You are on page 1of 89

PERKEMBANGAN MASYARAKAT

INDONESIA MASA ORDE BARU


I. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa
Pemerintahan Orde Baru

II. Proses Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk

III. Proses Perkembangan Masyarakat Intelektual

IV. Dampak Revolusi Hijau dan Industrialisasi di


Indonesia

V. Respon Masyarakat Indonesia Terhadap Perubahan


Dunia ke Arah Globalisasi di Bidang Teknologi

VI. Peristiwa Politik Penting pada Masa Orde Baru


I. Kehidupan Masyarakat
Indonesia Masa Pemerintahan
Orde Baru
Bidang Politik

Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya

Dampak Kuatnya Peran Negara Masa


Pemerintahan
Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa
Pemerintahan Orde Baru
Orde baru lahir sebagai upaya untuk :

 Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada


masa Orde Lama.
 Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara Indonesia.
 Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen.
 Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.
a. Bidang Politik
 Merintis stabilitas politik nasional (1996-1997)
a. Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret 1996 menjadi TAP
MPRS No. IX/MPRS/1966
b. Pelaksanaan sidang MPRS tanggal 5 Juli 1966 yang
menghasilkan TAP MPRS No. XI/MPRS/1966 tentang Pemilu
c. Keluarnya TAP MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang
pambentukan Kabinet Ampera
d. TAP MPRS No. XII/MPRS/1968 tentang pemberian otonomi luas
kepada daerah
e. Keluarnya TAP MPRS tentang Kepartaian, Keormasan, dan
Kekaryaan
f. Keluarnya Resolusi MPRS No. III/MPRS/1966 tentang
penerapan sistem pendidikan Pancasila
g. Peninjauan kembali oleh MPRS terhadap ketetapan-ketetapan
MPRS sebelum tahun 1965.
 Melaksanakan Konsolidasi (sejak tahun1968)
Selama masa Orde Baru telah berhasil
melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali
yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu:
tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Menghadapi pemilu tanggal 23 Mei 1970, telah
ditetapkan organisasi-organisasi yang dapat mengikuti
pemilu. Ada 9 partai politik yang berhak mengikuti
pemilu, yaitu :
1. IPKI 4. Partai Khatolik 7. PNI
2. Perkindo 5. Murba 8. PI. Perti
3. Parmusi 6. NU 9. PSII
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan
jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai
tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah
partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi
didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-
politik, yaitu :

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU,


Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada
tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)
2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI,
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok
partai politik yang bersifat nasionalis).
3. Golongan Karya (Golkar)
PDI GOLKAR PPP
 Menata Hubungan Luar Negeri

a. Masuknya Kembali Indonesia Menjadi Anggota PBB


b. Membekukan Hubungan Diplomatik dengan Republik
Rakyak Cina (RRC)
c. Penghentian Politik Konfrontasi dengan Malaysia
d. Berperan dalam pembentukan ASEAN
e. Pemulihan hubungan dengan Singapura
b. Bidang Ekonomi,Sosial dan Budaya

 Membentuk pola dasar pembangunan nasional yang


dilaksanakan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan

Pemerintah menyusun pola umum pembangunan jangka


waktu meliputi ku 25-30 tahun. Setiap tahap berjangka
waktu lima tahun. Sesuai jangka waktu itu, maka setiap
tahap disebut Pembangunan Lima Tahun atau Pelita
Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang
menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.
Tujuan : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan
sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran : Pangan, Sandang, Perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan
tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang
pertanian, sebab mayoritas penduduk Indonesia
hidup dari hasil pertanian
Pelita II

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974  hingga 31 Maret 1979.


Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan,
sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan
ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan
Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi
turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi
turun menjadi 9,5%.
Pelita III

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita


III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan
dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya
sandang, pangan, dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan
7. Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah
tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret
1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal
tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan
moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan
ekonomi dapat dipertahankan.
Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret
1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri.
Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi
perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang
menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
sebelumnya.
Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret
1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang
sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini
terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan
peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
 Indonesia memiliki ekonomi berbasis pasar di mana
pemerintah memainkan peranan penting dan dominan

 Besarnya proyek-proyek pembangunan ng dibiayai melalui


bantuan asing, seperti : IMF, World Bank, CGI, IDA, dan
ADB
c. Dampak Kuatnya Peran Negara
Masa Pemerintahan Orde Baru

