Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat menimbulkan persaingan
yang ketat diberbagai bidang. Dengan adanya persaingan yang pesat maka setiap bangsa
khususnya bangsa Indonesia dituntut mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas,
karena dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka negara Indonesia dapat
bersaing dengan negara lain. Sumber daya manusia yang ada di Indonesia masih jauh
tertinggal dengan negara maju lainnya. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di
Indonesia disebabkan karena banyak masyarakat yang tidak peduli dengan pendidikan. Hal
pendidikan yang dibawah rata-rata membuat masyarakat menjadi bodoh, hal ini
menyebabkan kemiskinan dan mudah diperdaya oleh negara maju. Orang yakin salah satu
cara untuk menekan tingkat kemiskinan dan tidak mudah terpedaya oleh negara maju dengan
Cara untuk menambah populasi yang bersekolah dan terdidik sehingga mendapat
kualitas yang baik salah satunya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan masyarakat Indonesia
akan terpuruk dalam lingkaran kebodohan. Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang termuat
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut
maka dibutuhkan sumber daya manusia yang cerdas. Kecerdasan setiap orang berbeda-beda,
15
ada yang cepat memahami apa yang dipelajari dan ada juga yang lamban dalam memahami
apa yang dipelajari. Kecerdasan setiap orang dapat dilihat dari hasil yang dicapai atau biasa
Menurut Syarful Bahri Djamarah (1994:19) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi
dibedakan menjadi dua macam yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik. Prestasi
akademik dapat dilihat dari nilai raport sedang prestasi non akademik dapat dilihat dari
setiap orang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat intelegensi, IQ, EQ
dan fasilitas belajar. Tingkat intelegensi setiap orang tidak sama, karena tingkat intelegensi
merupakan faktor bawaan atau dasar yang dimiliki seseorang yang ikut menentukan berhasil
Hasil dari intelegensi setiap orang khususnya siswa dapat diperoleh dengan cara
mengukur intelegensi atau biasa disebut dengan tes IQ. Dalam pengukuran ini harus dibantu
oleh tenaga ahli psikologi. Kemampuan anak untuk berprestasi tinggi disekolah tidak hanya
ditentukan oleh potensi intelegensi yang mereka miliki tetapi juga oleh berbagai hal seperti
kecerdasan emosional (EQ). Bunda Lucy (2010:53) “Kecerdasan emosi adalah bagaimana
mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan
hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam
15
orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya,
kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan
sekitarnya.
Dengan memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang tinggi maka
dapat dipastikan prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik akan lebih optimal dari siswa
yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang rendah, sehingga dari
uraian di atas penulis mencoba untuk membuat makalah tentang “Peranan Intelegensi, IQ dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
belajar.
15
BAB II
PEMBAHASAN
a) Inteligensi dan IQ
1) Inteligensi
dan kepada kemampuan intelek ini juga kita bersandar dalam menguasai dan
pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru. Ini berarti
manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk meningkatkan diri sendiri, dengan
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
yang dibawa oleh individu sejak lahir dan dapat dipergunakan untuk menyesuaikan
15
dengan cepat dan tepat. Karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Ki Fudyartanta
kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga untuk
mengasah kemampuan harus sesuai dengan potensi yang dimiliki agar dapat meraih
Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan (Bunda Lucy, 2010:51). Semakin tinggi hasil tes yang didapat oleh
seseorang maka semakin tinggi pula taraf kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang
pada dasarnya hanya berkaitan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing
15
individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Otak adalah organ luar biasa
dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat
badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen
seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15
triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak
satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas
memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang
ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis
keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi
IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu.
Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang
murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan)
dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia
15
dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan
bahasanya akan cepat dan banyak. Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah mempunyai kecerdasan anak-
anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun.
Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x
100 = 133.
TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 140
Sangat Super 120 – 140
Super 110 – 120
Normal 90 -110
Bodoh 80 – 90
Perbatasan 70 – 80
Moron / Dungu 50 – 70
Imbecile 25-50
Idiot 0 – 25
1. Pengertian Emosi
15
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana
hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
putus asa
15
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
bangga
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara
filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah
dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan
kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tidak terkendali,
dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai
khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi
15
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
kecerdasan emosional.
namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun
di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan.
(Shapiro, 1998-10).
15
Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-
On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-
53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang
penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan
yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial,
Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai
kecerdasan emosional.
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka,
Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah
ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri
sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan
modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 :
52).
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi
suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antar
15
pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses
untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan
orang lain.
kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina
15
3. Faktor Kecerdasan Emosional
a. Mengenali Emosi
dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri
Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi
mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang
b. Mengelola Emosi
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap
15
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain
ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan
diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka
yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus
membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
15
emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca
e. Membina Hubungan
apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang
lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai
orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara rasional. Karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
2. Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
orang lain.
B. Saran
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh sebab itu, guru haruslah memperhatikan hal
pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.
15
DAFTAR PUSTAKA
As’adi Muhammad. (2010). Deteksi Bakat & Minat Anak Sejak Dini. Jogjakarta: Garailmu.
Bunda, Lucy. (2010). Mendidik Sesuai Dengan Minat & Bakat Anak. Jakarta Selatan: PT.
Tangga Pustaka.
Ki Fudyartanta. (2004). Tes Bakat dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syaifudin, Bahru Djamarah. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
http://books.google.co.id/books?
id=fYLEGIKrtNYC&printsec=frontcover&dq=KECERDASAN+EMOSIONAL&hl=id&ei=cpo
1TaWvGtTCcZK88fUH&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCMQ6AEwAA
#v=onepage&q&f=false
http://www.diskusiskripsi.com/2010/04/konsep-kecerdasan-emosi-daniel-goleman.html
15