You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Geografi Kota


Urban geography is that branch of science, which deals the study of urban
areas,in terms of concentration,infrastructure,economy and environmental
impacts. (Geografi Perkotaan adalah cabang ilmu pengetahuan, yang membahas
studi daerah perkotaan, dalam hal konsentrasi, infrastruktur, ekonomi dan dampak
lingkungan.)
Urban geography is the study of the history of urban settlement, the
development of cities, urban structure, spatial patterns that occur within the city,
as well as urban problems and policies. (Geografi perkotaan adalah studi tentang
sejarah pemukiman perkotaan, pengembangan kota-kota, struktur perkotaan, pola-
pola spasial yang terjadi di dalam kota, serta masalah-masalah perkotaan dan
kebijakan)
Urban geography is the study of urban areas. That is the study of areas which
have a high concentration of buildings and infrastructure. These are areas where
the majority of economic activities are in the secondary sector and tertiary
sectors. They often have a high population density.(Geografi Perkotaan adalah
studi mengenai perkotaan. Itu adalah studi tentang daerah-daerah yang memiliki
konsentrasi tinggi bangunan dan infrastruktur. yaitu daerah di mana sebagian
besar kegiatan ekonomi merupakan sektor sekunder dan sektor tersier. Kota
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.)

B. Pengertian Fasilitas
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan;
sedangkan fasilitas sosial adalah fasilitas yg disediakan oleh pemerintah atau
swasta untuk masyarakat, spt sekolah, klinik, dan tempat ibadah; fasilitas umum
adalah fasilitas yg disediakan untuk kepentingan umum, spt jalan dan alat
penerangan umum. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
“Facilities is general usage, something designed, built, or installed to served a
specific function than afford an convenience or service”. (Ahuja, 1994: 114)
“Buildings, services, equipment, etc, that are provided for a particular
purpose sports or leisure facilities (conference, storage facilities, shopping,
banking, cooking facilities, for welcoming disable people, all rooms have private
facilities (private bathroom)”. (Oxford Advanced Learned Dictionary sixth
edition, 2000: 471)

Fasilitas berdasarkan sifatnya terbagi menjadi :


1. Fasilitas Umum yaitu fasilitas yang bisa digunakan oleh orang banyak, baik
oleh penghuni perumahan sendiri atau orang di luar perumahan
Misal : sekolah, rumah sakit, tempat olahraga, pasar, tempat ibadah
2. Fasilitas khusus yaitu fasilitas yang istimewa atau tidak umum yang tidak
dimiliki oleh kebanyakan.
Misal : club house, kantor, food court, supermarket, shopping centre

Fasilitas menurut denah atau lokasi yaitu :


1. Eksterior
Misal : keamanan 24 jam, kolam renang, fitness centre
2. Interior
Misal : air conditioning (AC), kamar mandi lengkap
(Ahuja, 1994: 19)

C. Kota Inti/ Pusat Kota


Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial
budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya, pusat kota merupakan
tempat sentral yang bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah di
belakngnya, mensuplainya dengan barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-
jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun tergantung pada
ambang batas barang permintaan.
Pusat kota terbagi dalam dua bagian:
1. Bagian paling inti (The Heart of The Area) disebut RBD (Retail Business
District). Kegiatan dominan pada bagian ini antara lain department store,
smartshop, office building, clubs, hotel, headquarter of economic, civic,
political.
2. Bagian diluarnya disebut WBD (Whole Business District) yang ditempati oleh
bangunan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dalam jumlah yang
besar antara lain pasar dan pergudangan.

Sedangkan menurut Arthur dan Simon (1973), pusat kota adalah pusat
keruangan dan administrasi dari wilayahnya yang memiliki beberapa ciri, yaitu:
1. Pusat kota merupakan tempat dari generasi ke generasi menyaksikan
perubahan-perubahan waktu.
2. Pusat kota merupakan tempat vitalitas kota memperoleh makanan dan energi,
dengan tersebarnya pusat-pusat aktivitas seperti pemerintahan, lokasi untuk
balai kota, toko-toko besar, dan bioskop.
3. Pusat kota merupakan tempat kemana orang pergi bekerja, tempat ke mana
mereka ”pergi ke luar”.
4. Pusat kota merupakan terminal dari pusat jaringan, jalan kereta api, dan
kendaraan umum.
5. Pusat kota merupakan kawasan di mana kita menemukan kegiatan usaha,
kantor pemerintahan, pelayanan, gudang dan industri pengolahan, pusat
lapangan kerja, wilayah ekonomis metropolitan.
6. Pusat kota merupakan penghasilan pajak yang utama, meskipun kecil namun
nilai bangunan yang ada di pusat kota merupakan proporsi yang besar dari
segala keseluruhan kota, karena pusat kota memiliki prasarana yang
diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.
7. Pusat kota merupakan pusat-pusat fungsi administratif dan perdagangan besar,
mengandung rangkaian toko-toko eceran, kantor-kantor profesional,
perusahaan jasa, gedung bioskop, cabang-cabang bank dan bursa saham.
Dalam kota kecil yang swasembada, kawasan ini juga menyediakan fasilitas
perdagangan besar mencakup pusat-pusat administratif dan transportasi yang
diperlukan.

