You are on page 1of 27

NAMA : NURLI YANTI G

NIM : 06081002011
PRODI : PEND. BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN : BAHASA DAN SENI
FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Dalam nama Yesus :
“Kehidupan dapat memberikan ratusan alasan untuk menangis, marah dan
kecewa. Tetapi Yesus memberikan kehidupan yang abadi dan berjuta alasan untuk
tetap tersenyum”.
Apa yang telah terjadi dalam setiap langkah hidup kita ? apakah kita
menyadari semua itu terjadi ? Bagaimana kita menghadapinya ? terus apa akhir dari
semua itu ?
Bermacam-macam jalan hidup yang tersedua dihadapan kita, lain orang lain
pula jalan hidup yang akan dilalui. Aku sendiri sangat merasakan hal ini mulai dari
diriku sendiri, lingkungan keluarga, persahabatan, kelompok bahkan dilingkungan
masyarakat. Sepintas tak ada yang berbeda dalam diriku tapi tahukah anda ? bahwa
dibalik itu aku merasak kehidupan yang luar biasa.
Aku dapat melihat kenyataan yang benar-benar ada, sungguh sangat luar biasa,
sejujurnya….aku sampai tidak tahu harus mengawali dari mana, sebab semuanya
sangat penting dan perlu diberitahukan. Buatku ini hal yang penting karena aku
yakin, hal yang aku rasakan ini juga, dirasakan oleh orang-orang yang percaya pada-
Nya.
Ya, percaya…dengan percaya saya dapat merasakan semuanya. Saya dapat
tahu lebih banyak tentang kasih-kasih yang tiada berkesudahan dan selalu ada kasih
yang sesungguhnya, kasih yang tak kudapat dari siapa pun. Baiklah, mungkin saya
sudah bisa mengawali cerita ini. Tentang diriku sekarang saya sudah berumur 19
tahun. Duduk di bangku kuliah semester 2 di salah satu Universitas Negeri di Sumsel,
sesuatu yang tak pernah aku duga. Walau dulu saya pernah mengharapkannya
beberapa tahun yang lalu saya pernah terpikir akan menjadi seorang mahasiswa,
terbayang akan serunya belajar dengan sejumlah buku-buku tebal berjajar diatas
meja. Mengerjakan tugas-tugas hingga larut malam, menyelesaikan tugas dengan
mencari kesana kemari, tentu itulah yang terpikir olehku tentang seorang mahasiswa.
Yah….itu 4 tahun yang lalu ketika saya duduk dikelas IX SMP ketika saya
mulai memikirkan melanjutkan SMA hendak kemana. Disini saya dapat merasakan
betul, tuhan ada bekerja untuk saya. Saya memang tidak pernah mengatakan kesana
atau kesitu. Tentu saja, saya harus tahu diri, tahu diri akan keadaan keluarga. Bukan
seperti orang kebanyak yang tinggal memilih itu atau ini.
Tawaran sang ayah mulai mengatakan agar saya berangkat pergi jauh
merantau melanjutkan studi ke tempat yang belum pernah saya pija. Kerumah orang
yang tiada ku kenal betul sedikit, tentu aku ragu jauh dari orang tua, disamping itu
sebuah SMK baru disamping rumah seolah menawarkan kemudahan untuk saya.
Rayuan teman tentang persahabatan tak ketinggalan mengawasi. Nilai kelulusan saya
waktu itu sedikit menawarkan kemudahan untuk mendaftar ke salah satu SMA Neger
diterima itu.
Saya semakin binggung, namun satu hal, saya menatap wajah ayah yang
menatap jauh tentang masa depanku. Kian hari ayah selalu termenung. Saya tahu
betul, ayah menginginkan yang terbaik buat saya. Tapi apa mau dikata, dia tak dapat
berbuat banyak. Kehidupan serba pas-pasan, tentu itulah penyebabnya tak satupun
yang saya sangka tentang tawaran-tawaran yang tersedia. Aku hanya terdiam,
menenangkan diri, menyerahkan diri sepenuhnya pada Yesus Tuhan, memohon
petunjuk untuk berikan yang terbaik dalam diriku, saya pasrah, hingga akhirnya saya
harus pergi, pergi meninggalkan mereka, walau saya sebenarnya tak rela, namun
terbesit dalam pemikiranku berkata. Tuhan yang maha baik lebih mengerti akan
keadaanku dan aku percaya akan hal itu.
“Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau
tempuh aku hendak memberi nasehat, mata ku tertuju kepadamu” Mazmur
32 : 8.
Perlahan, saya harus melangkah meninggalkan kampung yang sangat aku
cintai, pergi jauh menempuh pendidikan mencari ilmu untuk mencapai cita-cita.
Walau ayah selalu berkata, itu tidak mungkin saya capai karena ayah takkan pernah
mampu untuk itu, ayah selalu berpesan agar saya jangan terlalu berharap banyak.
Buat ayah dan ibu, memperoleh kehidupan yang sedikit lebih baik dari mereka tentu
itu sudah cukup.
Saya tidak pernah melawan perkataan itu saya terdiam, sayup-sayup hati
kecilku berkata, “kamu pasti bisa”
Manusia hanya memikirkan kekuatannya sendiri, saya tidak pernah
menyalahkan mereka, tentu bukan hanya mereka yang terpikir seperti itu, saya rasa
makin banyak, terutama yang tinggal dipedesaan seperti kampung kelahiranku.
Disinilah saya semakin bingung. Bagaimanpun orang tua adalah penuntun
jalan bagiku, sekalipun mereka berkata apa, harapanku tiada pernah luluh, Tuhan
yang lebih tau akan diriku Tuhan yang telah membentuk dan menggambarkan diriku
yang sebenarnya kini dan kelak.
“Lihat, aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-ku tembok-tembokmu
tetap diruang mata ku” Yes 49 : 16.
Sebagai buat bekal, saya sudah punya pedoman seolah telah memiliki sebuah
kehidupan dan semangat yang baru. Setidaknya rasa kekhawatiran perlahan sudah
mulai hilang. Sebuah komitmen mulai tertanam dalam diriku saya mulai mengenal
akan peryertaan dalam diri yang sungguh-sungguh berserah penuh padanya, tanpa
kita sendiri, Allah selalu bekerja dalam diri kita, sering terabaikan memang. Namun
inilah yang seharusnya perlu kita sadari.
Kepercayaan diri semakin tertanam hingga akhirnya saya berangkat.
“Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan ia akan
bertindak”. Maz 37 : 5.
Ya itulah 1 ayat yang kepegang ketika aku mulai beranjak melangkahkan kaki.
Betapa luar biasanya penyertaan Allah dalam diri kita, perlahan namun pasti, setelah
melalui berapa hari, Allah mengantarkan ketempat yang saya tuju. Hanya dia, karena
“Dia”, kekhawatiran yang sempat saya rasakan itu hilang pergi hingga aku dapat
merasakan kenyamanan, kehangatan dan ketenangan walau berada di tengah
lingkungan yang cukup asing bagiku.
