You are on page 1of 13

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN KABUPATEN WAY

KANAN TAHUN 2010

Nama : Nazairin, S.Sos


NPM : 1026021043

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010
PETA KEMAMPUAN KEUANGAN KABUPATEN WAY KANAN

ABSTRAK

Dalam pemaparan makalah ini penulis membahas peta keuangan Kabupaten Way

Kanan, yang merupakan salah satu Kabupaten dari 14 kabupaten yang ada di

Provinsi Lampung, dalam rangka menyelenggarakan roda pemerintahan di daerah

tersebut. Pembahasan ini dibatasi pada kemampuan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dalam hubungannya dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Way Kanan.

Para meter yang digunakan adalah perhitungan dan analisis kinerja PAD melalui

ukuran Elastisitas, Share, dan Growth; Pemetaan dan analisis kemampuan

keuangan Kabupaten Way Kanan.

Hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Dilihat dari indikator kinerja PAD,

secara umum Kabupaten Way Kanan mempunyai kemampuan keuangan rendah;

2. Kabupaten yang mempunyai Sumber Daya Alam yang melimpah belum tentu

memiliki kinerja PAD yang baik.

Ada pun rekomendasi yang dapat disampaikan adalah, daerah yang berada di

kuandran II dan III atau IKK sedang, perlu mendapat dorongan agar PAD dapat

tumbuh. Sedangkan untuk daerah yang berada di kaundran IV atau IKK rendah,

perlu mendapat dorongan dari Pemerintah Daerah. Karena peningkatan investasi

di daerah tersebut akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

.
1. LATAR BELAKANG

Sebelum Undang-undang otonomi daerah diberlakukan, sistem pemerintahan

Indonesia bersifat sentralisasi. Artinya pemerintah pusat mempunyai wewnang

penuh dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hasil produksi daerah yang

mempunyai Sumber Daya Alam melimpahl ditarik ke Pusat. Akibatnya

oembangunan di Indonesia tidak merata, sehingga pembangunan hanya berpusat

pada Ibu Kota Negara saja yaitu Jakarta.

Dengan diterbitkannya Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 5 tahun 1999

dan direvisi melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, maka daerah-daerah

mempunyai otonom untuk mengatur rumah tangga sendiri dengan konsep

pembangunan berdasarkan akar budaya setempat. Kecuali ada beberapa yang

tetap dipegang oleh pemerintah pusat dan tidak diberikan kepada daerah untuk

mengaturnya, seperti Agama, TNI, Polri dan moneter.

Awal tahun 1999 atau setelah adanya reformasi, ada beberapa daerah yang ingin

memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga

bermunculan aspirasi dari daerah untuk melakukan pemekaran provinsi atau

kabupaten/kota. Sehinga terjadi tarik menarik ada kelompok yang setuju dan tidak

setuju adanya pemekaran ini sebagai implikasi diberlukannya otonomi daerah.

Sebagian besar kelompok yang setuju dilakukan pemekaran ini beralasan agar

rentang kendali pembangunan dapat dijangkau, meskipun ada sejumlah kelompok

agar mendapat kekuasaan. Secara bertahap akhirnya direalisasikan pemekaran

wilayah ini dan disahkan oleh Pemerintah pusat melalui Undang-undang.

Pada tanggal 20 April 1999 terbitlah Undang-undang Nomor 12 tahun 1999

tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Way Kanan, Kabupaten


Daerah Tingkat II Lampung Timur dan Daerah Tingkat II Kotamadya Metro.

Sebagai tindak lanjut pemberlakuan Undang-undang Nomor 12 tahun 1999, maka

pada tanggal 27 April 1999 Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid di Jakarta

menandatangani prasasti sebagai peresmian Kabupaten Way Kanan dan sekaligus

melantik Drs. Tamanuri sebagai penjabat bupati Way Kanan. Kemudian pada

tanggal 27 April inilah yang dijadikan sebagai tanggal kelahiran Kabupaten Way

Kanan.

Saat ini Kabupaten Way Kanan terdiri dari 14 kecamatan. Yaitu, Kecamatan

Blambangan Umpu sebagai ibukota kabupaten, Kecamatan Negeri Agung,

Baradatu, Negara Batin, Banjit, Kasui, Rebang Tangkas, Way Tuba, Pakuon Ratu,

Gunung Labuhan, Negeri Besar, Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Kecamatan

Bahuga.

disejumlah daerah mengalami kesulitan dalam melaksanakan otonomi daerah

karena terbatasnya sumberdaya yang dimiliki. Pemerintah Daerah dalam

mengambil kebijakan akan sangat mempengaruhi penggalian Pendapatan Asli

Daerah. Kebijakan pemerintah daerah yang mendorong investasi di daerah

tersebut akan mempunyai dampak positif terhadap peningkatan asli daerah.

