You are on page 1of 14

POLA KUMAN ABSES LEHER DALAM

Dr. M. Rusli Pulungan

Abstrak
Latar belakang:. Penatalaksanaan abses leher dalam memerlukan pemberian
antibiotik secara empiris sebelum didapatkan hasil kultur dan uji kepekaan. Antibiotik ini
diberikan berdasarkan pola kuman penyebab abses leher dalam. Tujuan: Mengetahui
pola kuman penyebab abses leher dalam dan kepekaannya terhadap antibiotik. Tinjauan
Pustaka: Abses leher dalam pada umumnya disebabkan oleh campuran beberapa kuman.
Kuman penyebab abses leher dalam dapat berupa kuman aerob, anaerob maupun fakultatif
anaerob. Pemilihan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan uji kepekaan antibiotik terhadap
kuman penyebab. Kesimpulan: Kuman penyebab abses leher dalam adalah campuran
kuman aerob dan anaerob. Kuman aerob yang paling dominan adalah stafilokokus dan
streptokokus. Kuman anaerob paling banyak adalah kuman gram negatif anaerob.
Antibiotik ceforazone, ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, dan ceftriaxone masih
sensitif terhadap kuman aerob penyebab abses leher dalam. Metronidazole dan klindamisin
sensitif terhadap kuman anaerob gram negatif.
Kata Kunci: Abses leher dalam, campuran beberapa kuman, pola kuman.
Absract
Background: Management of deep neck abscess need empiric antibiotical before
the definite culture and sensitivity test result is available. Antibiotic is given based on
microbial pattern of deep neck abscess. Purpose: To provide information about bacterial
pattern of deep neck abscess and sensitifity of bacterial to antibiotic. Review: Deep neck
abscess is most common caused by polymicrobial. Aerob, anaerob and facultative anaerob
bacterial may be caused of deep neck abscess. To administer effectively antimicrobial
agent to patien, based on culture and sensitivity test. Concolusion: Deep neck abscess
bacterial are mixed aerob, anaerob and facultatif anaerob. Aerob bacterial predominant
are staphylococcus and streptococcus. Anaerob bacterial predominant is anaerob gram
negatife. Ceforazone, ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, and ceftriaxone antibiotic
still sensitive to aerob microbial deep neck abscess. Metronidazole and clindamisine are
still sensitive to anaerobic gram-negatif.
Key words: Deep neck abscess, polymicrobial, microbial pattern.
Pendahuluan
Abses leher dalam adalah berupa nyeri dan pembengkakan di ruang
terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang leher dalam yang terkena.1,2,3,4
potensial di antara fasia leher dalam Secara anatomi daerah potensial
sebagai akibat penjalaran dari berbagai leher dalam merupakan daerah yang
sumber infeksi, seperti gigi, mulut, sangat komplek. Pengetahuan anatomi
tenggorok, sinus paranasal, telinga dan fasia dan ruang-ruang potensial leher
leher. Gejala dan tanda klinik biasanya secara baik, serta penyebab abses leher
dalam mutlak diperlukan untuk dapat

1
memperkirakan perjalanan penyebaran dan meluas ke anterior leher. Otot
infeksi dan penatalaksanaan yang platisma sebelah inferior berasal dari
adekuat.1,2,3 fasia servikal profunda dan klavikula
Tidak ada angka estimasi yang serta meluas ke superior untuk berinsersi
diperoleh terhadap kejadian abses leher di bagian inferior mandibula.2,5
dalam. Namun diperkirakan bahwa
kejadian abses leher dalam menurun
secara bermakna sejak era pemakaian
antibiotik.5,6 Disamping itu higiene mulut
yang meningkat juga berperan dalam hal
ini.6 Sebelum era antibiotik, 70% infeksi
leher dalam berasal dari penyebaran
infeksi di faring dan tonsil ke parafaring.
Saat ini infeksi leher dalam lebih banyak
berasal dari tonsil pada anak, dan infeksi
gigi pada orang dewasa.4,5
Kuman penyebab abses leher
dalam biasanya terdiri dari campuran
kuman aerob, anaerob maupun fakultatif
anaerob.1,2,5,6 Asmar dikutip Murray
5
dkk, mendapatkan kultur dari abses
Gambar 1. Potongan aksial leher setinggi
retrofaring 90% mengandung kuman
orofaring2
aerob, dan 50% pasien ditemukan kuman
anaerob.
Disamping drainase abses yang
optimal, pemberian antibiotik diperlukan
untuk terapi yang adekuat. Untuk
mendapatkan antibiotik yang efektif
terhadap pasien, diperlukan pemeriksaan
kultur kuman dan uji kepekaan antibiotik
terhadap kuman. Namun ini memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga
diperlukan pemberian antibiotik secara
empiris. Berbagai kepustakaan
melaporkan pemberian terapi antibiotik
spektrum luas secara kombinasi.
Kombinasi yang diberikan pun Gambar 2. Potongan obliq leher2
bervariasi.6 Fasia superfisial terletak dibawah
dermis. Ini termasuk sistem
Tinjauan Pustaka muskuloapenouretik, yang meluas mulai
dari epikranium sampai ke aksila dan
Anatomi Leher dada, dan tidak termasuk bagian dari
Pada daerah leher terdapat daerah leher dalam. Fasia profunda
beberapa ruang potensial yang dibatasi mengelilingi daerah leher dalam terdiri
oleh fasia servikal. Fasia servikal dibagi dari 3 lapisan, yaitu2,4,7
menjadi dua yaitu fasia superfisial dan  lapisan superfisial
fasia profunda. Kedua fasia ini  lapisan tengah
dipisahkan oleh otot plastima yang tipis  lapisan dalam.