D. Kota Satelit
Kota satelit adalah kota kecil di tepi sebuah kota besar yang meskipun
merupakan komunitas mandiri, sebagian besar penduduknya tergantung dengan
kehidupan di kota besar. Biasanya penghuni kota satelit ini adalah komuter dari
kota besar tersebut ini.
Kota satelit merupakan daerah penunjang bagi kota-kota besar di sekitarnya
dan merupakan 'jembatan' masuk/akses untuk menuju ke kota besar. Karena kota
satelit juga berfungsi sebagai penunjang kota besar, maka implikasi daripada kota
satelit sebagai penunjang akan tampak pada hidup keseharian warganya. Kota
satelit bisa juga sebagai pemasok barang-barang kebutuhan warga kota besar,
karena semakin besar dan berkembangnya suatu kota maka sikap warganya untuk
memproduksi barang-barang untuk kebutuhan mereka juga akan semakin turun.
Karena hal inilah maka fungsi kota satelit sebagai kota penunjang kebutuhan
hidup masyarakat kota juga akan semakin tampak.

E. Pola, Model dan Struktur Ruang Kota


Pola keruangan kota kaitannya dengan tataguna lahan, wilayah perkotaan
meliputi :
+ Kota / Inti kota
+ Sub daerah perkotaan
+ Jalur tepi daerah perkotaan
+ Jalur tepi daerah perkotaan paling luar
+ Jalur batas desa – kota pedesaan

Berdasarkan lokasi pusat kegiatan kota dikelompokkan menjadi :


1. Pusat kota
2. Selaput inti kota
3. Kota satelit
4. Sub Urban

Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat – pusat


pelayanannya diantaranya:
1. Mono centered
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung
antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain.
2. Multi nodal
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat yang
saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung langsung
dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan pusat.

3. Multi centered
Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu sama
lainnya.

4. Non centered
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat.
Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung antara yang satu
dengan yang lainnya.
(Sinulingga 2005)

F. Faktor-faktor Timbulnya Pusat Pelayanan


Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu pusat-pusat pelayanan, yaitu
1. Faktor Lokasi
Letak suatu wilayah yang strategis menyebabkan suatu wilayah dapat menjadi
suatu pusat pelayanan.
2. Faktor Ketersediaan Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya dapat menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat
pelayanan.
3. Kekuatan Aglomerasi
Kekuatan aglomerasi terjadi karena ada sesuatu yang mendorong kegiatan
ekonomi sejenis untuk mengelompok pada sutu lokasi karena adanya suatu
keuntungan, yang selanjutnya akan menyebabkan timbulnya pusat-pusat
kegiatan.
4. Faktor Investasi Pemerintah
Ketiga faktor diatas menyebabkan timbulnya pusat-pusat pelayanan secara
ilmiah, sedangkan faktor investasi pemerintah merupakan sesuatu yang
sengaja dibuat (Artificial).

G. Konsepsi Metropolitan
1. Secara Generik: Suatu permukiman berskala besar yang terdiri dari satu
atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan terintegrasi,
membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih
kota besar sebagai pusat (kota inti) dan beberapa kota lebih kecil yang
berfungsi sebagai kota satelit, yang memiliki keterkaitan ekonomi dan
sosial, dan mempunyai ekonomi jasa dan industri yang beragam.

Beberapa konsep Metropolitan, antara lain :


(1) Satu kota inti dan daerah semi perkotaan serta daerah pinggiran perkotaan
(Gambar 1).
(2) Satu kota inti dan beberapa kota satelitnya (Gambar 2).
(3) Beberapa kota inti dan kota-kota satelitnya, yang masing-masing kota inti
disekat oleh Ruang Terbuka Hijau/Sabuk Hijau (Gambar 3).
2. Secara Aplikatif:
- Skala besar ditunjukkan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa
dihitung dari seluruh kawasan yang terintegrasi.
- Kepadatan penduduk kotor > 60 jiwa/ha.
- Batas kawasan Metropolitan adalah batas fungsional yang mencakup
wilayah administrasi dari pusat (kota inti) atau sub-pusat (kota satelit)
yang terintegrasi.
Terintegrasi ditunjukan dengan peran ekonomi pusat yang jauh lebih besar
dari kota atau kawasan sekitar yang diukur dari
1. Jumlah ragam aktifitas jasa dan industri
2. Jumlah komuter ke pusat kota yang besar
Sistem struktur ruang yang jelas, yang menunjukkan adanya pusat dan sub
pusat yang berbentuk:
1. Monosentris, Gambar 1
2. Polisentris, Gambar 2 dan 3 Dengan dua atau lebih kota inti setara
yang terintegrasi dengan kota satelit.
BAB III
PEMBAHASAN

