebaskan lahan, dan berbagai upaya pendekatan
masalah sosial yang mungkin timbul selama pra konstruksi dan konstruksi.
3. Institusional.
- Disusun atas dasar rekomendasi yang terdapat dalam dokumen ANDAL dan RKL.
- Berisi uraian tentang dampak penting yang timbul, faktor lingkungan yang dipantau, tolak
ukur dampak, lokasi dan periode pemantauan.
- Berisi pihak-pihak yang berkewajiban sebagai pelaksana untuk memantau lingkungan dan
kewajiban pihak-pihak lain yang memanfaatkan umpan balik hasil pemantauan yang
dilaksanakan.
- Sebagai pedoman yang lebih rinci tentang bagaimana seharusnya pemantauan lingkungan
dilaksanakan, kapan dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap upaya
pemantauan dari hasil pemantauan.
PENAPISAN (SCREENING)
Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan apakah suatu proyek perlu
dilakukan AMDAL atau tidak. Dengan telah ditetapkannya perlu atau tidaknya AMDAL, suatu
proyek akan dapat dipercepat proses penyusunan AMDAL sebagai syarat memperoleh ijin
pelaksanaan pembangunan. Pasal 2 dari PP 51/1993 ini menyebutkan bahwa penapisan rencana
usaha atau kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri LH (Sek Men. LH No.11/1994) ditinjau secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun. Hal ini telah dilaksanakan dengan terbitnya
SK Menteri LH No.3 Tahun 2000 dan yang terakhir Kep.Men.LH No.17 Tahun 2001.
a. Suatu kriteria yang paling sederhana dalam ukuran luas proyek dan lokasi proyek
b. Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang perlu AMDAL
c. Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infrastruktur dan ambang
batas kualitas lingkungan
d. Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan data baru di samping
data yang telah tersedia
Dalam PP 27 Tahun 1999 disebutkan kriteria rencana kegiatan yang wajib AMDAL, yaitu :
3 Pembaharuan/permudaan/penggantian
Penggalian, penambangan, penebangan
sumberdaya alam
kayu, pengambilan ikan dan satwa.
4
Proses pertanian
Reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan,
5
pemanfaatan ulang limbah,
Proses industri
6 penanggulangan banjir.
Transportasi
7 Pertanian, penggembalaan, hewan/ranch,
Energi irigasi.
8
Treatment air dan pembuangan Penggilingan besi dan baja, industri
9
limbah petrokimia, pulp/kertas.
10
Kepariwisataan Jaringan rel kereta api, pesawat terbang,
mobil, kapal dan jaringan pipa.
Konversi/Pengamanan pantai
PLTA, PLTN, PLTU, PLTB dan PLTD
Studi AMDAL merupakan studi multi disiplin yang mengkondisikan para pakar yang terkait
dengan studi ini melaksanakan proses penelitian secara ilmiah dan terpadu
a. Penelitian perpustakaan
b. Penelitian laboratorium
c. Penelitian lapangan