You are on page 1of 13

ALAT PERAGA PERKALIAN MODEL MATRIK

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


YANG MENYENANGKAN

Oleh:
Agus Lithanta
Guru SDN Mangunharjo V

Abstrak: Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling


tidak disukai oleh anak-anak. Kenyataan di lapangan membuktikan cukup
banyak siswa yang tidak suka bahkan membenci mata pelajaran
matematika. Dalam benak mereka matematika merupakan mata pelajaran
yang sangat sulit untuk dimengerti bahkan membosankan. Hal ini menjadi
dilema bagi para pendidik dan para ahli, karena matematika merupakan
salah satu pengetahuan untuk sains dan teknologi yang sangat perlu bagi
kelanjutan pembangunan. Apalagi dalam memasuki abad ke -21 yang
ditandai dengan kemajuan dalam perkembangan IPTEK, pengetahuan siap
dan kepiawaian berpikir logis yang dikembangakan dalam pelajaran
matematika sangat diperlukan. Berangkat dari keprihatinan tersebut,
penulis mencoba menyumbangkan ide berupa penggunaan alat peraga
pekalian model matrik sebagai upaya untuk membuat siswa menyenangi
pembelajaran matematika.

Kata Kunci: Alat peraga perkalian model matrik, media pembelajaran.

Dalam menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan perkembangan

IPTEK yang sangat pesat, maka peningkatan kualitas-kualitas sumber daya manusia

mempunyai posisi yang strategis bagi keberhsilan dan kelanjutan pembangunan

nasional. Oleh sebab itu, upaya tersebut mutlak harus mendapat perhatian yang

sungguh-sungguh dan harus dirancang secara sistematis dan seksama berdasarkan

pemikiran yang matang. Wadah yang tepat bagi upaya peningkatan kualitas sumber

daya manussia adalah pendidikan. Ada beberapa indikator dalam peningkatan mutu

1
pendidikan antara lain melalui peningkatan kinerja guru dan peningkatan mutu

pelajaran yang melibatkan MBS, Pakem, serta peran serta masyarakat (PSM).

Dalam kaitannya dengan Pakem, guru dituntut untuk menciptakan situasi

pembelajaran yang kondusif, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Situasi pakem tersebut harus diupayakan untuk semua mata

pelajaran. Dengan begitu, diharapkan peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai

secara optimal.

Selaras dengan apa yang dikatakan Bobbi Deporter dalam bukunya

Quantum learning bahwa agar efektif belajar dapat dan harus menyenangkan. Untuk

membuat siswa menyenangi suatu mata pelajaran yang diajarkan, guru dituntut

kreatif menciptakan situasi pembelajaran yang inovatif dengan mengerahkan secara

optimal sumber daya dan sumber dana yang ada. Di sinilah tantangan bagi guru agar

bisa meramu pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran yang paling tidak

disukai anak-anak menuntut seorang guru yang betul-betul kreatif dan inovatif dalam

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Matematika yang notabene

merupakan mata pelajaran yang berisi simbol-simbol dan sarat verbalisme merupakan

tantangan tersendiri bagi guru matematika. Terutama di sekolah dasar siswa harus

betul-betul didekatkan dengan hal-hal yang bersifat kongkret dalam penanaman

konsep dasar. Siswa sekolah dasar secara psikologi empat puluh persennya masih

suka bermain. Guru harus masuk pada dunia anak untuk menemukan formulasi

pembelajaran dengan tingkat pencapaian yang optimal.


2
Guru sebagai faktor penentu dan paling berpengaruh dalam hal menanamkan

konsep terhadap siswa. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran, kemampuan guru

dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran serta kemampuan guru dalam

menetapkan media pembelajaran sanagt menentukan terhadap keberhasilan proses

pembelajaran, di samping adanya potensi dan kemauan siswa sendiri.

Terilhami oleh suatu ungkapan “saya mendengar lalu saya lupa, saya

melihat lalu saya ingat, saya berbuat lalu saya mengerti”, maka penulis berasumsi

bahwa pemakaian media pembelajaran menjadikan anak bisa melihat dan berbuat

tidak hanya mendengar. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis memperkenalkan

sebuah media pembelajaran yang berupa alat peraga perkalian model matrik. Dengan

alat peraga perkalian ini siswa bisa bermain dengan angka-angka untuk dicari hasil

kalinya. Di sisi lain, dengan karya tulis ini penulis ingin meningkatkan minat belajar

anak terhadap matematika serta menghilangkan asumsi anak bahwa pelajaran

matematika membosankan.

3
Teori Belajar Matematika

Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan berhasil

jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang

termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait

antara konsep-konsep dan struktur-struktur.

Lebih lanjut Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa

sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan

alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola

yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh

siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya.