A. JABODETABEK Sebagai Kawasan Metropolitan


Propinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan, yang merupakan tempat
yang menarik baik sebagai tempat usaha atau kerja, maupun tempat tinggal.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan terbukanya lapangan usaha
menyebabkan pertumbuhan penduduk metropolitan Jakarta meningkat secara
berarti dengan konsekuensi pada kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana
perkotaan untuk memperkuat fungsi internal dan eksternal kota. Tabel jumlah
penduduk DKI Jakarta dan kota satelitnya bisa dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin menurut Propinsi dan
Kabupaten/Kota, 2005
No. Propinsi/ Kota Total Jumlah Penduduk (jiwa)
1 DKI Jakarta 8.839.247
Kep Seribu 18.644
Kota Jakarta Pusat 889.448
Kota Jakarta Utara 1.445.623
Kota Jakarta Timur 2.391.166
Kota Jakarta Selatan 2.001.353
Kota Jakarta Barat 2.093.013
2 Jawa Barat 38.886.975
Kota Bogor 3.829.053
Kota Bekasi 1.993.478
Kota Depok 1.374.903
3 Banten 9.008.151
Kota Tangerang 1.451.595
Sumber : SUPAS 2005, Data Statistik Indonesia
Gambar Jakarta sebagai kota inti dan BODETABEK sebagai kota satelit

Kawasan JABODETABEK sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan


mempunyai peran sebagai pusat pengembangan kegiatan perekonomian wilayah
yang produktif, efektif dan efisien.

B. Kondisi Fasilitas Umum dan Sosial Kawasan JABODETABEK


A. Kota DKI Jakarta
a. Transportasi
Salah satu kondisi yang mempengaruhi permasalahan transportasi
adalah prasarana jalan yang masih terbatas akibat tidak imbangnya
persentase pertambahan kendaraan yang mencapai 8,74 persen per tahun
sementara persentase pertambahan prasarana jalan hanya 6,28 persen per
tahun selama dekade terakhir.
b. Utilitas kota
Permasalahan infrastruktur khususnya jaringan utilitas seperti gas,
listrik dan telepon di DKI Jakarta yang berkaitan dengan penataan ruang
antara lain adalah:
o Belum terpadunya sistem informasi pengembangan jaringan utilitas
dengan penataan ruang kota.
o Perkembangan kota yang sangat pesat kurang diimbangi dengan
penyediaan utilitasnya secara terpadu.
o Standar penyediaan ducting system belum sepenuhnya dapat
diterapkan karena berkaitan dengan biaya investasi prasarana.
c. Air bersih
Permasalahan utama air bersih di DKI Jakarta terutama adalah belum
meratanya distribusi air bersih perpipaan yang dapat dinikmati oleh
penduduk Jakarta. Produksi air dari instalasi pengolahan air bersih (IPA)
baru mencapai total produksi ± 40 juta m3/tahun. Permasalahan lain adalah
penurunan kualitas air baku untuk produksi air bersih yang diperoleh
terutama dari air permukaan (sungai/kanal).
d. Air limbah
Pemukiman di Jakarta masih banyak menggunakan sistem pembuangan
setempat (on site) sebagai sarana pembuangan limbahnya, dan hanya
menampung air limbah di jamban saja. Limbah yang berasal dari kegiatan
mencuci dan mandi pada umumnya disalurkan ke dalam saluran drainase
yang kemudian mengalir ke sungai atau saluran-saluran terbuka.

