Professional Documents
Culture Documents
Oleh Sa'adah
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur
langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata
kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti
mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi
(affixation).
Imbuhan (afiks) adalah Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.[1]
Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan
bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan
morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata
dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu
tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-,
-an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata.
Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda
merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal.
Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata
berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai
arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan,
rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani,
menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk
kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk
kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul
sebagai akibat perubahan bentuk kata.[2]
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem
terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga,
bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang
pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga
menghasilkan kata majemuk.[3]
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks),
akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan
(afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks,
transfiks, dan kombinasi afiks.[4]
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan
dari pem- an manjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang →
keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentuk ke-an.
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak diawal kata. Proses awalan (prefiks) ini
di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka
awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan
serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Contoh awalan (prefix) yang berasal
dari bahasa Indonesia . Kata ke-+ tua→ketua, artinya imbuhan ke- ditambah dengan kata tua,
maka menjadi ketua. pe-+ tinju→petinju, ter- + dakwa→terdakwa, ber- + main→bermain, pra- +
sejarah→prasejarah. Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa inggris.
Kata im-→improduktif, pre-→prehistori, ex-→ekspor, is→ isolasi.
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan
kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi
(suffixation). Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan,
-wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran
untuk kata benda. Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif.
-ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer.
-wi→manusiawi, surgawi, duniwi. Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang
berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional.
-iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya,
mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus.
-or→koruptor. -if→produktif, sportif.
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak
produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak
mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang
memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata
tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Getar → gemetar
Guruh → gemuruh
Kilap → kemilap
Kilau → kemilau
Santan → semantan
Gerlap → gemerlap
Gilang → gemilang
Gilap → gemilap
Taram → temaram
Serbak → semerbak
Awalan dan Akhiran (konfiks /konfix)
Awalan dan akhiran (konfiks/ konfix) yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di depan dari
bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Imbuhan yang dapat di kategorikan sebagai
konfiks/ konfix, yaitu ke-an, pe-an, per-an dan ber-an. Proses imbuhan tersebut di sebut
konfiksasi (konfiksasi/ konfixation). Contoh: ke-an: kehidupan, merupakan gabungan dari kata
hidup yang kemudian mendapat imbuhan ke-an. kata kemauan, merupakan gabungan dari kata
mau yang mendapat imbuhan ke-an. keterangan, katahuan, kepercayaan. Pe-an: pegunungan,
merupakan gabungan dari kata dasar Gunung, kemudian mendapat imbuhan pe-an. pembelian,
pendidikan, penggambaran, perdagangan. Semua pembentukan dari imbuhan ini berasal dari kata
benda. Sedangkan yang terdiri dari kata sifat yang membentuk menjadi konfiks yaitu seperti: ke-
an dan se-nya dengan bentuk dasar kata ulang (reduplikasi). Contoh: ke-an (dengan
reduplikasi)→keingris-inggrisan, artinya seseorang atau suatu benda yang mempunyai sifat
seperti inggris. kekanak-kanakkan, artinya seseorang yang mempunyai sifat seperti sifatnya
kanak-kanak. Se-nya (dengan reduplikasi)→sebaik-baiknya, sepandai-pandainya. Sedangkan
contoh yang lainnya dari konfix yaitu melakukan→me-kan, menduduki→me-I,
memperlihatkan→memper-kan, kelihatan→ke-an, berdasarkan→ber-kan, keadilan→ke-an,
permusuhan→per-an, permainan→per-an.
Simulfiks
Simulfiks yaitu afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada kata
dasarnya. Biasanya di samakan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan
fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata yang lain
menjadi kata kerja. Contoh: kopi→ ngopi, soto→ nyoto, sate→ nyate, kebut→ ngebut, tulis→
nulis, gambar→ nggambar, tendang→ nendang.
Superfiks atau suprafiks adalah imbuhan yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental
atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Imbuhan superfiks dapat kita
jumpai dalam bahasa-bahasa daerah, misalnya: bahasa Batak Toba, dalam bahasa Batak Toba
terdapat tekanan morfemis. Contoh: kata ‘guru (nomina) dan kata ‘guru (adjektiva), antara kata
‘asom yang artinya jeruk kedudukan kata ini di sebut sebagai nomina dengan kata ‘asom yang
artinya ‘asam kedudukan kata ini sebagai adjectifa. Sama halnya dalam bahasa Jawa, biasanya
dengan peninggian vokal dapat di sebut sebagai ciri suprasegmental pada suku terakhir suatu
adjectiva bersifat morfemis. Contoh: suwe→lama, wedi→takut. Dalam bahasa Toraja tekanan
terletak pada suku kata terakhir dari suatu adjectifa yang di sertai velarisasi adalah proses
sekunder, maka peristiwa itu boleh di anggap simulfiksasi. Contoh: biti→kecil,
malampo→gemuk. Jadi, superfiks itu sama halnya dengan bahasa dialek yang hanya di miliki
oleh daerah tertentu atau bahasa khas pada suatu daerah.
Interfiks
Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia
interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan -o-. Contoh:
gabungan antara kata indonesia dengan kata logi→indonesianologi, artinya kata indonesianologi
merupakan gabungan antara dua unsur kata, yaitu kata indonesia dan logi. Gabungan antara kata
jawa dengan kata logi→ jawanologi. Gabungan antara kata sosial dengan kata logos→ sosiologi.
Gabungan antara kata psyko dengan kata logi→ psykologi. Dalam bahasa Jerman interfiks –n-
muncul dalam gabungan auge ‘mata’ dengan kata arzt ‘dokter’→ augenazart ‘dokter mata’.
Interfiks –es- muncul dalam gabungan jahr ‘tahun dan zeit ‘waktu’→ jahreszeit ‘musim’.
Transfiks
Transfiks yaitu jenis infiks yang menyebabkan kata dasar menjadi terbagi-bagi. Bentuk ini
terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa arab; misalnya: akar ktb
dapat di beri transfiks a-a, i-a, a-I, dan lain sebagainya. Menjadi katab ‘ia menulis’, kitab ‘buku’,
katib ‘penulis’. Kata nshr dapat di beri transfiks a-a, maka menjadi nashara. Kata dzhb dapat di
beri transfiks a-a, maka menjadi dzahaba.
Kombinasi afiks
Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan kata dasar,
afiks ini hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna
gramatikal tersendiri, muncul secara bersama pada bentuk dasar, tetapi berasal dari proses yang
berlainan, dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks, seperti: me-kan→mempertanyakan, yaitu
sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks, yaitu mem-, per-, -kan. Dua prefiks, yaitu
mem- dan per- dan satu sufiks – kan .
http://www.kampusislam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=608