You are on page 1of 9

TUGAS ASKEB NEONATUS

“TRAUMA PADA FLEKSUS BRANCHIALIS”

KELOMPOK 9:

1. AFEK ANJARSARI (09.0.B.657)


2. ANNA EKA AMBARWATI (09.0.B.663)
3. HIDAYATI SARTIKA PUTRI (09.0.B.681)
4. PUTRI WULANDHARI (09.0.B.694)
5. PUTRI WIJAYANTI (09.0.B.696)
6. SILVIANA YANUARDANI (09.0.B.705)
7. RINA INDRIANI (08.0.B.580)

AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA

KARANGANYAR

2010/2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita
sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan
perawatan yang baik dan adekuat.
Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses
persalinan atau kelahiran. Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis,
transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang
terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian.
Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat
berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma
hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau
dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani
oleh seorang ahli yang terlatih.
Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat
laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang
bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik
selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam
otak.

Plexus brachialis adalah anyaman (Latin: plexus) serat saraf yang berjalan dari
tulang belakang C5-T1, kmeudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya ke
seluruh lengan (atas dan bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke
berberapa bagian lengan. Ramus anterior saraf spinal C5 sampai T1 bergabung
membentuk pleksus brakialis. C5 dan C6 berbgabung membentuk trunk superior, C7
membentuk trunk medial, dan C8 dan T1 bergabung membentuk trunk inferior. Cord
medial merupakan divisi anterior dari trunk inferior. Divisi anterior yang berasal dari
upper dan middle trunk membentuk cord lateral.Divisi posterior berasal 3 trunk
membentuk posterior cord. Dari ketiga cord tersebut keluar cabang saraf yang
menginervasi anggota gerak atas antara lain n muskulokutaneus berasal dari cord lateral,
n medianus berasal dari cord lateral dan medial, n radialis dari cord posterior, n aksilaris
dari cord posterior dan n ulnaris dari cord medial.

Long thorasic dan dorsal scapular berasal langsung dari root saraf spinal. Hanya n
suprascapular (C5 C6) yang berasal dari trunk.
Saraf spinal keluar dari foramina vertebralis dan melewati scalenus anterior dan
medial,kemudian antara klavikula dan rusuk pertama didekat coracoid dan caput
humerus. Pleksus pada bagian praosimal bergabung di prevertebral dan oleh axillary
sheath di mid arm.

B. Tujuan

1. Mampu mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan
trauma lahir

2.Mahasiswa mengetahui dan memahami trauma kelahiran pada bayi baru lahir
khususnya
3. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan mengidentifikasi perlunya segera untuk
melakukan kolaborasi maupun rujukan ke instalasi yang lebih tinggi
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
trauma kelahiran pada fleksus brachialis.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai
dengan rencana yang telah diuraikan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan hasil asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
BAB II

ISI

A. Pengertian Fleksus Brachialis

Plexus brachialis adalah anyaman (Latin: plexus) serat saraf yang berjalan dari
tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya ke
seluruh lengan (atas dan bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke
berberapa bagian lengan. Ramus anterior saraf spinal C5 sampai T1 bergabung
membentuk pleksus brakialis. C5 dan C6 berbgabung membentuk trunk superior, C7
membentuk trunk medial, dan C8 dan T1 bergabung membentuk trunk inferior. Cord
medial merupakan divisi anterior dari trunk inferior. Divisi anterior yang berasal dari
upper dan middle trunk membentuk cord lateral.Divisi posterior berasal 3 trunk
membentuk posterior cord. Dari ketiga cord tersebut keluar cabang saraf yang
menginervasi anggota gerak atas antara lain n muskulokutaneus berasal dari cord lateral,
n medianus berasal dari cord lateral dan medial, n radialis dari cord posterior, n aksilaris
dari cord posterior dan n ulnaris dari cord medial.
Gambar.Fleksus Brachialis

B. Jenis Fleksus Brachialis


Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :
a. Paralisis Erb-Duchene
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan
kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya
refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan
bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu
diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi
otot diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal
saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi
kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom
gangguan nafas.
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat
penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain
seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada
posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma
ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang
berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi
dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.

Gambar.Erb-Dcuhene

b. Paralisis Klumpke
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan
otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan
kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak
kepala bila terjadi distosia bahu.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah,
sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena,
maka akan terlihat simdrom HORNER yang ditandai antara lain oleh adanya gejala
prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka
homolateral dari trauma lahir tersebut.
Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada
telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya
diusahakan program latihan.
C. Etiologi

Penyebab dari trauma “Fleksus Brachialis” adalah: Kelainan ini timbul akibat tarikan
yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada plexus
brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat
dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat
terjadi pada janin dengan bahu lebar (Tarikan berlebihan pada saat melahirkan bayi).

D. Gejala

Gejala yang biasa dialami oleh BBL “Trauma pada Fleksus Brachialis” adalah sebagai
berikut:

a) Gangguan motorik lengan atas,


b) Jika diangkat, lengan tampak lemas dan menggantung,
c) Hiperekstensi dan fleksi pada jari – jari, dan
d) Reflek meraih pada tangaan tidak ada
E. Penanganan

Penanganan pada “Trauma pada Fleksus Brachialis” antara lain:

a) Letakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90° dalam putaran keluar. Siku berada dalam
fleksi 90° dengan supinasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap kedepan.

b) Fisioterapi: penyembuhan akan terjadi dalam beberapa hari sampai 3 – 6 bulan setelah
melahirkan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Plexus brachialis adalah anyaman (Latin: plexus) serat saraf yang berjalan dari
tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, dan akhirnya ke
seluruh lengan (atas dan bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke
berberapa bagian lengan. Ramus anterior saraf spinal C5 sampai T1 bergabung membentuk pleksus
brakialis. Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada plexus brachialis. Hal ini ditemukan pada
persalinan sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala
bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu
lebar. Penanganan pada “Trauma pada Fleksus Brachialis” antara lain: Letakkan lengan
atas dalam posisi abduksi 90° dalam putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90° dengan
supinasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan dan telapak tangan menghadap kedepan.
Dan Fisioterapi: penyembuhan akan terjadi dalam beberapa hari sampai 3 – 6 bulan
setelah melahirkan.

B. SARAN

Kami mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan tugas ini.Dan kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pembaca.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar,MPH,Prof.Dr.Rustam.1998.Sinopsis obstetri Patiologi.Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran.

2. Oxorn,Harry.2003.Patologi dan Fisiologi Persalinan Human Labor and


Birth.Yogyakarta:Yayasan Esentia Medica.

You might also like