Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai
faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi
masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006, AKI
Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di
Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang
paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%.
Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat
penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang
membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi dan
anak balita. Masih tingginya AKB dan AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih
belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun
bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya
menurunkan AKI dan AKB. Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu
dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI dan AKB.
Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka paradigma
aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Tujuan dari asuhan
persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal. Hal ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung
oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya
manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan. Kajian kinerja petugas pelaksana
pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya
kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan
bersalin. Hal ini terbukti dari masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu tujuan yang sudah
dirancang sedemikian rupa, dan yang paling sering disebut adalah faktor sumber daya
1
manusia (tenaga kerja), serta faktor sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari
kedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting daripada sarana
dan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun fasilitas pendukung yang
dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang memadai, baik kuantitas (jumlah)
maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil
mewujudkan tujuan organisasinya.
Di berbagai negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telah
menunjukkan banyak keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan angka kematian
ibu sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan secara intensif, misalnya
menambah subsidi masyarakat untuk pencegahan penyakit, perbaikan kesejahteraan, dan
pemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa masalah khusus, seperti tromboemboli, perdarahan,
preeklampsia dan eklampsia, dan sebab-sebab mayor lainnya mendapat prioritas utama,
karena persentase kematian ibu akibat masalah-masalah tersebut begitu tinggi. Sistem
administrasi klinis juga perlu dibina, yang meliputi akreditasi pelayanan, manajemen risiko,
peningkatan profesionalitas, dan pengaduan pasien.
Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan upaya-
upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan tidak hanya
mengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi. Meskipun intervensi kesehatan yang dilakukan hanya meliputi aspek yang terbatas,
seperti pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan persalinan, tatalaksana gawat darurat
obstetri yang memadai, dan keluarga berencana. Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikan
kesehatan maternal ini secara tidak langsung akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kematian Ibu
Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian
wanita dalam kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, tanpa memandang usia
kehamilan dan kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun
tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematian
langsung dan tidak langsung. Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masa
kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.
Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasi
kematian ibu bertujuan:
Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu yang
akurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian
Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas
Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat
3
II. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)
Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk
setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab
kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan,
dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi
kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan
adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan
pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai
¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan
pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus
menerus.
4
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994
sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per
100.000 Kelahiran Hidup.
5
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata
masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak
begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif
dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain
masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai
budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan
melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa
alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.
Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat terutama suami.
6
dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang
dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup
setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen),
kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol
saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila
kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir.
Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11
persen).
4T (Terlambat)
1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga
2. Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan
3. Terlambat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan
berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan
8
Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak sekolah
lebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.
Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari
tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari tahun trendnya
meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaan angka pertolongan
persalinan oleh dokter pada tahun 2007 telah lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan
persalinan oleh bidan relatif tidak banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun
2007 dan 2004 secara total pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi
turun.
9
7. Peningkatan peran serta lintas program
10
2. Mempunyai riwayat hipertensi
3. Obesitas
4. Diabetes melitus
5. Gangguan ginjal
6. Kehamilan overdistended (khmln ganda, janin besar, hidramnion)
Etiologi
The disease of theory, Beberapa teori yang dianggap berkaitan dengan terjadinya
Preeklampsia dan Eklampsia antara lain;
1. kerusakan sel endothelial
2. perubahan aktivitas vaskuler
3. ketidak-seimbangan antara prostasiklin dan tromboksan
4. regangan otot uterus (iskemi),
5. faktor diet,
6. faktor genetik. dll
Gambaran Klinis
1. Kejang
Kejang klonik dan kejang tonik
Kejang pada Eklampsia terbagi dalam 4 tingkat :
1. Tingkat Awal atau aura
2. Tingkat kejangan tonik
3. Tingkat kejangan klonik
4. Tingkat koma.
2. Respirasi
setelah kejang respirasi naik diafragma terfiksasi respirasi berhenti
3. Suhu badan meningkat
4. Diuresis Berkurang
5. Edema
Edema ekstremitas atau edema paru
6. Proteinuria berat
11
Patofisiologi
Diagnosis
Untuk mendiagnosa gejala-gejala sda.
Dan juga harus dikesampingkan keadaan–keadaan lain dengan kejang dan koma
seperti;
Gangguan metabolik
Infeksi (intracerebral atau ekstracerebral)
Epilepsi
Histeria, dll
Komplikasi
- Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin.
