You are on page 1of 18

FISIOLOGI SUARA

ASAL SUARA
Suara terjadi akibat adanya getaran. Jika sebuah benda dipukul, ditarik ditiup, digores atau
ditekuk secara berulang-ulang maka partikel udara yang berada dekat dengan benda itu akan
bergerak pula mengikuti gerakan benda tersebut. Gerakan benda yang berulang-ulang menyebabkan
pemampatan dan perenggangan udara secara bergantian. Pernampatan dan perenggangan ini
menimbulkan gelombang suara di udara. Gelombang suara merambat melalui udara hingga sampai
ke telinga dan menggetarkan gendang telinga. Itulah yang disebut sebagai ‘mendengar suara’.
Kesimpulannya, suara yang didengar manusia timbul karena adanya getaran benda yang
merupakan sumber suara dan adanya medium penghantar yang membawa getaran sumber suara
sampai ke telinga. Gelombang suara yang paling sederhana yaitu gelombang suara sinus
(sinusoidal).

FREKUENSI
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam setiap getaran yang lengkap didalam setiap detiknya
(jumlah getaran setiap detik). Satuan frekuensi adalah Hertz, diambil dari nama penemu gelombang
radio pada tahun 1886, Heinfich Hertz. Kadang-kadang digunakan juga cycles per second (cps). Contoh,
jika sebuah benda bergetar sebanyak 100 kali setiap detiknya maka berarti getaran benda tersebut
menimbulkan suara yang berfrekuensi 100 Hertz (Hz). Jumlah getaran kelipatan seribu biasanya
dinyatakan dengan ‘kilo’. 10.000 hertz = 10 kilohertz (kHz).
PENDENGARAN MANUSIA & AUDIBLE RANGE
Manusia mempunyai sensitive transducer (membran peka getaran) pada telinganya yang
secara umum sanggup bergetar (dalam bahasa sederhana disebut ‘bisa mendengar’) dengan
jangkauan frekuensi 16 Hz - 16.000 Hz (16 kHz), ada pula yang menyebut 20 - 20.000 Hz (20 kHz).
Frekuensi terendah dan tertinggi dari jangkauan frekwensi yang bias didengar manusia
tersebut sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai ‘dirasakan’ daripada didengar. Frekuensi diatas
16.000 Hz disebut sebagai frekuensi Ultrasonic, sedangkan frekuensi di bawah 16 Hz disebut
Infrasonic. Di ambang batas tersebut, biasanya manusia merasakan hal-hal yang bersifat fisik
misalnya manusia cenderung merasakan sakit di telinga ketika mendengar sayatan suara biola pada
oktav tertinggi. Sedangkan pada ambang batas frekuensi rendah, suara getaran gempa bumi
membuat manusia cenderung merasa cemas, takut dan detak jantung meningkat. Para sound designer
untuk film bioskop sering mengeksploitasi suara dengan pada frekuensi tersebut untuk
meningkatkan ketegangan penonton. Meskipun hal ini juga harus didukung sistem tata suara
(loudspeaker dsb) yang mampu mereproduksi suara dengan frekuensi tersebut.