Sehubungan hal tersebut perlu pengkajian yang mendalam untuk mengetahui

kemampuan keuangan daerah. Kemampuan Keuangan Kabupaten Way Kanan

saat ini sebagian besar mengandalkan keuangan dari pemerintah pusat.

2. Tujuan analisis

a. Untuk mengetahui peta kemampuan keuangan Kabupaten Way Kanan

dalam melaksanakan roda pemerintahan, terutama berdasarkan kinerja

PAD.
b. Mengidentifikasi beberapa kebijakan lokal dalam menggali sumber dana

di daerah tersebut yang dapat diterapkan ditempat lain, sesuai dengan

kemampuan dan ciri masing-masing daerah.

c. Menyusun dan merumuskan rekomendasi untuk peningkatan PAD

3. Metodologi

3.1 Metodologi Analisis

Analisis yang digunakan adalah analisis kulaitatif dan kuantitatif . Kabupaten

yang dianalisis adalah Kabupaten Way Kanan. Dalam rangka melaksanakan

fungsinya maka pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan harus di dukung

sumber pendapatan agar kelangsungan pelaksanaan otonomi daerah dapat berjalan

sesuai harapan.

Tahap-tahap yang dilakukan meliputi :

1. Menggunakan data sekunder yaitu data APBD dan PDRB Kabupaten Way

Kanan Tahun 2010.

2. Mengidentifikasi kemampuan keuangan Kabupaten Way Kanan yang

berasal dari PAD.

3. Mengidentifkasi sumber-sumber keuangan daerah yang potensial untuk

mendukung tugas desentralisasi dan otonomi daerah di dua kabupaten

tersebut.

4. Membuat analisis kinerja PAD dan menyusun peta kemampuan keuangan

Kabupaten Way Kanan.

3.1 Kerangka Regulasi

Sesuai UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 kebijakan otonomi

daerah dan desentralisasi merupakan awal era baru penyelenggaraan pemerintahan


daerah yang lebih otonom. Dalam rangka melaksanakan fungsinya secara efektif,

maka pemerintah daerah harus didukung sumber-sumber pendapatan yang

memadai agar pelaksanaan dan kelangsungan otonomi daerah terjamin dan dapat

berlanjut dengan baik.

Berdasarkan UU tersebut, daerah memiliki :

(1) kewenangan mendayagunakan potensi keuangan daerah;

(2) dana perimbangan keuangan pusat dan daerah serta antar daerah, dan;

(3) akses terhadap pinjaman di dalam negeri maupun di luar negeri.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 menjelaskan bahwa keaunagn

daerah mengandung pengertian semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah

tersebut, dalam kerangka APBD daerah tersebut. Aspek hak adalah pendapatan

dan aspek kewajiban adalah belanja. Dalam rangka membiayai pengeluaran dalam

rangka kelangsungan hidup daerah otonomi seharusnya PAD merupakan sumber

yang harus bisa diandalkan. Sumber pendapatan yang lain hanya bersifat

fluktuatif dan tidak bias dikendalikan atau diatur oleh daerah bersangkuatn.

3.2 Kerangka dan Alat Analisis

1. Perhitungan dan Analisis Kinerja PAD mellaui Ukuran elastisitas, Share,

dan pertumbuhan atau Growth.Elastisitas adalah rasio pertumbuhan PAD

dengan pertumbuhan PDRB. Rasio ini bertujuan melihat sensitivitas atau

elastisitas PAD terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah. Sedangkan

share merupakan rasio PAD terhadap belanja rutin dan belanja pembangunan

daerah. Rasio ini mengukur seberapa jauh kemampuan daerah membiayai


kegiatan rutin dan keuangan daerah. Dan pertumbuhan atau growth

merupakan angka pertumbuhan PAD tahun i dari tahun i-1.

Kriterianya adalah jika nilai elastisitas lebih atau sama dengan 1, artinya setiap

perubahan PDRB di kabupaten tersebut sensitive terhadap perubahan/peningkatan

PAD. Sebaliknya jika nilai elastisitasnya kurang dari 1, berarti perubahan PDRB

kabupaten tersebut tidak cukup mempengaruhi perubahan/peningkatan PAD.

