You are on page 1of 12

Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk,

danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke
sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut
pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

Bendungan(dam) dan bendung(weir) sebenarnya merupakan struktur yang berbeda. Bendung


(weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam), yang berfungsi untuk
menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan
melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur
kecepatan aliran air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional
di negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras alirannya,
serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem transportasi air. Di Indonesia,
bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka
tanah yang akan diairi.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Jenis bendungan
o 1.1 Bendungan Separuh
o 1.2 Bendungan kayu
• 2 Contoh bendungan
o 2.1 Bendungan gagal
• 3 Lihat pula

• 4 Pranala luar

[sunting] Jenis bendungan


Bendungan Hoover, sebuah bendungan beton lengkung di Black Canyon di Sungai
Colorado

Dam dapat diklasifikasikan menurut struktur, tujuan atau ketinggian.

Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan sebagai dam
kayu, "embankment dam" atau "masonry dam", dengan berbagai subtipenya.

Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan,
meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau
habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat
industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua
tujuan di atas.

Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150 m.
Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang antara 30 - 100 m, dan dam tinggi lebih
dari 100 m.

Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya adalah sebuah dike, yaitu
tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah di sekelilingnya dari banjir.
Ini mirip dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi sungai atau air terjun untuk
melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.

Bendungan Pengecek check dam adalah bendungan kecil yang didisain untuk mengurangi dan
mengontrol arus erosi tanah.

Bendungan kering dry dam adalah bendungan yang didisain untuk mengontrol banjir. Ia
biasanya kering, dan akan menahan air yang bila dibiarkan akan membanjiri daerah dibawahnya.

[sunting] Bendungan Separuh

Bendungan separuh diversionary dam adalah bendungan yang tidak menutup sungai. sebagian
dari arus ditampuh di danau terpisah, di depan bendungan.

[sunting] Bendungan kayu

Bendungan kayu kadang-kadang digunakan orang karena keterbatasan lokasi dan ketinggian di
tempat ia dibangun. Di Lokasi tempat bendungan kayu dibuat, kayulah bahan yang paling murah,
semen mahal dan sulit untuk diangkut. Bendungan kayu dulu banyak digunakan, tapi
kebanyakan sudah diganti dengan beton, khususnya di negara-negara industri. Beberapa
bendungan dam masih dipakai. Kayu juga bahan dasar yang digunakan berang-berang, sering
juga ditambah lumpur dan bebatuan untuk membuat bendungan berang-berang.
Sekilas Tentang Bendungan Jatiluhur
LATAR BELAKANG

• Peletakan batu pertama pembangunan oleh Presiden Soekarno.


• Mulai dibangun tahun 1957 dan selesai tahun 1967, berdasarkan pada tulisan Prof. Dr. Ir. W.J
Blommestein (1948), kemudian dikaji ulang oleh Ir. Van Schravendijk dan Ir. Abdoelah Angudi.
• Perencanaan dan Pengawasan oleh Coyne et Bellier, Perancis, Pelaksanaan oleh Compagnie
Francaise d’Enterprise, Paris – Perancis.
• Diresmikan 26 Agustus 1967 oleh Presiden Soeharto.

MANFAAT
• Penyediaan air untuk irigasi seluas 242.000 ha.
• Menyediakan air baku DKI.
• Pembangkitan listrik kapasitas 187,5 MW.
• Pengendalian banjir di Karawang dan sekitarnya.
• Perikanan darat.
• Pengembangan pariwisata dan olahraga air

LOKASI
Berjarak ±100 km tenggara Jakarta dan ±60 km barat laut Bandung.

Peta Lokasi Bendungan

DATA TEKNIS
1. Bendungan Utama
- Rockfill with inclined clay core.
- Tinggi 105 m, panjang 1.220 m, elevasi puncak +114,5 m, volume urugan 9,1 jt m3.

Denah Bendungan Utama

Penampang Melintang

Penampang Melintang Melalui Menara

2. Menara Pelimpah Utama

Denah Atas dan Penampang Menara


- Tinggi 110 m, dia. 90 m dan elevasi puncak +114,5 m.
- Tipe morning glory, elevasi mercu +107,0 m, panjang pelimpah 151,5 m, jendela 14 buah.
- Kapasitas maks 3.000 m3/s di TMA +111,6 m.
- Memiliki 2 buah pintu/katup ‘hollowjet’ berkapasitas 270 m3/s untuk suplesi irigasi.

3. Waduk

Volume tampungan 2,44 milyar m3 pada TMA + 107 m dengan luas genangan 8.300 ha. Daerah
tangkapan keseluruhan seluas 4.500 km2, sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke
Waduk Ir. H. Djuanda 380 km2 (8%).