Nampaklah bahwa Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses

belajar secara penuh. Lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung di tempat yang

khusus, yaitu tempat yang dilengkapi dengan objek-objek untuk dimanipulasi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya media

pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran.

Alat Peraga dalam Pengajaran Matematika

Sejak tahun 50-an sampai tahun 70-an tidak kurang dari 20 rangkuman

penelitian penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika. Di antaranya yang

paling lengkap adalah rangkuman Dr. Higgins dan Dr.Suydan tahun 1976, yang

antara lain menyimpulkan :

4
1) Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian alat peraga

dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong

prestasi siswa.

2) Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang meyakinkan dari

belajar dengan alat peraga terhadap yang tidak memakai. Besarnya persentase

yang menyatakan bahwa penggunaan alat peraga itu paling tidak hasil

belajarnya sama dengan yang tidak menggunakan alat peraga adalah 90%.

3) Manipulasi alat peraga itu penting bagi siswa SD di semua tingkatan.

4) Ditemukan sedikit bukti bahwa manipulasi alat peraga itu hanya berhasil

ditingkat yang lebih rendah.

Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam

pengajaran matematika, di antaranya:

1) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran

matematika dengan gembira, sehingga minatnya mempelajari matematika

semakin besar. Anak akan terangsang, senang, tertarik, dan bersikap positif

terhadap pengajaran matematika.

2) Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkret, maka

siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami

dan mengerti.

3) Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan

bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang sehingga dengan

5
melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya

sehingga lebih berhasil dalam belajarnya.

4) Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dan benda-benda

yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

5) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkret, yaitu dalam

bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula

dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

Alat peraga untuk menerangkan konsep matematika itu dapat berupa benda

nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Alat peraga yang berupa

benda-benda real itu memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan benda-benda

nyata itu dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasikan sedangkan kelemahannya

tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Karenanya untuk bentuk tulisan

kita buat gambarnya atau diagramnya tetapi tetap masih memiliki kelemahan karena

tidak dapat dimanipulasikan berbeda dengan benda-benda nyatanya.

Alat Peraga Perkalian Model Matrik

Alat peraga perkalian model matrik ini dapat dibuat dari papan atau triplek

dan bisa pula dari kertas yang tebal. Kemudian dibuat kolom-kolom seperti matrik.

Selanjutnya alat peraga ini dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa ditempeli angka-

angka. Untuk lebih jelas lagi model alat peraga yang dimaksud tergambar seperti

berikut:

6
1 2 3 4 X

a 8 9 10 11 5

b 12 13 14 15 6

c 16 17 18 19 7

d e f g

Keterangan:

- Kolom 1,2,3,4,5,6,7 merupakan tempat bilangan yang akan dikalikan.

- Kolom 8 adalah hasil kali kolom 1 dan 5

- Kolom 9 adalah hasil kali kolom 2 dan 5

- Kolom 10 adalah hasil kali kolom 3 dan 5

- Kolom 11 adalah hasil kali kolom 4 dan 5 dsan seterusnya

- Kolom a,b,c,d, e, f, dan g tempat hasil akhir setelah melalui proses

penjumlahan secara menyamping ke bawah menurut arah garis miring

- Kolom X adalah kolom penunjuk opersi perkalian.

- Untuk bilangan yang hasil kalinya hanya satu angka maka diberi nol

pada angka di depannya.

Contoh: 1 X 8 = 08

Berikut ini akan disajikan contoh soal untuk perkalian dua angka

Misalnya : 78 X 59

7
7 8 X

3 4
4 5
5 0

6 7
6 9
3 2

0 2

Jadi, hasil kali 78 dengan 59 = 4602

Alat peraga perkalian model matrik ini sangat cocok untuk digunakan pada siswa

kelas rendah, sebab siswa akan belajar perkalian sambil bermain. Di sisi yang lain,

siswa akan menghafal perkalian 1 sampai dengan sepuluh tanpa terkesan dipaksakan.

Seperti yang pernah dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan alat peraga

perkalian model matrik ini proses pembelajaran menjadi lebih hidup, baik dari segi

partisipasi, kecekatan maupun kegairahan dalam belajar.

Model Langkah-langkah Pembelajarannya

Penyajian program pembelajaran yang yang dapat ditempuh meliputi prosedur

atau langkah-langkah antara lain kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan

kegiatan akhir. Berikut akan disajikan langkah-langkah pembelajaran yang bisa

menjadi salah satu alternatif dalam mengajar.

1) Kegiatan awal (10 menit)

Jenis-jenis kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan awal ini antara lain :

8
a. Penyampaian tujuan pembelajaran

b. Mengadakan apersepsi yakni menjajaki tingkat pemahaman tentang perkalian

bilangan satuan dengan mengajukan beberapa pertanyaan misalnya :

7 x 7 = …….