2. Pemetaan dan Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dengan


Metode Kuadran dan Metode Indeks

Yang dimaksud metode kuadran adalah salah satu cara menampilkan peta

kemampuan keuangan daerah. Masing-masing kuadarn ditentukan oleh besaran

nilai growth dan share. Dengan nilai growth dan share maka masing-masing

daerah kabupaten dapat diketahui posiisnya berada di kaudran berapa. Kondisi di

masing-masing kuadran dapat dijelaskan sebagai berikut :

Klasifikasi Status kemampuan Keuangan Daerah berdasarkan Metode Kaudran

KUADRAN KONDISI
Kondisi paling ideal PAD mengambil peran besar dalam APBD
I dan daerah punya kemampuan mengembangkan potensi lokal.
Kondisi ini ditunjukkan dengan besarnya nilai share disertai nilai
growth yang tinggi.
Kondisi ini belum ideal, tapi daerah punya kemampuan
II mengembangkan potensi lokal sehingga PAD berpeluang
memiliki peran besar dalam APBD. Sumbangan PAD terhadap
APBD masih rendah namun pertumbuhan (growth) PAD tinggi.
Kondisi ini juga belum ideal. Peran PAD yang besar dalam APBD
III punya peluang mengecil karena pertumbuhan PAD-nya kecil. Di
sini sumbangan PAD terhadap APBD tinggi, namun pertumbuhan
PAD rendah.
Kondisi ini paling buruk. PAD belum mengambil peran yang
IV besar dalam APBD dan daerah belum punya kemampuan
mengembangkan potensi local. Sumbangan PAD terhadap APBD
rendah dan pertumbuhan PAD rendah.
Sedangkan metode Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) merupakan rata-rata

hitung dari Indeks Pertumbuhan (Growth), Indeks Elastisitas, dan Indeks Share.

Untuk menyusun indeks ketiga komponen tersebut, ditetapkan nilai maksimum

dan minimum dari masing-masing komponen. Menyusun indeks untuk setiap

komponen IKK dilakukan dengan menggunakan persamaan umum :

Nilai X hasil pengukuran – Nilai X kondisi minimum


Indeks X =
Nilai X kondisi maksimum – Nilai X kondisi minimum

IKK juga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Xg + Xe + Xs
IKK =
3

Dimana :

Xg = Indeks pertumbuhan PAD

Xe = Indeks elastisitas (belanja pembangunan thd PAD)

Xs = Indeks Share (PAD terhadap APBD)


2. PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Umum keuangan Daerah

Jka dilihat dari sumbangan PAD terhadap APBD pada Kabupaten Way Kanan

adalah sebesar 3,82 %. Kondisi keuangan Kabupaten Way Kanan tahun 2010

dilihat dari sisi pendapatan secara rinci adalah sebagai berikut yaitu dana

perimbangan menduduki sumbangan terbesar yaitu 70,7 %, selanjutnya disusul

Dana Alokasi Umum (DAU) 54,4 %, lain-lain pendapatan yang sah 26,91 %,

hibah 22,83 %, dana bagi hasil pajak dan bukan pajak 9,5 %, dana alokasi khusus

(DAK) 6,8 %, bantuan keuangan dari propinsi/pemda lain tidak ada, PAD 3,82 %,

pajak daerah 0, 30 % dan retribusi daerah hanya 0,53 %.

4.1 Kemampuan Keuangan Daerah

Elastisitas adalah ratio pertumbuhan PAD dengan pertumbuhan PDRB.

Kabupaten Way Kanan elastisitasnya adalah sebesar 0,90.. Nilai elatisitas pada

pada kabupaten tersebut bernilai dibawah angka 1 . Ini berarti Kabupaten Way

Kanan perubahan PDRB nya tidak cukup mempengaruhi peningkatan PAD-nya.

Hal ini disebabkan mungkin nilai tambah PDRB di kabupaten tersebut banyak

yang keluar dan hanya sedikit yang dinikmati oleh penduduknya.

4.2.2. Pertumbuhan PAD

Pertumbuahn PAD Kabupaten Way Kanan adalah 50 %,. Hal tersebut karena

Kabupaten Way Kanan sudah 10 tahun terbentuk. Yang jelas pertumbuahn PAD

di kabupaten tersebut tentunya akan terus meningkat sesuai dengan

perkembangan kemajuan perekonomian masyarakatnya dan untuk tahun-tahun

berikutnya akan selalu meningkat pertumbuhan PAD-nya.