PITCH
Terdapat satu istilah tidak baku namun umum dalam kehidupan sehari-hari yaitu ‘fals’. Kata
tersebut untuk menggambarkan ketidak tepatan dalam mengatur tinggi-rendah suara relatif. Contoh :
Seorang vokalis memainkan lagu yang instrument musiknya menggunakan nada dasar ‘A’. Frekuensi
nada ‘A’ adalah 440 Hz, vokal yang dinyanyikan ternyata ‘fals’ dengan frekuensi kira-kira 435 Hz.
Maka bisa dikatakan vokalis tersebut menyanyi dengan ‘pitch’ yang lebih rendah dari nada yang
seharusnya.
Kesimpulannya semakin banyak getaran setiap detiknya semakin tinggi ‘pitch’-nya. Suara
gelas pecah (‘pyaarrr’) mempunyai frekuensi lebih tinggi daripada frekuensi karung beras yang jatuh
(‘bruuugg’) maka dikatakan bahwa pitch suara gelas pecah lebih tinggi daripada suara karung beras
jatuh. Suara-suara yang dihasilkan akibat perbedaan pitch juga memberikan persepsi karakter nada
suara seperti bright (cerah), mellow (lembut), raspy (serak), hissy (berdesis) dan sebagainya.
OKTAF
Istilah ini biasa dijumpai dalam dunia musik, yaitu istilah untuk pembagian jangkauan frekuensi
suara yang bisa didengar telinga manusia. Pembagian ini dilakukan karena frekuensi suara
masing-masing mempunyai keunikan dan karakteristik tersendiri. Satu oktaf adalah interval antara
dua frekuensi yang mempunyai perbandingan 2 : 1. Jangkauan pendengaran manusia yang juga biasa
disebut spektrum audio tersebut mencakup hampir 10 oktaf. Dalam dunia audio sering juga
digolongkan dalam bass, midrange dan treble.
 LOW BASS (Oktaf I & II, frekuensi 16 Hz - 63 Hz)
Contoh : Not paling bawah alat musik piano, organ, tuba dan bass, gempa bumi, gemuruh
Ialu lintas, gemuruh badai, ledakan. Suara dalam oktaf tersebut identik dengan kekuatan,
semangat, penuh tenaga. Penambahan kekuatan pada oktaf ini akan menimbulkan kesan
tebal dan berlumpur.
 UPPER BASS (Oktaf III & IV, frekuensi 64 Hz – 256 Hz)
Contoh : Suara drum, piano, bass, cello, trombone dan french horn. Dalam oktaf ini
suara-suara tersebut menimbulkan keseimbangan pada struktur musik. Penambahan
kekuatan pada oktaf ini mengakibatkan suara menjadi tebal, sementara pengurangan akan
menyebabkan suara menjadi tipis.
 MIDRANGE (Oktaf V, VI, VII, frekuensi 256 Hz - 2.048 Hz)
Oktaf ini sering disebut frekuensi fundamental, harmonik dan overtone bagian rendah dari
sumber suara. Midrange biasanya menimbulkan suara yang tidak menyenangkan.
Penambahan kekuatan pada oktaf VI akan menimbulkan hornlike effect (suara terasa seperti
terompet). Sedangkan penambahan kekuatan pada oktaf VII menyebabkan suara menjadi
kecil atau ringan (tinny). Terlalu banyak mendengarkan suara-suara midrange bisa
mengganggu dan melelahkan.
 UPPER MIDRANGE (Oktaf VIII, frekuensi 2.048 Hz - 4.096 Hz)
Telinga manusia lebih sensitif pada oktaf VIII ini dibanding oktaf-oktaf lainnya. Bagian
rendah dari oktaf VIII (2.048 Hz - 3.500 Hz) mengandung frekuensi vokal atau dialog
manusia. Penambahan kekuatan akan meningkatkan kejelasan pada vokal/ dialog,
khususnya pada jangkauan frekuensi 3.000 Hz - 3.500 Hz. Namun jika terlalu berlebihan
suara menjadi kasar (abrasive) dan tidak menyenangkan, vokal atau dialog menjadi keras
(hars) dan lispy (seperti pengucapan ‘s’ dan ‘z’ yang tidak tepat hingga kesannya seperti
mengucapkan ‘th’), membuat konsonan sulit dimengerti.
Sedangkan bagian atas dari oktaf VIII (diatas 3.500 Hz) mengandung pitch yang kaya dan
menyenangkan yang bisa memberikan daya pisah (definisi suara), juga memberikan
kejernihan dan realitas yang lebih baik. Pendengar menyadari frekuensi pada jangkauan ini
(dan juga pada bagian bawah oktaf IX, sampai 6.000 Hz) sebagai suara yang dekat (close) atau
biasa dikenal sebagai "presence range" (bagian frekuensi yang bisa lebih menghadirkan
/mendekatkan suara).
 TREBLE (Oktaf IX & X, frekuensi 4.096 Hz - 16.384 Hz)
Oktaf-oktaf ini sebenarnya hanya menyumbang kurang lebih 2 % dari total output spektrum
suara. Frekuensi ini identik dengan suara yang cemerlang (briiliance) dan ceria (sparkle),
terutama bagian atas oktaf IX dan bagian bawah oktaf X. Penambahan kekuatan pada
frekuensi 5.000 Hz yang merupakan 'jantung" dari presence range akan memberikan kesan
seolah terjadi peningkatan kekerasan secara keseluruhan pada mid range. Pengurangan pada
5.000 Hz membuat suara seperti menjauh dan transparan. Sedangkan penambahan kekuatan
pada frekuensi diatas 6.000 HZ membuat suara mendesis dan menyebabkan noise elektronik
dan noise sistem perekaman. Sebaliknya jika kekuatannya dikurangi akan mengakibatkan
suara terkesan tumpul.