2
abses submandibula 14%, abses bukkal
Ruang potensial leher dalam 11%, abses parafaring 2%, lainnya 2%.
Ruang potensial leher dalam Sakaguchi dkk,8 melaporkan
dibagi menjadi ruang yang melibatkan kasus infeksi leher dalam sebanyak
daerah sepanjang leher, ruang suprahioid 91 kasus dari tahun 1985 sampai 1994.
dan ruang infrahioid. 2,5,7 Rentang usia dari umur 1-81 tahun, laki-
Ruang yang melibatkan sepanjang laki sebanyak 78% dan perempuan 22%.
leher terdiri dari: Infeksi peritonsil paling banyak
 ruang retrofaring ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh
 ruang bahaya (danger parafaring 8 kasus, submandibula,
space) sublingual dan submaksila masing-
 ruang prevertebra. masing 7 kasus dan retrofaring 1 kasus.
Ruang suprahioid terdiri dari: Huang dkk,9 dalam penelitiannya
 ruang submandibula pada tahun 1997 sampai 2002,
 ruang parafaring menemukan kasus infeksi leher dalam
 ruang parotis sebanyak 185 kasus. Abses submandibula
(15,7%) merupakan kasus terbanyak ke
 ruang mastikor
dua setelah abses parafaring (38,4),
 ruang peritonsil
diikuti oleh Ludwig’s angina (12,4%),
 ruang temporalis. parotis (7%) dan retrofaring (5,9%).
Yang dkk,6 pada 100 kasus abses
Ruang infrahioid: leher dalam yang diteliti April 2001
 ruang pretrakeal. sampai Oktober 2006 mendapatkan
perbandingan antara laki-laki dan
perempuan 3:2. Lokasi abses lebih dari
satu ruang potensial 29%. Abses
submandibula 35%, parafaring 20%,
mastikator 13%, peritonsil 9%,
sublingual 7%, parotis 3%, infra hyoid
26%, retrofaring 13%, ruang karotis 11%.
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit
dr. M. Djamil Padang selama 1 tahun
terakhir (Oktober 2009 sampai
September 2010) didapatkan abses leher
dalam sebanyak 33 orang, abses
peritonsil 11 (32%) kasus, abses
submandibula 9 (26%) kasus, abses
parafaring 6 (18%) kasus, abses
retrofaring 4 (12%) kasus, abses
mastikator 3(9%) kasus, abses pretrakeal
Gambar 3. Potongan Sagital Leher2 1 (3%) kasus.
Kekerapan
Ungkanot dikutip Murray dkk5 Patogenesis
mendapatkan 117 anak-anak yang Pembentukan abses merupakan
tatalaksana sebagai abses leher dalam hasil perkembangan dari flora normal
pada rentang waktu 6 tahun. Abses dalam tubuh. Flora normal dapat tumbuh
peritonsil 49%, abses retrofaring 22%, dan mencapai daerah steril dari tubuh
baik secara perluasan langsung, maupun

3
melalui laserasi atau perforasi. Penyebab lain adalah infeksi kulit,
Berdasarkan kekhasan flora normal yang sialolitiasis, trauma, tuberkulosis, dan
ada di bagian tubuh tertentu maka kuman kista yang terinfeksi.
dari abses yang terbentuk dapat Tabel 1. Sumber infeksi penyebab abses
diprediksi berdasar lokasinya. Sebagian leher dalam.12
besar abses leher dalam disebabkan oleh Penyebab Jumlah %
campuran berbagai kuman, baik kuman Gigi 77 43
Penyalahgunaan obat suntik 21 12
aerob, anaerob, maupun fakultatif
Faringotonsilitis 12 6,7
anaerob.6,10 Fraktur mandibula 10 5,6
Pada kebanyakan membran Infeksi kulit 9 5,1
mukosa, kuman anaerob lebih banyak Tuberculosis 9 5,1
dibanding dengan kuman aerob dan Benda asing 7 3,9
Peritonsil abses 6 3,4
fakultatif, dengan perbandingan mulai
Trauma 6 3,4
10:1 sampai 10000:1. Bakteriologi dari Sialolitiasis 5 2,8
daerah gigi, oro-fasial, dan abses leher, Parotis 3 1,7
kuman yang paling dominan adalah Lain-lain 10 5,6
kuman anaerob yaitu, Prevotella, Tidak diketahui 35
Porphyromonas, Fusobacterium spp, dan
Peptostreptococcus spp. Bakteri aerob Pola kuman penyebab abses leher
dan fakultatif adalah Streptococcus dalam berbeda sesuai dengan sumber
pyogenic dan Stapylococcus aureus.10 infeksinya. Infeksi yang berasal dari
Sumber infeksi paling sering pada orofaring lebih banyak disebabkan
abses leher dalam berasal dari infeksi kuman flora normal di saluran nafas atas
tonsil dan gigi.4,7,11 Infeksi gigi dapat seperti streptokokus dan stafilokokus.
mengenai pulpa dan periodontal. Infeksi yang berasal dari gigi biasanya
Penyebaran infeksi dapat meluas melalui lebih dominan kuman anaerob seperti,
foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Prevotella, Fusobacterium spp,.10,13
Apek gigi molar I yang berada di atas Penyebaran abses leher dalam
mylohyoid menyebabkan penjalaran dapat melalui beberapa jalan yaitu
infeksi akan masuk terlebih dahulu ke hematogen, limfogen, dan celah antar
daerah sublingual, sedangkan molar II ruang leher dalam. Beratnya infeksi
dan III apeknya berada di bawah tergantung dari virulensi kuman, daya
mylohyoid sehingga infeksi akan lebih tahan tubuh dan lokasi anatomi.2,10,13
cepat ke daerah submaksila.7 Infeksi dari submandibula dapat
Parhischar dkk12 mendapatkan, meluas ke ruang mastikor kemudian ke
dari 210 abses leher dalam, 175 (83,3%) parafaring. Perluasan infeksi ke
kasus dapat diidentifikasi penyebabnya parafaring juga dapat langsung dari ruang
(tabel 1). Penyebab terbanyak infeksi gigi submandibula. Selanjutnya infeksi dapat
43%. Tujuh puluh enam persen Ludwig’s menjalar ke daerah potensial lainnya.
angina disebabkan infeksi gigi, abses (gambar 4).2,10
submandibula 61% disebabkan oleh
infeksi gigi. Gejala Klinis
Yang dkk5 melaporkan dari Gejala klinis abses leher dalam
100 orang abses leher dalam, secara umum sama dengan gejala infeksi
77 (77%) pasien dapat diidentifikasi pada umumnya yaitu, demam, nyeri,
sumber infeksi sebagai penyebab. pembengkakan, dan gangguan fungsi.1-3
Penyebab terbanyak berasal dari infeksi Abshirini H, dkk4 melaporkan gejala
orofaring 35%, odontogenik 23%. klinis dari abses leher dalam pada