• Dampak Positif
Dimensi • Dampak Negatif
Politik

Dimensi • Dampak Positif


Ekonomi dan • Dampak Negatif
Sosial-Budaya
 Dimensi Politik

Dampak Positif :

1. Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi


kekusaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin
kuatnya peran negara dalam masyarakat.
2. Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan
terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi
semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan
dengan Pancasila.
3. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah
dapat mengontrol parpol.
Dampak Negatif :

1. Orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralistis


2. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan
3. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia.
Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang
diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka
agar tercipta citra sebagai negara demokrasi.
4. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng
untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam
setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.
5. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang
duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang
diwakilinya.
6. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan
cenderung KKN.
7. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-
bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi
oleh personel TNI dan Polri
8. Hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang
berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat
yang telah menghabisi uang rakyat.
 Dimensi Ekonomi, Sosial dan Budaya
Dampak Positif :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap
program pembangunan pemerintah terencana dengan
baik dan hasilnya pun dapat terlihat secara konkrit.
2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor
beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi
kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan
perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi
pendidikan dasar yang semakin meningkat.
Dampak Negatif :
     1. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber daya alam
2. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan
pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa
semakin tajam.
3. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi
sosial)
4. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
5. Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat
dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat,
pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
6. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi,
dan sosial yang demokratis dan berkeadilan.
7. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara
fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.
8. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya
kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi
penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan
Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut
menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menjelang akhir tahun 1997.
II. Proses Pertumbuhan dan
Mobilitas Penduduk Indonesia
A. Dinamika Pertumbuhan Penduduk
Indonesia
Sejak berkuasanya orde baru, pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan jumlah
kelahiran melalui program keluarga Berencana (KB).
Tujuan utama adalah mengatur jumlah penduduk dan
kualitasnya, sehingga kemakmuran meningkat. Untuk itu, KB
yang dilakukan adalah fertility control, yaitu pengendalian
kesuburan melalui beberapa tahapan tertentu. Tujuan lainnya
adalah untuk mengurangi tingkat kematian.
Tabel 1.1 Perkembangan Tingkat Kepadatan Penduduk Indonesia
1961-1990
Wilayah Luas 1961 1971 1980 1990

Sumatra 473.481 29 38 52 77

Jawa 132.185 467 564 676 814

Nusa Tenggara 88.488 71 85 91 114

Kalimantan 548.005 7 9 12 17

Sulawesi 189.216 31 37 46 66

Maluku 74.505 12 15 19 25

Papua 421.981 - 2 3 4

Indonesia 1.927.862 50 62 77 93
Sejak program KB dilaksanakan, telah terjadi penurunan laju
pertumbuhan penduduk yang terutama disebabkan oleh
penurunan tingkat kelahiran. Penurunan laju pertumbugan ini
juga diikuti dengan peningkatan kualitas sumber Daya manusia
yang antara lain tercermin dari meningkatnya derajat kesehatan
dan gizi serta pendidikan masyarakat. Hal ini ditandai dari :
Usia harapan hidup meningkat
Angka kematian bayi menurun
Angka buta huruf pada penduduk dewasa menurun
Tebel 1.2 Jumlah Angka Kematian Bayi Indonesia diantara
Negara-Negara ASEAN
No. Angka Kematian Bayi Jumlah

1 Brunai Darussalam 15
2 Filiphina 26
3 Indonesia 46
4 Kamboja 95
5 Laos 104
6 Malaysia 8
7 Myanmar 90
8 Singapuara 2
9 Thailand 20
10 Vietnam 30
Akan tetapi masalah SDM yang dihadapi bangIndonesia
adalah beban hidup jumlah beban penduduk yan besar. Julah
penduduk indonesia menempati urutan ke empat didunia seteh
China, India dan AS.
Apabila dibandingkan dengan negara di ASEAN, kualitas
SDM di indonesia masih sangat tertinggal. Terlihat dari
rendahnya peringkat Indeks Pembangunan Manusia yang
mencangkup angka harapan hidup, angka melek hidup, angka
pertisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita.
B. Mobilitas Penduduk Indonesia

Masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang berkaitan


masalah mobilitas dan persebaran penduduk. Jumlah penduduk
yang semakin besar mengakibatkan kepadatan penduduk yang
terus meningkat, yang justru terjadi di tempat yang telah padat
penduduknya, terutama puau Jawa. Dan daerah perkotaan.
Tidak meratanya persebaran penduduk dan kurang
terarahnya mobilitas penduduk terkait erat dengan
ketidakseimbangan persebaran sumber daya dan hasil
pembangunan. Terkit dengan masalah ini, salah satu kebijakan
pemerintah adalah dengan melaksanakan program trasmigrasi.
Tujuan resmi program ini adalah untuk mengurangi
kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa memberikan
kesempatan bagi orang yang mau bekerja, dan memenuhi
kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau-
pulau lain seperti Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Suawesi.
Dasar hukum yang digunakan untuk program ini adalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian (sebelumnya UU Nomor 3 Tahun
1972)dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi
(Sebelumnya PP Nomor 42 Tahun 1973), ditambah beberapa
Keppes dan Inpres pendukung.
Transmigrasi menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1972
berhubugan dengan :

 Pemindahan atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke


daerah lain yang masih wilayah indonesia.
 Perpindahan penduduk ke daerah transmigrasi yang dilakuka
secara sukarela dan diatur oleh pemerintah.
III. Proses Perkembangan
Masyarakat Intelektual
A. Proses Perkembangan Masyarakat
Intelektual Indonesia
Perkembangan intelektual (golongan masyarakat
terpelajar) di Indonesia mengalami pasang surut. Masa
pencerahan intelektual baru terjadi pada awal abad ke-20 di
Indonesia. Ditandai dengan:
1. Munculnya organisasi-organisasi pergerakan nasional
2. Perkembangan IPTEK
3. Munculnya Revolusi Industri
perhimpunan Indonesia dan diteruskan dengan bangkitnya
kelompok pelajar dari seluruh Indonesia yang berani
menggagas dan mendeklarasikan satu Indonesia dalam satu
bahasa, satu bangsa dan satu tanah air (sumpah pemuda 28
Oktober 1928)
B. Tokoh Pada Periode Proses
Perkembangan Masyarakat Intelektual

 Cipto Mangunkusumo
 Suwardi Suryaningrat (KH Dewantara)
 M. Yamin
 Soekarno
 Hatta
C. Perkembangan IPTEK

Perkembangan Perkembangan Perkembangan


Transportasi Industri Informasi
a. Perkembangan Transportasi
Pengaruh teknologi dalam bidang transportasi di
Indonesia di bawa oleh pemerintah kolonial Belanda.
Tujuannya untuk mempermudah dan mempercepat proses
pengawasan terhadap daerah-daerah yang jauh dari proses
pengawasan terhadap daerah-daerah yang jauh dari pusat
kegiatan pemerintahan. Sejak Indonesia merdeka,
perkembangan sarana transportasi semakin pesat.
Pembangunan sarana transportasi meliputi :

1. Pembangunan sarana transportasi darat


2. Pembangunan sarana transportasi laut
3. Pembangunan sarana transportasi udara
b. Perkembangan Industri
Upaya pengolahan SDA dengan bantuan teknologi untuk
menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai nilai lebih tinggi.
Bentuk-bentuk kegiatan industri pertanian meliputi hal-hal berikut:

1. Industri pengolahan hasil tanaman pangan,termasuk holtikultura


2. Hasil perkebunan seperti minyak kelapa,barang-barang karet dan
sebagainya
3. Hasil perikanan seperti industri pengolahan udang,rumput laut,ubur-
ubur,dsb
4. Hasil hutan seperti industri pengolahan kayu,pengolahan
pulp,kertas,dan rayon,serta industri pengolahan rotan
5. Industri pupuk, yaitu dengan memanfaatkan gas alam, serta
eksploitasi sumber-sumber yang baru
6. Industri mesin dan peralatan pertanian, teriutama untuk dapat
memenuhi kepentingan petani dalam rangka meningkatkan
produksinya.
c. Perkembangan Informasi
Pembangunan Sistem komunikasi Satelit Domestik
(SKSD) untuk keperluan komunikasi di Indonesia dimulai
tahun 1975, dan selesai tahun 1976. Satelit tersebut diberi
nama Palapa, yang diambil dari nama sumpah Maha Patih
Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.
SKSD Palapa adalah suatu sistem satelit komunikasi
yang dikendalikan oleh sistem pengendali di bumi, yang
mempunyai fungsi sebagai sarana dalam berbagai aktivitas
komunikasi. Satelit yang masa kerjanya sudah habis harus
diganti dengan satelit generasi baru.
D. Satelit Generasi Baru

