Professional Documents
Culture Documents
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai
warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari
Indonesia.
Pengertian Hak
Pengertian Hak Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban.
Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya,
jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai
hak dan kewajiban, penulis ingin memaparkan pengertian hak dan kewajiban. K. Bertens
dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno,
kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah
hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga
yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law,
bukan right). Pada akhir Abad Pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang
dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu
atau melakukan sesuatu(right, bukan law). Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak
yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif. Hak dan kewajiban
mempunyai hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban
sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna
yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar
keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini
lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan
bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang
telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.
Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih
bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji
yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya
sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikain majikan ini
melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melnggar hak moral para wanita
yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama
dengan hak moral.
T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun moral
hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal
Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul
karena manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati
bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung
pada aturan yang telah disepakati bersama anggota yang lainnya. Dan hak ini berbeda
dengan hak Legal karena tidak tercantum dalam sistem hukum.
Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif , jika saya bebas untuk melakukan sesuatu
atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk
melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas kehidupan, hak mengemukakan
pendapat.
Hak positif adalah suatu hak bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat
sesuatu untuk saya. Contoh: hak atas pendidikan, pelayanan, dan kesehatan. Hak negatif
haruslah kita simak karena hak ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu: hak aktif dan pasif. Hak
negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat sperti orang kehendaki. Contoh,
saya mempunyai hak untuk pergi kemana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang
saya inginkan. Hak-hak aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak
untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. Contoh, saya mempunyai hak
orang lain tidak mencampuri urasan pribadi saya, bahwa rahasia saya tidak dibongkar,
bahwa nama baik saya tidak dicemarkan. Hak-hak pasif ini bisa disebut hak keamanaan.
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi
khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp.
10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka
orang lain mendapat hak yang dimiliki orang lain.
Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan
semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di
dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”.
[sunting] Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-
individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu
dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati
nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya
termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai
anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan
hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan.
Hak-hak ini bersifat positif.
Setelah kita melihat dan membaca mengenai penjelasan hak serta jenis-jenisnya,
sekarang apakah ada hak yang bersifat absolut? Hak yang bersifat absolut adalah suatu
hak yang bersifat mutlak tanpa pengecualian, berlaku dimana saja dengan tidak
dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak tidak ada yang absolute.
Mengapa? Menurut ahli etika, kebanyakan hak adalah hak prima facie atau hak pada
pandangan pertama yang artinya hak itu berlaku sampai dikalahkan oleh hak lain yang
lebih kuat. Setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan merupakan hak yang sangat
penting. Manusia mempunyai hak untuk tidak dibunuh namun ini tidak berlaku dalam
segala keadaan tanpa alasan yang cukup kuat. Seseorang yang membela diri akan
penyerangan terhadap dirinya memiliki hak untuk membunuh jika tidak ada cara lain
yang harus dilakukan. Salah satu contoh lain adalah warga masyarakat yang mendapat
tugas membela tanah air dalam keadaan perang. Kedua contoh tersebut adalah contoh
dimana hak atas kehidupan yang seharusnya penting dan dapat dianggap sebagai hak
absolute namun ternyata kalah oleh situasi, keadaan, alasan yang cukup.
Kebebasan juga merupakan salah satu hak yang sangat penting namun hak ini tidak dapat
dikatakan hak absolute karena hak ini juga dapat dikalahkan oleh hak lain. Seseorang
yang mengalami gangguan jiwa dan membahayakan masyarakat sekitarnya dipaksa untuk
dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa meskipun ia menolak. Kebebasan yang dimiliki
orang tersebut merupakannya namun hak tersebut akhirnya kalah oleh hak masyarakat
yang merasa terancam jiwanya.
Hak tidak selalu bersifat absolute karena sesuatu hak akan kalah oleh alasan atau keadaan
tertentu lain yang dapat menggugurkan posisi hak tersebut.
HAK-HAK ATAS TANAH DAN KONFLIT PERTANAHAN MASA LALU, MASA
KINI SERTA MASA MENDATANG DALAM PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI TIMOR LOROSAE∗
I. PENGANTAR
Timor Lorosae mengalami sejarah yang panjang dan penuh dengan gejolak (KAnnex 1).
Sebagai akibat dari peperangan yang berkepanjangan hak atas tanah di Timor Lorosae
jauh dari perhatian pemerintah (kedua regim) (K Annex 2). Sengketa tanah yang timbul
saat ini adalah memperhatikan hal ini. Ketidakpastian pemilikan tanah menimbulkan
persoalan tersendiri di Timor Lorosae saat ini dan masa mendatang.
Masyarakat pedesaan, masih hidup dengan tradisi leluhur mereka (K Annex 4). Hukum
adatpun beragam antara suku kemak (Patrilinial) dan Bunak (matrilinial). Demikian pula
mengenai Hukum Pertanahan Adat (K Annex 5). Secarik kertas yang membuktikan
pemilikan tanah di Timor Lorosae tidak pernah diurus secara tuntas.