4
147 kasus didapatkan: bengkak pada maupun disfagi. Pada
leher 87%, trismus 53%, disfagia 45%, pemeriksaan didapatkan
dan odinofagia 29,3%. Berdasarkan pembengkakan dinding posterior
ruang yang dikenai akan menimbulkan faring.4
gejala spesifik yang sesuai dengan  Abses Parafaring
1-3
ruang potensial yang terlibat. Abses parafaring dapat terjadi
 Abses peritonsil setelah infeksi faring, tonsil,
Abses peritonsil merupakan abses adenoid, gigi, parotis, atau
yang paling banyak ditemukan, kelenjar limfatik. Pada banyak
dan biasanya merupakan lanjutan kasus abses parafaring merupakan
dari infeksi tonsil. Pada abses perluasan dari abses leher dalam
peritonsil didapatkan gejala yang berdekatan seperti; abses
demam, nyeri tenggorok, nyeri peritonsil, abses submandibula,
menelan, hipersalivasi, nyeri abses retrofaring maupun
telinga dan suara bergumam. Pada mastikator. Gejala abses
pemeriksaan fisik didapatkan parafaring berupa demam,
arkus faring tidak simetris, trismus, nyeri tenggorok,
pembengkakan di daerah odinofagi dan disfagia. Pada
peritonsil, uvula terdorong ke sisi pemeriksaan fisik didapatkan
yang sehat, dan trismus. Tonsil pembengkakan di daerah
hiperemis, dan kadang terdapat parafaring, pendorongan dinding
detritus. Abses ini dapat meluas lateral faring ke medial, dan
ke daerah parafaring.1,2,5,14 angulus mandibula tidak teraba.
Untuk memastikan diagnosis Pada abses parafaring yang
dapat dilakukan pungsi aspirasi mengenai daerah prestiloid akan
dari tempat yang paling memberikan gejala trismus yang
fluktuatif.3,5 lebih jelas.4,5,14
 Abses retrofaring  Abses Submandibula
Merupakan abses leher dalam Pasien biasanya akan mengeluh
yang jarang terjadi, terutama nyeri di rongga mulut, air liur
terjadi pada anak dan merupakan banyak, Pada pemeriksaan fisik
abses leher dalam yang terbanyak didapatkan pembengkakan di
pada anak.1,2,3,15 Pada anak daerah submandibula, fluktuatif,
biasanya abses terjadi mengikuti lidah terangkat ke atas dan
infeksi saluran nafas atas dengan terdorong ke belakang, angulus
supurasi pada kelenjar getah mandibula dapat diraba. Pada
bening yang terdapat pada daerah aspirasi didapatkan pus. Ludwig’s
retrofaring. Kelenjar getah bening angina merupakan sellulitis di
ini biasanya mengalami atropi daerah sub mandibula, dengan
pada usia 3-4 tahun.3,14,15,16 Pada tidak ada fokal abses. Biasanya
orang dewasa abses retrofaring akan mengenai kedua sisi
sering terjadi akibat adanya submandibula, air liur yang
trauma tumpul pada mukosa banyak, trismus, nyeri, disfagia,
faring, perluasan abses dari massa di submandibula, sesak
struktur yang berdekatan.4,14,16,17 nafas akibat sumbatan jalan nafas
Gejala klinis berupa demam, oleh lidah yang terangkat ke atas
nyeri tenggorok, pergerakan leher dan terdorong ke belakang.5,14
terbatas, sesak nafas, odinofagi

5
Pemeriksaan Penunjang pada 70% pasien. TK
1. Rontgen servikal lateral memberikan gambaran abses
Dapat memberikan gambaran berupa lesi dengan hipodens
adanya pembengkakan jaringan (intensitas rendah), batas yang
lunak pada daerah prevertebra, lebih jelas, kadang ada air fluid
adanya benda asing, gambaran levels. Kirse dan Robenson17,
udara di subkutan, air fluid levels, mendapatkan ada hubungan
erosi dari korpus vertebre. antara ketidakteraturan dinding
Penebalan jaringan lunak pada abses dengan adanya pus pada
prevertebre setinggi servikal II rongga tersebut. Pemeriksaan TK
(C2), lebih 7mm, dan setinggi toraks diperlukan jika dicurigai
servikal VI yang lebih 14mm adanya perluasan abses ke
pada anak, lebih 22mm pada mediastinum.5
dewasa dicurigai sebagai suatu Bakteriologi
abses retrofaring.2,3,4,5
Pemeriksaan Bakteriologi
Tabel 2. Tebal jaringan lunak Pemeriksaan bakteriologi pus dari
posterior faring berdasarkan umur lesi yang dalam atau tertutup harus
pada Rontgen servikal lateral18 meliputi biakan metoda anaerob. Setelah
Umur Setinggi C4 Setinggi C6 desinfeksi kulit, pus dapat diambil
0-1 1,5.C 2,0.C
1-2 0,5.C 1,5.C dengan aspirasi memakai jarum aspirasi
2-3 0,5.C 1,2.C atau dilakukan insisi. Pus yang diambil
3-6 0,4.C 1,2.C sebaiknya tidak terkontaminasi dengan
6-14 0,3.C 1,2.C flora normal yang ada di daerah saluran
Dewasa Lk pr Lk pr nafas atas atau rongga mulut. Aspirasi
0,3C 0,3C 0,7C 0,6C
C= corpus servikal
dilakukan dari daerah yang sehat dan
dilakukan lebih dalam.19
2. Rontgen Panoramiks Spesimen yang telah diambil
Dilakukan pada kasus abses leher dimasukkan ke dalam media transfortasi
dalam yang dicurigai berasal dari yang steril. Untuk pembiakan kuman
gigi.5 anaerob diperlukan media transfortasi
3. Rontgen toraks yang suasana anaerob.
Perlu dilakukan untuk evaluasi Biakan cair yang dianjurkan
mediastinum, empisema subkutis, untuk kuman aerob dan anerob adalah
pendorongan saluran nafas, thioglukonat. Formulasi ini berisi
pneumonia yang dicurigai akibat substansi reduksi yang akan menciptakan
aspirasi dari abses.5 lingkungan anaerob. Suasana anaerob
4. Tomografi Komputer (TK) terdapat di bagian bawah tabung.19
Tomografi komputer dengan Biakan kuman aerob dan
kontras merupakan pemeriksaan fakultatif dapat dilakukan dengan
baku emas pada abses leher menggunakan agar darah, agar coklat,
dalam. Berdasarkan penelitian eosin-methilene blue (EMB). Tempat
Crespo dkk, seperti dikutip pembiakan ini diinkubasi pada suhu
Murray AD dkk,5 bahwa dengan 370C, 5% CO2 dan dinilai 48-72 jam.
hanya pemeriksaan klinis tanpa Untuk kuman anaerob dapat diinkubasi
tomografi komputer pada agar darah anaerob yang
mengakibatkan estimasi terhadap mengandung tryptic soy agar, ekstrak
luasnya abses yang terlalu rendah ragi, vitamin K3, hemin, 5% darah