B. Kota Bogor
- Bidang sarana dan prasarana energi,
Untuk energi kelistrikan Kota Bogor dilayani oleh 7 Gardu Induk
yakni GI Ciawi kapasitas 2 x 30 MVA, GI Kedungbadak kapasitas 2 x 30
MVA, GI Bogor Baru kapasitas 2 x 60 MVA, GI Karacak kapasitas 2 x 30
MVA, GI Cibinong kapasitas 2 x 60 MVA, dan GI Sentul kapasitas 2 x 60
MVA yang disediakan oleh PT. PLN.  Untuk mendistribusikan jaringan
listrik ini terdapat 50 gardu distribusi yang tersebar di seluruh wilayah
Kota Bogor.  Sampai dengan tahun 2004, dengan pola distribusi yang ada
maka cakupan layanan listrik di Kota Bogor telah mencapai 99,335 % dari
seluruh wilayah Kota Bogor. Pada tahun 2008 direncanakan dioperasikan
gardu induk yang baru rencana di Bubulak dengan kapasitas 2x60 MVA
(GI Bogor Kota). Pasokan listrik Kota Bogor terkait dengan jaringan
transmisi Jawa-Bali, yang pada Thn 2009 proyek 10.000 MW terwujud,
maka pasokan sampai 2025 masih mencukupi. Untuk tipe konstsruksi
jaringan listrik, masih menggunakan saluran udara (di atas tanah) sehingga
mempunyai resiko tinggi.
- Pelayanan sumber energi gas
Pelayanan sumber energy ini juga dilakukan oleh PT. PGN. 
Perkembangan layanan distribusi gas ini juga berkembang dengan sangat
pesat dimana tingkat perumbuhan pelanggannya meningkat sebesar
204,92% dalam kurun waktu tahun 1999-2003.  Total gas yang tersalurkan
di akhir tahun 2003 telah mencapai 222.068.209 m3.
- Penyediaan air bersih
Seluruh masyarakat Kota Bogor dilayani oleh BUMD PDAM Tirta
Pakuan dan sebagian oleh BUMD PDAM Tirta Kahuripan (Kabupaten
Bogor).  Penyediaan air bersih ini dilakukan dengan memanfaatkan
sumber mata air dan sungai yang ada di Kota Bogor. Total penyaluran air
bersih oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor tahun 2005 untuk kegiatan
domestik adalah 24.007.048 m3  dengan jumlah pelanggan 70.014
sambungan, yang distribusi penyaluran air bersih ini telah melayani
67,91% dari keseluruhan penduduk Kota Bogor (diluar yang terlayani oleh
PDAM Tirta Kahuripan)  Selain memperoleh layanan air bersih dari
PDAM, sebagian masyarakat Bogor untuk memenuhi kebutuhan air
bersihnya sehari-hari didapatkan melalui cara pengambilan air tanah dan
air permukaan.  Saat ini Kota Bogor masih belum dihadapkan pada krisis
air,  mengingat sumber air baik dari mata air (3 mata air) maupun sungai
(3 sungai) menghasilkan debit air yang masih memadai yakni 1.125 liter
per detik.
- Sarana dan prasarana telekomunikasi
Sampai dengan tahun 2004 telah mampu melayani sampai dengan 80%
kebutuhan masyarakat Kota Bogor.  Melalui PT Telkom Kandatel Bogor
telah berhasil ditingkatkan pelayanan sambungan hingga mencapai
333.467 SST dengan berbagai jenis layanannya, baik untuk bisnis,
perumahan maupun telepon umum.  Dengan teknologi yang semakin
berkembang pada saat ini, maka untuk daerah-daerah tertentu yang belum
dapat terlayani oleh jaringan kabel Telkom, pelayanannya telah dapat
dijangkau oleh jaringan telekomunikasi nir-kabel (wireless), baik itu yang
disediakan oleh PT Telkom maupun perusahaan-perusahaan swasta
lainnya yang bergerak di bidang telekomunikasi.  Untuk layanan
komunikasi data, maka di Kota Bogor juga telah dilayani oleh jaringan
internet berkapasitas lebar baik itu dengan menggunakan kabel maupun
dengan nir-kabel yang terus berkembangan sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi.
- Penanganan permasalahan sampah padat,
Kota Bogor masih menggunakan sistem konvensional yaitu
dikumpulkan di beberapat titik pengumpulan lalu dibawa ke tempat
pembuangan akhir.  Jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh
berbagai kegiatan di Kota Bogor diperkirakan mencapai 2.124 m3 per hari
dimana sampah yang dihasilkan adalah 72% bersifat organik dan 28%
bersifat anorganik.  Dari jumlah sampah yang dihasilkan ini baru dapat
terangkut menuju TPA sebesar 68,8% karena adanya keterbatasan armada
truk pengangkutan sampah.  Karena tidak semuanya dapat terangkut maka
sebagai akibatnya sampah yang tidak terangkut lalu dibuang oleh
masyarakat ke sungai atau ke lahan kosong yang ada sehingga
menimbulkan dampak negatif baik kepada lingkungan maupun kebersihan
dan kesehatan masyarakat.
- Pengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cair di kota Bogor secara umum masih belum
berjalan dengan baik.  Indikasi ini terlihat dari indikasi pencemaran air di
Kota Bogor yang telah berada di atas batas mutu untuk beberapa kriteria. 
Kontaminasi ini terutama ditimbulkan dari limbah cair rumah tangga yang
pembuangannya tidak dengan menggunakan kaidan pengolahan limbah
yang benar.  Berdasarkan data yang ada pada tahun 2003 hanya 22,53%
penduduk yang rumahnya dilengkapi dengan tangki septik.  Sebagai
akibatnya maka hampir 80% kegiatan rumah tangga di Bogor turut
berpartisipasi dalam pencemaran air di Kota Bogor akibat tidak adanya
IPAL rumah tangga yang baik dan terpadu.  
- Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kota Bogor secara fisik jumlah dan
ketersebarannya sudah sangat mencukupi.  Di Kota Bogor terdapat 286
sarana pendidikan usia pasca balita (TK, Diniyah, dan RA), 366 sarana
pendidikan dasar (SD dan Ibthidaiyah), 145 sarana pendidikan menengah
pertama (SMP dan Tsanawiyah), 110 sarana pendidikan menengah atas
(SMA, SMK, dan Aliyah) dan 9 sarana pendidikan tinggi (Akademi,
Sekolah Tinggi dan Perguruan Tinggi).
- Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kota Bogor juga sudah sangat memadai.  Di
Kota Bogor terdapat 24 unit Puskesmas RRI, 22 unit Puskesmas
Pembantu, 3 Puskesmas Keliling, dan 9 Rumah Sakit.  Selain itu
Pelayanan Kesehatan di Kota Bogor juga didukung oleh 8 rumah bersalin,
77 balai pengobatan, 556 praktek dokter, 737 apotek, 28 toko obat berizin,
dan 16 laboratorium kesehatan.
- Pelayanan kebutuhan rohani
Pelayanan kebutuhan rohani di Kota Bogor juga telah tersedia fasilitas-
fasilitas ibadah yang letaknya tersebar di seluruh Kota Bogor.  Adapun
fasilitas-fasiltitas peribadatan yang tersedia tersebut adalah 634 mesjid,
753 musholla, 27 Gereja Protestan, 8 Gereja Khatolik, dan 9 wihara
Budha.  Fasilitas-fasilitas ini hampir seluruhnya didanai oleh swadaya
masyarakat dalam pengadaan dan perawatannya.  
- Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Dikarenakan Kota Bogor secara regional mempunyai fungsi utama
sebagai pusat kegiatan bagi daerah-daerah sekitarnya, maka kegiatan jasa
dan perdagangan memiliki aktivitas yang tinggi di Kota Bogor.  Untuk
menampung aktivitas tersebut maka di Kota Bogor terdapat fasilitas-
fasilitas perdagangan yang melayani tidak hanya lokal untuk kota Bogor
tetapi juga untuk pasar regional Bogor Raya.  Adapun fasilitas-fasilitas
perdagangan yang berada di Kota Bogor adalah sebagai berikut: 4 pasar
regional, 5 pasar lokal,  7 pasar modern/supermarket, 388 toko dan 2.212
warung.