INTENSITAS SUARA

Untuk bisa bergetar maka benda harus berubah dari posisi semula, artinya benda tersebut
melakukan penyimpangan. Besar kecilnya penyimpangan ini di sebut ‘amplitudo’. Amplitudo ini
akan menentukan besar kecilnya perapatan dan perenggangan udara yang pada akhirnya akan
menentukan keras lemahnya suara yang masuk ke dalam telingan kita. Besar kecilnya amplitudo
akan mempengaruhi intensitas atau kekerasan suara.
Intensitas suara diukur dengan satuan decibel (db), yaitu satuan ukuran untuk intensitas
relatif dari tekanan akustik. Tekanan akustik diukur dalam db sound pressure level (db-SPL). Manusia
mempunyai potensi untuk mendengar mulai dari 0 db-SPL, yang merupakan ambang pendengaran
(treshold of hearing), hingga mencapai 140 db-SPL, ambang ketegangan (treshold of pain). Jangkauan dari
0 db-SPL (keheningan) sampai 140 db-SPL (paling keras) disebut jangkauan dinamika atau bidang
dinamika (dynamic range) dari kemampuan dengar manusia.

AMPLITUDO
Yaitu tinggi rendahnya gelombang suara yang mempengaruhi besar kecilnya perapatan dan
perenggangan udara. Perapatan dan perenggangan udara akan mempengaruhi tekanan akustik suara
(sound pressure) dalam gelombang suara yang masuk ke telinga sehingga pada akhirnya akan
menentukan keras lemahnya suara (intensitas). Satuannya adalah decibel (db) sound pressure level
(SPL), yaitu satuan ukuran untuk intensitas relatif dari tekanan akustik. Tekanan akustik diukur dalam
db sound pressure level (db-SPL).

KEKERASAN SUARA INTENSITAS


 Ambang pendengaran (auditory treshold) 0db
 Suara nafas 10db
 Ruangan dalam keadaan tenang 20db
 Gedung dalam keadaan tenang 30db
 Suasana rumah 50db
 Pembicaraan normal 60db
 Televisi 60dB
 Mobil 70dB
 Pabrik 75db
 Lalu lintas normal 80db
 Lalu lintas sangat ramai 90dB
 Take-Off pesawat jet 120db
 Senapan mesin jarak 1 meter 130db
 Batas sakit telinga (treshold of pain) 140db

BIDANG DINAMIKA (DYNAMIC RANGE)


Bidang dinamika adalah rentang antara wilayah suara yang paling keras (fortissimmo) sampai
suara yang paling lembut (pianissimo). Rentang tersebut sering dikenal sebagai ‘loudness’. Persepsi
terhadap loudness pada dasarnya adalah subyektif, tergantung pada kondisi lingkungan. Contohnya,
suara orang berbisik dan suara ledakan bom pada kejadian nyata memiliki perbedaan kekerasan yang
sangat tajam, sementara dalam film tidak mungkin merekam suara dan mereproduksikan suara yang
bisa menyamai bidang dinamika seperti dalam kenyataan sebenarnya. hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan mikrofon, alat perekam dan alat reproduksi suara (amplifier dan speaker). Suara yang
sangat keras akan membuat hasil rekaman distorsi, sedangkan suara yang terlalu lembut akan
mengakibatkan suara atmosfir lingkungan yang berlebihan dan noise peralatan.