4.2.3. Peran (Share)

Kemampuan Way Kanan dalam membiayai belanja daerahnya adalah sebesar

3,82 %. Angka tersebut masih sangat kecil mengingat daerah tersebut baru

tumbuh dan berkembang untuk mencapai perkembangan yang lebih sempurna.

Tetapi suatu hal yang wajar bila kabupaten yang baru terbentuk tersebut PAD-nya

sangat kecil dalam perannya terhadap APBD-nya.

4.2.4. Indeks Kemampuan Keuangan

Kemampuan Provinsi Lampung pada saat ini sebesar 0,35 (kategori sedang).

Maka menurut perkiraan penulis indeks kemampuan keuangan Kabupaten Way

Kanan tergolong rendah, tercermin dari peran masing-masing PAD-nya terhadap

APBD-nya. Pada saat ini Kabupaten Way Kanan sumbangan PAD terhadap

APBD 3,82 %.

4.2.5. Metode Indeks

4.2.6 Metode Kuadran

Kabupaten Way Kanan masuk dalam kategori kuadran IV atau kondisipaling

buruk. Peran PAD terhadap APBD di kabupaten tersebut masih sangat rendah

yaitu 3,82%. Sumbangan PAD terhadap APBD di kabupaten tersebut rendah dan

pertumbuhan PAD di kabupaten tersebut juga rendah. Daerah tersebut belum

punya kemampuan mengembangkan potensi local terutama perkebunan karet.

Posisi Kabupaten Way Kanan


Berdasarkan Metode Kuadran GROWTH (%)

KUADRAN – II KUADRAN – I
KUADRAN – IV KUADRAN – III

Kab. Way Kanan


4.2.7. Kebijakan Peningkatan PAD dan Investasi

Untuk lebih cepat meningkatkan PAD Kabupaten Way Kanan maka jalan yang

ditempuh adalah :

- Mengintensifkan perpajakan dan penggalian perpajakan baru

- Memperbanyak/menarik para investor untuk berinvestasi di

Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulangbawang Barat.

- Optimalisasi sumbangan pihak ketiga.

Sedangkan untuk meningkatkan investasi di kabupaten tersebut yang dilakukan

adalah :

- Stabilitas politik, keamanan di dua kabupaten tersebut harus

diutamakan

- Meningkatkan fasilitas infrastruktur dasar

- Regulasi birokrasi di institusi di dua kabupaten tersebut perlu

dilaksanakan untuk menarik para investor.

- Kemudahan informasi

- Pemberian fasilitas pada pihak ketiga.

4.2.8. Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam rangka pemberlakuan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja perlu

dipersiapkan sumberdaya manusia yang handal untuk menjalankan system

anggaran tersebut. Koordinasi antar dinas instansi terkait perlu ditingkatkan baik

vertical maupun horizontal. Kualitas SDM perlu ditingkatkan untuk menjalankan


peraturan-peraturan keuangan yang baru. Pelayanan masyarakat harus di

tingkatkan, peningkatan kemajuan teknologi dan meningkatkan kualitas birokrasi

dalam persaingan upaya untuk menarik investor.


3. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1. Indikator kinerja PAD terhadap APBD Kabupaten Way Kanan masih

rendah yaitu 3,82 %.

5.1.2. Peningkatan PDRB di dua kabupaten tersebut belum sensitive terhadap

peningkatan PAD nya, hal tersebut dikarenakan para pelaku ekonomi atau

para investor di dua kabupaten tersebut kebanyakan berasal dari luar

daerah tersebut sehingga trickle down effect tidak menetes kepada

penduduk dua kabupaten tersebut.

5.2. Saran

5.2.1. Perlu adanya penataan dan peningkatan di semua aspek meliputi yaitu :

- Kualitas SDM

- Peningkatan infrastruktur dasar.

- Paraturan daerah untuk menarik investor termasuk regulasi birokrasi,

desentralisasi perijinan dan investasi.

- Optimalisasi perekonomian.

5.2.2. Peningkatan investasi di dua daerah tersebut akan berpengaruh

meningkatnya PAD dan PDRB sehingga kebijakan peningkatan PAD tidak

boleh mengesampingkan kepentingan investor karena peningkatan

investasi di daerah tersebut dalam jangka menengah dan panjang akan

meningkatkan PAD.

You might also like