C. Kota Depok
- Komponen Air Bersih
Pelayanan air bersih Kota Depok, sistem perpipaannya hanya mampu
mencukupi 19% dari seluruh kebutuhan warganya.
- Komponen Drainase
Beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki sistem drainase yang
layak. Hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak
disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota
permukiman. Sebelum tahun 1970-an, Depok merupakan areal persawahan
yang sarat dengan sistem irigasi, sehingga infrastruktur jalan yang ada
sekarang mengikuti sistem pengairan ini. Untuk membangun system
drainase memang membutuhkan biaya yang tinggi. Namun bila tidak
dimulai Depok akan bernasib sama dengan Jakarta yang digenangi air bila
hujan turun. Bila ini terjadi, kondisi Jakarta akan lebih parah lagi.
- Komponen Persampahan
Timbulan sampah yang terdapat di Kota Depok merupakan jumlah
sampah yang berasal dari daerah perumahan, daerah komersial (pasar,
pertokoan, dan pusat perdagangan), daerah industri, perkantoran, sarana
umum, jalan, taman, dan lain-lain.
Saat ini daerah-daerah yang sudah dilayani oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Depok baik sampah domestik maupun non domestik,
meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Pancoran,
dan Kecamatan Beji. Berdasarkan hal tersebut produksi sampah yag
terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah saat ini adalah
sebesar 900 m3/hari atau 25 % dari jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan Kota Depok sebesar 3600 m3/hari. Timbulan sampah yang
bersal dari daerah pelayanan dikumpulkan di Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) yang tersebar di lokasi-lokasi tertentu untuk selanjutnya
di angkut ke Tempat Pembuangan Akhir Cipayung yang terletak di di
Kecamatan Pancoran Mas Depok.

Untuk memudahkan pelayanan, sejak bulan Maret 2003 dilakukan


pembagian wilayah pelayanan pada tiap-tiap kecamatan dengan dipimpin
oleh masing-masing seorang Koordinator Kecamatan (Korcam) dengan
dibantu oleh staf administrasi dan petugas retribusi, yaitu:
1. Wilayah pelayanan pada Kecamatan Cimanggis
2. Wilayah pelayanan pada Kecamatan Sukmajaya
3. Wilayah pelayanan pada Kecamatan Pancoran Mas dan Beji
4. Wilayah pelayanan pada Kecamatan Limo dan Sawangan
- Komponen Jalan
Berkaitan dengan mobilitas di Kota Depok, persoalan yang dihadapi
antara lain tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di
DKI Jakarta,terbatasnya jalan alternatif di bagian poros tengah kota
menuju Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas
regional dan sepanjang jalan utama, dan pemanfaatan badan jalan untuk
kegiatan perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan
kemacetan lalu lintas.