Foto Waduk

Sekilas Tentang Bendungan Jatiluhur (lanjutan)


4. Bendungan Pelana
Berjumlah 4 buah dengan tipe Homogenous Earth fill dengan penutup menggunakan batu andesit
dan di beberapa tempat menggunakan chimney Drain. Elevasi puncak bendungan pelana +114,5
m.
a. Pasirgombong Barat (panjang 1.950 m, tinggi maks 19,0 m).
b. Pasirgombong Timur (400 m, 15,0 m).
c. Ciganea (330 m, 12,5 m).
d. Ubrug (550 m, 17,0 m), dilengkapi dengan pelimpah bantu.
5. Pelimpah Bantu Ubrug.
Lantai pelimpah +102 m, pintu 4 buah, lebar 12,4 m, Kapasitas pelimpah 2.000 m3/s.

Denah serta Foto Bendungan Pelana dan Pelimpah Ubrug

INSTRUMENTASI KESELAMATAN BENDUNGAN

Dalam rangka keselamatan Bendungan Ir. H. Djuanda, telah dipasang instrumen yang berfungsi
untuk memantau:

1. Pergerakan
Pergerakan eksternal menggunakan peralatan topografi. Pergerakan internal menggunakan
inclinometer. Pemantauan dilakukan secara bulanan.

2. Tekanan Air Pori


Pemantauan tekanan air pori menggunakan piezometer dilakukan secara tengah bulanan.

3. Rembesan/Bocoran
Pemantauan rembesan/bocoran menggunakan alat ukur V-Notch, gelas ukur dan stopwatch,
dilakukan secara harian.
4. Getaran
Pemantauan getaran ini secara khusus dimaksudkan untuk mengukur getaran akibat gempa. Alat
yang digunakan adalah Accelerograph berjumlah 2 buah, dipuncak dan di bawah bendungan.

5. Klimatologi dan Hidrologi


Pencatatan data klimatologi dan hidrologi dilakukan secara khusus untuk operasi waduk, namun
data tersebut berguna juga untuk mendapatkan korelasi dengan data instrumen lain terkait
dengan keselamatan bendungan. Peralatan yang dimiliki : AWLR, ARR, dan Evaporasi

Wacana Research, Improvement and Development


Geodetic Monitoring System (Geomos)

oleh : Sie.Monitoring Bendungan PJT II dan PT.Almega Geosystems

Sistem Instrumentasi dan Pemantauan (SIP) bendungan multlak diperlukan pada bendungan
besar seperti Bendungan Ir.H.Djuanda Jatiluhur, sebab disamping manfaatnya yang besar
bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Atas dasar itu diperlukan suatu
teknologi monitoring bendungan yang modern, cepat, akurat dan efektif. Salah satu teknologi
terkini dalam surface monitoring adalah Geodetic Monitoring Systems (Geomos). Geomos
dirancang oleh para ahli precise monitoring yang bekerja pada perusahaan alat survey terkemuka
Leica Geosystems yang bermarkas di Swizerland. Lisensi Agen tunggal di Indonesia dipegang
oleh PT. Almega Geosystems. Bersama dengan Sie Monitoring Bendungan PJT II, PT. Almega
Geosystems memberikan wacana baru tentang pemakaian teknologi baru dalam sistem
monitoring bendungan (Surface Monitoring). Pemakaian Geodetic Monitoring Systems
(Geomos) kiranya dapat dipertimbangkan sebagai langkah maju dalam sistem monitoring
bendungan berbasiskan teknologi terkini yang berasaskan kecepatan, ketepatan, kehandalan dan
keefektifan dengan sedikit sekali unsur kesalahan manusia (human error) dalam kegiatan
pengukuran dan pemantauan bendungan.

Apakah Geodetic Monitoring Systems ?

Seperti diketahui bahwa tubuh bendungan akan mengalami tekanan dari efek loading air danau
bendungan. Akibat gaya tekanan ini maka tubuh bendungan kemungkinan akan dapat mengalami
deformasi. Karena bendungan memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan
masyarakat, maka diperlukan suatu bentuk pemeliharaan dan perawatan yang memadai guna
menghindari kerusakan pada bendungan tersebut. Salah satu bentuk pemeliharaan dan
perawatan tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pemantauan deformasi pada tubuh
bendungan. Pemantauan deformasi pada tubuh bendungan harus dilakukan secara berkala dan
terus menerus, Pemantauan secara berkala, metoda observasi berulang serta pencatatan mengenai
perilaku bendungan dengan bantuan instrumentasi atau peralatan lain, Data hasil pemantauan
dapat menggambarkan perilaku suatu bendungan, sehingga gejala-gejala yang akan terjadi dapat
diketahui secara dini. Pengambilan data secara berulang dan terus menerus sangat rentan
terhadap kesalahan manusia (human error) hal ini dikarenakan pengambilan data dilakukan
dalam jumlah banyak dan terus menerus pada lokasi yang sama. Metode pengukuran secara
manual pada saat ini tidak dapat menjawab kebutuhan akan kecepatan perhitungan dan analisis
hasil yang cepat. Maka dibutuhkan metode pengambilan data secara otomatis. Tujuan utama
penggunaan Geomos adalah :