Pengertian Tuhan yang tiada pernah luput dari diriku. Ya itu memang benar-
benar ada. Bagaimana tidak perjalanan jauh dapat aku lalu tanpa sedikitpun masalah.
Mengayunkan kaki hingga sampai disebuah rumah tempatku tinggal. Beranjak
merupakan kaki disebuah negeri orang negeri yang saya kenal dari buku sebuah
daerah penghasil batu bara, kain songket dan tak lupa kemplang dan pempek.
Hanya itu ??? what ??? jadi apa yang luar biasa ??? semua biasa-biasa kok.
Orang-orang juga banyak yang seperti itu, malah lebih dari itu ???.
Ok, benar saya mengakuinya itu memang sangat biasa tapi bagiku itu sudah
luar biasa mengapa ?? disini saya sudah sedikit tahu. Dengan Tuhan mengantarkan
saya kesini, berarti Tuhan punya rencana untukku rencana yang pasti tak pernah aku
tau bahkan aku duga.
Bayangkan saya sebuah episode perjalanan jalan telah mampu saya lewati.
Walau saya tak pernah memiliki, namun kepercayaan yang kupegang ternyata benar-
benar ada.
Pilihan untuk melanjutkan SMA, itu merupakan sebuah masa-masa sulit
bagiku. Saya ingat betul bagaimana semua itu terjadi mungkin saya saat itu tidak
begitu menyadari saya hanya berusaha mencoba menyerahkan sepenuhnya diriku
pada Tuhan, pasrah itu aja.
Saya, tidak menjawab mau atau tidak atau langsung memilih sekolah disitu
atau disana karena, dibalik semua pilihan dan tawaran yang tersedia, terhitung
dihadapanku sejumlah masalah / resiko tersembunyi dibaliknya saya sedikit sudah
bisa ngebayangi semua itu.
Saya bukan seorang perawat atau paranormal. Saya hanya seorang manusia.
Saya hanya bisa membayangkan dan mencari gambaran umum dari pengalaman juga.
Cerita orang-orang dekat semua mendesak. Saya terdiam sempat berontak dan ingin
menanyakan semua yang terjadi. Bahkan saya pernah bertanya. Mengapa “saya lahir
dari keluarga miskin”? kenapa ??
Pertanyaan seorang yang tidak mempunyai iman. Pertanyaan yang sekarang
sangat saya benci. Pertanyaan bodoh pertanyaan yang tak perlu jawaban sungguh.
Sekarang aku mengerti walau waktu itu aku sudah mengenal Yesus. Namun disaat-
saat terdesak iblis masih bisa masuk membuyarkan pikiranku ketika aku tak sanggup
berkata apa. Roh Tuhan datang padaku. Aku tersenyum, aku dibawa ke saat berdoa
ditengah malam doa yang sangat sederhana.
“Allah Bapa, engkau lebih tahu akan diriku kemanapun aku harus pergi,
engkaulah yang menyertaiku aku percaya, rencana indahmu bagiku, dan aku
sanggup menjalani apapun sebab kaulah bersamaku.
Tak harus menunggu lama. Tuhan memberikan aku jawaban melalui waktu.
Ternyata aku harus pergi menuju sebuah kota yang harus aku tempuh lebih dari 2
hari. Tanpa sedikit kekhawatiran, kepercayaanku semakin amat, bahwa tuhanlah yang
menyuruhku untuk melangkah.
Dalam menjalani semua itu, aku sangat bersyukur, karena langkah itulah yang
membawakan saya hingga menjadi seperti sekarang ini.
Disaat masa-masa sulit datang, dan kita percaya pada tuhan disaat itulah kuasa
tuhan, yang sangatnya tuhan akan memberikan yang terbaik walaupun bagi ku itu
sangat sulit. Pengorbanan dan jalan ku sangat sulit. Dan menurut kita itu sangat sulit
dan sama sekali tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Tapi kita disuruh tuhan untuk tetap meneguhkan hati, menemani, memberikan
kita pertolongan dan meneguhkan hati, itu sangat luas biasa (Yes. 41 : 10)
Saya yakin keadaan seperti ini pernah anda alami benarkah ? tapi tenang saja
itu belum seberapa masih banyak yang lebih berat dari situ.
Nama lengkapku Nurli Yantu Gultom. Satu-satunya nama yang diberikan oleh
ayahku. Ayah yang sangat aku kagumi. Menurut ceritanya, kelahiranku sangat ia
nanti-nantikan. Itu berarti saya, beruntung….oleh itu tidak terlalu penting bagiku itu
semua sama saja biasalah. Ayahku meman suka bercanda untuk menyenangkan hati
ku ada saaja kata-kata yang dibuat-buat.
Aku anak ke 3 dari 5 bersaudara anak perempun terbesar sejak kecil banyak
cerita-cerita berkesan yang ayah ceritakan samaku. Namun yang paling berkesan
adalah tentang nenek angkatku yang super unik.
Anda pasti pernah mendengar pesan “kasihanilah orang lain seperti mengasihi
dirimu sendiri”. Dalam kehidupan sebenarnya keadaan seperti ini sudah sangat sedikit
didapati. Jangankan orang lain, diriku sendiri sangat sulit menerapkannya. Mungkin
anda pernah menemuinya, tapi itu hanya beberapa orang saja.
Percayakah anda jika saya mengatakan pernah menemukannya ? baik, percaya
atau tidak itu hak anda. Sebelum itu, ada beberapa hal yang penting untuk diketahui.
Sekarang usia saya telah 19 tahun. Dapat dikatakan 13 tahun dari umur saya. Saya
telah dapat mengingat tentang diri saya. Katakan saja sejak duduk dikelas 1 SD apa
kaitannya ?
Ini dia, coba anda bayangkan sejak kelas 1-Kelas XII, SMP bisa dikatakan
50% kehidupanku terlibat dengan. Itu berarti balance dengan keluargaku. Setelah aku
SMA, kehidupanku terlibat 25% dengannya. 50% ditempat rantau, dan 25% dengan
orang tuaku/keluarga. Luar biasa bukan ?
Apa yang luar biasa ??
Baiklah, saatnya anda mengetahuinya
Dia adalah salah satu nenek yang kukenal sejak aku dapat berfikir sejak kecil.
Dan sejak aku bisa mengenal orang. Dia bukan nenek aku kandung. Dia adalah nenek
yang setelah lama ku kenal hanya sebagai nenek angkat yang tenyata tidak ada
hubungan apa-apa.
Usianya memang sudah lanjut, namun semangatnya tetap kuat hingga akhir
hidupnya. Seorang nenek yang tiada pernah ada duanya dalam hidupku. Sejak aku
tahu dia tidak pernah perhitungan keluargaku. Dia selalu menganggap keluargaku
lebih-lebih dari keluarganya/dirinya sendiri.
