You are on page 1of 15

BAB II

PEPERANGAN DI BEKAS NEGARA YUGOSLAVIA

Sejarah Konflik di Bosnia

Wilayah Bosnia yang terletak di jantung dari Federasi Yugoslavia, yang

menjadi daerah perebutan pengaruh sejak zaman Kerajaan Austro-Hungaria

melawan pengaruh Kerajaan Turki pada saat Kekaisaran “Ottoman”. Bubarnya

Yugoslavia lama, tampaknya oleh negara-negara sekitarnya maupun dari negara-

negara Big Power/luar menginginkan agar “Yugoslavia mini” ini ikut bubar.

Adanya pemerintahan yang diatur bergilir oleh tiga etnis dominant di Bosnia

(Muslim, Serbia dan Kroat), ikut menambah kerawanan negeri ini, karena

pengaruh pada salah satu etnis dari negara tetangga ataupun dari luar, dapat segera

membakar kearah pertikaian.

Penguasaan Bosnia secara bulat oleh Republik-Republik di sekitarnya

ataupun menjadi suatu negara yang berdasarkan konstitusi Islam, akan dipandang

cukup membahayakan negara-negara Eropa. Dilihat dari segi Sosial Budaya maka

keberadaan tiga etnis dominan yang terdiri dari 3 suku yang berbasis pada agama

yang berbeda, setelah kesadaran beragama mulai terusik sedangkan UUD-nya

tidak mengatur tentang kerukunan hidup beragama karena tidak adanya suatu

idiologi yang mengikat kesadaran berbangsa, maka perbedaan di antara penduduk

semakin tajam. Perbedaan ini menjadi bertambah berbahaya ketika pimpinan

4
politik dan pengaruh luar ikut mengeksploitir kekuasaan berdasarkan etnis dan

agama ini.

Pada saat Tito berkuasa, mereka dipersatukan oleh kepemimpinan Tito

yang kharismatik, program “Unity and Brotherhood” yang cukup baik sehingga

wilayah ini menjadi sangat potensial bagi keberadaan Yugoslavia pada waktu itu.

Dari kacamata ekonomi, kekayaan alam dan bahan tambang yang dikandung

dalam wilayah Bosnia Herzegovina, merupakan daya tarik lainnya bagi siapa yang

menguasai wilayah ini. Hampir 80% medan gunung-gunung dengan sungai yang

berjeram merupakan daerah yang menguntungkan bagi penyediaan listrik tenaga

air (Hydropower plant). Demikian juga kekayaan akan tambang bauxit,

magnesium, asbes, dalomit, batubara, minyak, lignite, garam dan lain-lain,

merupakan tambang yang potensial bagi berjalannya industrialisasi. Sewaktu Tito

berkuasa, wilayah ini kemudian menjadi pilihan ditempatkannya lebih dari 60%

pabrik-pabrik Yugoslavia.

Oleh sebab itu Bosnia Herzegovina merupakan mesin utama bagi

jalannya perindustrian Yugoslavia. Daerah-daerah industri yang ada di Bosnia

Herzegovina di antaranya ialah Pabrik senjata artileri dan mortir di Novitravnik,

Pabrik tank/kendaraan lapis baja di Bosanki Brod, Oil Refinery di Slavonski

Brod, Pabrik aluminium dan pesawat terbang di Mostar, Pabrik bahan kimia di

Sabac dan Tuzla, Pabrik senjata ringan “Pretis” di Vogasca (dekat Sarajevo),

Pabrik senjata dan munisi “Igman” di Konjic, Pabrik kimia, mesin, ranjau,

tambang batubara dan lignite di Tuzla, Pabrik besi dan baja di Zenica, Pabrik

5
minyak roket, bahan ledak, bubuk mesiu di Vitez, Pabrik munisi di Gorazde,

Pabrik battery di Luskovac, Pabrik perlengkapan militer di Foca dan Capljina dan

lain-lain. Kota dimana pabrik-pabrik serta wilayah tambang tersebut di atas pada

umumnya di dalam kekuasaan etnis Muslim dan etnis Kroat, sehingga saat itu

merupakan daerah perebutan kekuasaan (trouble spot). Beberapa di antaranya

dilindungi oleh PBB/UNPROFOR untuk mencegah penghancuran daerah-daerah

krisis tersebut.

