You are on page 1of 3

TINJAUAN PUSTAKA

Padi biasanya dipanen pada waktu kadar airnya masih cukup tinggi. Untuk mencapai
kualitas giling yang baik dipanen dengan kadar air berkisar antara 20 % sampai 26 %.
Apabila padi dibiarkan turun kadar airnya sampai 20 % pada waktu panen, akan terjadi
creacking atau keretakan butir padi dan pada waktu penggilingan persentase patah akan
menjadi lebih besar. Sebaliknya, padi yang lebih tinggi kadar airnya pada waktu panen,
misalnya karena cuaca lembab akan menyebabkan bagian dalam padi akan bertunas atau
ditumbuhi jamur dan warnanya memucat (Tjiptadi dan Nasution, 1976).
Hasil gilingan juga dipengaruhi oleh varietas, bentuk, ukuran dan warna dari butir
gabah. Gabah yang berbutir panjang akan menghasilkan beras patah yang tinggi
dibandingkan dengan gabah yang berukuran pendek. Bentuk dan warna butir gabah
menentukan kualitas dari beras. Beras yang panjang dan putih jernih mengkilat merupakan
beras kualitas baik, sedangkan yang isinya berwarna putih susu tergolong beras yang kurang
baik kualitasnya (Santosa. et.al, 2006)
Pratomo (1976) mengungkapkan bahwa sewaktu padi mengering, terjadi penurunan
kadar air dari bagian tengah butir yang mempunyai kandungan air lebih tinggi ke bagian luar
butir dengan kadar air lebih rendah, sehingga akhirnya tercapai keseimbangan kandungan air
dalam butir gabah.
Mutu gabah adalah sekumpulan sifat-sifat fisik individual (komponen mutu) yang
menyusun gabah tersebut. Komponen mutu gabah terdiri atas: kadar air, butir gabah isi atau
bernas, butir gabah hampa, kotoran dan benda asing, butir hijau, butir mengapur , butir
kuning dan butir rusak. Cara menentukan mutu gabah melalui pengamatan visual dengan
menimbang sebanyak 100 gram contoh, kemudian dipisahkan masing-masing komponen
mutunya. Ditimbang dan dihitung persentase setiap komponen mutu tersebut. Analisis gabah
isi/bernas, dan gabah hampa dilakukan dengan menekan butiran gabah tersebut, gabah isi
akan terasa keras bila ditekan dan gabah hampa akan terasa lunak bila ditekan. Analisis butir
kuning dan rusak dapat dilakukan langsung dengan melihat fisik butiran gabah. Butir kuning
biasanya ditunjukkan oleh butiran gabah yang berwarna kuning pudar atau kemerahan,
biasanya ditumbuhi jamur pada kulitnya. Sedangkan butir rusak pada gabah biasanya
berwarna hitam atau coklat atau busuk yang mudah dilihat secara visual. Hasil analisis
masing-masing komponen mutu kemudian dibandingkan dengan standar mutu gabah yang
ada untuk mengetahui tingkat mutunya (Kasno, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Kasno, A. 2009. Cara Cepat Mengetahui Fisik Gabah. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan
Padi Indonesia. www. Pustaka-deptan.go.id. [9 Oktober 2010].
Pratomo, M. 1976. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian.
Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. IPB. Bogor
Santosa, Charmyn Chatib, Boi Halomoan. 2006. Penilaian Sifat Fisik dan Mutu Gabah
terhadap Produksi Beras di Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Teknologi Pertanian
Andalas. Vol. 10. No. 2, September 2006 : 1-13.
Tjiptadi, W dan Z. Nasution. 1976. Padi dan Pengolahannya. Bagian Teknologi Penanaman
Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Bogor
Tabel 1. Mutu Fisik Gabah

Mutu Fisik Mentik Wangi (A) Way Apoboru (B)


Gabah Ulanagn 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
Gabah Murni 48,51 gr 44,8 gr 61,68 gr 21,50 gr
Gabah Hampa 0,50 gr 0,65 gr 8,87 gr 3,21 gr
Kotoran 1,13 gr 1,58 gr 0,88 gr 1,53 gr
Kadar Air (KA) 12,1 % 11,6 % 14,3 % 14,2 %

You might also like