Seorang nenek yang telah menjanda sejak beberapa puluh tahun nenek yang
tidak mempunyai anak itu tinggal menyendiri. Dari cerita yang saya tahu, dia adalah
seorang nenek sebatang kara. Sejak kecil dia tinggal dirumah orang. Semasa jaman
G30S PKI dahulu. Dia hidup terlantar dan terpisah dari orang tua. Suatu ketika
sebuah keluarga rela membesarkan dia dan dijadikan sebagai seorang pembantu.
Kesehariannya adalah berada di rumah dan mengurusi anak-anak kecil dari keluarga
tempatnya tinggal. Dia seorang pekerja yang ulet. Rajin dan tekun orangnya tekun
dan sangat penyabar. Dia bisa tetap bertahan hingga dia berusaha. Setelah ± 30 tahun
akhirnya dia menikah dengan seorang duda yang telah punya anak. Sayang, tuhan
berencana lain, suaminya meninggal ketika usia pernikahannya masih sangat muda,
akhirnya dengan sangat terhormat dia akhirnya kembali dan tinggal menyendiri.
Mungkin hanya itu sedikit yang bisa saya tahu.
Ketika anak-anak besar dan telah pergi merantau, kini dia tinggal menyendiri.
Sendiri berarti harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Disinilah
kasih tuhan semakin terbukti, tuhan sungguh lebih tahu akan umatnya, ketika harus
mencari sesuap nasi ke suatu sawah yang amat jauh. Tuhan mempertemukannya
dengan orang tuaku. Kala itu aku masih seorang bayi keadaan ekonomi orang tua ku
amatlah sangat sederhana. Tekun hidup bertani menggarap lahan orang lain, ayah
kadang-kadang buruh upahan dilahan orang.
Kebetulan sawah yang berdekatan membuat mereka semakin sering bertemu
orang yang akhirnya aku panggil nenek itu, kian hari mulai mengupah ayah / ibu saya
untuk bekerja disawah/ladangnya. Kian lama antara keduanya saling membantu.
Nenek semakin perhatian dan memikiran kehidupan keluargaku.
Keakraban yang terjalin kian hari makin erat saat itu. Sebuah keluarga miskin
dan seorang janda menjadi sahabat yang sangat akrab. Keduanya saling melengkapi
satu sama lain. Hingga ku melihat dia selalu ada untukku dan sering ada dirumah ku.
Perhatiannya kian hari makin luar baisa. Dia selalu memikirkan hal-hal yang kami
perlukan. Walau keduanya sama-sama orang yang lemah. Namun ketika mereka
saling membantu. Tuhan bekerja dengan sangat luar biasa. Hingga pada akhirnya apa
yang dimilikinya adalah milik kami dan milik kami adalah miliknya. Bahkan sekecil
apapun rahasianya pasti akan kami tahu begitu juga sebaliknya.
Ketika aku tumbuh semakin dewasa. Kesehariannya mulai tak luput dari
pengamatanku, bukan ku sengaja. Namun itulah keadaannya hampir setiap hari
sepulang sekolah, aku selalu ada, urusan kerumah mengambil sesuatu atau mengantar
sesuatu.
Sebuah hubungan yang kian mengikat, saling melengkapi tanpa batas wakut
jarak, bahkan apapun. Bahkan sebagai satu keluarga utuh yang melebihi dari nenek
dan kakekku sendiri yang masih hidup dan tak jauh keberadaannya dari tempat
tinggal rumah kami.
Aku ingat betul pertama kali saat aku duduk dibangku SD kelas 1 tahun 1996.
Nama tempat tinggal kami Desa Baturadua Kecamatan Pangaribuan. Tapanuli Utara.
Desa yang mengalami perkembangan yang amat pesat, yang pada saat itu hanya ada
satu kali pasar dalam satu minggu yakni tepat pada hari kalau sepulang sekolah.
Nenek Basa (panggilan akrabnya) mengajakku ke pasar tanpa ada tahu apa maksud
sebenarnya. Aku masih sangat polos dan sederhana. Walau bagiku saat itu hatiku
sangat senang karena memakai pakaian tercantik yang kumiliki, sekaligus akan
melihat hiruk pikuk keramaian pasar yang jauh dari bayangan benakku.
Seorang nenek Janda, memegang erat tangan mungilku mengiring langkahku
kesebuah ruko dipinggi keramaian angkot. Untuk yang pertama kali kedua telingaku
kiri dihias dengan sepasang anting bulat berwarna kuning. 1 gram emas yang kala itu
dihargai ± Rp. 65 ribu rupiah (350 ribu sekarang). Pemberian secara cuma-cuma.
Alangkah senangnya hatiku. Suatu hadiah yang mungkin tiada pernah aku duga
punya emas ? dari mana?? Rumah saja masih sangat kecil.
Itu awal ketika aku berumur 6 tahun. Anda tahu apa yang terjadi setelah itu ??
Masih sangat banyak lagi hal-hal yang tercipta, bukan hanya aku, mama, papa juga
adik-adikku. Baju, barang-barang, peralatan, selimut, handuk, ubi talas, kopi, sayur,
beras semuanya sudah jadi milik bersama maka jangan heran jika saat dia sering
dirumah dan aku kerumahnya untuk mengambil sesuatu.
Terkadang aku pernah lupa, mungkin ini karana satu alasan tertentu. Karena
kerja atau alasan yang lainnya. Tapi tahukah anda ?? disinilah satu kekaguman dalam
hatiku semakin jadi seorang nenek janda yang sudah tua. Dia punya semangat tinggi
dalam melangsungkan kehidupan ini. Walaupun tiada pernah mengecap pendidikan,
ternyata dia bisa baca bahkan menulis.
Tak banyak yang ku tahun tentang bagaimana ia sampai bisa menulis tapi
yang ku tahu, kemampuan yang ia miliki turut andil besar dalam menjalin
persaudaraan diantara kami. Jika suatu hari saya lupa, dia akan datang kerumah.
Cukup jauh memang belum lagi harus sedikit menaiki tanjakan yang hanya sedikit.
Namun ketulusan hatinya selalu mengantar hingga tiba dirumah kami. Jika rumah
terkunci, pertanda kami sedang sibuk, goresan-goresan indah akan ada di halaman
rumah.
Kalau kadang aku dan kedua adikku sering menertawakannya, yah wajar saja
kala itu kami masih kecil belum mengerti banyak, tentang segalanya penulisa kurang
satu huruf saja buat ku itu sangat lucu.
RO HAMU TU HOLBUG
BULUG GADOG
Mungkin seperti itu ya hampir seperti itu sudah tua, tapi ia masih kuat
semangatnya luar biasa.
Aku semakin mengerti betapa tuhan sangat mencintai dia walau tidak punya
apa-apa, tapi dia masih bisa makan, menabung, berbagi bahkan yang tak pernah lupa
persembahan buat Tuhan selalu pasti yang utama.
Dia memang sudah tua, udah bungkuk, kulitnya udah berkerut, rambutnya
sudah putih, tapi ia masih saja bekerja, menanam kopi, ubi, pisang, cabe, dan
sebagainya, di perkarangan rumah yang dia tempati, bagaima mungkin ia bisa makan
menabung, berbagi, persembahan hanya dengan sedikit perkarangan yang tidak
luas ?? Dia memang sendiri, tapi bagaimana ??
