You are on page 1of 34

SINUSITIS

Koas THT
RSUD KARAWANG
SINUS PARANASAL

Tulang Berpneumatisasi
Terbentuk
rongga di dalam
kepala tulang

Secara Berasal dari


mukosa rongga
Pada masa fetus
3 – 4 bulan
embrionik mulut

Semua sinus Memiliki muara


Ke rongga
hidung
panasal
Definisi Sinusitis
• Suatu radang di mukosa sinus paranasal
Pembagian
• sinusitis maxilla TERSERING
• sinusitis etmoid
• sinusitis frontal
• sinusitis sphenoid
• Sinusitis jarang yang mengancam jiwa
• kadang dapat menimbulkan komplikasi ke
Mortality
orbita dan intrakranial
• Sinusitis biasa ditemukan pada umur dewasa
muda.
Usia
• Jarang ditemukan pada usia < 1 thn
Kelamin
• Perbandingan pria dan wanita sama
Jenis
Epidemiologi
Sinusitis Rhinosinusitis
Ide utama di sini adalah bahwa :
• Rinitis biasanya mendahului sinusitis, seperti
dijelaskan di atas.
• Sinusitis tanpa rinitis sangat jarang,
Rinosinusitis adalah kondisi peradangan yang
melibatkan lapisan hidung dan lapisan sinus.

the Task Force on Rhinosinusitis, yang disponsori oleh American Rhinologic Society, American Academy
of Otolaryngology-Head and Neck Surgery dan American Academy of Otolaryngic Allergy, ( 1996 )
Klasifikasi Rhinosinusitis
• Akut (terjadi < 4 minggu)
• Sub akut (> 4 minggu, tetapi < 12 minggu)
• Kronis (terjadi >12 minggu)
• Akut berulang ( > 4 episode akut dalam 1
tahun)
• Kronis ekaserbasi akut (infeksi akut yang
berada pada infeksi kronis, dengan gejala
yang lebih buruk)
Etiologi

Lokal Regional Sistemik

• Polip • Gigi geligi buruk • Malnutrisi


• Obstruksi mekanik • Obstruksi • Diabetes tidak
( deviasi septum, nasofaring ( cth : terkontrol
hipertrofi komka, tumor ) • Pengobatan
benda asing ) steroid jangka
• Tumor rongga hidung panjang
• Rhinitis alergi dan
rhinitis kronik
Patofisiologi sinusitis
Gejala fase akut
• Gejala Mayor
SUBYEKTIF
• Gejala minor
• Gejala Obyektif
• Hyposmia or anosmia
or rhinorrea
Major • Post nasal discharge
criteria blockage
• Nasal obstruction or

Taskforce on Rhinosinusitis, American Rhinologic Society, the American Academy of


Otolaryngology-Head and Neck Surgery and the American Academy of Otolaryngic Allergy
criteria
• Facial pain, pressure or other major
accompanying
fullness need
• Fever ( acute rhinosinusitis ) Major criteria
Minor criteria
• Headaches
• Fever (subacute, chronic or recurrent sinusitis)
• Halitosis
• Fatigue
• Dental pain
• Cough
• Ear pain, pressure or fullness
• 2 or more major criterias,
or Interpretation
• 1 major criteria with 2 or
more minor criteria, or
• Nasal purulence seen on
examination
Gejala Obyektif
• pembengkakan dan edema kulit yang ringan
akibat periostitis
• Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti
ada penebalan ringan atau seperti meraba
beludru
• Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka
hiperemis dan edema atau mukopus dan
nanah di meatus medius. Tidak ada polip
Gejala Obyektif
• rinoskopi posterior tampak mukopus di
nasofaring (post nasal drip)
• Pada posisional test jika positif sinusitis
maksilaris maka akan keluar pus dari hidung
• Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang
sakit akan menjadi suram atau gelap
• pada pemeriksaan radiologi tampak air fluid
level
Gejala 0byektif
• Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di
pipi dan kelopak mata bawah
• pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan
kelopak mata atas
• pada sinusitis ethmoid jarang timbul
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi
• rinoskopi anterior tampak sekret di meatus medius atau
superior
• rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring
Obyektif
• transiluminasi tampak sinus yang sakit, suram atau
gelap
• Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya
tanda-tanda radang akutnya sudah reda
Subyektif
Gejala Subakut
Obyektif Subyektif
• rinoskopi anterior dapat ditemukan • Post nasal drip
sekret kental, purulen dari meatus • Hidung tersumbat
medius atau meatus superior, dapat • Rasa tidak nyaman di tenggorokan
juga ditemukan polip, tumor atau • Pendengaran terganggu
komplikasi sinusitis •
• rinoskopi posterior tampak sekret Nyeri atau sakit kepala
• Batuk dan komplikasi di paru
purulen di nasofaring atau turun ke
tenggorok
Gejala Kronis
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior
• Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus
maksila dan sinus frontal
• Pemeriksaan radiologik, posisi rutin yang
dipakai adalah posisi Waters, PA dan Lateral
• Pungsi sinus maksilaris
• Sinoskopi sinus maksilaris
Diagnosis
• Pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang
diambil pada waktu dilakukan sinoskopi.
• Pemeriksaan meatus medius dan meatus
superior dengan menggunakan naso-
endoskopi.
• Pemeriksaan CT –Scan
• Medikamentosa
• Tindakan pencucian dan diatermi sinus
Kronik
• Operatif ( radikal dan non radikal )
sinus
Diatermi dan pencucian proetz
• Medikamentosa
• Tindakan
Sama dengan fase akut
Subakut
• Antibiotik
• Dekongestan oral dan topikal
• Mukolitik
Medikamentosa
Akut
• Analgetik
• antihistamin
Penatalaksanaan
penatalaksanaan
Ultra short wave diathermy
• Diatermi dengan sinar gelombang pendek
sebanyak 5 – 6 kali pada daerah yang sakit
untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau
belum membaik, maka dilakukan pencucian
sinus
Pungsi dan irigasi sinus maksila
• memakai trokar yang ditusukkan di meatus
inferior, diarahkan ke sudut luar mata atau
tepi atas daun telinga. Selanjutnya dilakukan
irigasi sinus dengan larutan garam fisiologis.
Sekret akan keluar melalui hidung atau mulut.
Pencucian proetz
Pada sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid
• Pada prinsipnya membuat tekanan negatif dalam
rongga hidung dan sinus paranasal
• Diteteskan larutan vasokonstriktor (HCL efedrin
0,5-1%) untuk membuka ostium yang kemudian
kan masuk ke dalam sinus
• HCL efedrin kan mengurangi edema mukosa dan
tercampur dengan sekret di dalam rongga sinus,
kemudian dihisap ke luar.
• Sementara itu pasien harus mengatakan “kak
kak” supaya palatum molle terangkat,
sehingga ruang antara nasofaring dan
orofaring tertutup
• sedangkan ruangan nasofaring hidung serta
sinus menjadi satu rongga yang bertekanan
negatif pada saat penghisapan, sehinga sekret
mudah ke luar.
Tindakan operatif
Radikal
• Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
• Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
• Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi
Killian.
Non Radikal
• Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF)
Komplikasi