6
domba. Dinkubasi dalam suasana Streptokokus mempunyai
anaerob dan dinilai 72-120 jam.6 berbagai group sesuai dengan sifat dari
kuman tersebut dan tidak ada satu sistem
Pola kuman yang bisa mengklasifikasikannya secara
Pada umumnya abses leher dalam sempurna. Yang banyak berperan pada
disebabkan oleh infeksi campuran abses leher dalam adalah Streptococcus
beberapa kuman. Baik kuman aerob, viridan, Streptococcus α-haemolyticus,
anaerob maupun kuman fakultatif Streptococcus β-haemolyticus, dan
anaerob. Kuman aerob yang sering Streptococcus pneumonia. Temuan klinis
ditemukan adalah stafilokokus, akibat infeksi streptokokus ini sangat
Streptococcus sp, , Haemofilus influenza, bervariasi tergantung sifat biologi
Streptococcus Peneumonia, Moraxtella organisme penyebab, respon imun
catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. penjamu, dan tempat infeksi. Salah satu
Kuman anaerob yang sering adalah yang ditakutkan akibat infeksi
Peptostreptococcus, Fusobacterium dan streptokokus group A adalah terjadinya
bacteroides sp. Pseudomanas aeruginosa glomerulonefritis dan demam reumatik
merupakan kuman yang jarang akibat reaksi hipersensitivitas terhadap
ditemukan7,17 kuman tersebut.19
Genus stafilokokus yang memiliki Entrobacteriaceae merupakan
kepentingan klinis adalah Staphylococcus batang gram negatif yang besar dan
aureus, Staphylococcus epidermidis, heterogen. Pembiakan pada agar
Staphylococcus saprophyticus. MacConkey, dapat tumbuh secara aerob
Staphylococcus aureus bersifat patogen maupun anaerob ( fakultatif anaerob).
utama pada manusia dan bersifat Yang termasuk dalam famili ini antara
koagulase-positif. Dengan sifat koagulase lain Klebsiella sp, Proteus sp, E coli.
ini memiliki potensi menjadi patogen Klebsiella pneumonia terdapat dalam
invasif. Beberapa strain dari S aureus saluran nafas pada sekitar 5% individu
mempunyai kapsul sehingga menyulitkan normal. Proteus sp menimbulkan infeksi
tubuh untuk melakukan fagositosis. pada manusia hanya bila kuman keluar
Infeksi S aureus dapat bersifat hebat, dari saluran cerna.19
terlokalisir, nyeri membentuk supurasi Pseudomonas aeruginosa
dan cepat sembuh dengan drainase pus.19 merupakan patogen oportunistik dalam
Staphylococcus epidermidis tubuh manusia, bersifat invasif dan
bersifat koagulase-negatif dan bersifat patogen nasokomial yang penting.
flora normal pada tubuh manusia seperti Menimbulkan penyakit jika daya tahan
di saluran nafas atas. Infeksi dapat terjadi tubuh penjamu lemah. Abses yang
akibat adanya trauma atau inflantasi alat- dibentuk akibat pseudomas merupakan
alat, pada daya tahan tubuh yang rendah. pus yang hijau kebiruan.19
Supurasi lokal merupakan ciri khas Kuman anaerob yang sering
infeksi stafilokokus baik koagulase- ditemukan pada abses leher dalam adalah
positif maupun koagulase negatif. Dari kelompok batang gram negatif, seperti
fokus manapun, organisme dapat Bacteroides, Prevotella, maupun
menyebar melalui vena maupun limfatik Fusobacterium. Gejala klinis yang
ke bagian tubuh lain. Supurasi dalam menandakan adanya infeksi anaerob
vena yang menimbulkan trombosis adalah: 1. Sekret yang berbau busuk
merupakan gambaran umum penyebaran akibat produk asam lemak rantai pendek
tersebut.19 dari metabolisme anaerob. 2. Infeksi di
proksimal permukaan mukosa. 3. Adanya