TIMBRE
Pada program televisi, color bar yang digunakan sebagai leader pita umumnya juga
menyertakan tone sebagai patokan pengukuran level audio. Software editing non-linear seperti Adobe
Premiere menyertakan tone 1000Hz dengan level -12dB. Tone tersebut pada dasarnya adalah
gelombang yang murni atau gelombang sinusoidal (sine wave). Gelombang ini adalah suara frekuensi
tunggal yang tidak mengandung suara-suara lain (harmonic dan overtones).
Suara yang umum kita dengar setiap hari sebenarnya suara yang didalamnya mengandung
beberapa frekuensi yang berbeda yang menghasilkan bentuk gelombang suara atau waveform secara
bervariasi sehingga memberikan karakter pada setiap suara. Misalnya struktur harmonik dan overtone
yang ada pada suara gitar sangat jauh berbeda dengan struktur pada suara piano sehingga masing-
masing dianggap mempunyai karakter yang berbeda. Perbedaan struktur harmonik dan overtone pada
setiap ini disebut dengan timbre atau warna suara.
Contoh nyata keunikan warna suara adalah pada suara manusia, meskipun misalnya sama-
sama mempunyai suara bariton dengan level suara yang sama namun waveform pasti berbeda. Jadi
tidak ada suara manusia yang 100% mempunyai warna suara yang sama. Warna suara juga dapat
ditimbulkan oleh jenis dan bahan sumber suaranya serta cara suara tersebut ditimbulkan. Suara flute
yang terbuat dari logam akan berbeda dengan suara seruling yang terbuat dari bambu. Suara senar
pada piano yang dipukul oleh hammer akan berbeda dengan suara drum yang dipukul dengan stick.
Demikian juga suara pukulan hammer pada piano tersebut akan berbeda dibanding suara petikan
senar pada gitar atau harpa.

ENVELOPE
Salah satu yang juga mempengaruhi warna suara (timbre) adalah envelope. Envelope adalah
perubahan intensitas suara yang diakibatkan oleh berjalannya waktu. Envelope dibagi dalam 3 (tiga)
jenis :
Attack : Waktu yang dibutuhkan sejak suara tersebut muncul sampai mencapai level tertingginya.
Sustain : Periode waktu selama level suara tertinggi tersebut muncul.
Decay : Kebalikan dari attack, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak suara pada level tertingginya
sampai suara tersebut hilang atau tidak terdengar.
Cara sumber suara mengeluarkan suara sangat mempengaruhi envelope. Suara kontra-bass yang
digesek akan terdengar lebih lembut dan menyentuh dikarenakan attack, sustain dan decay-nya adalah
secara berangsur-angsur (envelop-nya lama, halus, tidak tiba-tiba), sedangkan jika kontra-bass tersebut
dipetik akan mengeluarkan suara yang tegas. Hal tersebut dikarenakan attack, sustain dan decay-nya
adalah secara tiba-tiba (envelopnya singkat).

RESONANSI
Hal lain yang ikut mempengaruhi warna suara adalah resonansi, Resonansi adalah adalah
ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh getaran benda lain di dekatnya. Sifat resonansi
biasanya adalah saling berinterferensi sempurna (saling menguatkan). Gitar akustik adalah salah satu
contoh suara yang ditimbulkan akibat adanya resonansi. Ruangan pada gitar akustik yang terbuat
dari kayu ikut bergetar dengan frekuensi yang sama dengan getaran senar sehingga menghasilkan
energi suara yang lebih keras. Panel kayu pada gitar akustik disebut dengan resonator. Perbedaan
bentuk dan perbedaan bahan resonator akan menghasilkan warna suara yang berbeda-beda pula.
KECEPATAN SUARA
Kecepatan suara ikut mempunyai pengaruh terhadap pitch dan intensitas meski pengaruhnya
kecil. Kecepatan suara merambat di udara terbuka adalah 1.130 feet/detik (340 m/detik) pada
permukaan laut dengan temperatur 70 derajat Fahrenheit. Sedangkan kecepatannya di air 4.800
feet/detik tergantung pada struktur kepekatan molekul air. Kecepatan suara dipengaruhi oleh
temperatur. Udara yang lebih panas menyebabkan kecepatan suara naik, udara yang lebih dingin
membuat kecepatan suara turun. Setiap perubahan 1 derajat Fahrenheit kecepatan suara berubah 1,1
feet/detik.

AKUSTIK

Suara seperti halnya sesuatu yang bersifat fisika lainnya tidak dapat berdiri sendiri. Suara
tergantung pada kondisi lingkungan dimana suara terdengar. Benda padat, cair dan bahkan gas
mempunyai pengaruh terhadap kualitas suara tersebut.