D. Kota Tangerang
- Pendidikan
Pada tahun 2001 fasilitas pendidikan yang ada di Kota Tangerang
antara lain TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

- Fasilitas Kesehatan
Dalam upaya peningkatan masalah kesehatan Kota Tangerang terus
meningkatkan pelayanannya dengan upaya pengadaan berbagai sarana dan
prasarana kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Tangerang adalah Rumah
Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Posyandu dan penyebarannya sudah
cukup merata di setiap kecamatan
- Komponen Air Bersih
Daerah pelayanan air bersih Kota Tangerang terdiri dari:
a. Daerah perumahan yang air bersihnya dilayani oleh developer sendiri.
b. Daerah perumahan dan industri yang dilayani oleh PDAM Kota
Tangerang.
Wilayah pelayanan air bersih Kota Tangerang meliputi 13 Kecamatan
yang dikelola 3 (tiga) Institusi yaitu:
a. Cabang Babakan, dengan IPA Babakan kapasitas 80 l/det dan IPA
Cikokol. Kapasitasnya 500 l/det dan 100 l/det.
b. Cabang Perumnas I dengan IPA Perumnas kapasitas 40 dan 20 l/det,
serta IPA Cikokol kapasitas 500 l/det dan 100 l/det.
c. Cabang Perumnas II, dengan IPA Cikokol dengan kapasitas 500 l/det.
Total kapasitas terpasang saat ini 740 l/det, sumber air baku yang
dipakai adalah Sungai Cisadane dengan kapasitas produksi sekitar 647
l/det dan distribusi system pemompaan. Penduduk yang terlayani dari
sistem air bersih tersebut sekitar 34,03% penduduk kota Tangerang.

Kapasitas produksi, distribusi , air terjual dan persentase kebocoran air


PDAM Kota Tangerang tahun 1997 – 2003 dirinci dalam tabel berikut ini.
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa kapasitas produksi, distribusi,
jumlah air terjual dan panjang pipa terpasang, dari tahun 1999 sampai
dengan tahun 2003 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan tersebut diiringi dengan penurunan tingkat kebocoran. Ini
menunjukkan bahwa kinerja PDAM Kota Tangerang dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan
untuk Kota Metropolitan sebesar 15%, dan kebutuhan ideal adalah 185
liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Tangerang
disajikan dalam tabel berikut ini.

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih


185 l/org/hari, Kota Tangerang dengan jumlah penduduk 1.354.226 jiwa,
membutuhkan 250.531.810 lt/hr. Jumlah ini didapatkan dari jumlah
penduduk x 185 l/orang/hari. Namun PDAM Kota Tangerang baru dapat
memproduksi sebanyak 55.900.800 l/hari. Sehingga masih dibutuhkan
kapasitas produksi sebanyak 194.631.010 l/hr.
- Komponen Persampahan

Lokasi tempat pembuangan akhir sampah yang ada di Kota Tangerang


adalah TPA Rawakucing. Pengelolaan sampah di Rawa Kucing
menggunakan sistem pembuangan dengan metode open dumping. Luas
lahan TPA 8 Ha, Luas yang tersisa sekitar 2 – 3 Ha. Jumlah sampah dari
Kota Tangerang yang dibuang di TPA Rawa Kucing sekitar 1.710 m3
sampah perhari (berdasar truk masuk 190 trip/hari). TPA dilengkapi
dengan Excavator, Buldozer dan Wheel Loader dengan beban kerja
operasi rata-rata 4 jam per hari. Dalam rangka mengurangi timbulan
sampah, memperpanjang umur pakaiTPA dan meminimalkan dampak
lingkungan di sekitar lokasi TPA, maka dilakukan upaya pengolahan
sampah. Pada saat ini upaya pengolahan sampah yang telah dilakukan di
TPA Rawa Kucing adalah pengolahan sampah organik menjadi pupuk
organik kompos di bawah Unit Pengolahan Sampah Organik (UPSO) TPA
Rawakucing.
- Komponen Sanitasi/Limbah Cair
Sistem pengolahan air limbah di Kota Tangerang belum dilakukan
secara maksimal,hal ini disebabkan belum dapat dioperasikannya Instalasi
Pengelolaan Air Limbah.
Air limbah yang ada di Kota Tangerang berasal dari limbah rumah
tangga, air hujan dan limbah industri. Sistem pembuangan air hujan
mengikuti pola aliran alami dalam hal ini drainase terbuka. Sedangkan
untuk limbah buangan rumah tangga adalah dengan menggunakan sistem
septic tank dan dibuang ke drainase terbuka.
- Komponen Jalan
Sistem jalan di Kota Tangerang merupakan bagian dari jalan Nasional
dan Propinsi. Jalan Tol Sukarno-Hatta, Jalan Daan Mogot, Jalan Gatot
Subroto, Jalan Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan
negara yang menghubungkan Kota Tangerang dengan Kota Jakarta dan
Kabupaten Tangerang dan diklasifikasikan sebagai jalan arteri primer.
Jalan Cokroaminoto, Jalan M. Toha, Jalan Maulana Hasanudin, Jalan
Kisamaun, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Raden Saleh dan Jalan
Raden Patah yang menghubungkan Kota Tangerang dan Jakarta
diklasifikasikan sebagai jalan arteri sekunder. Panjang jalan Kota
Tangerang sekitar 555,6 km yang statusnya terdiri dari jalan negara, jalan
propinsi dan jalan kota. Adapun panjang jalan berdasarkan klasifikasi
fungsi jalan yang ada meliputi:
1. Arteri primer : 30,35 km
2. Kolektor primer : 71,65 km
3. Arteri sekunder : 27,46 km
4. Kolektor sekunder : 102,77 km
5. Lokal : 323,36 km