7
gas dalam jaringan. 4. Hasil biakan aerob mendapatkan kuman aerob terbanyak
negatif.19 adalah stafilokokus dan streptokokus.
Infeksi yang penting secara klinis
akibat kuman anaerob sering terjadi. Tabel. 3. Kuman Penyebab Abses leher
Infeksi sering bersifat polimikroba yaitu dalam12
bersamaan dengan kuman anaerob Jumlah %
lainnya, fakultatif anaerob, dan aerob. Jenis Kuman pasien kultur
+
Bakteri anaerob ditemukan hampir
Streptococcus viridans 63 39
disemua bagian tubuh. Infeksi terjadi Staphylococcus 46 28
ketika bakteri anaerob dan bakteri flora epidermidis
normal lainnya mengontaminasi yang Staphylococcus aureus 35 22
secara normal steril.19 Bactroides Sp 22 14
Streptococcus β- 34 21
Bacteroides termasuk kelompok
haemolyticus
besar basilus gram negatif dan tampak Klebsiella pneumonia 11 6,8
seperti batang yang tipis atau Streptococcus pneumonia 10 6,2
kokobasilus. Spesies bacteroides Mycobacterium tb 10 6,2
merupakan flora normal di dalam usus Anaerob gram negatif 9 5,5
dan bagian tubuh lainnya. Pada infeksi Neisseria sp 8 4,9
Peptostreptococcus 8 4,9
bactroides sering dihubungkan dengan Jamur 8 4,9
kuman-kuman lainnya. Enterobacter 7 4,3
Spesies Prevotella juga termasuk Bacillus sp 6 3,7
kelompok basilus gram negatif dan Propionibacterium 6 3,7
tampak seperti batang yang tipis atau Acinetobacter 5 3,1
Actinimicosis israelii 3 1,9
kokobasilus. Pada infeksi kuman ini Proteus sp 3 1,9
sering bersamaan dengan anaerob lainnya Klepsiella sp 3 1,9
terutam peptostreptococcus. Bifidobacterium 3 1,9
Fusobacterium merupakan bakteri Microaerophilic 3 1,9
batang pleomorfik gram negatif. streptococcus
Enterococcus sp 3 1,9
Sebagian besar spesies menghasilkan Moraxtella catarrhalis 2 1,2
asam butirat dan merubah treonin Dan lain-lain 6,8
menjadi asam propionat. Kuman ini
sering diisolasi dari mukasa yang
Abshirini H dkk,4 pada 40 hasil
terinfeksi. Kadang kuman ini menjadi
kultur dari abses leher dalam
satu-satunya kuman yang diisolasi dari
mendapatkan; stafilokokus 77%,
infeksi atau abses yang ada.19
Streptococcus β-haemolitycus 12,5%,
Spesies peptostreptococcus
Entrobacter 12,5%, Streptococcus α-
merupakan spesies kokus gram positif
haemolyticus 7,5%, Klebsiella sp 5%,
dengan ukuran dan bentuk yang
Streptococcus non haemolyticus 5%,
bervariasi. Ditemukan di kulit dan
Pseudomonas aeruginosa 2,5%.
merupakan flora normal di mukosa. 12
Parhiscar dkk, dari 210 pasien abses
Berbagai penelitian tentang
leher dalam (1981-1998), dilakukan
kuman penyebab abses leher dalam telah
kultur terhadap 186 (88%) pasien, dan
banyak dilakukan. Botin dkk20
pada 162 (87%) pasien ditemukan
mendapatkan Peptostreptococus,
pertumbuhan kuman, 24(13%) pasien
Streptococus viridan, Streptococus
tidak terdapat pertumbuhan kuman.
intermedius berkaitan dengan infeksi gigi
Kuman terbanyak Streptococcus viridan
sebagai sumber infeksi abses leher dalam.
39%, Staphylococcus epidermidis 28%.
El-Sayed dan Al-daurosy,21 Botin dkk20

8
Kuman anaerob terbanyak adalah aerob yaitu campuran Streptocccus α
bacteroides sp 14%. ( tabel 3.) haemoliticus dengan Klepsiella sp. Pada
Brook10 menemukan kuman yang pemeriksaan ini tidak dilakukan kultur
tumbuh pada 201 spesimen dari abses pada kuman anaerob. (tabel 5)
kepala dan leher, hanya kuman aerob infeksi leher dalam ditemukan 88
sebanyak 65 spesimen, hanya kuman (74,6%) spesimen mengandung kuman
anaerob 65 spesimen, dan campuran anaerob. Kuman anaerob saja 19,5%,
keduanya 71 spesimen. Yang dkk6 dari kuman aerob dan fakultatif saja 16,9%,
100 pasien abses leher dalam yang campuran kuman aerob dan anaerob
dilakukan kultur kuman didapatkan 89%, 55,1%, dan 8,5% tidak tumbuh kuman.
ada pertumbuhan kuman. Kuman aerob Dari kuman anaerob tumbuh didapatkan
dominan ialah Streptococcus viridan, gram negatif anaerob 50,8%, yaitu;
Klebsiella pneumonia, Stapylococcus Bacteroides fragillis 3,9%,
aureus. Kuman anaerob dominan Fusobacterium sp 9,4%, Prevotella spp
Prevotella, Peptostreptococcus, dan 30,5%, lain-lain 7%, gram positif anaerob
Bacteroides. (Tabel 4). 49,2%, yaitu: Actinomycess spp 11,7%,
Eubacterium spp 11,7%, lactobacillus
Tabel.4 Pola kelompok kuman pada abses spp 6,2%, propionibacterium spp 4,7%,
leher dalam6 kokus gram positif 10,9%.

Hasil jumlah kasus Tabel 5. Hasil kultur abses leher dalam


Positif kuman 89 Bagian THT-KL dr. M.Djamil Padang
Kuman tunggal 38(42,7%) periode April 2010-Oktober 2010
Gram positif aerob 14 Jenis Kuman Jumlah %
Gram negatif aerob 21 Streptocccus α haemoliticus 6 37
Anaerob 3 Klepsiella sp 4 25
Kuman campuran 51 (57,3%) Enterobacter sp 3 19
Aerob saja 13 Staphylococcus aureus 2 12,5
Gram positif saja 5 Staphilococcus epidermidis 1 6
Gram negatif saja 1 E. Coli 1 6
Kedua gram 7 Proteus vulgaris 1 6
Anaerob saja 2
Campuran aerob-anaerob 36 Boyanova L, dkk.13 pada tahun
2002 sampai 2005, dari 118 pasien
Di Bagian THT-KL Rumah Sakit
dr. M. Djamil Padang, periode April Uji Kepekaan Antibiotik
2010 sampai dengan Oktober 2010 Untuk mendapatkan jenis
terdapat sebanyak 22 pasien abses leher antibiotik yang sesuai dengan kuman
dalam dan dilakukan kultur kuman penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan.
penyebab, didapatkan 16 (73%) spesimen Jenis kuman yang bervariasi menyulitkan
tumbuh kuman aerob, 6 (27%) tidak dalam pemberian antibiotik tanpa adanya
tumbuh kuman aerob dan 2 (9%) tumbuh uji kepekaan tersebut.
jamur yaitu Candida sp. Kuman aerob Pada uji kepekaan yang dilakukan
yang tumbuh yaitu; Streptocccus α di RS. Dr. M. Djamil Padang periode
haemoliticus 6 (37%), Klepsiella sp April 2010 sampai dengan Oktober 2010
4 (25%), Enterobacter sp 3 (19%), dari 16 spesimen yang terdapat
Staphylococcus aureus 2 (12,5%), pertumbuhan kuman didapatkan hasil
Staphilococcus epidermidis 1 (6%). E. seperti terlihat pada tabel 6.
Coli 1 (6%), Proteus vulgaris 1 (6%). Tabel 6. Hasil uji kepekaan antibiotik
Dua spesimen tumbuh 2 macam kuman terhadap kuman penyebab abses leher dalam