ABSORBSI (PENYERAPAN) SUARA OLEH UDARA


Gelombang suara tidak dapat merambat sampai ke telinga tanpa adanya udara. Namun
ternyata udara juga dapat mengakibatkan gelombang suara tidak dihantarkan dengan baik. Hal ini
dikarenakan udara mempunyai kemampuan untuk menyerap suara. Contohnya semakin jauh
sumber suara dengan telinga maka suara yang didengar makin lemah. Dalam hal ini energi suara
akan diserap oleh udara sehingga kekuatannya semakin berkurang.
Absorbsi dipengaruhi oleh kelembaban udara dan frekuensi suara itu sendiri. Potensi
kehilangan energi suara pada kelembaban udara tinggi sangat kecil, sedangkan semakin tinggi
frekuensi maka potensi penurunan energi suara akan semakin besar. Pada kelembaban udara 20%
dan frekuensi 10 kHz, potensi penurunan energi suara adalah 9 dB setiap 100 feet perambatan suara.
Sedangkan pada kelembaban 60% dengan frekuensi yang sama, penurunan energi suara hanya 4 dB
per 100 feet. Dalam konteks produksi film & televisi khususnya pada setting outdoor atau long shot,
potensi kehilangan energi suara akan semakin besar jika jarak mikrofon dan sumber suara jauh. Pada
situasi tersebut, sound designer biasanya akan menambahkan mikrofon lavalier/clip-on untuk
menambah detail suara.

ECHO & REVERBERASI (REVERB)


Echo (sering disebut gema) dan Reverb (sering disebut gaung) pada prinsipnya adalah
pantulan suara yang diakibatkan benda-benda di sekitarnya. Suara yang keluar dari sumber suara
akan dipantulkan kembali apabila mengenai sebuah benda keras. Karakteristik echo adalah bunyi
yang sama akan dipantulkan lagi dengan delay beberapa milisecond, sedangkan delay pada reverb jauh
lebih kecil sehingga seolah-olah hanya bagian akhir dari bunyi yang terdengar sebagai pantulan. Jika
energi suara mengenai permukaan keras dan datar, suara akan dipantulkan kembali dengan sudut
pantul sama dengan sudut datangnya energi suara tersebut. Apabila suara mengenai bidang
cembung maka suara akan dipantulkan menyebar, sedangkan jika mengenai bidang lengkung, suara
akan dipantulkan terfokus ke arah satu titik.
Dalam konteks produksi film & televisi, rekaman dialog umumnya menghindari terjadinya
reverb dan echo untuk mendapatkan kejelasan suara yang murni. Sebagai bagian dari disain suara,
penambahan efek gaung atau gema biasanya dilakukan pada tahap post-production. Pada produksi
dengan setting ruangan kecil dan berdinding keras, biasanya sound designer akan menempatkan
bahan-bahan penyerap suara untuk menghindari terjadinya reverberasi.
PEMBIASAN (REFRAKSI)
Pantulan suara pada konsep echo dan reverb sesungguhnya tidak berlaku mutlak. Artinya
pantulan suara yang terjadi tidak 100%, beberapa diantaranya akan tetap masuk ke dalam material
reflektor. Suara yang tidak terpantulkan dan terserap ke dalam material akan berubah menjadi energi
panas.

MATERIAL PENYERAP SUARA


Benda-benda yang permukaannya keras dan licin biasanya lebih banyak memantulkan suara,
seperti misalnya tembok, beton, keramik, besi. Sedangkan benda yang permukaannya berserat atau
berbutir-butir, seperti softboard dan glasswoll biasanya lebih banyak menyerap suara dan biasanya
tidak dipantulkan kembali. Disain akustik selalu memperhatikan material yang digunakan dan
desain yang membuat pantulan suara minimum bahkan tidak ada sama sekali. Studio rekaman suara,
auditorium, concert hall dan sebagainya adalah contoh bangunan dengan treatment akustik khusus.

MIKROFON

Mikrofon pada dasarnya adalah transducer, yaitu alat yang berfungsi mengubah energi suara menjadi
energi listrik.

MIKROFON BERDASARKAN CARA KERJANYA


 Karbon : Telephone Microphone
 Keramik : Hydrophone
 Ribbon : Ribbon Microphone
 Moving Coil : Dynamic Microphone
 Capacitor : Condenser Microphone
Pada produksi film & televisi, umumnya hanya 2 (dua) jenis mikrofon yang dipakai, yaitu jenis
mikrofon dynamic dan condenser.