Ya…itulah luar biasanya kasih Tuhan. Dia takkan pernah meninggalkan
umatnya. Percayalah !!
Ompung Banu adalah sesosok wanita yang hebat dimatakku, dia rajin
menabung, hidupnya sangat sederhana. Tidak pernah mengeluh selalu sabar. Walau
aku pernah lihat dia makan hanya dengan sedikit cabe + tomat yang dibakar,
kemudian diulek jadi satu, ditambah sedikit garam, ya…hanya itu dia makan dengan
lahapnya. Tak sedikitpun ia mengeluh bahkan sebelum ia memakannya, aku masih
melihat dan mendengarkan ucapan syukur dari bibirnya….dia tetap kuat walaupun
dia sudah renta. Seharusnya dia butuh asupan vitamni dan puding. Tapi..dari mana??
Mengapa?? Ya Tuhan kuasamu luar biasa. Tapi…tapi mengapa ???
Keluargaku hanya sebuah keluarga yang tak jauh beda namun sedikit ikan
mungkin masih ada, ya walau hanya ikan asin itu sudah cukup pulang kerumah tanpa
basa basi aku mengambil sedikit ikan yang ada. Dengan cepat aku mengantarkannya
aku tiada peduli, tak ada yang perlu aku khawatirkan, sebab tahu saja, kedua orang
tuaku akan fine-fine aja.
Aku tahu, mungkin dengan punya sedikit uang yang isi didalam lemarinya,
atau bantal guling mungkin juga di bawah lipatan-lipatan bajunya, papa sering marah
padanya tak perlu itu uang!!! Yang penting ibeng (panggilan dari papa) makan yang
sedikit enak. Lihat saja ompung hanya tersenyum tipis.
Siapa yang tahu dibalik semua itu ?? aku melihatnya, aku menyaksikannya
bahkan aku menikmati dan merasakannya. Dia menabung dengan susah payah,
kekagumanku semakin dahsyat, ketika dia melihat papa butuh uang ketika kami harus
bayar uang sekolah ketika tanaman-tanam butuh pupuk, diam-diam ompung akan
datang menyelinap. Dia tahu dan mengerti suasana keluarga kami. Jika suasana udah
memungkinkan dengan lembut ia berkata “ini, tambahi aja mungkin ini bisa sedikit
menambahi buat keperluan kita”.
Ya, tuhan…. Dimana lagi ada orang seperti dia ?? Betapa dia sangat baik
dengan apakah kami membalas semua ini ???
Ompung paling tidak suka jika ditolak jangan heran jika siapa yang
menolaknya, dia akan menangis jika seseorang menolak pemberiannya, dia akan
merasa sakit hati, benaknya akan bertanya-tanya apa yang kuberikan terlalu sedikit ??
atau dalam pepatah orang Batak berkata : “Humacncit mulak mangalean sian mulak
mangido”, artinya, hati kita akan merasa lebih sakit ketika kita mengasih tidak
diterima orang lain daripada kita meminta tidak dikabulkan orang lain.
Ya, saya rasa itu sangat benar, aku semakin mengerti akan apa yang ia
pikirkan dan apa yang ia perbuat. Ompung memang tidak punya barang berharga
untuk ia berikan pada orang lain. Tetapi, aku selalu melihat ketulusan dan keikhlasan
akan semua yang ia berjalan dan yang terjadi padanya. Anda pasti pernah tahu cerita
tentang janda miskin yang terdapat dalam alkitab (Markus 12 : 41 – 44). Apa
kaitannya ?? sama-sama janda?? Ya tentu saja….tapi yang penting adalah tentang
persembahannya.. apa dia juga menyerahkan persembahan dihadapan Yesus ?? akh…
jangan gitu dong…..tapi menurut aku inilah suatu cerita yang paling penting.
Ompung tak punya harta / uang untuk dipersembahkan untuk tuhan. Tapi
betapa aku tahu betul, ompung selalu ingin memberikan yang terbaik untuk tuhan.
Selama dia sehat dan masih bisa jalan, aku tak pernah melihatnya bolos dari gereja.
Tiap hari minggu, jadi apa yang diberikan yang untuk Tuhan. Hanya kegereja. Apa
bedanya ??? tenanang….
Selama masih bisa keseharian ompung selalu berada di pekarangan dengan
uletnya dia mengurus semua tanaman yang ada disana. Ada sedikit kopi, kacang,
timun, ubi, singkong, pisang, tomat, sayur, kunyit, cabai, jahe, bawang, mungkin itu.
Jadi apa pentingnya itu ?? yang tentu saja penting…. Tau gak, ompung yang sepolos
itu masih bisa menyumbang dan membuat sebuah persembahan tuhan setiap hasil
panen terbaik akan selalu persembahkan buat tuhan. Pisang terbaik, biasanya diantar
kegereja…, ntar disana dijual dengan sistem lelang. Lelang orang harga terendah ke
harga tertinggi, ya tentu saja orang tak rugi membelinya. Walaupun dengan harga
yang sedikit lebih mahal, tapi kualitas dan jaminannya pasti tetap nomor satu (imanat
27 : 30)
Nah, sekarang udah jadi uang kan ? bisa mencapai ratusan ribu rupiah,
lumayan kan….aku semakin tahu persembahan itu tidak harus berupa uang, tetapi
dari yang kita miliki. Tentu saja ini gambaran penting kita yang masih kuat dan
muda, apa yang sudah kita lakukan ???
15 tahun, umur yang cukup buatku untuk dekat dan mengenal sosoknya.
Pribad yang ulet, rapi, sopan dan penyabar walau bagiku itu sesuatu yang sulit, tapi
aku akan bisa. Sepertinya banyak lagi hal yang aku tahu dari dirinya. Dia sangat jujur
dan aku yakin tiada duanya. Sulit ditemukan sosok seperti dirinya.
Dia seorang sosok yang sangat pengasih saya rasa dia berbuat demikian bukan
hanya kepada kami, aku tahu betul, dia juga selalu berusaha berbuat baik kepada
tetangga. Tetangganya yang tak lain masih punya hubungan keluarga dengan kami.
Mungkin sedikit bisa ada ketahui, tetangganya adalah paman kandung dari keluarga
ibuku. Tapi entah mengapa mereka tidak bisa klop. Kompromi tapi pada keluargaku
kenapa bisa ?
Ya, mungin disinilah banyak hal yang perlu kita ketahui dalam menjalin
sebuah hubungan baik persahabatan, pertemanan, kekeluargaan kita perlu pengertian
satu sama lain meneri setiap kelemahan dan kekurangan orang lain, belajar untuk
mengerti dan paham akan maksud bahkan harus rela mengorbankan apa yang bisa
kita korbankan tetapi memang disini butuh kerjasama tidak bisa hanya sendiri.