1. Palapa A-1 (8 Juli 1976)


2. Palapa A-2 (10 Maret 1977)
3. Palapa B-1 (19 Juni 1983)
4. Palapa B-2 (6 Februari 1984)
5. Palapa B2-P (20 Maret 1987)
6. Palapa B-2R (20 Maret 1990)
7. Palapa B-4 (7 Mei 1992)
8. Palapa C-1 (Februari 1996)
9. Palapa C-2 (16 Mei 1996)
IV. Dampak Revolusi Hijau dan
Industrialisasi di Indonesia
A. Pengertian Revolusi Hijau
Revolusi hijau dapat diartikan sebagai berikut :

 Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok


tanam dari cara tradisional ke cara modern.
 Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu
revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-
penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai
varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan
tingginya hasil panen komoditas tersebut.
 Perubahan dramatis dalam produksi pertanian yang
dimulai pada tahun 1960an dengan dikembangkannya biji
padi dan gandum unggul yang dapat memberi hasil panen
yang berlipat ganda dan penerapan air serta pupuk dalam
jumlah besar.
B. Latar Belakang
Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah
karena munculnya masalah kemiskinan yang
disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk
yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan
produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan
jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian
dan penelitian binit unggul dalam bidang Pertanian.
Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Thomas Robert Malthus.
C. Sejarah Revolusi Hijau Dunia
 Revolusi hijau tahap pertama
Kesuksesan awal revolusi hijau telah menjadikan produksi pangan
berlipat ganda di hampir semua negara Asia dan Afrika pada akhir
tahun 1960an. Tetapi antara tahun 1970-1980, besarnya biaya dan
tenaga untuk memproduksi pupuk dan teknik pemompaan air telah
mengakibatkan produksi pangan berkurang kembali. Kemudian
terjadi bencana kekeringan di negara-negara asia dan afrika yang
mengakibatkan produksi pertanian semakin berkurang.
 Revolusi hijau tahap kedua
Akibat kegagalan dalam revolusi hijau tahap pertama, para ilmuwan
seluruh dunia berusaha menyelenggarakan Revolusi tahap kedua,
yaitu pengembangan jenis biji-bijian baru yang bisa dipanen dua kali
setahun, serta berusaha menemukan jenis rumput-rumputan serta
tanaman lain yang dapat ditanam secara tumpang sari dengan padi
dan gandum.
Upaya Pemerintah
dalam Revolusi Hijau

Intensifikasi
Ekstensifikasi
Diversifikasi
Rehabilitasi
Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama
Panca Usaha Tani yang meliputi :
1. Pemilihan Bibit Unggul
2. Pengolahan Tanah yang baik
3. Pemupukan
4. Irigasi
5. Pemberantasan Hama
Extensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian yaitu memperluas lahan tanah


yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru
(misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat
ditanami, membuka hutan, dsb).
Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu
lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini
menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen
pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan
pendapatan para petani.
Rehabilitasi Pertanian

  Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya


pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi
lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut.
Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan
makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.
D. Pelaksanaan dan Penerapan
Revolusi Hijau
  Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.

 Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering


perkembangan teknologi dan komunikasi.
 Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan
monokultur, yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
 Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul
yang diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya
cocok ditanam di lahan tertentu.
 Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian
Padi Internasional yang bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi
unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
 Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan
komersialisasi.
 Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan
pembagunan industri pupuk nasional.
 Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD
(Koperasi Unit Desa).
E. Dampak Revolusi Hijau
Dampak Positif :
1. Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh
pertanian.
2. Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara
terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal
masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik
karena revolusi hijau.
3. Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
4. Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga
perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia
mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke
sektor agrobisnis.
Dampak Negatif :
1. Muncullah komersialisasi produksi pertanian
2. Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah
3. Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola
hubungan antarlapisan petani di desa dimana hubungan
antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang
berlawanan kepentingan.
4. Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang
awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan.
5. Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik
atas tanah melalui jual beli.
6. Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan
ekonomi petani lapisan bawah sehingga petani kaya
mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas
tanah.
7. Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah
yanmg berbeda menyebabkan tingkat pendapatanpun
akan berbeda.
8. Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya
bangunan maupun gaya berpakaian penduduk yang
menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial.
9. Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke
jenis yang lain seiring perkembagan teknologi.
Produksi Beras dan Impor Indonesia
1995-2002
35000