MIKROFON DYNAMIC
Energi suara yang masuk akan menggetarkan membran (transducer) peka getaran kemudian
diteruskan oleh kumparan kawat yang disatukan dengan membran tersebut. Akibatnya kumparan
akan ikut bergetar, dan apabila dalam kumparan tersebut diletakkan magnet maka timbul listrik di
kedua ujung kumparan tersebut. Listrik ini secara langsung dihubungkan dengan kabel dan
diteruskan ke mixer audio atau ke alat perekam suara.
MIKROFON CONDENSER (KONDENSOR)
 AF CAPACITOR
Sebuah elektroda metal yang sangat tipis (biasanya lembar plastik yang dilapis metal)
ditempatkan di depan elektroda lain (counter electrode) yang terbuat dari logam atau keramik
yang dilapis logam. Kedua keping ini berlaku sebagai sebuah kapasitor. Keping yang pertama
berlaku sebagai membran yang akan bergetar mengikuti enerji suara yang mengenainya.
Getaran tersebut akan mengakibatkan perubahan kapasitas atau muatan dari kedua elektroda.
Jika pada kedua elektroda dialirkan sebuah tegangan listrilk secara konstan maka akan terjadi
perubahan besarnya tegangan listrik tersebut yang mengikuti getaran dari membran (elektroda
pertama).

 ELECTRET CAPACITOR
Merupakan variasi dari AF Capacitor. Tegangan listrik tidak didapat dari luar tetapi disimpan
dalam kedua lempeng yang berlaku sebagai kapasitor. Mikrofon Electret Capacitor ini lebih
murah dibandingkan mikrofon AF Capacitor.
 RF CAPACITOR
RF Capacitor hampir sama dengan AF Capacitor, tetapi dilengkapi sebuah rangkaian efektronik
yang bekerja berdasar oscilator frekuensi tinggi (biasanya 8 MHz). Disini perubahan kapasitas
muatan listrik akibat perubahan energi suara, akan menyebabkan sinyal audio diaktifkan dan di
alirkan ke mixer atau alat perekam suara.

MIKROFON BERDASARKAN POLA PENERIMAAN (POLAR PATTERN)


 OMNI DIRECTIONAL
Menerima suara dari semua arah. Biasa digunakan dengan cara dipegang tangan atau
digunakan secara lavalier (clip-on microphone). Mikrofon ini juga dipakai pada beberapa jenis
wireless microphone.
 BI DIRECTIONAL
Mikrofon bi-directional mencegah suara dari samping tetapi peka pada arah depan dan belakang.
Biasa juga disebut dengan mikrofon figure-eight (angka delapan, simbol pola ini). Jenis mikrofon
ini bekerja dengan baik pada jarak 5 sampai 15 feet arah depan dan belakang.

 UNIDIRECTIONAL
Menerima suara hanya dari satu arah saja. Mikrofon jenis ini paling banyak digunakan dalam
rekaman untuk film, video maupun televisi. Dengan kemampuannya untuk menerima hanya
dari satu arah saja, mikrofon uni-directional sanggup memilah-milah suara, mana yang
diperlukan dan mana yang tidak. Dengan kata lain dapat menghilangkan suara-suara yang
mengganggu. Dalam konteks rekaman dialog, mikrofon ini lebih baik dibanding mikrofon omni-
directional dan bi-directional.

Mikrofon uni-directional sering disebut juga mikrofon cardioid. Jenis mikrofon cardioid
dengan pola penerimaan yang lebih sempit ada beberapa jenis :
Supercardioid
Mempunyai pola penerimaan dengan sudut yang lebih sempit dibanding cardioid. Artinya
mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam meng-isolasi suara. Mikrofon jenis ini bisa juga
disebut "shotgun". Pola penerimaannya tergantung dari frekuensi, pola menjadi semakin sempit
dengan semakin tingginya frekuensi suara. Apabila mikrofon ini digunakan dalam ruangan
yang tinggi reverberasinya akan menghasilkan suara yang cenderung lebih banyak frekuensi
rendah (tebal, tubby).
Hypercardiod
Mempunyai sudut penerimaan yang lebih sempit lagi dari jenis super cardioid.

Ultra Directional
Jenis ini mempunyai sudut penerimaan yang paling sempit. Sering disebut dengan "gun
microphone". Karena menggunakan Iensa akustik " (bekerja mirip dengan lensa tele pada kamera,
gunanya untuk mempersempit daya tangkap), maka bentuknya lebih panjang dan lebih berat
dari jenis mikrofon yang lain. Paling banyak digunakan untuk rekaman outdoor dimana jarak
antara mikrofon dan sumber suara sangat dibatasi oleh framing kamera, yaitu apabila jarak
antara mikfrofon dengan sumber suara cukup jauh (lebih dari 1 meter).