Bayangkan saja, membangun komitmen untuk selalu bersama dengan kasih
Yesus yang tinggal persetujuan dari diri kita saja sangat sulit, apalagi sesama
manusia, bahkan satu keluarga ayah dan ibu sering bermasalah, tidak jarang
diantaranya berkelahi dan bercerai. Ya, ini sesuatu yang tidak asing dilingkungan
kita.
Tetapi, disinilah sesuatu yang ajaib itu terjadi, kurang lebih ± 19 tahun atau
seumur aku, aku melihat keluargaku dan ompung tidak pernah berselisih. Mereka
selalu bersama, walalu aku tahu betul begitu banyak orang yang tidak menginginkan
akraban yang terjalin, tidak perlu jauh-jauh, nenek kandung saya saja, ibu dari mama
saya sangat tidak suka dengan suasana tersebut, apalagi orang lain. Mama bukan
tidak mengasihinya tetapi bagaimana apabil dalam kenyataan ompung banu lebih
mengasihi, perhatian, mengerti terhadap keluargaku. Apakah itu salah ? saya rasa itu
tidak salah, yang penting ibu tidak mengabaikan dia bukan ??
Disaat orang lain semakin benci, mungkin ini, (maaf saya bukan menuduh
sembarangan tetapi pernah diantara mereka yang dengan sengaja mengadukan
keluarga ini) tuhan membuat semuanya makin sempurna, justrus keakraban itu
semakin terjalin, saya rasa anda pernah membaca bacaan ini.
“Kasih sayang yang sempurna dan sejati bukan karena menemukan orang
yang sempurna, tetapi karena kemauan dan kemampuan untuk mengasihi dan
menerima orang lain secara sempurna.”
Demikian sebuah pesan yang pernah dikirimkan oleh seseorang pada saya.
Saya rasa anda pasti setuju dengan ungkapan tersebut. Dan ternyata menurut saya itu
benar sekali, terbukti bukan ??
Hingga ujung hidupnya, ketikan ajal menjemput persahabatan itu masih utuh
walau aku tidak ikut mengantarkannya ketempat peristirahatan yang terakhir, tetapi
aku selalu mendookannya. Tanggal 10 Juni 2005, aku haru berangkat melanjutkan
study ku ke Palembang walau aku berada jauh aku tidak pernah kehilangan sosoknya
dia selalu ada walaut tidak seperti yang dulu, bukanlah sudah cukup setiap kali
menelpn dia menanyakan kabarku dan memotivasi ku untuk belajar ?
Pelukan hangatnya terakhir aku rasakan tepatnya tanggal 4 Januri 2007. ketika
aku pulang sebuah senyum dan ratapan tajamnya tak kuasa membuatku meneteskan
air mata, badannya yang sudah semakin membungkuk berusaha meraih wajahku
dengan kedua tangannya yang sudah mengkerut ciuman pipinya begitu mempesona
menandakan kasihnya padaku. Terakhir dia melambaikan tangannya, hingga aku
tidak terlihat lagi dan pergi terbawa arus jalan yang semakin jauh.
Tak lupa dia menitipkan sedikit uang untuk jajanku dijalan. Ya tuhan… dia
masih memikirkanku. Tak kuasa aku semakin mengasihinya, tentu saja aku menerima
dengan sukacita, dan sedikit bercanda. Senyumnya kembali menebar walau air matan
dipipinya. Nah, ini untuk yang terakhir kali aku mendengar suaranya. 14 Februari
2009, dia menelponku pesannya tidak begitu panjang dia hanya berkata agar aku rajin
belajar, dan panjang umur agar cepat bertemu “itu yang terakhir dan tanggal 16 dia
pergi menghadap yang kuasa.
Aku begitu sedih seharian kuliahku tidak begitu konsentrasi, wajahnya selalu
terbayang-bayang seandainya dekat, aku ingin pulang ingin memeluknya dan
mengucapkan selamat tinggai untuk selamanya, tetapi harapan itu harus ku kubur
dalam-dalam keadaan tidak mengizinkan hanya dan yang bisa kupanjatkan semoga
ompung mendapat tempat terindah disisinya.
Sekarang aku menyadari bahwa sesungguhnya aku beruntung karena apa ?
Beruntung karena, hidup dalam penderitaan dan penuh dengan kesederhanaan”, ops
apa yang diuntungkan ?? menderita kok beruntung ?? ya, menderita….saya
beruntung, apalagi anda yang hidup dengan kenyamanan dan ketenangan pasti lebih
beruntung lagi bukan ?
Maka kecilku penuh dengan kisah-kisah unik menurutku, itu kisah unik.
Walau tak sedikit mengalami hal yang sama denganku. Sedikit banyak bisa
membayangkan bagaimana suasana kehidupan yang serba pas-pasan. Dididik oleh
kedua orang tua untuk mampu mandiri dan harus membantu mencari nafkah itu
memang bukan kewajiban, tetapi tahukah bahwa secara spontan keadaan itu yang
mau tidak mau harus terjadi ??
Terkadang aku merasa hidup ini tidak adil. Mungkin pemikiran ini dapat
diterima. Apalagi anak-anak zaman sekarang mereka hidup dengan segala,
kecukupan. Makan saya disuapi kesekolah antar jemput, dikasih jajan, diberi bekal,
mengerjakan tugas ada privat / primbel, waktu luang bermain PS. Bahkan mahasiswa
saja tidak jauh beda, makan tinggal beli, uang selalu bercukupan yah, walaupun
terkadang dibatasi tetapi minimal perbulan sudah terhitung bukan ?
Aku teringat dan terpikir dengan kehidupan yang jauh-jauh dibalik itu. Saya
rasa ini bukan hal yang asing. Bahkan sudah biasa dan terlalu biasa. Dan dengan hal
yang sudah biasa ini, apakah masih dipercaya atau tidak sungguh menyedihkan
memang bahkan sungguh sakit dan tidak salah jika banyak diantaranya ingin berontak
dan menyalahkan tuhan. Aku tahu betul akan keadaan itu karena aku mengalaminya.
Walaupun sedikit aku beruntung, puji tuhan untuk sekedar makan sehari-hari dan
kebutuhan rutin masih tercukupi.
Jadi bagaimana dengan suasana kehidupan, nah keadaan yang menurutku sulit
digambarkan pernahkah terbayangkan jika anak berusia 7 tahun harus turun
menggarap sawah ? ya itu memang hal yang biasa,…memasak ??? ya itu sudah biasa.
Nah disini aku yang lebih menyadari betapa besar penyertaan tuhan dimasa-masa
seperit ini, seorang anak berumur 7 tahun harus mampu menyediakan hidangan pagi,
siang hingga sore. Kedua orang tua, begitu percayanya dan memang keadaan tersebut
juga sudah mereka, alami bisa dikatakan wajar karena untuk mencari sesuap nasi
mereka dengan bersusah payah dari pagi hingga menjelang malam jika bukan begitu
bagaimana anaknya bisa mengenyam pendidikam dan memiliki pakaian dengan
sedikit memiliki trend zaman sekarang ?
