You are on page 1of 58

PRESENTASI KASUS

LUKA BAKAR
OLEH: DJATI SUSILO
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. S
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Tanggal masuk : 27-11-09
 Usia : 49 tahun
 Status perkawinan : Menikah

Suku bangsa : Betawi


 Alamat : Lorong 20 RT 007/006 no.5
Koja
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Montir Bengkel
 Pendidikan : SMA
A. ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis
Tanggal : 27 November 2009
Jam : 07.00 WIB
Keluhan Utama:
Tubuh terbakar api 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Pasien tampak kesakitan
Riwayat Penyakit Sekarang
1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang
membakar sate. OS yang sedang hendak
menyiapkan pembakaran sate terkena
ledakan dari dirigen minyak tanah yang
terletak dekat dari sumber api. Dan ketika itu
juga adik dari OS berusaha membantu
memadamkan dengan berniat menyiramkan
air tapi ternyata yang disiramkan itu adalah
minyak tanah. Sehingga api disekujur tubuh
OS malah semakin membesar, OS terkapar
di tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan
akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat
memadamkan dengan jalan menyiramkan air
dan juga dengan menggunakan kain
Riwayat Penyakit Sekarang
Kejadian ini terjadi pada halaman
belakang rumah pasien (ruangan terbuka)
dan ketika jatuh ke tanah OS mengaku
tidak membentur sesuatu, Os juga
mengaku tidak mengalami sesak napas
ataupun penurunan kesadaran.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mengaku tidak memiliki riwayat
perawatan/pembedahan di RS
sebelumnya.
Riwayat Diabetes Melitus disangkal,
Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma,
TBC
B. Primary Survey
Airway
 Tidak tampak adanya sumbatan jalan napas,darah(-),
muntahan (-), corpus alienum/jelaga/arang (-), lidah
tidak terlipat kebelakang, suara napas tidak
mengorok.
Breathing
 Kedua dinding thoraks tampak simetris pada
pergerakan, napas spontan, tidak ada jejas maupun
vulnus pada dinding thoraks, suara nafas vesikuler,
ronchi (-), Wheezing (-).
Circulation
 Pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), nadi carotis
dan radialis teraba cukup isi, 100x/menit reguler.
Disability
Glasgow Coma Scale (GCS) :
Eye = 4
Verbal = 5
Movement = 6
 15
Exposure
Pakaian OS segera dievakuasi guna
mengurangi pajanan berkelanjutan serta
menilai luas dan derajat luka bakar.
C. Secondary Survey
Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit berat
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan darah : 150/100 mmHg
 Nadi : 100x/mnt, reguler, cukup
isi
 Suhu : 36,9 C
 Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 28x/menit –
pernapasan torakoabdominal
 Tinggi badan : 170 cm
 Berat badan : 85 kg
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
Kepala
Ekspresi wajah : normal
Rambut : hitam beruban
Simetri muka : simetris
Mata
 Exophthalmus : tidak ada Enopthalmus : tidak ada
 Kelopak : tidak oedem Lensa : jernih
 Konjungtiva : anemis -/- Visus : tidak
dilakukan
 Sklera : ikterik -/- Gerakan mata : normal
 Lapangan penglihatan : normal
 Tekanan bola mata : tidak dilakukan
 Deviatio konjungae : tidak ada Nystagmus: tidak ada
 Pupil : isokor
 Refleks : cahaya langsung +/+ Tidak langsung
+/+
 Telinga
 Tuli : -/-
 Selaput pendengaran : utuh
 Lubang : +/+
 Penyumbatan : -/-
 Serumen : +/+
 Perdarahan : -/-
 Cairan : -/-