RESPON FREKUENSI
Adalah kemampuan mikrofon dalam menerima jangkauan frekuensi. Mikrofon yang bagus
umumnya harus bisa menerima semua rentang frekuensi dengan sama baiknya, terutama pada suara
yang terdengar oleh manusia (audible frequency). Dalam dunia tata suara, hal itu sering disebut dengan
frekuensi ‘flat’, Maka jika ditemui mikrofon maupun speaker dangan respon frekuensi ‘flat’
dipastikan keduanya memiliki kualitas yang baik. Umumnya peralatan audio dengan respon
frekuensi ‘flat’ relatif mahal. Untuk perekaman musik, respon frekuensi yang dibutuhkan sekitar 20-
10.000 Hz, sedangkan untuk kebutuhan syuting dengan dialog manusia berada pada respon
frekuensi 100 - 7.500 Hz.
Kemampuan mikrofon dalam membedakan suara langsung dan suara pantulan (reverberation)
lebih rendah dibandingkan telinga manusia. Frekuensi rendah lebih mudah dipantulkan sedangkan
frekuensi tinggi lebih mudah diserap oleh benda-benda yang ada di ruangan.

KEPEKAAN (SENSITIVITY)
Sensitifitas dalam mikrofon adalah ukuran besar kecilnya energi listrik yang dihasilkan oleh
mikrofon akibat energi suara yang mengenai membran mikrofon. Dalam hal ini biasanya yang diukur
dalam kepekaan mikrofon adalah ‘efisiensinya’. Mikrofon condenser mempunyai kepekaan lebih
tinggi dibanding mikrofon dynamic karena mikrofon condenser mempunyai rangkaian elektronik
sebagai penguat energi suara yang diubah menjadi energi listrik.
Contoh :
Untuk menerima suara dengan tingkat kekerasan tinggi (seperti ledakan) : mikrofon dynamic lebih
tepat. Jika menggunakan mikrofon condenser kemungkinan akan terjadi kerusakan pada sistemnya
dikarenakan sinyal suara yang berlebihan.
Untuk rekaman dialog pada film/video/televisi yang keras lemahnya (dinamiknya) sangat
bervariasai dari bisikan sampai teriakan, sebaiknya menggunakan jenis mikrofon condenser yang
kepekaannya lebih tinggi.

OFF-AXIS / OFF-MIKE
Ini merupakan dinamika sudut penerimaan mikrofon karena pada pelaksanaannya jarak
mikrofon bisa berubah febih dari 3 feet antara shot close-up dan long shot. Hal tersebut paling mudah
diidentifikasi pada pengambilan gambar yang dinamis / moving shot. Jarak antara mikrofon dengan
mulut aktor harus tetap agar level suara terjaga. Untuk itu sudut penerimaan harus tepat.
Efek Off-axis :
- Terjadi penurunan level suara dialog tetapi noise dan atmosfir tetap.
- Terjadi penurunan pada frekuensi tinggi.
- Lebih banyak menangkap suara pantulan yang tidak dikehendaki.
Dalam kaitan dengan off-axis ini tidak semua jenis mikrofon mempunyai sifat yang sama,
Mikrofon omni-directional tidak menimbulkan problem off-axis karena kemampuannya menerima dari
semua arah, tetapi biasanya level dari suara lingkungan tinggi. Mikrofon bi-directional lebih peka
terhadap rumble (noise lingkungan nada rendah), tetapi bagus untuk pengambilan gambar two shot
dimana dua orang berbicara, dalam hal ini off-axis mungkin bisa terjadi. Uni-directional mempunyai
pola penerimaan yang sempit, yang bisa menaikkan perbandingan dialog dengan atmosfir, tetapi di
sisi lain lebih mudah terjadi off-axis atau off-mike terutama pada jenis supercardioid dan hypercardioid.