Ayah selalu mengajari kami mengucap syukur, betapa dengan kerja keras
mereka, kelima anaknya tidak merasa tertinggal dari teman-teman sebaya setidaknya
itu sudah sangat cukup walau tidak bisa mendapat lebih.
Sejak umur sedemikian perlahan saya sudah mulah mengerti kehidupan.
Hidup yang tidak mudah untuk dijalani, sedikit demi sedikit aku sudah bisa
membantu orang tua.
Jika dipikir-pikir terlalu dini memang menyalahkan ortu, itu sebuah hal yang
wajar memang mudah aja kalau soal percaya. Jadi yang menjadi masalah bagaimana
jika suatu musibah datang ? namanya saja anak-anak dan memang tidak jarang ada
kebakaran rumah gara-gara anak-anak yang lalai, tersembur air panas bahkan hingga
kejadian lain dan itu sudah biasa.
Tetapi apakah orang tua masih membiarkan ? ya tentu saja kemauan mereka
memang ingin menyenangkan anak-anak yang masih kecil-kecil. Nah
keadaan/kondisi yang memaksa demikian aku menjadi salah satunya. Setiap pagi
harus bangun jam 5 pagi hampir semua anggota keluarga menghadapi hal yang sama
pagi-pagi mengemban tugas masing-masing semakin disadari, oh betapa Allah kita
sangat luar biasa, aku mampu jelas-jelas karena penyertaannya.
Saya rasa, kita masih menganggap itu hal yang biasa, ok, baiklah saya akan
menceritakan hal yang benar-benar menurut ku luar biasa.
Walaupun kecil, saya buka orang yang terlalu banyak menuntut kecuali
kebutuhan sekolah. Jadi keseharianku banyak dirumah mengerjakan hal-hal yang
mungkin bisa kulakukan dan yang paling banyak adalah menyiapkan
makanan/masak, rapikan rumah dan menyediakan bahan makanan hewan peliharaan,
makanan utamanya adalah ubi dengna kulit dikupas kemudian dipotong kulit-kulit
dan dimasak.
Kala itu saya berumur 8 tahun duduk dikelas 2 SDN 195 Pangaribuan. Jika
saya tidak salah hari itu adalah hari Rabu. Ibuku bekerja sebagai buruh perusahaan
dan ayah bekerja bantung tulang sendiri mengerjakan lahan sawah dan kebun. Dia
dibantu oleh soerang abangku yang masih duduk di kelas 5 SD sedangkan abangku
yang paling tua tengah mengecam pendidikan SMUnya ditempat yang cukup jauh
dari tempat kami berada. Dia berada di Bengkulu dan aku bersama kedua adikku
yang masing-masing berumur 5 dan 3 tahun selalu berada dirumah. Rumah yang jauh
dari hiruk keramaian
Seperti biasa aku memotong-motong ubi untuk di masak entah ada angin apa,
tiba-tiba saja tepat pada ubi yang terakhir jariku ikut terpotong. Ya tuhan, ini sungguh
menyedihkan aku yang masih polos tentu saja tidak mengerti apa-apa. Tepatnya ibu
jari sebelah kiri hampir semua kukunya terkelupas hanya tinggal sedikit mungkin
kira-kira 2 mm saja, tentu saja darah saya mengalir deras. Menunggu waktu yang
cukup lama, hingga aku tak kuat karena darah yang dalam tubuhku dinyatakan
hampir habis.
Membutuhkan waktu untukku terbaring lemah. Keadaanku sempat sedikit
pucat hingga aku tak mampu untuk berdiri badanku lemah, dan putih pucat ya wajar
saja, aku yang kala itu masih kecil hanya bisa terdiam dan mengamati darah yang
terus mengalir dari jariku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku sempat diam dan sempat
mencuci dengan air, uh, yang ada malah tambah sakit. Sambil kupegang dengan
tangan kananku aku polos banget ya…. Ih…kali dipikir lucu juga tapi ngeri… gak
kebayangkan… yang paling menyedihkan lagi, aku justru kena marah oleh mama
yang ampun gimana coba !!!.
Aku tetap saja beruntung lahir dari keluarga yang sangat sederhana dan sedikit
demi sedikit sudah mengenal akan Yesus rumah kami persis disamping sebuah
geraja. Jadi walaupun masih kecil, saya sudah aktif dalam berbagai kegiatan yang
mungkin bisa diikuti.
Pernah terbayang apa yang selalu ku ucapkan ketika itu ? luar biasa. Sambil
menangis tersedu-sedu, bibir kecilku udah memanggil tuhan, apa yang ku
ucapkan ??? “Tuhan, asi roham diahu” (tuhan kasihanilah aku) walau aku tahun, kala
itu pasti aku masih banget polos tak tahu apa-apa, tetapi itulah, setidaknya aku
menyadari kasih itu sudah ada.
Mungkin inilah saat-saat memulai dalam perjalanan hidup diriku bukan
keluargaku. Tetapi pribadiku. Pribadi kecil yang belum banyak mengerti tentang
segala sesuatu hal yang jelas, aku hanya mengikuti arus menjalani apa adanya, tanpa
bisa berbuat banyak.
Ternyata keadaan yang lebih dahsyat terjadi lagi jika tidak salah, hanya
berselang 1 minggu sebuah cobaan datang menghampiri, badanku yang masih
terbaring lemas, ternyata benar-benar harus mengamati dengan jelas kejadian yang
tidak akan pernah hilang dari benakku, kejadian apa ?
Tenang, sebelumnya ada hal yang perlu diketahui. Rumah ku terletak di
sebuah tempat yang jauh dari keramaian. Katakan saja mungkin ± 600 meter.
Tepatnya disamping gereja GKPI yang hanya sekali seminggu dikunjungi keramaian
kira-kira 250 meter, terdapat sebuah rumah yang baru berpenghuni, ukurannya pun
sangat kecil. Berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu umurnyapun sudah
lumayan mungkin ± 18 tahun ketika, itu cukup sebagai sedikit gambaran. (kolose
1:11).
Kejadian itu terjadi ketika abangku menghidupkan lampu templok mungkin
anda tahu lampu itu akan hidup dengan bantuan minyak tanah tetapi entahlah,
ternyata minyak itu hebatnya secara tidak sengaja tercampur bensin ditempat
pembeliannya hingga apakah yang terjadi ???Abangku kaget dengan jelas apa yang
cepat. Minyak tumpah kemana-kemana api menyelimuti seisi rumah ya wajar saja
minyak itu tersebul kesemua arah aku dan keluarga berusaha untuk keluar dari rumah.
Ayah berusaha memadamkan api dengan menumpahkan air 1 ember, sambil berteriak
keras “Ale Tuhan, Asi Pohan”
Aku yang tengah berada diluar melihat betul rumah itu diisi penuh dengan api
yang memerah dan papa, abang ada didalam orang-orang ramai dari kejauhan ramai
berdatangan segera membantu memadamkan api. Dari keramaian tersebut saya masih
ingat salah satunya adalah pendeta. Dia begitu bersemangat berlari dan membantu.