9
di RS. M. Djamil Padang periode April 2010 Bacteroid Amoksilin 7 0 0 7
es fragilis Metronidazole 0 0 7 7
sampai dengan Oktober 2010
Klindamisin 1 3 2 6
Antibiotik ∑ S I R
Ampisilin/sulbaktam 6 0 0 6
Ampicillin 17 6(35%) 3(18%) 8(47%) Provotell Amoksilin 11 1 37 49
Ampicillin + 16 6(37%) 5(31%) 5(31%) a Metronidazole 0 0 49 49
sulbactam Klindamisin 2 3 32 37
Eritromicin 17 6(35%) 1(6%) 10(59%) Ampisilin/sulbaktam 0 1 42 43
Cefixime 9 5(56%) 1(11%) 3(33%) Fusobact Amoksilin 1 3 11 15
Chloramphenicl 16 9(56%) 3(19%) 4(25%) erium sp Metronidazole 0 0 15 15
Kotrimoxazole 8 1(12%) 2(25%) 5(63%) Klindamisin 1 0 13 14
Cefotaxime 16 11(69%) 3(18%) 2(13%) Gram Ampisilin/sulbaktam 0 0 15 15
Gentamycin 17 7(41%) 4(24%) 6(35%) negatif Amoksilin 2 0 5 7
Cifrofloxacin 17 10(59%) 0 7(41%) lain Metronidazole 2 1 5 8
Ceftriaxone 17 12(70%) 1(6%) 4(24%) Klindamisin 0 0 7 7
Ceftazidime 18 11(61%) 4(22%) 3(17%) Gram Ampisilin/sulbaktam 0 0 5 5
Ceforazone 14 12(86%) 1(7%) 1(7%) positif Metronidazole 1 0 13 14
Ceforazone 10 9(90%) 0 1(10%) lain Klindamisin 0 1 11 12
sulbactam + Ampisilin/sulbaktam 0 0 14 14
Meropenem 16 10(63%) 3(18%) 3(19%) Gram Metronidazole 40 0 17 57
Moxyfloxacine 12 9(75%) 0 3(25%) positif Klindamisin 3 2 48 53
non spora Ampisilin/sulbaktam 0 0 56 56
S= sensitif I= intermediate R= resisten
S= sensitif I= intermediate R= resisiten
Stafilokokus memiliki kepekaan
yang berbeda-beda terhadap antibiotik. Komplikasi
Resisitensi stafilokokus ini antara lain Kejadian komplikasi abses leher
dipengaruhi oleh kemampuan kuman dalam menurun sejak pemakaian
tersebut dalam memproduksi β-laktamase antibiotik yang lebih luas. Walau
sehingga resisten terhadap berbagai jenis demikian tetap harus waspada terhadap
penicillin. Gen Mec A yang terdapat tanda-tanda komplikasi yang muncul,
dalam kromosom membuat kuman yang mungkin sangat berbahaya.
resisten terhadap nafsilin. Strain dari Obstruksi jalan nafas dan asfiksia
S aureus mempunyai kemampuan untuk merupakan komplikasi yang potensial
melakukan peningkatan sintesa dinding terjadi pada abses leher dalam terutama
sel dan perubahan dinding sel, serta Ludwig’s angina.7 Ruptur abses, baik
memiliki gen Van A, sehingga strain ini spontan atau akibat manipulasi, dapat
resisten terhadap vankomisin. Strain yang mengakibatkan terjadinya pneumonia,
resisten terhadap vankomisin ini dikenal abses paru maupun empiema.7,22
dengan strain vancomycin-resistant S Komplikasi vaskuler seperti
aureus (VRSA).19 trombosis vena jugularis dan ruptur arteri
Boyanova dkk13 pada uji karotis. Trombosis vena jugularis
kepekaan yang dilakukan pada kuman ditandai dengan adanya demam,
anaerob didapatkan angka resistensi menggigil, nyeri dan bengkak sepanjang
terhadap amoksisilin sebesar 26,7%, otot sternokleidomastoideus pada saat
sedangkan klindamisin dan badan membungkuk atau rukuk. Dapat
metronidazole terhadap gram negatif terjadi bakteremia maupun sepsis.
anaerob masing-masing sebesar 5,4% dan Kejadian emboli paru mencapai 5% pada
2,5%, terhadap gram positif masing- kasus pasien dengan trombosis vena
masing 4,5% dan 58,3%. ( Tabel 7) jugularis. Penyebab terbanyak adalah
bakteri Fusobacterium necroforum, dan
Tabel 7. Pola kepekaan antibiotik terdahap pada penyalahgunaan obat suntik
kuman anaerob dari abses leher dalam 13 penyebab terbanyak adalah stafilokokus.7
kuman antibiotik R I S ∑