SIBILAN (SIBILANCE)
Sibilan adalah suara tajam yang muncul pada dialog dengan kata yang mengandung huruf
’S'. Sibilan berada pada daerah frekuensi high mid dan high. Sibilan yang normal akan membuat suara
pembicaraan menjadi bright dan kejelasan suara terkesan meningkat. Tetapi sibilan yang berlebihan
bisa menyebabkan timbulnya distorsi pada sistem rekaman dan reproduksi suara sehingga suara
pembicaraan terkesan menjadi "pecah". Sibilan akan menonjol terutama kalau mikrofon diletakkan
sangat dekat dengan sumber suara, dan pembicara cenderung berbicara secara berbisik. Untuk
mengurangi sibilan yang berlebihan dapat menggunakan prosesor suara (hardware) atau plugin
(software) ‘de-esser’. De-esser ini tugasnya menahan sibilan yang berlebihan tanpa mempengaruhi
kekerasan suara dan frekuensi suara lainnya.

POPPING
Popping adalah efek suara yang tidak diinginkan akibat timbulnya getaran lain. Umumnya
karena angin. Angin yang mengenai membran mikrofon akan menimbulkan bunyi yang sangat tidak
diharapkan. Popping merupakan permasalahan yang serius pada perekaman di lokasi terbuka dan
apabila jarak mulut aktor terlalu dekat pada mikrofon. Sedangkan jika angin yang sangat keras
menerpa mikrofon maka akan menyebabkan timbulnya suara yang sangat keras (menyebabkan over
load), yang bisa terekam dan sangat mengganggu hasil rekaman.
Pada perekaman di lokasi terbuka biasanya menggunakan wind screen yang dapat meredam
angin tanpa banyak merugikan suara (dialog) yang kita kehendaki.
Jika angin tidak terlalu keras dapat menggunakan "foam screen", peredam angin yang terbuat
dari busa. Biasanya digunakan pada mikrofon condensor untuk adegan indoor, terutama untuk
mencegah pengaruh angin yang timbul saat mikrofon digerakkan menuruti gerakan aktor atau saat
berpindah dari satu aktor ke aktor yang lain.

Sedangkan di lokasi terbuka dapat menggunakan windscreen khusus yang bentuknya seperti
tabung membungkus mikrofon dari semua arah. Jika lokasi tersebut terdapat angin yang kuat perlu
ditambahkan windjammer. Windjammer ini bentuknya semacam bulu anjing dipasang pada bagian
luar, membungkus windscreen. Resiko penggunaan windjammer adalah akan mengurangi respon
frekuensi mikrofon, terutama pada daerah frekuensi tinggi.

Untuk mengatasi getaran mekanik biasanya digunakan shockmount yaitu tempat kedudukan
mikrofon yang anti getaran. Shockmount ini dipasang antara mikrofon dan penyangga mikrofon,
seperti mike boom atau mike stand.
BASS CUT
Beberapa jenis mikrofon dilengkapi dengan bass cut. Yaitu pemotong frekuensi rendah (
50-150 Hz ), dengan tingkat pemotongan bertingkat sampai 20 dB. Bass cut bermanfaat untuk
mengurangi popping, gangguan angin dan rumble (noise dalam frekuensi rendah). Bass cut sering
digunakan dalam perekaman dialog. Untuk interior sebaiknya bass cut jangan lebih dari 100 Hz. Bass
cut hingga frekuensi 150 Hz hanya dipakai apabila keadaan memaksa, terutama untuk perekaman
suara outdoor. Apabila mikrofon tidak dilengkapi dengan bass cut, dapat memanfaatkan bass cut yang
ada di alat perekam dan atau mixer. Bass cut juga sering disebut sebagai ‘high pass ‘.

IMPEDANSI
Impedansi adalah adalah merupakan kombinasi atau gabungan antara tahanan listrik arus
searah (DC resistance), induktansi dan kapasitansi yang terjadi pada rangkaian arus listrik bolak balik
(AC circuit). Pada dasarnya impedansi adalah merupakan tahanan (resistansi). Ada dua jenis
impedansi mikrofon yaitu impedansi rendah dan impedansi tinggi. Keuntungan dari impedansi
rendah : jika jarak antara mikrofon dengan mixer atau alat perekam berjauhan (sampai jarak ratusan
meter), hampir tidak mempengaruhi intensitas dan respon frekuensi suara. Mikrofon profesional
biasanya mempunyai impedansi rendah. Sebaiknya impedansi input dan alat perekam atau mixer
harus sesuai dengan impedansi mikrofon.

You might also like