Sebuah keajaiban yang tiada pernah ku lupakan kuasa tuhan sangat dahsyat.
Api dapat padam tanpa sedikitpun rumah terbakar. Dalam jangka waktu kurang dari
15 menit, hanya beberapa ujung tikar terjilat api dan masih layak pakai beberapa
selimut dan bantal dan hanya unjung-ujungnya saja. Jika dipikir-pikir sungguh tidak
masuk akal memang ada hal yang masih perlu diketahui rumah itu begitu kecil hanya
sedikit sekat dengan tempat tidur. Didalamnya tak kurang dari 8 x 8 meter dengan
dapur ± 2 x 6 meter. Begitu minim, dan sangat-sangat sederhana semua terdapat
disana, tumpukan beras, padi, kain, kuman kecil dan barang-barang lainnya warnanya
sudah hitam tercat oleh asap kayu bakar dari dapur setiap harinya.
Ini merupakan sebuah kasih tuhan yang sungguh-sungguh luar biasa. Aku tak
mampu untuk menceritakan yang lebih-lebih detail

1 hal yang selalu kuliat dari ayah. Dengan keadaan seperti itu, papa selalu
tegar dan punya harapan yang kuat kadang-kadang ya memang mengeluh, tetapi ayah
selalu bekerja keras setiap hari. Kata-kata yang selalu keluar dari mulutny a “Basado
Tuhani”. Tuhan itu maha pengasih, aku selalu mengingatnya, bahkan ayah sering
menghibru orang-orang tak terkecuali siapapun tua muda. Ayah memang suka
ngelucu dan itu salah satu kelebihannya menjadi banyak disukai banyak orang.
Perlahan aku mulai mengenal hidup seiring berjalannya waktu aku tumbuh
menjadi seorang anak yang sedikit pemberani. Pemikiran-pemikiran mulai muncul
dalam benak aku ingin membantu papa / mama. Aku mulai selalu menuruti
perintahya disekolah aku dapat membahagiakannya. Setidaknya kala itu aku dapat
peringkat kelas.
Oh, sebuah kenyataan pahit harus aku terima. Ayah tidak terlalu suka aku rajin
membaca, kok bisa ?? ya.. tentu saja bisa !! aku mengerti alasan ayah. Alasannya itu
dia, keluarga yang sangat sederhana. Papa bilang tamat SMA saja aku sudah sangat
bersyukur pintarpun itu tidak begitu berguna yang penting kau bisa memasak dan
belanja di kebun /disawah entar paling-paling kau akan nikah sama orang yang
miskin seperti kita karena dijaman sekarang yang dipentingkan orang adalah
pendidikan. Pendidikan tinggi itu butuh biaya besar sedangkan aku, tidak punya apa-
apa untukmu. Jadi sebarlah kau ya baru nak. Jangan terlalu berharap banyak.
Mungkin anda bisa mengerti.
Ungkapan yang selalu sering ku dengan, dan tanpa ragu aku menurutin ya aku
mengerti pemikiran ayah sebenarnya jauh dalam benaknya. Ia mengizinkan aku untuk
berhasil, tetapi apa daya ia masih mengandalkan kekuatannya. Apalagi aku masih
punya adik dan abang yang ingin bersekolah.
Terbukti jika aku mendapat juara dia akan tersenyum senang dengan
pandangan kosong dan jauh. Tak sedikitpun ucapan selamat itu memang hal yang
biasa, apalagi hadiah dan memang aku tidak pernah menuntutnya dapat peringkat itu
sudah hadiah besar buat ayah. Basa-basi ma namu singkola” baik-baiklah sekolah
sebagai wujudnya, ayah selalu berusaha membayar uang SPP setiap awal bulan walau
sangat sederhana. Sepanjang sekolah kami tidak pernah nunggak bayaran, aku sangat
mengagumi hal itu. Dan itu patut di syukuri.
Walaupun demikian, sekolah saya selalu masuk bisa dihitung selama SD absen
hanya 0 SMP-SMA. Satu hal yang perlu diketahui selama SD-SMP, saya termasuk
anak yang jarang sekali jajan. Saya hanya dikasih uang waktu SD Rp. 800/minggu,
SMP 550/tiap minggu. Bagaimana coba membagi-baginya ?
Saya, yakin banyak yang tidak mengalami seperti yang saya alami. Tetapi saya
ingin katakan, baik yang pernah merasakan / tidak saya ucapkan “selamat anda
beruntung” mengapa ? bukankah kita punya Allah yang luar biasa, yang punya
segudang rencana.
Dengan merasakan, kita bisa memulai memikirkan hidup u berusaha, bekerja
kerjas dan bersyukur jika tidak anda lebih beruntung ada dapat menikmati hidup, dan
berusaha menjaga yang dimiliki dan tetap syukurilah.
Perlahan ayah memikirkan akan keadaan keluarga ku selama beberapa tahun
hingga duduk di kelas 6 SD, aku turut bekerja sebagai penggembala kerbau. Setiap
hari harus mencari tempat tidak kenal tempat jauh ataupun dekat 1 karung / hari
membawanya mandi ke sawah, mengunjungi ompung banu dan sorenya memasak.
Berat tidak ?? tergantung anda itulah keseharian saya tetap ini suatu
keberuntungan aku benar-benar merasakan hidup disinilah karakter utamaku terben
tuk menjadi pribadi yang mandiri dan ingin bekerja keras. Aku (seorang perempuan
keci) telah berani menelusuri persawahan, kebun-kebun, balikan hutan-hutan. Disana
aku dapat bertemu dengan sejumlah binatang ciptaan tuhan lainnya ular, belut, elang,
harimau, tikus, burung cacing, bangau dan banyak hal-hal lainnya.
Anda, bisa percaya atau tidak mau bukti ?? ini kelima jari sebelah kiri saya
punya bekas karena beberapa kali kena sabit (alat menyabit rumput) dan itu sudah hal
yang biasa, saya juga pernah jatuh dari punggung kerbau yang lucunya jatuh ke arah
depan, sehingga tepat di bagian pertengahan antara mata kiri dan kanan (talang
hidung saya terkena tanduk kerbau yang saya naiki dan itu sudah berbekas sampai
sekarang, nah, bagaimana ? saya, masih sangat bayangkan jika keadaan itu sedikit
saya meleset hingga ke mata, wawa gak kebayangkan ? lagi-lagi itu sungguh
penyertaan tuhan. Semuanya, itu penyertaan tuhan dan tak dapat saya ungkapkan,
sungguh Allah kita luar biasa ?
Masih banyak pengalaman lain, saya pernah menolong anak kerbau yang
terbawa arus sungai, dan ternyata, kerbau pandai berenang, lebih pintar dari saya,
induknya yang begitu setia mengiringi dan berusaha membantunya dikejar orang
karena di kira sebagai pencuri, manjat, lompat dan hal-hal lain.