 
Mulut
Bibir : normal
Tonsil : T1-T1 tenang
Langit-langit : normal
Bau pernapasan: tidak khas
Gigi geligi : normal
Trismus : tidak ada
Faring : tidak hiperemis,jelaga (-)
Selaput lendir : normal
Lidah : tidak kotor, tidak kering,
jelaga (-)
Leher
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri
dengan ukuran 10 x 2 cm warna kulit merah
pucat
 Tekanan vena Jugularis (JVP): 5-2 cmH2O
 Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
 Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
Dada
 Bentuk : simetris
 Pembuluh darah : tidak tampak
 Buah dada : simetris
 Retraksi sela Iga : (-)
Paru-paru
 Depan Belakang
 Inspeksi Kiri : simetris dalam kondisi statis dan dinamis
 Kanan : simetris dalam kondisi statis dan dinamis
 Palpasi Kiri : vokal fremitus normal vokal fremitus
normal
 Kanan : vokal fremitus normal vokal fremitus
normal
 Perkusi Kiri :sonor sonor
 Kanan :redup redup
 Auskultasi Kiri : Vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler, Rh
(-), Wh (-)
 Kanan :vesikuler, Rh (-), Wh (-) Vesikuler Rh(-),
Wh (-)
 Jantung
 Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
 Palpasi : iktus kordis di sela iga V di linea
midclavicula kiri
 Perkusi Batas kanan jantung : sela iga V,
linea sternalis
kanan
 Batas kiri jantung : sela iga V, 1
jari medial linea midclavikula kiri
 Batas atas jantung : sela iga II,
linea parasternalis kiri
 Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), Gallop(-)
 Perut
 Inspeks i : datar, tidak ada ascites, Tampak luka bakar
berwarna merah pucat pada regio abdomen dekat umbilikus
memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II 3%)
 Palpasi : supel, NT epigastrium (+)
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : balotemen - / -
 Lain-lain :-
 Perkusi : shifting dullness (-)
fluid wave / undulasi (-)
tymphani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Terdapat Luka Bakar Grade II di lengan
kiri dan tungkai kiri serta lengan kanan
Status Lokalis
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
daerah leher kiri dengan ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
pinggirnya di daerah regio brachii dan antebrachii sinistra ukuran
50 x 10 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian belakang,
bullae (+)(derajat II 9%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen
dekat umbilikus memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II
3%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur
(depan) sampai kruris depan sinistra dan memanjang ke bawah,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur
(depan) sampai kruris depan dekstra dan memanjang ke bawah ,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
 D. Hasil laboratorium
 Pemeriksaan Hematologi 27 November 2009
 Hb : 14,5 g/dl
 Leukosit : 16.100/mm3 
 Trombosit : 257.000/mm3 (n)
 Ht : 44 % (n)
 Hasil laboratorium pada tanggal 28 November 2009
 Hb : 16,1 g/dl
 Leukosit : 24.200/mm3 
 Eritrosit : 3,92 juta/uL 
 Trombosit : 213.000/mm3 (n)
 Ht : 30 % (n)
 LED : 6 (n)
 MCV : 85 fL (n)
 MCH : 27 (n)
 MCHC : 32 g/uL (n)
Fungsi Ginjal
 Kreatinin : 1,3 mg/dl (n)
 Ureum : 39 mg/dl (n)
Elektrolit
 Na : 133 mmol/Lt 
K : 3,68 mmol/Lt (n)
 Cl : 112 mmol/Lt 
Pemeriksaan Hitung jenis leukosit
 Basofil : 0% (0-1%)
 Eosinofil : 0% (1-4%)
 Segment neutrofil : 86% (35-70%)
 Neutrofil : 1% (3-5%)
 Limfosit : 6% (20-40%)
 Monosit : 7% (2-10%)
Hasil laboratorium pada tanggal 3 Desember 2009
 Trigliserida 159 mg/dL 
 Kolesterol HDL 25 mg/dL 
 Kolesterol LDL 83 mg/dL (n)
Elektrolit
 Natrium :144 (n)
 Kalium :4,23 (n)
 Chlorida :110 
 Hb : 12,8 g/dl 
 Leukosit : 11.800/mm3 
 Eritrosit : 4,74 juta/uL 
 Trombosit : 261.000/mm3 (n)
 Ht : 40 % (n)
 LED : 6 (n)
 MCV : 85 fL (n)
 MCH : 27 (n)
 MCHC : 32 g/uL (n)
 Masa perdarahan : 14 menit (n)
 Masa pembekuan : 3 menit (n)
 Fungsi Ginjal
 Kreatinin : 1,0 mg/dl (n)
 Ureum : 41 mg/dl 
Elektrolit
 Na : 133 mmol/Lt 
 K : 3,68 mmol/Lt (n)
 Cl : 112 mmol/Lt 
Pemeriksaan Hitung jenis leukosit
 Basofil : 1% (0-1%)
 Eosinofil : 5% (1-4%)
 Segment neutrofil : 71% (35-70%)
 Neutrofil : 5% (3-5%)
 Limfosit : 11% (20-40%)
 Monosit : 12% (2-10%)
 Kolesterol total : 140 (n)
 E. Resume
 Anamnesa
 1 jam SMRS, OS terbakar api ketika sedang membakar sate. OS
yang sedang hendak menyiapkan pembakaran sate terkena
ledakan dari dirigen minyak tanah yang terletak dekat dari
sumber api. Dan ketika itu juga adik dari OS berusaha
membantu memadamkan dengan berniat menyiramkan air tapi
ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah. Sehingga api
disekujur tubuh OS malah semakin membesar, OS terkapar di
tanah dan berguling-guling ksakitan. Dan akhirnya orang-orang
sekitar cepat-cepat memadamkan dengan jalan menyiramkan air
dan juga dengan menggunakan kain. Kejadian ini terjadi pada
halaman belakang rumah pasien (terbuka) dan ketika jatuh ke
tanah OS mengaku tidak membentur sesuatu. Tidak ada sesak
atau penurunan kesadaran
Status Lokalis
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
daerah leher kiri dengan ukuran 5 x 2 cm. (derajat II 2%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
pinggirnya di daerah regio brachii dan antebrachii sinistra ukuran
20 x 5 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian belakang,
bullae (+) (derajat II 9%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen
dekat umbilikus memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm (derajat II
3%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris
depan dekstra dan memanjang ke bawah ukuran 20 x 6 cm,
bullae (+) (derajat II 4,5%)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio kruris
depan dekstra dan memanjang ke bawah ukuran 22 x 5 cm,
bullae (+) (derajat II 4,5 %)
 
F. Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
jasmani dan pemeriksaan laboratorium
rutin :
Luka bakar derajat II dengan luas
luka bakar +/- 23%
 G. Pemeriksaan yang dianjurkan
 Albumin/total protein serum , AGD, kadar COHb
 H. Terapi
 Prinsip Primary survey ABCDE  lanjut secondary
survey
 Terapi Cairan Baxter: Ringer Laktat 4cc x BB x % luka
bakar; 4 x 75 x 23 = 6900 cc/24 jam. Diberikan
setengahnya pada 8 jam pertama dan sisanya 8 jam
berikutnya. Untuk keesokan harinya berikan setengah
jumlah dari hari pertama dan seterusnya.
 Pemasangan dauer kateter untuk monitoring volume
urine (monitoring volume cairan input dan output).
 Pemasangan Nasogastric tube.
 Injeksi Tetanus Toxoid 1 cc intramuskuler.
 Antibiotik Cefotaxim 2 x 1 gram.
 Antrain 3 x 1 ampul.
 Ranitidin 2 x 1 ampul.
 Pencucian luka dengan NaCl lalu diolesi dengan
Burnasin dan ditutup dengan sufratul dan verban
steril.
 Rawat Inap
 Direncanakan untuk operasi pembersihaan luka,
eskarotomi, nekrotomi.
 Lakukan penggantian verban dan perawatan luka
berkelanjutan
Dilakukan tindakan eskarotomi dan nekrotomi pada
tanggal 8 Desember 2009:
 Pasien dibaringkan dalam general anastesi
 Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah
operasi
 Dilakukan tindakan nekrotomi dan eskarotomi
 Penutupan luka dengan sufratulle, kasa steril kompres
penicilin prokain, lalu ditutup dengan verban gulung
 Operasi selesai
Instruksi Post Operasi
 Puasa sampai sadar benar, IVFD RL 24 tpm, tampung
urine, medikasi: ceftizoxime 2x1 gram, remopain 2x30mg,
gastridin 3x1 ampul, omeprazole 2x1 ampul, sactivis
2x30mg
I.Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR (COMBUTIO)
PENDAHULUAN
cedera yang cukup sering dihadapi para
dokter.
Penyebab selain terbakar api langsung atau
tidak langsung, juga pajanan langsung dari
sinar matahari, listrik maupun kimia.
Luka bakar karena siraman air panas cukup
sering pada kecelakaan rumah tangga.
DEFINISI
 Merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber
panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber
listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi
 Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di
tempat yang lebih dalam dari akhir sistem
persarafan.
 komplikasi yang fatal  shock, infeksi, ketidak
seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan
masalah distress pernapasan. distress emosional
(trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan
cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika 2 sampai 3 juta penderita
setiap tahunnya dengan jumlah kematian
5 - 6 ribu kematian/tahun
Di Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di
laporkan 107 kasus luka bakar yang
dirawat, dengan angka kematian 37,38%
sedangkan di Rumah Sakit Dr.Sutomo
Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106
kasus luka bakar, kematian 26, 41 %.
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok
karena kaget dan kesakitan
Pembuluh kapiler yang terkena suhu
tinggi rusak sel darah yang di dalamnya
ikut rusak  anemia
Permeabilitas  udem + bula dengan
membawa serta elektrolit  volume
cairan intra vaskuler
Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1
%, “Blood Volume ”setiap 1 % luka
bakar.
insensible water loss meningkat
>20 %  syok hipovolemik
Pada kebakaran daerah muka  cedera
inhalasi + keracunan CO
luka bakar yang berat  ileus paralitik
Stres dan beban faali  tukak peptic
(tukak curling)  Hematemesis melena