Dari pandangan Strategi Militer, keberadaan pabrik-pabrik bagi

keperluan militer yang lebih dari 60% berada di wilayah Bosnia Herzegovina

merupakan daya tarik utama akan penguasaan wilayah ini. Pada masa Tito

berkuasa, dengan pertimbangan keamanan, dan perlindungan alam yang baik

maka Bosnia Herzegovina dipilih untuk kedudukan wilayah industri militer,

karena dipandang aman dari ancaman Pakta Warsawa maupun Pakta NATO.

Ditinjau dari segi etnis, bahasa dan sosial budaya, Yugoslavia sebagai negara

“sosialis self-management” merupakan tujuan utama bagi ahli-ahli / para

teknokrat eks Pakta Warsawa untuk keluar dari Uni Soviet. Tidak mustahil bila

mereka berhasil masuk ke Yugoslavia dalam keadaan bersatu, maka Yugoslavia

akan dapat menjadi negara super power di bidang pertahanan dan keamanan

dikemudian hari.

Dengan terpusatnya industri militer Yugoslavia berada di Bosnia

Herzegovina, maka ahli-ahli tersebut dikhawatirkan akan berada di wilayah ini.

Untuk mencegah hal tersebut negara-negara “Big Power” terutama dari Blok

6
Barat, tentunya menjadikan wilayah Bosnia Herzegovina sebagai wilayah

kepentingannya. Di sisi lain dengan bubarnya Pakta Warsawa maka Eropa

dikhawatirkan akan kebanjiran stock senjata eks Blok Timur, yang akan bermuara

pada meningkatnya organisasi senjata secara liar di Eropa dan selanjutnya akan

membahayakan keamanan Eropa. Dengan adanya perang Bosnia maka aliran

senjata lebih tersebut secara tidak langsung akan mengarah ke wilayah ini.

Dengan menumpuknya beberapa kepentingan di wilayah Bosnia Herzegovina

maka wilayah ini layak untuk disebut daerah rawan atau titik kritis bagi negara-

negara di Eropa.

Perang Bosnia
Bagian dari Perang Yugoslavia

7
Tanggal 1992–1995
Lokasi Bosnia dan Herzegovina
Hasil Perjanjian Dayton

Pihak yang terlibat


 Bosnia dan Herzegovina

Mujahidin Jugoslovenska narodna armija

Kroat Bosnia (1992)

Croatia Serbia Bosnia

Republik Serbia Krajina

Ustaša keturunan dari negara-negara Barat,


Propinsi Otonomi Bosnia Barat
Jerman dan Hungaria Mercenaries
(1993-1995)

NATO (1994-1995)
Arkanovi tigrovi

Partisipasi langsung Rusia dan Yunani relawan

Partisipasi langsung
Vatikan
Republik Federal Yugoslavia
MPRI
Serbia

Organisasi Konferensi Islam

8
1. Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia

Perang antara etnis Serbia dengan etnis Kroasia terjadi pada awal tahun

1992 akibat tidak menentunya situasi di wilayah Bosnia Herzegovina. Aksi-aksi

9
dari pihak Kroasia terhadap pihak Serbia Bosnia Herzegovina atau sebaliknya

telah mengawali perang antara etnis Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia. Pecahnya

konflik bersenjata antara pihak Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia dimulai dari

serangan pihak Kroat Bosnia, di bawah pimpinan dari golongan ekstrim kanan

Kroasia, terhadap penduduk Serbia Bosnia di desa Sijekovac dekat kota Bosanski

Brod (bagian utara Bosnia Herzegovina) yang menewaskan 29 orang penduduk

sipil Serbia Bosnia Herzegovina, 7 orang wanita Serbia Bosnia menderita

perkosaan dan 3 di antaranya dibunuh.

Peristiwa tersebut dilakukan oleh 35 orang kelompok bersenjata Garda

Kroasia/pasukan Kroasia di bawah pimpinan Dobrosav Paraga, yang berakibat

memicu terjadinya perang antara pihak Kroat Bosnia dengan Serbia Bosnia.

Selanjutnya pertempuran antara Serbia Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak saja

terjadi di bagian utara wilayah Bosnia Herzegovina akan tetapi juga di wilayah-

wilayah lainnya dimana terdapat kepentingan yang sama antara Serbia Bosnia dan

Kroat Bosnia.