30000

25000

20000
produksi
15000 Impor

10000

5000

0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
E. Tujuan Revolusi Hijau

Tujuan Revolusi Hijau :

1. Mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi


petani-petani gaya baru (farmers)
2. Memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi
industrialisasi ekonomi nasional
F. Penghijauan Kembali
Penghijauan kembali lahan yang tidak diperuntukkan
untuk hutan dan reboisasi lahan hutan. Program ini
bertujuan untuk menunjang stabilitas ekosistem tanah.
Realisasi penghijauan dalam kurun waktu 1992-1993 yang
dilaksanakan di 21 propinsi meliputi 39 DAS di 194
kabupaten di Indonesia.
Penanaman hutan rakyat seluas 107.167 ha, pembuatan
unit percontohan pertanian konservasi sebanyak 1.304 unit
dan pembangunan 1.244 dam. Penghijauan tersebut
bertujuan untuk merehabilitasi lahan kritis dan kering seluas
387.580 ha. Selama masa Orde Baru (mulai pelita I dan pelita
V telah berhasil direhabilitasi lahan kritis seluas 4,37 juta ha.
V. Respon masyarakat
Indonesia terhadap Perubahan
Dunia Ke arah Globalisasi di
Bidang Teknologi
A. Makna dan Dinamika Globalisasi

Globalisasi pertama kali diperkenalkan oleh Theodore Levitt


pada tahun 1985. Levitt pada waktu itu mencermti adanya
perubahan yang cepat dalam dimensi ekonomi dan keuangan,
terutama yang berkaitan dengan sektor produksi, konsumsi
dan investasi.
Apa yang dikemukan Theodore Levitt, sebenarnya hanya salah
satu dimensi saja dari makna globalisasi. Karena secara lebih
luas globalisasi juga mencakup aspek-aspek lain kehidupan
manusia selain ekonomi, yaitu budaya, politik, sosial, dan
teknologi. Khusus bidang teknologi, terutama teknologi
informasi, adalah yang paling pesat perkembangannya.
Globalisasi membawa manusia pada suatu dunia tanpa batas
Karena itu, wajar jika pemerintah negara-negara Asia,
negara yang dianggap kurang maju, kini mulai secara resmi
mendukung perkembangan TI setelah sekian lama diam-
kebingungan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan
dengan perkembangan teknologi yang demikian cepat ini.
Bagi Asia, yang saat ini sedang bekerja keras mengejar
ketinggalan dari negara-negara maju dan pada saat yang
sama mengalami perubahan sosial politik, keberadaan
internet khususnya merupakan masalah yang pelik. Lebih
buruk lagi, krisis ekonomi yang dialami Asia pada akhir tahun
90an menunda perkembangan TI di saat AS dan negara-
negara Eropa sedang berkembang pesat dalam penggunaan
teknologi itu.
B. Respon Masyarakat Atas
Globalisasi Teknologi

Respon
Positif

Respon
Negatif
Respon Positif
Masyarakat atas globalisasi teknologi ditunjukkan dalam
bentuk pemanfaatan dan pengembangan teknologi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Baik pemerintah, dunia bisnis
maupun individu-individu telah memanfaatkan berbagai
kemajuan teknologi dunia.
Pertemuan Asian Regional Conference of the Global
Information Infrastructure Commission (GIIC) di Manila pada
bulan Juli 2000 menghasilkan rencana untuk membangun
jaringan komunikasi, menyediakan perangkat pengakses
informasi dari internet untuk masyarakat, menyusun
framework penggunaan TI, membangun jaringan online-
pemerintah, serta mengembangkan pendidikan untuk
meningkatkan daya saing Asia.
Menurut Tabloid Kontan On-line tanggal 9 Oktober 2000
yang mengutip IDC (Information Data Corporation), dana
yang sudah dibelanjakan untuk kepentingan TI di Indonesia
cukup besar. Tahun 2000 ini diperkirakan US$ 772,9 juta, naik
dari US$ 638,4 juta tahun lalu. Jumlah ini belum termasuk
investasi dotcom yang sempat bergairah dalam dua tahun
terakhir.
Poin Penting