6 x 9 = …….

2) Kegiatan Inti (60menit)

Kegiatan inti pada pertemuan ini difokuskan pada pemahaman siswa tentang

penggunaan alat peraga perkalian model matrik. Kegiatan yang dilakukan pada

kegiatan inti antara lain :

a. Guru menerangkan cara penggunaan alat peraga perkalian model matrik yang

telah dipersiapkan lebih dulu oleh guru

b. Siswa diminta membuat satu soal perkalian dua bilangan dan menuliskannya

di papan tulis. Misalnya 1534 x 678 = …….

c. Dengan bimbingan guru siswa memasukkan angka-angka ke dalam kotak

kolom yang sesuai.

1 5 3 4 X

9
d. Dengan bimbingan guru siswa secara bergantian mengisikan hasil perkalian

ke dalam kolom yang sesuai.

1 5 3 4 X

0 3 1 2
6
6 0 8 4

0 3 2 2
7
7 5 1 8

0 4 2 3
8
8 0 4 2

e. Dengan bimbingan guru siswa menjumlahkan hasil akhir pada kotak kolom

yang sesuai secara menyilang. Lihat contoh berikut !

1 5 3 4 X

0 3 1 2
1 6
6 0 8 4

0 3 2 2
0 7
7 5 1 8

0 4 2 3
4 8
8 0 4 2

0 0 5 2

Jadi, 1534 x 678 = 1.040.052

10
f. Setelah paham betul siswa dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap anggota dari

setiap kelompok akan berlomba diadu kecepatannya dalam mengerjakan soal

perkalian yang soalnya dibuat oleh siswa sendiri. Ketua kelompok yang

dipilih anggota oleh guru ditunjuk menjadi tutor sebelum diadakan kompetisi.

Jadi, teman yang kurang paham ada kesempatan bertanya kepada tutornya.

g. Guru memilih salah satu anggota dari setiap anggota kelompok untuk

berkompetisi di depan kelas sebagai wakil dari timnya. Salah seorang siswa

mengukur kecepatan waktunya.

h. Hasil perolehan kemenangan ditulis di papan tulis. Kelompok mana yang

paling cepat dalam mengerjakan soal?

i. Selanjutnya tampilan alat peraga perkalian model matrik bisa dipindah ke

dalam buku. Murid membuat soal perkalian dalam buku untuk kemudian

dikerjakan oleh teman sebangkunya.

3) Kegiatan akhir (10 menit )

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru pada kegiatan akhir ini antara lain :

a. Refleksi kesulitan maupun kemudahan yang diperoleh siswa dari proses

pembelajaran

b. Memberikan pekerjaan rumah pada siswa

11
Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Alat peraga matematika sangat diperlukan untuk menciptakan proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

2) Alat peraga perkalian model matrik dapat dipergunakan sebagai media

pembelajaran matematika yang menyenangkan.

3) Untuk siswa kelas rendah alat peraga perkalian model matrik ini sangat efektif

untuk membuat anak belajar sambil bermain.

Saran-saran

Sebagai akhir dari tulisan ini penulis ingin memberikan saran-saran:

1) Setelah disadari bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran

yang paling tidak disukai siswa, maka hendaklah seorang guru mampu

meramu pembelajaran matematika, khususnya perkalian menjadi

pembelajaran yang menarik dan disukai oleh siswa.

2) Seorang guru dituntut kreatif dan berjiwa inovatif dalam mendesain

pembelajaran matematika sehingga menarik, efektif, dan efisien dengan cara

manfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah.

3) Seorang guru hendaknya mampu mengadakan penelitian-penelitian sederhana

yang bertujuan untuk menemukan formula-formula baru bagi system

pembelajaran yang lebih inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan.

12
Daftar Pustaka

Ali, Muhammad.1984. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru

Darhim, dkk. Materi Pokok Pendidikan Matematika 2. Jakarta:Depdikbud

Depdikbud.1990.Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program


Pengajaran(GBPP SD) Tahun 1994. Jakarta : Depdikbud

Depdikbud.1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan


dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:Direktorat
Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.

Depdikbud. 1995. Pendidikan Matematika. Jakarta:Depdikbud

Deporter, Bobbie.2001.Quantum Learning.Bandung:MMU

Lithanta, Agus. 2003. Penggunaan Alat Peraga Perkalian Teknik John Napier
sebagai Media Pembelajaran Matematika.

Moedjiono,dkk.1991. Pemilihan dan Penggunaan Media Instruksional. Fakultas Ilmu


Pendidikan IKIP Malang.

Polla, Gerardus. 2001. Upaya Menciptakan Pengajaran Matematika yang


Menyenangkan. Buletin Pelangi Pendidikan.

13

You might also like