2. Perang antara etnis Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia

Situasi politik yang tegang, pernyataan-pernyataan para anggota

pimpinan ketiga golongan etnis yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda

dari hari ke hari makin mempertegang situasi, namun keadaan masih tetap di

bawah kontrol. Api perang tersulut, konflik bersenjata tidak terhindarkan lagi

setelah terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang

menikahkan putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota Sarajevo.

10
Pada saat acara pernikahan gereja selesai dan iring-iringan sedang

menuju tempat parkir kendaraan di depan gereja, pada saat itu beberapa tembakan

telah dilepaskan ke arah iring-iringan mempelai tersebut yang menewaskan ayah

mempelai putra dan melukai pendeta yang memberkahi perknikahan tersebut.

Dalam kejadian tersebut bendera/panji-panji bangsa Serbia yang dibawa salah

seorang rombongan dirampas dan dikoyak-koyak oleh si penyerang yang berhasil

melarikan diri.

Akan tetapi hari berikutnya si penyerang berhasil ditangkap dan ternyata

adalah dari etnis Muslim Bosnia. Situasi tersebut telah mengakibatkan ketegangan

di kalangan penduduk. Pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia

mencoba bertindak sebagai penengah, namun, tidak berhasil, malah pos-pos dan

tangsi-tangsi Angkatan Bersenjata Yugoslavia di blokade, rintangan-rintangan

jalanan dipasang oleh fihak Muslim dan Kroasia yang semenjak semula sudah

membentuk koalisi Serbia dan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, skenario yang

terjadi di Slovenia dan Kroasia terulang, peperangan sporadis, pecah dimana-

mana.

Klimaks konflik terjadi setelah Masyarakat Eropa dan AS mengakui

Bosnia Herzegovina sebagai negara merdeka dan berdaulat. Hal ini telah

mendorong pimpinan Bosnia-Herzegovina yang terdiri dari etnis Muslim & Kroat

menuduh etnis Serbia Bosnia yang sebagai "agresor" terhadap negara merdeka

dan berdaulat Republik Bosnia Herzegovina. Pertempuran antara pihak Serbia

Bosnia dengan Muslim Bosnia berkecamuk kembali terutama di wilayah

11
Sarajevo, wilayah utara Bosnia Herzegovina dan wilayah bagian timur Bosnia

Herzegovina.

Pertempuran sengit yang masih terus berlanjut antara pasukan Muslim

Bosnia dengan Serbia Bosnia adalah pertempuran untuk memperebutkan tempat

strategis di Foca (suatu kota di wilayah bagian selatan Sarajevo yang

menghubungkan garis logistik pasukan Muslim dari Bosnia Timur ke Sarajevo)

dan perebutan titik kuat di bukit Jablanica dan bukit Igman yang terletak

dipinggiran kota Sarajevo. Dari tempat-tempat strategis tersebut di atas akan dapat

menguasai Sarajevo secara keseluruhan. Pertempuran yang terus berlanjut antara

Muslim Bosnia Herzegovina dengan Serbia Bosnia Herzegovina di Sarajevo

tersebut menjadikan perundingan penyelesaian krisis di Bosnia Herzegovina di

antara Faksi-Faksi yang bertikai di Jenewa menjadi tertunda.

3. Perang antara Serbia Bosnia dengan aliansi Kroat Bosnia dan Muslim

Bosnia

Dalam upaya politik antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia telah

terbentuk koalisi sejak proses pemisahan diri Republik Bosnia Herzegovina dari

Yugoslavia. Keadaan tersebut juga diikuti di bidang militer dimana terjadi aliansi

antara kekuatan militer Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia untuk mengimbangi

kekuatan Serbia Bosnia.

Penyelesaian krisis di wilayah Bosnia Herzegovina melalui perundingan

yang tidak menghasilkan sesuatu untuk menghentikan krisis Bosnia Herzegovina

12
telah mendorong konflik bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia

dengan Muslim-Kroat Bosnia semakin meluas untuk mencapai kepentingan-

kepentingannya. Dalam perang saudara, perang antar etnis dan agama yang terjadi

di Bosnia Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran-pertempuran antara

pasukan Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim-Kroat. Front pertempuran timbul

di seluruh wilayah Bosnia Herzegovina.

Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-

Kroat bertambah sengit karena pihak Muslim-Kroat mendapat bantuan kekuatan

dari tentara reguler Republik Kroasia yang diperkirakan sekitar 40.000 orang dan

tentara-tentara asing (Mujahidin). Kekuatan yang berimbang tersebut

mengakibatkan alotnya pertempuran namun pada akhirnya pihak Serbia Bosnia

lebih banyak memenangkan pertempuran-pertempuran, karena pasukan Serbia

Bosnia lebih terorganisir baik dari segi personil maupun perlengkapan militer.

Hasil pertempuran ternyata hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina telah

dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia selama 28 bulan terakhir dalam konflik

bersenjata yang ada di Bosnia Herzegovina. Akibat perang Serbia Bosnia dengan

Muslim-Kroat telah menimbulkan korban yang sangat besar jumlahnya yang

diperkirakan ratusan ribu tewas (penduduk sipil maupun militer). Gencatan

senjata yang disetujui antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-

Kroasia tidak pernah dilaksanakan akibat banyaknya formasi-formasi militer yang

tidak di bawah komando tentara reguler yang ada di Bosnia Herzegovina dan juga

13
diperkirakan akibat kurangnya pengaruh pimpinan politik terhadap pihak-pihak

militer.

Perkembangan situasi politik di Bosnia Herzegovina turut mempengaruhi

perkembangan situasi militer. Kegagalan-kegagalan usaha-usaha perdamaian yang

disponsori oleh masyarakat internasional telah mendorong meningkatnya

pertempuran-pertempuran di antara pihak-pihak yang bertikai di Bosnia

Herzegovina. Persetujuan-persetujuan gencatan senjata tidak mampu

menghentikan perang yang berkobar di antara pihak-pihak yang bertikai terutama

antara pasukan Muslim Bosnia bersama-sama dengan Kroat Bosnia melawan

pasukan Serbia Bosnia.

Meningkatnya pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia dan Kroat

Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia, antara lain di samping sebagai akibat

terbentuknya Federasi Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia sesuai inisiatip

Washington pada bulan Maret 1994, juga dikarenakan adanya persetujuan-

persetujuan gencatan senjata yang tidak dipatuhi oleh pihak-pihak yang bertikai.

Dengan kata lain, satu pihak mematuhi akan tetapi pihak lainnya melakukan

pelanggaran-pelanggaran dan memanfaatkan gencatan senjata sebagai momentum

yang baik untuk melancarkan operasi-operasi militernya.

Daerah-daerah konflik yang paling sengit antara pasukan Muslim dan

Kroat Bosnia melawan Serbia Bosnia terjadi di daerah-daerah strategis utamanya

di Gunung Ozren (sebelah utara kota Sarajevo), kota Brcko (bagian utara Bosnia

Herzegovina), Gorazde, Maglaj dan Olovo, akhirnya meluas ke wilayah Sarajevo

14
yaitu di kota Vares (lebih kurang 40 km dari Sarajevo). Dalam pertempuran

tersebut pasukan Muslim Kroat berusaha untuk merebut wilayah-wilayahnya yang

hilang selama terjadinya krisis di Bosnia Herzegovina 2 tahun sebelumnya karena

pasukan Serbia Bosnia telah menguasai hampir 2/3 wilayah Bosnia Herzegovina

selama pertempuran-pertempuran dengan pihak Muslim Bosnia maupun pihak

Kroat Bosnia.

4. Perang etnis Muslim Bosnia dengan etnis Kroat Bosnia

Meskipun antara etnis Muslim dengan Kroat telah membentuk koalisi,

akan tetapi pada prinsipnya kedua kelompok tersebut mempunyai kepentingan

yang berbeda dalam krisis di Bosnia Herzegovina. Persekutuan Muslim Bosnia

dengan Kroat Bosnia hanya merupakan upaya untuk mencapai tujuan masing-

masing. Pihak Kroat Bosnia mempunyai cita-cita untuk menyatukan Bosnia

Herzegovina dengan Kroasia ataupun memisahkan wilayah dimana terdapat etnis

Kroat Bosnia untuk selanjutnya bergabung dengan Republik Kroasia.

Dilain pihak Faksi Muslim Bosnia menghendaki Bosnia Herzegovina

sebagai negara kesatuan dan menentang pembagian Bosnia Herzegovina kedalam

bentuk apapun serta bercita-cita untuk membentuk Negara Islam. Konflik

bersenjata antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak terlepas dari gagasan

Cyrus Vance dan Lord R. Owen untuk membagi wilayah Bosnia Herzegovina

kedalam 10 Propinsi dimana di antaranya terdapat 3 Propinsi bersama antara

15
penduduk Muslim dan penduduk Kroat. Aspirasi dari “Rencana Vance – Owen”

tersebut lah yang memicu terjadinya perang antara Faksi Muslim dengan Kroat

yang sejak semula mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis Bosnia

Herzegovina.