 Masyarakat sadar di era serba canggih pemanfaatan


teknologi adalah hal yang mutlak agar tidak ketinggalan
dengan negara lain.
 Melahirkan masyarakat yang lebih menghargai kualitas
individu atau yang lebih dikenal dengan profesionalisme.
 Terjadinya persaingan antarindividu atas dasar
keprofesionalitasan
 Masyarakat menggunakan berbagai kemudahan-
kemudahan dibidang teknologi, misalnya dalam melakukan
pertukaran informasi, transaksi maupun transportasi
Di era globalisasi kita dihadapkan pada berbagai bentuk
kemudahan namun penemuan baru di bidang teknologi juga
dapat menimbulkan ketimpangan atau akibat buruk dan
membahayakan masyarakat. Misalnya penggunaan peluru
kendali nuklir, gas syaraf dan senapan mesin, pengangguran,
polusi dan kemacetan lalu lintas sebagai dampak
penggunaan teknologi transportasi cepat dan bahaya
kesehatan lainnya.
Respon Negatif
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia pernah
menimbulkan dilema bagi pemerintah. Di jaman Orde Baru
berkuasa dulu, TI disikapi dengan penuh kebingungan,
seperti misalnya dalam kasus penggerebekan salah satu
Internet Service Provider (ISP) di Jakarta saat “Kudatuli”
(kerusuhan dua puluh tujuh juli) yang menghebohkan itu.
Kasus ini layaknya menghadapkan kemajuan TI dengan alat
perang dan kekuasaan. Dan seperti biasanya, senjata lebih
berkuasa daripada teknologi. Namun, kekuatan TI yang
ditekan itu kemudian tampil “jumawa” dalam episode
jatuhnya Orde Baru. Konon, dipercaya bahwa gerakan
mahasiswa dan bantuan logistiknya dikoordinasikan dengan
memanfaatkan kecanggihan TI ini.
Bahkan, komunikasi militer pun disadap dan semua sandi
militer diterjemahkan oleh para aktivis dan dibagikan lewat
pager, telepon gengam dan email pada para koordinator
lapangan untuk mengantisipasi blokade militer yang
menyapu Jakarta dan kota-kota lainnya saat itu, 1998 dan
1999. TI, secara langsung atau tidak, berkontribusi atas
terjadinya suatu perubahan sosial yang bermakna di
Indonesia yaitu jatuhnya rejim militeristik yang sudah
berkuasa 32 tahun lamanya.
Sikap pemerintah orde baru yang cenderung curiga dan
khawatir ini disebabkan pemerintah khawatir hal itu akan
dimanfaatkan bagi pihak-pihak tertentu dalam negara untuk
bersikap kritir terhadap setiap kebijakan pemerintahan.
Tapi, entah dimana salahnya, pemerintah baru yang
terpilih secara relatif demokratis pasca rejim Orde Baru ini
juga gagap menanggapi kemajuan TI. Keputusan Presiden
(Kepres) No. 96 tahun 2000 yang garis besarnya berisi
larangan masuknya investor asing di bidang industri
multimedia di Indonesia, menunjukkan dengan jelas
kebingungan pemerintah dalam merespon perkembangan
bisnis multimedia, yang tentu ada dalam mainstream TI.
Dengan Kepres itu, tersirat inferioritas yang luar biasa
dalam diri pemerintah. Pemerintah beranggapan bahwa
proteksi itu diberikan dengan asumsi tidak mungkin pemain-
pemain lokal mampu bersaing dengan investor asing dalam
dunia TI. Padahal, justru banyak pemain lokal yang berteriak
dan menentang kepres ini. Satu-satunya pemain lokal yang
terlihat paling getol mendukung dikeluarkannya keppres
tersebut hanyalah PT. Telkom.
Kebingungan ini juga terlihat jelas dalam perumusan UU
Telekomunikasi beserta PP yang menyertainya. Dalam PP
No. 52 tahun 2000 misalnya, apabila seseorang ingin
mendirikan warung internet, untuk mengurus ijin pendirian
warnet, harus meminta ijin yang ditandatangani oleh
menteri. Jelas bahwa kebijakan pemerintah saat ini
menimbulkan semakin banyak masalah yang timbul dalam
pengembangan TI.
Poin Penting