Namun sedikit beruntung bagi masyarakat perkotaan terutama di Dili, selama kurung
waktu 500 tahun. Sampai dengan tahun 1975 tanah yang telah terdaftar/mempunyai bukti
pemilikan (Alvara) sekitar 2.709 bidang dan 24 tahun Pemerintah Indonesia 44.091
bidang tanah atau 46.800 (Nalle 1998:10) (K Annex 3) bidang tanah. Jumlah ini berarti
4.4% dari jumlah bidang tanah yang dimiliki tiap kepala keluarga di Timor
Lorosae186.743 (East Timor in Figure 1997:37) telah mendapatkan status yang jelas.
Regulasi No. 1 tahun 1999 memberikan mandat kepada UNTAET untuk menanggani
administrasi semua aset bergerak dan tidak bergerak, milik pemerintah maupun umum
yang ada di Timor Lorosae yang ditinggalkan sesudah tanggal 30 Agustus 1999. Bagian
Tanah dan Benda Untaet mengalokasikan tanah/bangunan-bangunan tersebut kepada para
investor/swasta yang melakukan kegiatan bisnis di Timor Lorosae. Sekitar 250 bidang
tanah telah dialokasikan dengan Temporary Use Agreements (TUA).
Kabinet UNTAET tanggal 25 Oktober 2000 telah memutuskan Bagian Tanah dan Benda
tidak mendaftar hak tetapi hanya menerima gugatan/claims atas tanah di Timor Lorosae
dan pemberian hak secara final setelah merdeka. Keputusan ini memperjelas tugas Land
and Property di masa Transisi.
I Made Sandi menulis “ Seorang hanya bisa menggunakan sebidang tanah kalau orang itu
mempunyai HAK atas tanah tersebut. Apa yang dinamakan “hak” atas tanah sebenarnya
sebuah “pengakuan” dari masyarakat yang kemudian dituangkan ke dalam secarik kertas
sebagai bukti. Tanah, yang dilekati hak orang tadi terus saja ditempatnya. Disinilah letak
keistimewaan dari sumber daya tanah, kalau dibandingkan dengan sumber daya alam
lainnya” (dikutip oleh Xavier : 1997:49)
Carta da Lei menetapkan bahwa “semua tanah di seberang lautan yang sampai pada
tanggal 11 Mei 1901 tidak termasuk pemilikan perseorangan (hak milik perseorangan
yang sah berdasarkan hukum Portugis dikuasai oleh Negara “(Soares, 1989). Peraturan
ini semacam Domin Verklaring Belanda di Indonesia yang bertujuan untuk mengambil
tanah-tanah penduduk pribumi. Produk hukum yang dikenal dengan nama Alvara
Indigena bagi penduduk pribumi. Alvara ini dikemudian hari telah dicabut (DL No. 719
tanggal 7 Mei 1966), namun hanya menimbulkan kekecewaan dalam masyarakat dan
sampai saat ini masih dipegang oleh masyarakat dan dianggap sebagai bukti pemilikan.
• Direito de Propriedade Perfeita, hak ini seperti eigendom bersifat mutlak, vertikal dan
langeng.
• Direito de Aforamento, hak untuk mengusahakan tanah pihak lain (tanah negara)
untuk tujuan tertentu atas dasar aforamento. Pemegang (Foreiro) membayar FORO,
setelah 40 tahun dapat jadi Hak Milik.
• Direito de Arendamento, hak ini timbul karena perjanjian sewa dengan jangka waktu
kurang dari 30 tahun digunakan untuk komersial dan peternakan.
• Direito de Ocupacao, hak ini seperti hak pakai/menempati, sewa jangka pendek
kurang dari 5 tahun (Direito temporaria) dalam proses menuju Aforamento. Asal dari
ocupasi tanh tertentu, adat.
• Direito por Venda. Hak ini semacam Hak Pengelolaan (HPL) terjadi karena jual beli
untuk perumahan (fundo)
Hak atas tanah timbul apabila seorang warga persekutuan (ema rai nain dan non
persekutuan (ema rai seluk/ema lao rai) dengan persetujuan) memberi tanda pada daerah
tertentu (tara tara) selanjutnya tanah yang telah diberi tanda membuka tanah (lere rai
atau fila rai). Hubungan selanjutnya tanah tadi diusahakan secara terus menerus akan
lahir hak milik (rai ninian/aurea). Jika tanah yang telah diusahakan dan ditanami ini
kemudian ditinggal, pemilik yang membuka tanah pertama mempunyai hak terdahulu
(toos fatin atau natar fatin). Hak terdahulu bagi kaum pribumi (persekutuan) dapat
diwariskan kepada ahli waris. Bagi warga non persekutuan hanya hak menikmati hasil
dari tanah (halo deit han deit) (K Annex 4). Pola penguasaan tanah seperti ini yang
mengakibatkan terjadi ladang berpindah-pindah, setelah tanami dan berkurang
kesuburannya.
“ Hak atas tanah memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,
demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan
untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam
batas menurut UU….. “ (pasal 4 ayat(2) UUPA).
• Tiap warganegara laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh hak serta mendapatkan manfaat dan hasilnya bagi dirinya sendiri
maupun keluarganya (pasal 9 (2)).