E. Kota Bekasi
- Pendidikan
- Fasilitas Kesehatan

- Komponen Air Bersih


Sumber air bersih untuk daerah pelayanan Kota Bekasi berasal dari
sumber air permukaan. Ada lima unit Instalasi Pengolahan Air di lima
kecamatan di Kota Bekasi.
Kapasitas produksi dari kelima unit IPA yang ada sebesar 1.065
liter/detik. Berikut ini adalah tabel kapasitas IPA yang ada di Kota Bekasi

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih


185 l/dt/org, Kota Bekasi dengan jumlah penduduk 1.845.005,
membutuhkan 341.325.925 lt/hr. Jumlah ini didapatkan dari jumlah
penduduk x 185 l/orang/hari. Namun PDAM Kota Bekasi baru dapat
memproduksi sebanyak 109.728.000 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan
kapasitas produksi sebanyak 231.597.925 liter/hari.
- Komponen Persampahan
Pengelolaan sampah Kota Bekasi dilakukan oleh Sub Dinas
Kebersihan DPU Kota Bekasi. Pelayanan Dinas Kebersihan saat ini hanya
mencakup 35% dari seluruh timbulan sampah penduduk.

Berikut ini adalah data-data tentang persampahan Kota Bekasi.


􀂉 Perkiraan timbulan sampah perhari : 4.602 m3/hari
􀂉 Kapasitas angkut rata-rata perhari : 18 m3/hari/kendaraan
􀂉 Ritasi Kendaraan rata-rata perhari : 3 rit/hari/kendaraan
􀂉 Kemampuan daya angkut rata-rata perhari : 6 – 12 m3/hari/kendaraan
􀂉 Kebutuhan kendaraan angkut sampah : (4.602 : 18) (A) : 255 unit
􀂉 Jumlah kendaraan efektif tahun 2003
a. Wilayah : 54 unit kendaraan
b. Pasar Kota : 11 unit kendaraan
c. Sewa kendaraan angkutan sampah : -- kendaraan
d. Swastanisasi Mobil Tinja : 11 unit kendaraan
Jumlah (B) : 65 unit kendaraan
Kekurangan kendaraan (C) = : A – B = 190 unit kendaraan
Tempat Pembuangan Akhir di Kota Bekasi terletak di TPA Sumur
Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. Sebelumnya terletak di
TPA Bantar Gebang (milik Pemda DKI Jakarta). Persentase komposisi
sampah di Kota Bekasi terdiri dari: sampah organik 75 %, kertas 8 %,
kain/textil 1 %, karet/kulit tiruan 1 %, plastik 9 %, metal/logam 2 %, gelas
kaca 1 %, lain-lain 5 %.