 Pada masa orde baru, pemerintah cenderung represif


terhadap bekembangnya teknologi informasi
 Sikap pemerintah yang curiga dan khawatir disebabkan
kekhawatiran pemerintah jika hal itu akan dimanfaatkan
bagi pihak-pihak tertentu untuk bersikap kritis terhadap
setiap kebijakan pemerintah
 Keluarnya Kepres No 96 tahun 2000 yang berisi larangan
masuknya investor asing di bidang industri mutimedia
 Dalam PP No. 52 tahun 2000, apabila seseorang ingin
mendirikan warung internet, untuk mengurus ijin pendirian
warnet, harus meminta ijin yang ditandatangani oleh
menteri.
 Muncul kelompok seperti ATTAC, OWINS, Greenpeace
beserta figur-figur seperti Piere Bourdeo, Susan George,
Walden Bello, Vandana Shiva yang tampil dalam memimpin
gerakan tandingan menentang globalisasi denga metode
gerakan massa.
 Terjadi perlawanan dari banyak kelompok maupun individu
pekerja budaya
 Banyak petani kembali menggunakan bibit organik lokal
untuk menangkal bibit rekayasa produk perusahaan asing
 Merebaknya gerakan cinta produk dalam negeri untuk
menghindari ketergantungan terhadap sistem
kapitalisme
VI. PERISTIWA POLITIK PENTING
PADA MASA ORDE BARU
Sidang
Tritura Supersemar Umum MPRS

Politik Luar Pemilihan


Nawaksara
Negeri Umum

Sidang MPR
Tahun 1973
A. TRITURA (TRI TUNTUTAN
RAKYAT)

Aksi yang dilakukan G-30 S diketahui oleh masyarakat bahwa


PKI terlibat di dalamnya. Akan tetapi pemerintah tidak segera
mengambil tindakan yang tegas terhadap PKI yang telah
melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
Pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuklah Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Pada tanggal 10 Januari 1966 KAMI dan KAPPI memelopori
kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front pancasila
DPR-GR menuntut Tuntutan Hati Nurani Rakyat yang terkenal
dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).
Adapun Tri Tuntutan Rakyat itu adalah sebagai berikut:
 Pembubaran PKI
 Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G-30 S/PKI
 Penurunan harga/perbaikan ekonomi
Ketiga tuntutan di atas menginginkan perubahan di bidang
politik, selain itu juga keinginan adanya perubahan ekonomi
yakni penurunan harga.
B. SURAT PERINTAH SEBELAS
MARET

Aksi untuk menentang terhadap G-30 S/PKI semakin meluas


menyebabkan pemerintah merasa tertekan. Oleh karena itu
setelah melakukan pembicaraan dengan beberapa anggota
kabinet dan perwira ABRI di \istana Bogor pada tanggal 11 Maret
1966, Presiden Soekarno akhirnya menyetujui memberikan
perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pangliuma
Angkatan Darat danP angkopkamtib untuk memulihkan keadaan
wibawa pemerintah,. Surat mandat ini terkenal dengan nama
Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar).
C. SIDANG UMUM MPRS
Sidang Umum IV MPRS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juni
1966 telah menghasilkan beberapa ketetapan yang dapat
memperkokoh tegaknya Orde Baru antara lain sebagai berikut.
Ketetapan MPRS No. IX tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas
Maret.

 Ketetapan
  MPRS No. IX tentang Pengukuhan Surat Perintah
Sebelas Maret.
 Ketetapan MPRS No. XXV tentang Pembubaran PKI dan
ormas-ormasnya serta larangan penyebaran ajaran Marxisme-
Komunisme di indonesia.
 Ketetapan MPRS No. XXIII tentang Pembaruan Landasan
Kebijakan Ekonomi, keuangan dan Pembangunan.
 Ketetapan MPRS No. XIII tentang Pembentukan Kabinet
Ampera yang ditugaskan kepada Pengemban Tap MPRS No. IX
D. NAWAKSARA

MPRS meminta pertanggugjawaban terhadap Presiden


Soekarno dalam Sidang Umum MPRS 1966 atas terjadinya
pemberontakan G-30 S/PKI, kemorosotan ekonomi dan moral.
Untuk memenuhinya Presiden Soekarno menyampaikan
amanatnya pada tanggal 22 Juni 1966 yang berjudul Nawaksara
(sembilan pasal). Amanat tersebut oleh MPRS dipandang tidak
memenuhi harapan rakyat karena tidak memuat secara jelas
mengenai peristiwa G-30 S/PKI serta kemorosotan ekonomi dan
moral. Oleh karena itu MPRS meminta kepada Presiden untuk
melengkapi.
Pada tanggal 10 Januari 1967 presiden melengkapi Nawakasara,
akan tetapi isinya juga tidak memuaskan banyak pihak.
Selanjutnya DPR-GR mengusulkan kepada MPRS agar
mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden
Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan
mengangkat Pejabat Presiden .