Patofisiologi cont.d..
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Secara klinis
Laboratorium : Hb,Ht,Leukosit,trombosit,
Electrolit, albumin, fungsi ginjal, AGD, COHb

KOMPLIKASI
Syok karena kehilangan cairan.
Sepsis / toksis.
Gagal Ginjal mendadak
Cedera Inhalasi
PROGNOSA :
Tergantung derajad luka bakar.
Luas permukaan
Daerah yang terkena, perineum, ketiak,
leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.
Usia dan kesehatan penderita.
FASE LUKA BAKAR
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai
penderita mendapat perawatan di IRD
/Unit luka bakar.
Ancaman ganguan ABC + cedera inhalasi
2. Fase Subakut
 Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir
atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
 a. Proses inflamasi atau infeksi.
 b. Problem penutupan luka.
 c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut
 Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh
tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan.
Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya
kontraktur.
PENYEBAB LUKA BAKAR
 Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar
dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara
lain :
 1. Luka bakar karena api
 2. Luka bakar karena air panas
 3. Luka bakar karena bahan kimia
 4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
 5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
 6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
 7. Luka bakar karena ledakan bom.
DERAJAT LUKA BAKAR
Derajat luka bakar
LUKA BAKAR
LUAS LUKA BAKAR
 KRITERIA BERAT RINGANNYA
 (American Burn Association)
 1. Luka Bakar Ringan
 - Luka bakar derajat II <15 %
 - Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
 - Luka bakar derajat III < 2 %
 2. Luka bakar sedang
 - Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
 - Luka bakar II 10 – 20 % pada anak – anak
 - Luka bakar derajat III < 10 %
 3. Luka bakar berat
 - Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
 - Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
 - Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
 -Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
 - Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA
BAKAR FASE AKUT.
Pada penanganan penderita dengan trauma
luka bakar, seperti pada penderita trauma –
trauma lainnya harus ditangani secara teliti
dan sistematik.
I. Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
C. Anamnesis
D. Pemeriksaan luka bakar
Penanganan di Ruang Emergency
 Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila
melakukan pemeriksaan penderita.
 Bebaskan pakaian yang terbakar.
 Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan
menyeluruh untuk memastikan adanya trauma
lain yang menyertai.
 Bebaskan jalan napas.
 Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-
50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk
anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam
untuk anak dibawah 2 tahun.
 Dilakukan pemasangan Foley kateter
 Di lakukan pemasangan nosogastrik tube
 morfin intravena
 Timbang berat badan
Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan.
Pencucian Luka di kamar operasi dalam
keadaan pembiusan umum
Eskarotomi
Penutupan luka dapat terjadi atau dapat
dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka
yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi.
RESUSTASI CAIRAN
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x
% luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah
kebutuhan faali.
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam
pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :
1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1
cc
2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5
2000 cc
 Hari I --- 8 jam X ½
 ---16 jam X ½
 Hari II -- ½ hari I
 Hari ke III --- kari ke II
TRAUMA INHALASI
Mekanisme kerusakan saluran napas.
1. Trauma panas langsung
2. Keracunan asap yang toksik
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita
luka bakar terdapat 3 atau lebih dari keadaan berikut :
 Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
 Sputum tercampur arang
 Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau
tenggorokan.
 penurunan kesadaran.
 Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas
bernapas dan adanya wheezing atau rasa tidak nyaman
pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
 Gejala distress napas. Takipea
 Sesak atau tidak ada suara.
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
2. Gas Darah
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum berarang, edema
mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan
dan ulserasi  diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
PENATALAKSANAN
1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau
tanpa kanul trakeostomi.
2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.
3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala
serta bronchial washing.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6
jam.
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.
◦ Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)
◦ Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit),
sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan
hasil pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran
hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila
masalah pernapasan telah diatasi.
8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk
atau setengah duduk.
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.
KESIMPULAN
 Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu
cedera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat komplek dengan
biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas
dan mortalitas karena beberapa faktor penderita,
factor pelayanan petugas, factor fasilitas
pelayanan dan faktor cideranya.
 Untuk penanganan luka bakar perlu perlu
diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar,
derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar.
Pada penanganan luka bakar seperti penanganan
trauma yang lain ditangani secara teliti dan
sistematik.
 Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik –
baiknya karena pertolongan pertama kali sangat
menentukan perjalanan penyakit ini.
THANKS FOR UR
ATTENTION!

TERIMA KASIH…

You might also like