Professional Documents
Culture Documents
Koas THT
RSUD KARAWANG
SINUS PARANASAL
Tulang Berpneumatisasi
Terbentuk
rongga di dalam
kepala tulang
the Task Force on Rhinosinusitis, yang disponsori oleh American Rhinologic Society, American Academy
of Otolaryngology-Head and Neck Surgery dan American Academy of Otolaryngic Allergy, ( 1996 )
Klasifikasi Rhinosinusitis
• Akut (terjadi < 4 minggu)
• Sub akut (> 4 minggu, tetapi < 12 minggu)
• Kronis (terjadi >12 minggu)
• Akut berulang ( > 4 episode akut dalam 1
tahun)
• Kronis ekaserbasi akut (infeksi akut yang
berada pada infeksi kronis, dengan gejala
yang lebih buruk)
Etiologi
Kehilangan Osteomielitis
intrakranial Orbita Vaskular Asma indra dan abses
penciuman periosteal
Kesimpulan
• Sinusitis adalah radang mukosa sinus
paranasal
• Paling sering ditemukan adalah sinusitis
maksila dan sinusitis ethmoid
• Sinusitis terjadi jika ada gangguan drenase dan
ventilasi di dalam sinus
• Secara klinis sinusitis dibagi menjadi sinusitis
akut, Sinusitis subakut dan sinusitis kronis
kesimpulan
• Faktor predisposisi sinusitis adalah obstruksi
mekanik
• Gejala sinusitis yang banyak dijumpai adalah
gejala sistemik berupa demam dan rasa lesu
• Postnasal drip, hidung tersumbat dan rasa nyeri
di daerah sinus yang terinfeksi serta terkadang
terdapat referred pain.
• pada sinusitis kronis selain gejala-gejala di atas
sering ditemukan gejala komplikasi dari sinusitis
kesimpulan
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, foto
rontgen sinus dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk
menentukan luas dan beratnya sinusitis, bisa dilakukan
pemeriksaan CT Scan.
• Terapi sinusitis secara umum diberikan medikamentosa
berupa antibiotik selama 10-14 hari, dekongestan sistemik
dan analgetik untuk menghilangkan nyeri.
• Terapi pembedahan dilakukan jika ada komplikasi ke orbita
atau intrakanial; atau bila nyeri hebat karena sekret
tertahan oleh sumbatan yang biasanya disebabkan sinusitis
kronis.
Daftar pustaka
• Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. In: Buku ajar ilmu kesehatantelinga,hidung, tenggorok,
kepala leher. Soepardi EA, Iskandar N, editors. 5thed. FKUI. Jakarta; 2001: 90-92, 115-20.
• Hilger PA. Hidung dan sinus paranasalis. In:Boies buku ajar penyakit THT.Effendi H, Santoso K, editors.
6th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta;1997: 176, 241.
• Graney DO, Rice DH. Anatomy. In: Otolaryngology-head and neck surgery.CummingsCW, Frederickson JM,
Harker LA, Krause CJ, Schuller DE, editors.2nd ed. Mc Graw Hill. New York; 1999: 901-40.
• Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Sinusitis: current concepts and management.In: Head and neck surgery-
otolaryngology. Bailey BJ, editor. Lippincot-Raven.Philadelphia; 1998: 426-55.
• Citardi MJ. Brief overview of sinus and nasal anatomy. [online]. 2008 [cited2008 March 19]: [3 screens].
Available from: URL: http//www.american-rhinologic.org.html.
• Ballenger. J. J., infeksi Sinus Paranasal, dalam : Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Kepala dan Leher,
ed 13 (1). Binaputra Aksara, Jakarta. 1994, 232-241
• http://anatomytopics.wordpress.com/2008/12/06/the-anatomy-of-the-nasal-cavity-and-paranasal-
sinuses-the-skeletal-and-smooth-muscle-tissues-the-development-of-the-pharyngeal gut/ . Accessed on 4
October 2010 at 10.27 p.m
• Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 – 125.Peter A. Hilger,
MD, Penyakit Sinus Paranasalis, dalam : Haryono, Kuswidayanti, editor, BOIES, buku ajar Penyakit THT,
penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, 241 – 258.