Pada tanggal 22 Februari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan


kekuasaan kepada pengemban MPRS No. IX, Jenderal Soeharto.
Penyerahan ini merupakan peristiwa penting dalam upaya
mengatasi situasi politik pada waktu itu.
E. POLITIK LUAR NEGERI

Politik luar negeri Indonesia condong kepada salah satu blok


pada masa Demokrasi Terpimpin merupakan pengalaman pahit
bagi Indonesia. Untuk mengoreksi penyelewangan pada masa
Orde Lama, blok tersebuk dinyatakan salah oleh MPRS
(kemudian MPR). Indonesia harus kembali ke politik liuar negeri
yang bebas dan aktif serta tidak memencilkan diri. Sesuai dalam
Tap No. XII/MPRS/1966. masa Orde Baru. Sebagai wujud
pelaksanaannya pada masa Orde Baru melakukan langkah-
langkah sebagai berikut.
 Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia
Setelah ditandatanganinya persetujuan untuk
menormalisasi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia
pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya 31 Agustus
1967 kedua pemerintah telah membuka hubungan
diplomatik pada tingkat Kedutaan Besar.
 Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tanggal
28 September 1966 setelah meninggalkan PBB sejak 1
Januari 1965. Sebab selama menjadi anggota badan
dunia, yakni sejak 1950-1964, Indonesia telah menarik
banyak manfaatnya.
 Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah
organisasi kerja sama regional di kawasan Asia Tenggara
yang disebut Association of South East Asian Nations
(ASEAN) pada tanggal 8 Agustus 1967.
F. PEMILIHAN UMUM

Pemilihan Umum masa Orde Baru pertama kali dilaksanakan


tanggal 3 Juli 1971. pemilu waktu itu berbeda dengan pemilu
tahun 1955 karena telah menggunakan sistem distrik bukan
sistem proporsional. Dalam sistem distrik ini partai-partai harus
memperebutkan perwakilan yang disediakan untuk sesuatu
daerah. Suara yang terkumpul di suatu daerah tidak dapat
dijumlahkan dengan suatu partai itu yang terkumpul di daerah
lain.
Pemilu tahun 1977 diikuti oleh 10 kontestan, yakni PKRI,
NU, Parmusi, Parkindo, Murba, PNI, Perti, IPKI, dan
Golkar. Dalam pemilu kali ini dimenagkan oleh Golkar.
Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977
yang kali ini diikuti oleh 3 organisasi peserta pemilu,
yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan
Karya (Golkar), dan partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Selanjutnya pemilu-pemilu di Indonesia selama Orde
Baru selalu dimenangkan oleh Golongan Karya.
G. SIDANG MPR TAHUN 1973
Dengan Pemilu I 1971, maka untuk pertama kali RI
mempunyai MPR tetap, yakni bukan MPRS. Pimpinan
MPR dan DPR hasil Pemilu I adalah Idham Chalid.
Selanjutnya MPR ini mengadakan sidang pada bulan
Maret 1973 yang menghasilkan beberapa keputusan
diantaranya sebagai beriukut.
 Tap IV /MPR/73 tentang Garis-garis besar Haluan
Negara sebagai pengganti Manipol.
 Tap IX /MPR/73 tentang Pemilihan Jenderal Soeharto
sebagai Presiden RI.
 Tap XI /MPR/73 tentang pemilihan Sri
Hamengkubuwono IX sebagai Wakil Presdien RI.
Dengan demikian RI telah memiliki Presiden dan Wakil
Presiden sesuai dengan amanat UUD 1945. END
THANK YOU
@XII IPA 3

Ayu Desedtia
Anggarini Norma
Fani Prasticawati
Monalisyah
Nor Jannah
Sarah A.R
Siti Hamdana

You might also like