- Komplikasi lain yang biasa terjadi antara lain :
Solusio Plasenta, Hipofibrinogenemia, Hemolisis, Perdarahan otak
Edema paru-paru.
Nekrosis hati, Sindroma HELLP
12
Kelainan ginjal.
Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang –
kejang
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
Penatalaksanaan
Penanganan Preeclampsia Ringan
Dalam Kehamilan
1. Rawat Jalan (ambulatoir) :
banyak istirahat
diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
diet Rendah : garam,lemak,karbohidrat
mulitvitamineral : sayuran & buah
sedatif ringan : diazepam 3x2 mg atau luminal 3x30 mg selama 7 hari
periksa laboratorium :
darah rutin (Hb,Al,Ct,Bt,GolDrh,trombosit)
darah kimia (alb,glb,gds,ureum,kreatinin,got,gpt)
urine rutin;uji faal hati;uji faal ginjal;Estrial & HPL
kontrol tiap minggu
2. Rawat Inap
dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan
kenaikan berat badan >/1kg/minggu
timbul salah satu gejala preeklampsia berat
13
Syarat pemberian MgSO4:
Refleksi patela (+)
Respirasi >/16 per menit
Produksi urine 25cc/jam
Tersedia antidotum,yakni kalsium glukonat
Bila syarat diatas tidak terpenuhi, akan terjadi:
keracunan MgSO4 dengan tanda: refleksi patela (-), respirasi <16kali, oligo/anuria,
cardiac arrest kemudian segera diberikan antidotumnya (kalsium glukonat)
Dosis awal :
8gr lar.40%(20ml) masing2 10ml di boka & boki
Dosis pemeliharaan :
- 4gr setiap 6 jam kemudian.
- injeksi dexamethason 5mg(1 ampul) setiap 8 jam
- Pemberian magnesium sulfat dihentikan setelah :
* diagnose mjd preeclampsia ringan
* 24 jam pasca persalinan.
5. Anti Hipertensi
- diberikan bila T.≥170/110mmHg
- nipedipin 2-3 kali 10mg/hari
6. Diuretika
- Indikasi : edema paru & kegagalan jantung
- Obat dan dosis
7. Tindakan Obstetrik
a. Konservatif : kehamilan dipertahankan, sehingga ditunggu sampai persalinan
spontan
b. aktif :
indikasi : bila terdapat 1 atau lebih keadaan di bawah ini :
- UK ≥ 37 minggu
- terdapat gejala impending eclampsia
- tidak ada respon pengobatan (terjadi kenaikan tekanan darah setelah 6 jam,
tidak ada perbaikan setelah 48 jam, index gestosis > 6)
- adanya foetal compromised/F.C atau foetal distress/F.D
14
- adanya IUGR
- munculnya HELLP syndrome
Eklampsi
1. Prinsip pengobatan sama dengan preeklampsi berat, termasuk pemberian MgSO4
2. Bila masih terjaid kejang, berikan tambahan MgSO4 2gr larutan 20% dalam waktu 2
menit, bila masih kejang berikan amobarbital sampai 250 mg intravena pelan
3. Sebagai alternatif dapat diberikan diazepam 10mg intravena sebelum terapi dengan
MgSO4
4. Pemberian MgSO4 dihentikan setelah 24jam persalinan, atau bila eklampsia timbul
setelah persalinan MgSO4 diberikan sampai 24jam setelah serangan kejang terakhir
5. Persalinan diusahakan pervaginam, 4-8 jam setelah serangan kejang terakhir &
penderita sudah sadar
6. Bila diperlukan tindakan seksio caesarea, ini dikerjakan sekurangnya 12 jam bebas
kejang
7. Tindakan lain disesuaikan dengan keadaan
PENCEGAHAN
Usaha pencegahan preeklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan, telah banyak
penelitian dilakukan untuk menilai manfaat berbagai kelompok bahan-bahan non-
farmakologi dan baban farmakologi seperti: diet rendah garam, vitamin C, a tocopherol (Vit.
15
E), beta karoten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink, magnesium, diuretik,
antihipertensi, aspirin dosis rendah dan kalsium uutuk mencegah terjadinya preeklampsia dan
eklampsia.
Sayangnya berbagai cara di atas belum mewujudkan hasil yang menggembirakan.
Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oxidant seperti N. Acetyl cystein yang
diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya (Rumiris
D. dkk., 2005) yang nampaknya dapat menurunkan angka kejadian preeklampsia pada kasus
risiko tinggi. Pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya preeklampsia, pemeriksaan antenatal
trimester I1 harus dilakukan secara teratur untuk menilai keadaan ibu dan kesejahteraan jauin.
Pemeriksaan klinis pada ibu hamil yang mempunyai keluhan seperti gangguan visus, nyeri
kepala, rasa panas di muka, uyeri epigastrium, mual, muntah ataupun kejang harus dilakukan.
Di samping itu pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan proteinuria, menentukan tinggi
fundus uteri untuk menilai pertumbuhan janin harus dilakukan secara teratur. Di samping itu
juga harus dilakukan pemeriksaan biometri janin, kesejahteraan janin dengan NST (Non
Stress Test) dan bioprojile janin.
Pemeriksaan Doppler arteri uterina pada kehamilan 18-24 rninggu pada pasien dengan
risiko tinggi, juga dapat digunakan sebagai seleksi untuk terjadinya preeklampsia dan
eklampsia jika dijumpai peningkatan RI > 0,5 8 atau dijumpai takik diastolic (Coleman Mag.
dkk., 2000). Masalah yang sering dihadapi pada penderita preeklampsia dan eklampsia
adalah: penderita tidak melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur dan sering datang
terlambat ke rumah sakit: 40% serangan kejang pada penderita eklampsia biasanya terjadi
sebelum pepderita masuk ke rumah sakit.
16
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. M.I.
Umur : 37 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Katholik
Alamat : Tlogo RT 05 Tamantirto Kasihan
Pendidikan : SMA
PELACAKAN KEMATIAN
Ny. M.I., 37 th.
Jarak rumah ke puskesmas atau bidan terdekat 3 km.
Jarak RS terdekat 11 km.
HPHT : 01-03-2009
HPL : 08-12-2009
RPD:
Sebelum hamil: t.a.k
Saat hamil:
G2P1A0 anak pertama usia 5 th.
Kontrol rutin ke dr. Andang, Sp.OG di RS Amanda sampai umur kehamilan 38
minggu, di tenaga kesehatan s.d. 39 minggu. TD 160/100 mmHg disarankan untuk
SC, di rujuk ke Happy Land, dr. Anestesi menyarankan rujuk ke RS Sardjito. Di sana
operasi SC, hari ke 5 BLPL. Di rumah mendadak sesak nafas kemudian masuk ICU.
TD 220/160 mmHg, kemudian meninggal dunia.
Riwayat anemia selama kehamilan (+)
Riwayat Obstetri:
G2P1A0, anak pertama lahir secara spontan
Komplikasi terdahulu (-)
17
Perdarahan sebelum melahirkan, perdarahan banyak setelah melahirkan, retensio
plasenta, partus macet, pre eklampsia, kejang karena eklampsia, operasi SC, perkiraan
janin besar, dan lain-lain tidak ada.
- Saat persalinan ibu mengalami komplikasi (+), jenis komplikasi: pre eklampsia TD
235/135 mmHg.
- Cara persalinan SC di RS Sardjito.
- Petugas penolong: dokter, dokter Sp.OG, anggota keluarga (dokter anestesi).
- Rujukan ke RS Sardjito tgl. 30-11-2009
Riwayat pemeriksaan:
25/09/2009
BB: 60kg TD: 100/60
18
Nyeri perut kiri.
Px: TFU: 27cm; presbo, DJJ(+)
28/09/2009
BB: 60Kg TD: 110/80 UK: 31 minggu
USG: presbo
12/10/2009
BB: 60kg TD: 110/70 UK: 32+2 minggu
USG: presbo (UK: 34 minggu)
19/10/2009
BB: 61kg TD: 120/70 Hb: 11gr% protein urun(+)
USG: lintang edema kaki kiri (+)
16/11/2009
BB: 61kg TD: 110/80 USG: PLR
23/11/2009
BB: 64kg TD:120/80 USG: preskep UK: 39+1mgg
19
DAFTAR PUSTAKA
Roeshadi, R.H.. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada
Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Bagian KSMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
Rahmawan, Ahmad. 2009. Upaya menurunkan angka kematian ibu. Bagian/smf ilmu
kebidanan dan penyakit kandungan FK Unlam RSUD Ulin Banjarmasin
Ashari, M.A. 2009. Preeclampsia dan Eklampsia. RSUD Panembahan Senopati Bantul
20