10
Ruptur arteri karotis merupakan gentamisin, kombinasi ceftriaxone dan
komplikasi yang jarang terjadi. Ini klindamisin, kombinasi ceftriaxone dan
biasanya terjadi pada abses parafaring metronidazole, kombinasi cefuroxime
bagian poststiloid, infeksi meluas ke dan klindamisin, kombinasi pinisilin dan
bungkus karotis. Mediastinitis dapat metronidazole, masing-masing
terjadi akibat perluasan infeksi melalui didapatkan angka perlindungan
viseral anterior, vaskuler viseral, maupun (keberhasilan) 67,4%, 76,4%, 70,8%,
daerah retrofaring dan danger space. 61,9%. Avest ET, dkk,23 memberikan
Pasien akan mengeluhkan nyeri dada dan antibiotik empiris, kombinasi
sukar bernafas.7 metronidazole dengan ceftriaxone.
Penesilin G merupakan obat
Penatalaksanaan terpilih untuk infeksi kuman streptokokus
Penatalaksanaan abses leher dan stafilokokus yang tidak
dalam adalah dengan evakuasi abses baik menghasilkan enzim penecilinase.
dilakukan dengan anestesi lokal maupun Gentamisin menunjukkan efek sinergis
dengan anestesi umum. Antibiotik dosis dengan pinisilin. Klindamisin efektif
tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob terhadap streptokokus, pneumokokus dan
harus diberikan secara parenteral. Hal stafilokokus yang resisten terhadap
yang paling penting adalah terjaganya penisilin. Lebih khusus pemakaian
saluran nafas yang adekuat dan drainase klindamisin pada infeksi polimicrobial
abses yang baik.3,11,17 termasuk Bacteroides sp maupun kuman
Menurut Poe dkk22 anaerob lainnya pada daerah oral.6,19.
penatalaksanaan abses leher dalam Berbagai kombinasi pemberian
meliputi operasi untuk evakuasi dan antibiotik secara empiris sebelum
drainase abses, identifikasi kuman didapatkan hasil kepekaan terhadap
penyebab dan pemberian antibiotik. Hal kuman penyebab, dianjurkan berbagai
ini akan mengurangi komplikasi dan ahli seperti terlihat pada tabel 8.
mempercepat perbaikan. Pada kultur didapatkan kuman
Beberapa hal yang perlu anaerob, maka antibiotik metronidazole,
diperhatikan dalam pemilihan antibiotika klindamisin, carbapenem, sefoxitin, atau
adalah efektifitas obat terhadap kuman kombinasi penisilin dan β-lactam
target, risiko peningkatan resistensi inhibitor merupakan obat terpilih.10
kuman minimal, toksisitas obat rendah, Metronidazole juga efektif
stabilitas tinggi dan masa kerja yang sebagai amubisid. Aminoglikosida,
lebih lama.10 quinolone atau cefalosforin generasi ke
Pemberian antibiotik berdasarkan III dapat ditambahkan jika terdapat
hasil biakan kuman dan tes kepekaan kuman enterik gram negatif.6,10
antibiotik terhadap kuman penyebab Cefalosporin generasi III mempunyai
infeksi. Biakan kuman membutuhkan efektifitas yang lebih baik terhadap gram
waktu yang lama untuk mendapatkan negatif enterik. Dibanding dengan
hasilnya, sedangkan pengobatan harus cefalosporin generasi I, generasi III
segera diberikan. Sebelum hasil kultur kurang efektif terhadap kokus gram
kuman dan uji sensitifitas keluar, positif, tapi sangat efektif terhadap
diberikan antibiotik kuman aerob dan Haemofillus infeluenza, Neisseria sp dan
anaerob secara empiris. Yang SW, dkk6 Pneumokokus. Ceftriaxone dan
melaporkan pemberian antibiotik cefotaxime mempunyai efektifitas
kombinasi pada abses leher dalam, yaitu; terhadap streptokokus. Ceftriaxone
Kombinasi penesilin G, klindamisin dan sangat efektif terhadap gram negatif dan

11
Haemofillus sp, kebanyakan dalam narkose umum bila letak abses
Streptococcus pneumonia dan Neisseriae dalam dan luas.2,3,4
sp yang resisiten terhadap penesilin.6 Adanya trismus menyulitkan
untuk masuknya pipa endotrakea peroral.
Tabel 8. Antibiotik yang dianjurkan beberapa Pada kasus demikian diperlukan tindakan
penulis secara empiris.6 trakeostomi dalam anastesi lokal. Jika
Penulis Antibiotik Umur terdapat fasilitas bronkoskop fleksibel,
Sakaguchi Penesilin & Klindamisin D intubasi pipa endotrakea dapat dilakukan
dkk (97)
Parhischar, Penesilin G & Oxacillin A&D secara intranasal.2,5
Har-El (01) atau Nafcilin
Gates (83) Penesilin, β lactamase DTV Diskusi
resistant drug Abses leher dalam adalah
Chen dkk penesilinG, Klindamisin, D terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang
(98) Gentamisin
Plaza, Cefotaxime, D
potensial di antara fasia leher dalam
Mayor (01) Metronidazole sebagai akibat penjalaran dari berbagai
Simo dkk Flucloxacine, A sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok,
(98) Metronidazole sinus paranasal, telinga dan leher. Gejala
Nagy dkk Ceftriaxone , Klindamisin A&D dan tanda klinik biasanya berupa nyeri
(97)
Mc Clay Cefuroxime, Klindamisin A
dan pembengkakan di ruang leher dalam
dkk (03) yang terlibat.
Sichel dkk Amoksillin-Asam A&D Sumber infeksi abses leher dalam
(02) klavulanik saat ini paling banyak berasal dari tonsil
Brondbo Penesilin G, A pada anak, dan dari gigi pada orang
dkk (83) Metronidazole
dewasa. Berdasarkan sumber infeksi
A=Anak, D=Dewasa DTV=Data tidak valid
dapat diperkirakan kuman penyebab pada
abses leher dalam. Infeksi yang berasal
Di Bagian THT-KL RS. Dr. M.
dari gigi lebih banyak disebabkan kuman
Djamil Padang pemberian antibiotik
anaerob dan infeksi yang berasal dari
secara empiris diberikan berupa
saluran nafas atas atau tonsil lebih
antibiotik kombinasi ceftriaxone, dan
banyak disebabkan oleh kuman aerob
metronidazole. Ini berdasarkan kuman
seperti stafilokokus dan streptokokus.
penyebab terbanyak abses leher dalam
Pembentukan abses merupakan
yaitu jenis streptokokus, stafilokokus dan
hasil perkembangan dari flora normal
kuman anaerob. Penambahan gentamisin
dalam tubuh. Flora normal di dalam
(aminoglikosid) dapat diberikan jika
rongga mulut dapat masuk ke daerah
dicurigai kuman penyebab termasuk
steril dari tubuh secara langsung ataupun
kuman entrik seperti Klebsiella, proteus,
karena adanya laserasi atau perforasi.
Enterobacter.
Sumber infeksi abses leher dalam pada
Setelah keluar hasil uji kepekaan
umumnya berasal dari infeksi tonsil, gigi,
antibiotik terhadap kuman penyebab
dan faring.
diberikan antibiotik yang sesuai. Pada
Gejala klinis yang muncul secara
pemberian kombinasi antibiotik secara
umum memberikan gambaran radang
empiris jika terdapat perbaikan, antibiotik
akut, seperti demam, nyeri,
dapat diteruskan, jika tidak maka
pembengkakan, ditambah dengan gejala
antibiotik diganti sesuai uji kepekaan.2.3,4
khas dari masing-masing abses leher
Evakuasi abses dapat dilakukan
dalam sesuai daerah yang dikenai.
dalam anastesi lokal untuk abses yang
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi

12
diagnosis, perluasan abses maupun terhadap kuman aerob penyebab abses
melihat komplikasi. leher dalam. Metronidazole dan
Kuman penyebab abses leher klindamisin sensitif terhadap kuman
dalam dari berbagai penelitian anaerob gram negatif.
merupakan campuran dari berbagai
macam kuman, baik aerob, anaerob, Daftar Pustaka
maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob
dominan Streptococcus viridan, 1. Ballenger JJ. Infection of the facial
Klebsiella pneumonia, Staphylococcus space of neck and floor of the mouth.
aureus. Kuman anaerob dominan In: Ballenger JJ editors. Diseases of
Prevotella, Peptostreptococcus, the nose, throat, ear, head and
Fusobacterium dan Bacteroides. Di neck.15th ed. Philadelphia, London:
Rumah Sakit Dr. Djamil Padang pola Lea and Febiger. 1991:p.234-41
kuman yang ditemukan hampir sama 2. Gadre AK, Gadre KC. Infection of
dengan berbagai penelitian diatas. the deep Space of the neck. In:
Penatalaksanaan abses leher Bailley BJ, Jhonson JT, editors.
dalam adalah dengan evakuasi abses baik Otolaryngology Head and neck
dilakukan dengan anestesi lokal maupun surgery. 4th ed. Philadelphia:
dengan anestesi umum. Antibiotik JB.Lippincott Company 2006.p.666-
diberikan sesuai dengan hasil kultur dan 81
uji sensitifitas. Sebelum keluar hasil 3. Fachruddin D. Abses leher dalam.
kultur perlu diberikan antibiotik secara Dalam: Iskandar M, Soepardi AE
empiris, dengan memberikan antibiotik editor. Buku ajar ilmu penyakit
untuk kuman aerob dan anaerob. telinga hidung tenggorok. Edisi ke 6.
Pemberian antibiotik kombinasi Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
merupakan pilihan yang tepat mengingat 2007:p. 185-8
kuman penyebab dari abses leher dalam 4. Abshirini H, Alavi SM, Rekabi H,
adalah campuran berbagai kuman. Ghazipur A, Shabab M. Predisposing
Berdasarkan uji kepekaaan terhadap factors for the complications of deep
ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, neck infection. The Iranian J of
ceforazone, ceftriaxone, angka otorhinolaryngol 2010;22 (60): 139-
sensitifitasnya terhadap kuman aerob 45.
yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan 5. Murray A.D. MD, Marcincuk M.C.
klindamisin angka sensitifitasnya masih MD. Deep neck infections. [update
tinggi terutama untuk kuman anaerob July 2009; cited June 16th, 2010]
gram negatif. Secara empiris kombinasi Available from:
ceftriaxone dengan metronidazole masih http://www.eMedicine
cukup baik. Specialties//Otolaringology and facial
Disimpulakan bahwa kuman plastic surgery.com
penyebab terbanyak abses leher dalam 6. Yang S.W, Lee M.H, See L.C, Huang
adalah kuman aerob yaitu; Streptococcus S.H, Chen T.M, Chen T.A. Deep
viridan, Klebsiella pneumonia, neck abscess: an analysis of microbial
Staphylococcus aureus, dan kuman etiology and effectiveness of
anaerob adalah Prevotella, antibiotics. Infection and Drug
Peptostreptococcus, Fusobacterium dan Resistance. 2008;1:1-8.
Bactoroides. Antibiotik seperti 7. Rosen EJ. Deep neck spaces and
ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, infections. Grand rounds
ceforazone, ceftriaxone masih sensitif

13
presentation, UTMB, Dept. Of infection in children. Laryngoscope
Otolaryngology. 2002. 2001;111: 1413-22.
8. Sakaguchi M, Sato S, Ishiyama T, 18. Meschan I. The respiratory system.
Katsuno T, Taguchi K. In: An atlas of normal radiographic
characterization and management of anatomy. WB Saunders Co. London.
deep neck infection. J. Oral 1960: 440-508.
Maxillofac Surg 1997;26:131-134 19. Jawetz, Melnick & Adelberg.
9. Huang T, chen T, Rong P, Tseng F, Mikrobiologi kedokteran. Edisi 23.
Yeah T, Shyang C. Deep neck Alih bahasa: Hartarto H dkk. Jakarta.
infection: analysis of 18 cases. Head Penerbit Buku Kedokteran EGC.
and neck. Ockt 2004.860-4 2007: 225-73.
10. Brook I, Microbiology of 20. Botin R, Marioni G, Rinaldi R. Deep
polymicrobial abscess and neck infection: A present-day
implication for therapy. J antimicrob complication. A retrospective review
chemother 2002;50:805-10 of 83 cases (1998-2001). Eur arch
11. Chuang YC, Wang HW. A deep neck otorhinolaryngol 2003; 260:576-9.
abscess presenting as a 21. El-Sayed Y, Al-Dousary S. Deep
hypopharyngeal carcinoma. J Med neck space abscess. The J of
Sci 2006;26(5):183-6. otolaryngol 1996;6(4):227-33.
12. Parhiscar A, Har-El G. Deep neck 22. Poe LB, Petro GR, Matta I.
abscess: A retrospective review of Percutaneous CT-guided aspiration of
210 cases. Ann otol rhinol laryngol deep neck abscesses. ANJR Am J
2001;110:1051-4. Neurodiol 1996;17:1359-63.
13. Boyanova L, et al. Anaerobic bacteria 23. Avest ET, Uyttenboogaart M,
in 118 patient with deep space head Dorgelo J, Maaten E JC. A patient
and neck infections from the with neck pain and fever. The
University of Hospital of Netherland J of med 2009; 67(10):
Maxillofacial surgery, Sofia, 356-7.
Bulgaria. J med micribol
2006;55:1285-89.
14. McKellop JA, Mukherji SK.
Emergency head and neck radiology:
Neck infection. Applied radiologi
2010;Juli-Agustus: 23-9.
15. Al sahab B.MD, Salleen H.MD,
Hagr A.MD, Rosen J.N. MD,
Manoukian . J.J. MD, Tewfik T.L.
MD, Retropharyngeal abscess in
children: 10-year study. J otolaryngol
2004;33:352-5.
16. Rao SVSM, Adwani M, Bharati C.
Retropharyngeal candidal abscess in a
neonate: Case report and review of
literature. Kuwait med journal
2007;39(2):177-80.
17. Kirse JD, Roberson DW. Surgical
management of retropharyngeal space

14

You might also like