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan


sampah sebanyak 0.0035 m3/orang/hari, Kota Bekasi dengan jumlah
penduduk 1.845.005 jiwa, menghasilkan 6457,51m3 timbulan
sampah.Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 0.0035
m3/orang/hari. Namun sampah yang terangkut saat ini sebanyak 1610 m3.
Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 4847,51m3.
- Komponen Sanitasi/Limbah Cair
Layanan sanitasi yang saat ini diberikan kepada masyarakat baru
berupa layanan penyedotan lumpur tinja di septik tank milik masyarakat
yang dilakukan melalui truk tinja milik Pemda serta truk tinja milik
swasta. Tingkat pelayanan yang saat ini sudah dicapai dengan bantuan
swasta telah mencapai rata-rata 40%. Lumpur tinja yang berasal dari septik
tank masyarakat disedot dan diangkut menggunakan truk tinja (Vacuum)
milik Sub Dinas Kebersihan, DPU Kota Bekasi serta truk tinja milik
swasta. Di Kota Bekasi terdapat 11 unit truk tinja milik Subdin Kebersihan
DPU Kota Bekasi, serta 21 unit truk tinja milik swasta. Pengolahan akhir
tinja di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di
Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. Kapasitas IPLT 115
m3/hari. Secara fisik kondisi prasarana masih belum lengkap, antara lain :
pompa lumpur, bar screen dan screen chamber, dan pagar pengaman.
IPLT belum beroperasi penuh karena masih dalam penyelesaian.
- Komponen Drainase
Wilayah Kota Bekasi dialiri 5 (lima) sungai utama yaitu Kali Cakung,
Kali Bekasi, Kali Sunter, Kali Cikeas, Kali Cileungsi beserta anak-anak
sungainya. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai drainase
utama/primer (drainase makro). Kelima sungai tersebut mempunyai daerah
tangkapan air yang cukup luas dengan muara ke arah utara dan berakhir di
Laut Jawa. Sistem drainase Kota Bekasi saat ini mencakup wilayah seluas
kurang lebih 9.035 hektar atau 43% dari luas wilayah kota. Terdapat
saluran penerus/sekunder dari pusat daerah tangkapan dalam kota ke badan
air penerima dengan lebar dan kedalaman saluran bervariasi.
Kondisi sistem drainase yang ada telah banyak yang rusak dan kurang
terpelihara. Akibat dari kondisi yang ada, maka genangan menjadi masalah
utama di Kota Bekasi dengan luas genangan sekitar 58,5 hektar yang
tersebar di 27 lokasi. Genangan yang terjadi di Kota Bekasi disebabkan
oleh:
1. Adanya hambatan saluran air dari arah selatan ke utara oleh:
􀂉 Jalan tol
􀂉 Kalimalang
􀂉 Jalan Kereta Api
􀂉 Selokan/gorong-gorong yang ada saat ini kapasitasnya sudah tidak
memenuhi lagi.
2. Faktor alamiah saluran itu sendiri karena terjadi penggerusan dan
terbawanya material saluran oleh aliran air, sehingga terjadi
pedangkalan dan sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya
penyempitan dimensi saluran drainase.
3. Faktor pola perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam
saluran drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan
garis sempadan saluran menyebabkan penyumbatan dan kerusakan
saluran drainase.
4. Adanya pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan
mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan/genangan
terjadi karena pertambahan debit tersebut tidak disertai dengan
perencanaan ulang saluran drainase eksisting.
- Komponen Jalan dan Transportasi
Menjamurnya permukiman di Kota Bekasi tidak diimbangi dengan
penyediaan infrastruktur jalan yang memadai. Hampir setiap hari jalan-
jalan di Bekasi khususnya dari dan menuju pintu tol Bekasi Barat dan
Bekasi Timur, padat dan terhambat. Di beberapa jalan seperti Jl. A.Yani
misalnya rasio kemacetan mencapai 0,89 artinya kendaraan melaju dengn
kecepatan di bawah 40 km per jam. Masalah klasik pun dituding sebagai
penyebabnya. Ruas jalan yang tersedia tidak seimbang dengan mobilitas
kendaraan yang melintas.
Arus lalu lintas dari dan ke Kota Bekasi hanya dilayani satu terminal
angkutan umum. Kondisinya pun tidak terawat, jorok, banyak kubangan
jika hujan, onggokan sampah, selain masalah keamanan yang rawan.
Penumpang dan bus menjadi enggan masuk terminal. Akibatnya
bermunculan terminal-terminal bayangan di sepanjang jalan.
Panjang jalan total seluruh Kota Bekasi adalah 322,79 km, yang
hampir seluruhnya adalah jalan beraspal dan hanya sebagian kecil saja
yang merupakan jalan tanah. Kondisi jalan, sebagian besar baik, mencapai
66,75% dari total panjang jalan. Sedangkan jalan dengan kondisi sedang
sebanyak 12,53%, kondisi rusak 13,94% dan 6,78% sisanya rusak berat.
Berikut ini adalah tabel panjang jalan menurut jenis permukaan,
kondisi dan kelas jalan di Kota Bekasi tahun 2003.

Sumber :
http://digilib.petra.ac.id
Badan Pusat Statistik
www.menlh.go.id/i/art/pdf_1065226644.pdf
http://www.bappedajakarta.go.id/download/propeda/Propeda_BAB11.pdf
Profil Kabupaten/ Kota Depok 2003
Profil Kabupaten/ Kota Bekasi 2003
Profil Kabupaten/ kota Tangerang 2003
http://bappeda.bogorcity.net
http://lovescokelat.wordpress.com/2010/01/09/struktur-tuang-kota/

You might also like