• Setiap orang atau Badan Hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
pada asasnya diwajibkan mengerjakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-
cara pemerasan (pasal 10 (1)).
• Setiap pemegang Hak Atas Tanah dan pengusahaan di perairan dalam wilayah sistim
penangga kehidupan, wajib menjaga kelangsungan fungsi lindung wilayah tersebut
(UU No. 5 tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistimnya)
• Setiap orang berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya hak atas tanah
miliknya sebagai akibat adanya penetapan kawasan hutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (pasal 68 UU no 41 tahun 1999)
Isu utama saat ini adalah penguasaan tanah, sebagian besar tanah yang telah ditinggalkan
oleh pemiliknya tahun 1975 dan sesudah tanggal 30 Agustus 1999. Terjadi ocupasi tanah
yang ditinggal oleh pemiliknya akibat konflit/perang. Kondisi saat ini adalah secara fisik
yang menguasai tanah. Ada beberapa kategori/alasan penguasaan tanah saat ini:
2. Masyarakat yang ingin spekulasi untuk memperoleh tanah dan harta benda
Penguasaan yuridis dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi
wewenang kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki
Setiap kegiatan di muka bumi memerlukan tanah (K Annex 9). Tanah sebagai sumber
daya perlu dipelihara serta dijaga dari kerusakan sehingga ada keseimbangan.
Tanah adalah suatu “komoditi” yang bersifat unik dan strategis, baik ditinjau dari segi
penguasaan maupun penggunaannya. Dari segi penguasaanya, selain memiliki nilai
sosial, budaya, ekonomi dan politik, tanah juga mengandung nilai sakral bagi pemiliknya
terutama masyarakat pedesaan, sehingga persepsi masyarakat setempat sangat
dipengaruhi adat setempat (Sony Harsono 1994:6).
Aspek fisik berupa luas, letak, ketinggian yang relatif tidak berubah dalam kurun waktu
bertahun-tahun (K Annex 8), yang berubah adalah cara penggunaan tanahnya,
produksinya yang relatif sangat berubah-ubah adalah hak dan pemiliknya.
Aspek fisik dan aspek hukum bagaikan dua sisi dari sebuah mata uang logam, dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, harus ditangani secara bersama-sama. Banyak
masalah tanah yang timbul disebabkan penanganan yang tidak bersama sebagai akibat
ego sektoral dalam rencana pembangunan.
Masalah tanah yang semakin dirasakan oleh instansi pemerintah, masyarakat bahkan
untuk kepentingan pembangunan adalah bagaimana dan dimana memperoleh tanah
sesuai untuk pembangunan.
V. PENUTUP
1. Masalah tanah saat ini, adalah ketidakjelasan status tanahnya sebagai akibat
pergantian sistim hukum. Keterpaduan terus diupayakan untuk dapat mewujudkan
kepastian hukum di bidang pertanahan.
2. Jaminan akan tersedianya tanah yang sesuai bagi berbagai sektor pembangunan,
sehingga dapat mendorong investasi dan sebesar-besarnya dalam rangka menunjang
tercapainya pertumbuhan ekonomi.
• Sejauh tidak mengurangi areal tanah pertanian yang subur dan memperhatikan
kelestarian sumber daya alam.
BIBLIOGRAFI
1. Bhumi Bhakti, 1994. Majalah Badan Pertanahan Nasional, No. 07/1994
4. Hicks, David, 1976. Roh Orang Tetum di Timor Timur, Terjemahan dari Tetum
Chost and Kin, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
5. Soares, Domingos M. Dores, 1989. Hukum Agraria Portugis dan UUPA, Tanpa
Penerbit, Dili
7. Xavier, Pedro de Sousa, 1997. Study tentang Hukum Pertanahan Adat Timor Timur
di Kecamatan Uato-Carbau Kabupaten Viqueque, Skripsi Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional Yogyakarta, Badan Pertanahan Nasional, Yogyakarta
8. Nalle, Jermias, 1998. Pengarahan Kakanwil pada Rapat Kerja di Lingkungan Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Timor Timur, Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Timor Timur, Dili.
2. Hak relatif/hak nisbi/hak persoonjilk yaitu suatu hak yang memberikan suatu
tuntutan/penagihan terhadap seseorang danhak itu hanya dapat dipertahankan
terhadap orang tertentu saja.
Hak kebendaan adalah hak mutlak atas sesuatu benda di mana hak itu
memberikan kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat dipertahankan
terhadap siapapun juga.
Jadi dengan demikian apa perbedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan
itu?
Perbedaannya adalah:
Tapi dalam praktik pembedaan tersebut sangat sumier tidak mutlak lagi karena adahak
perorangan yang mempunyai sifat yang mutlak/absolute mempunyai droit de suit dan
mempunyai sifat prioritas yaitu:
Tapi walaupun demikian sebagai pedoman dapat disimpulkan bahwa hak kebendaan
tersebut mempunyai cirri-ciri/sifat-sifat secara umum apabila kita ingin membedakan
dengan hak perorangan.