• Monitoring secara online dan otomatis 24 jam, terus menerus, untuk


percepatan informasi peringatan dini bila ada hal-hal yang dianggap
berbahaya.
• Mengamati pergerakan Regional, Indikasi Sesar, dll, dengan beberapa GNSS
sensor 3D yang diikat ke CORS yang ada.
• Mengamati pergerakan detail di struktur utama dengan sensor robotic 3D,
dan dikombinasikan sensor digital 1-2D lain yang telah ada.
• Dapat memberikan info dini untuk maintenance, perawatan, dengan data
yang akurat hingga menghemat biaya perawatan.
• Meningkatkan keamanan untuk manusia, sebagai kepedulian terhadap
lingkungan.
• Mengurangi dampak akibat bencana

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

• Konsultasi untuk desain system, disesuaikan dengan objek dan lokasi

• Pemilihan lokasi-lokasi titik monitoring (oleh ahli)


o Main monitoring station, reference ( stabil )
o Titik kritikal di struktur tubuh bendungan
o Titik kritikal di lokasi luas ( sekitar bendungan )
• Pengadaan Hardware dan software
• Penyiapan fasilitas pendukung: rumah alat, power supply, keamanan, prisma,
pilar dll.
• Instalasi alat ukur, alat komunikasi dan software
• Pengaturan system, testing, setting untuk mendapatkan hasil ketelitian yang
maksimal
• Analisa: analisa data, penentuan limit, peringatan dini ( oleh ahli yang
kompeten)
• Perawatan untuk semua system: software maintenance, kalibrasi hardware,
service dll

Diagram dan Skema Geomos


Basic Geodetic Monitoring Design

Site Overview 1

Site Overview 2
Geomos Diagram

Komponen System Monitoring:

Sensor :

Sensor Geodetic ( 3D sensor )

– Robotic Station TM30

• Pembacaan sudut hingga 0.1 detik


• Pembacaan jarak 1 mm + 1 ppm
• Kemampuan mengenal objek secara otomatis ATR hingga 3 km
• Untuk pengukuran teliti objek deformasi

– GNSS/GPS Sensor

• Dual Frequency di titik utama ( CORS )


• Single frequency di titik2 yang akan dimonitor.
• Apabila ada indikasi lokasi sesar didekat lokasi perlu dipasang GNSS
monitored point di lokasi tersebut.
• Titik GPS untuk acuan Robotic Total Station
• Untuk pemantauan pergerakan global.

Geotechnical Sensor (1D Sensor)

1 atau 2 – Dimensional Sensor

– Akan dikontrol online/menjadi satu dengan data 3 dimensi oleh GeoMos software, melalui
switch hub.

– Sensor Digital Kedalaman air

– Sensor digital precession inclinometer NIVEL, dipasang di tempat-tempat sensitif, misal


sumur pelimpah, tubuh bendung dll.
– Crack meter digital

– Sensor curah hujan

– Meteo sensor, dll

Jalur Komunikasi (Communication Link)

• Peralatan Komunikasi Data

– Untuk menghubungkan Komputer control ke sensor dapat digunakan penghubung berupa:

• Fibre optic cable


• Lan Cable, RS232 cable
• Radio Modem, Wireless Lan

– Untuk menghubungkan antar Site dengan kantor pusat dapat digunakan :

• Vsat
• Radio Modem Point to Point 2.4 Ghz
o Jaringan Internet ( dengan Fix IP ), Phone Line (Speedy) atau GPRS/3G

Perangkat Lunak (Software)

• Software GeoMos – Geodetic monitoring systems, dan Spider GNSS Network


& QC

– Konfigurasi dan sensor-sensor manager

– Scheduling, penghitungan

– Perekaman data – SQL database

– Limit Check dan messaging

• Software Analyzer

– Deteksi dan verifikasi pergerakan

– Reporting

– Data export / import


Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur,

Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia.

Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang
luasnya 8.300 ha.

Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi
air yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan
produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh PT. PLN (Persero).

Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah
(dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang
dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur
memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant,
lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana
rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya.

Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat Tbk.
(±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang
disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC),
international direct dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://jatiluhurdam.wordpress.com/wacana-research-improvement-and-
development/

http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan

http://www.alpensteel.com/article/66-105-energi-sungai-plta--waduk--
bendungan/2791--waduk-jatiluhur-sebagai-bendungan-terbesar-di-
indonesia.html

You might also like