Terjadinya perang antara Faksi Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia di

Bosnia Tengah yang terus berkecamuk, di antaranya adalah untuk mendominasi

potensi-potensi ekonomi dan militer di wilayah bersama antara penduduk Muslim

dan Kroat. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa perang yang paling sengit terjadi

di kota-kota dimana terdapat lahan-lahan pabrik senjata ataupun industri-industri

militer. Akibat perang tersebut tidak saja menimbulkan korban dikalangan

penduduk maupun militer akan tetapi industri-industri militer tersebut turut pula

mengalami kehancuran.

Oleh sebab itu perang antara Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia secara

tidak langsung ikut menghancurkan potensi militer di Bosnia Tengah. Situasi

pertempuran antara pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dengan Kroasia Bosnia

Herzegovina pada awalnya kemenangan di pihak Kroasia Bosnia Herzegovina

akan tetapi dalam posisi terakhir pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dapat

memukul pasukan Kroasia Bosnia Herzegovina dimana pasukan Muslim Bosnia

telah mendapat perkuatan dari pasukan-pasukan sukarelawan asing (khususnya

Mujahidin yang diperkirakan berjumlah 3.000 orang) dan mulai menguasai kota-

kota penting di Bosnia Tengah. Pertempuran antara Kroat Bosnia dengan Muslim

Bosnia di Bosnia Tengah telah menimbulkan korban dan pengungsian penduduk

16
besar-besaran dari wilayah tersebut yang sering disebut dengan istilah “ethnic

cleansing”.

5. Pertikaian antar Muslim di Bosnia Barat

Yugoslavia (awal 1994)

Setelah Konferensi-Konferensi mengenai Perdamaian tentang Bosnia


Herzegovina gagal, akhirnya pada tanggal 27 September 1993, Cazin-Krajina,
daerah kantong Muslim yang paling besar di bagian barat Bosnia Herzegovina
telah diproklamirkan dan ditetapkan sebagai Propinsi Otonomi Bosnia Barat
(Autonomous Province of Western Bosnia). Proklamasi Propinsi Otonomi Bosnia

17
Barat dilakukan dengan suara bulat oleh 400 delegasi dalam suatu Sidang
Konstitusional Parlemen di Velika Kladusa (kota terbesar di wilayah Cazin-
Krajina). Badan yang sama juga memilih dengan suara bulat Fikret Abdic sebagai
Presiden APWB. Proklamasi ini ditentang oleh pemimpin Muslim Bosnia, Alija
Izetbegovic, yang memerintahkan pasukannya untuk menindak Fikret Abdic
sehingga menimbulkan pecahnya perang di kalangan Muslim sendiri yaitu antara
Faksi Muslim Bosnia Herzegovina pengikut Alija Izetbegovic melawan pengikut
Muslim moderat Fikret Abdic.

Upaya-upaya pihak Muslim Bosnia Herzegovina pimpinan Alija


Izetbegovic dalam menyelesaikan perselisihannya dengan pimpinan Muslim
Bosnia Herzegovina Barat pimpinan Fikret Abdic baik secara persuasip maupun
dengan kekerasan tetap tidak dapat menghentikan sikap Muslim Bosnia
Herzegovina Barat yang telah memproklamirkan dirinya sebagai Propinsi
Otonomi Bosnia Barat. Kondisi tersebut telah mendorong semakin sengitnya
pertempuran kedua belah pihak yang mengakibatkan jatuhnya korban di pihak
masing-masing.

Perkembangan yang menarik dari konflik antar Muslim Bosnia


Herzegovina bagian barat tersebut adalah adanya sikap pasukan Alija Izetbegovic
yang tidak sepenuhnya bertempur menghadapi pasukan pimpinan Fikret Abdic
bahkan tidak sedikit pasukan-pasukan pimpinan Alija Izetbegovic yang
menyeberang ke pihak Fikret Abdic. Kondisi tersebut telah memaksa banyaknya
pergantian-pergantian unsur pimpinan militer Alija Izetbegovic di Bosnia
Herzegovina Barat.

18

You might also like