Kehilangan Osteomielitis
intrakranial Orbita Vaskular Asma indra dan abses
penciuman periosteal
Kesimpulan
• Sinusitis adalah radang mukosa sinus
paranasal
• Paling sering ditemukan adalah sinusitis
maksila dan sinusitis ethmoid
• Sinusitis terjadi jika ada gangguan drenase dan
ventilasi di dalam sinus
• Secara klinis sinusitis dibagi menjadi sinusitis
akut, Sinusitis subakut dan sinusitis kronis
kesimpulan
• Faktor predisposisi sinusitis adalah obstruksi
mekanik
• Gejala sinusitis yang banyak dijumpai adalah
gejala sistemik berupa demam dan rasa lesu
• Postnasal drip, hidung tersumbat dan rasa nyeri
di daerah sinus yang terinfeksi serta terkadang
terdapat referred pain.
• pada sinusitis kronis selain gejala-gejala di atas
sering ditemukan gejala komplikasi dari sinusitis
kesimpulan
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, foto
rontgen sinus dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk
menentukan luas dan beratnya sinusitis, bisa dilakukan
pemeriksaan CT Scan.
• Terapi sinusitis secara umum diberikan medikamentosa
berupa antibiotik selama 10-14 hari, dekongestan sistemik
dan analgetik untuk menghilangkan nyeri.
• Terapi pembedahan dilakukan jika ada komplikasi ke orbita
atau intrakanial; atau bila nyeri hebat karena sekret
tertahan oleh sumbatan yang biasanya disebabkan sinusitis
kronis.
Daftar pustaka
• Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. In: Buku ajar ilmu kesehatantelinga,hidung, tenggorok,
kepala leher. Soepardi EA, Iskandar N, editors. 5thed. FKUI. Jakarta; 2001: 90-92, 115-20.
• Hilger PA. Hidung dan sinus paranasalis. In:Boies buku ajar penyakit THT.Effendi H, Santoso K, editors.
6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta;1997: 176, 241.
• Graney DO, Rice DH. Anatomy. In: Otolaryngology-head and neck surgery.CummingsCW, Frederickson JM,
Harker LA, Krause CJ, Schuller DE, editors.2nd ed. Mc Graw Hill. New York; 1999: 901-40.
• Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Sinusitis: current concepts and management.In: Head and neck surgery-
otolaryngology. Bailey BJ, editor. Lippincot-Raven.Philadelphia; 1998: 426-55.
• Citardi MJ. Brief overview of sinus and nasal anatomy. [online]. 2008 [cited2008 March 19]: [3 screens].
Available from: URL: http//www.american-rhinologic.org.html.
• Ballenger. J. J., infeksi Sinus Paranasal, dalam : Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Kepala dan Leher,
ed 13 (1). Binaputra Aksara, Jakarta. 1994, 232-241
• http://anatomytopics.wordpress.com/2008/12/06/the-anatomy-of-the-nasal-cavity-and-paranasal-
sinuses-the-skeletal-and-smooth-muscle-tissues-the-development-of-the-pharyngeal gut/ . Accessed on 4
October 2010 at 10.27 p.m
• Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125.Peter A. Hilger,
MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono, Kuswidayanti, editor, BOIES, buku ajar Penyakit THT,
penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 – 258.

You might also like