Keadaan ini, yang semakin mendorong untuk bisa merubah. Aku mengerti dan
tahu akan keadaanku tidak kuat dan memang tidak punya keadaan lebih kewajibanku
sekolah dan membantu semampu kedua orang tua, perlahan keadaan mulai membaik
setidaknya tahun 2005 ayah membangu rumah untuk kediaman kami, sebuah harapan
yang sangat nyata, walau tidak begitu bagus setidaknya itu sudah sedikit kemajuan
puji tuhan, keadaan selamat.
Umur semakin dewasa, ketika sudah mulai meranjat dewasa tentu cara
berpikirpun sudah berubah, bukan hanya sedikit mengerti, tapi sudah mulai
memikirkan arti hidup, keinginan, dan harapan dan semangat. Lulus dari sekolah
dasar dengan nilai yang lumayan memuaska, walau hanya sedikit selisih, setidaknya
waktu itu aku mampu merebut yang tertinggi.
Bangga, ya…tentu saja, tapi buatku itu biasa saja apalagi keluargaku berita
tentang juara itu bukan berita yang begitu menarik. Semua pasti biasa selama SD 40
besar dapat ku raih bahkan selalu peringkat pertama dan beberapa kali peringkat
kedua.
Aku mengingat kala semangatku yang begitu berkobar ketika membaca-
membaca apa saja, terutama buku-buku, semangat itu reflek dan terjadi begitu saja.
Tetapi sayang semangat itu selalu putus tak kala ketika papa selalu mematahkannya.
Papa bilang, wanita dari keluarga miskin itu sulit menjadi apa-apa. Walaupun pintar,
toh gak ada uang untuk sekolah kalau gak sekolah mana mungkin bisa nikah dengan
orang yang kaya yang tentunya punya pendidikan.
Paling-paling anak petani miskin tetaplah petani miskin yang penting tamat
SMA dan rajin kerja biar gak dibilang orang kelak kalau udah berkeluarga dan bisa
garap sawah b uat makan anak-anak.
Hmmm, sedih ya…ya…, apalagi kata-kata itu tidak hanya sekali, berulang-
ulang dan sering apalagi ketika aku mungkin terlalu serius ketika mencuri waktu
membaca sesuatu misal : koran bekas kala waktu bekerja.
Keadaan tersebut sering membuatku kena marah karena kadang gak dengan
nasehat.
Perlahan aku sadar akan keadaan tersebut. Aku sadar dengan keadaan kami,
sadar akan nasib, dan omongan papa, padahal aku juga tahu, jauh dibalik itu, papa
sering lihat aku tetapi dia taku. Dia takut apabila suatu hari nanti aku ingin sekolah,
dia tidak dapat mengabulkannya.
Sungguh yang kubayangkan, seandainya saja waktu itu sudah ada, yang
namanya wajib belajar 12 tahun dan canangan sekolah gratis untuk, SD – SMA. Aku
yang pasti papa gak melarangku untuk giat belajar.
Memasuki sekolah lanjutan pertama, aku masuk di SMP Negeri 2
Pangaribuan. Sebuah sekolah yang kala itu tenar dengan juara lomba kebersihan
sekolah tingkat Provinsi Sumatera Utara. Sekolah yang tidak terlalu jauh dari
rumahku, memiliki disiplin dan peraturan yang amat bagus.
Perlahan memang keadaan itu semakin menurun, tetapi walaupun aku
ditempatkan diruangan yang….ya, katakan saja golongan elite. Mereka adalah orang-
orang pilihan yang dari keluarga mampu memang, yang punya waktu banyak untu
belajar. Punya uang untuk beli buku, les, dst. Aku memang hanya orang biasa, belajar
seadanya dan puji tuhan, 10 besar di kelas pilihan tersebut mampu aku raih.
Semua aku jalani apa adanya, selalu berusaha untuk patuh terhadap papa,
mama (titak ke-5) dan yang paling buatku bangga adalah papa, papa menjadi orang
nomor satu yang paling kuidolakan. Maaf, mama menjadi nomor 2 maaf aku ma,
mama juga pasti mengidolakan papa bukan ? he.hehe
Sosok papa merupakan sosok inspirasi buat aku, walaupun ia banyak
kekurangan, tapi aku begitu kagum sama papa. Dan aku yakin, betapa tuhan bekerja
baik dalam diri papa. Papa begitu mengasihi keluarga kami. Aku melihat dia berbeda,
sangat-sangat berbeda dari ayah yang pernah kulihat. Dia hebat, dan luar biasa.
Miskin boleh saja miskin, sekilas tak ada yang istimewa dalam dirinya, tetapi
dia punya talenta yang bagus, papa mampu menghibur orang dalam suasana apapun
dia pintar ngelucu. Dengan caranya sendiri, tanpa bedakan orang tua, muda, kaya atau
segalanya.
Bayangkan saja, ditempat duka sekalipun, papa dapat buat orang yang
menangis tersedu-sedu jadi ketawa. Ingat yang aku lihat, papa gak sembarang. Dia
selalu menyatakan yang sebenarnya, keramahannya, pada setiap orang itu yang
membuatnya dikenal dan disenangi orang-orang. Sayangnya, ada saja manusia yang
tidak suka dan berusaha untuk menjatuhkannya.
Selain humor dan keramahannya, papa adalah sosok yang rajin bekerja. Dia
tidak terlalu suka membuang-buang waktu. Setiap hari, dengan setianya, papa selalu
bersama mencari nafkah buat anak-anaknya. Disamping belanja, diladang papa selalu
menyempatkan memperhatikan binatang peliharaannya, anjing, ayam, bebek,
kuncing, babi, kerbau. Papa bilang tanpa begitu kami gak akan bisa makan. Dia selalu
mengingatkan agar bekerja dengan giat dan melaksanakannya dengan kasih sayang,
dan puji tuhan segala yang ia kerjakan, selalu berhasil dan menjadi tenderan banyak
orang.
Misalnya, saja anjing baru beranak 1 saja, orang-orang sudah lebih dahulu
ngeboking untuk membelinya. Jadi tidak terlalu sulit memang. Disisi lain, ayah tidak
suka dengan kerja setengah-setengah. Bagi dia, lebih baik bekerja sedikit, tetapi
maksimal.
Dengan kehidupan sederhana, papa juga dipercaya menjadi bendahara gereja
sampai 3 periode, yang aku lihat dari dirinya dengan memegang uang tersebut, dia
banyak membantu orang lain yang sedang membutuhkan. Bukan hanya 1 atau 2
orang tetapi banyak dengan syarat yang begitu rahasia, dan tidak mengalami kerugian
sedikit kelelahan memang, karena terkadang mereka membayar tidak tepat waktu dan
berbelit-belit kada papa marah, tetapi disisi lain, aku meliaht dia mengasihi orang
tersebut. Papa, pintar berekspresi. Baginya saat tertawa, marah, cemberut, kesal. Saat-
saat jadi, jangan salah, sama papa, tidak boleh selalu main-main.
Oh ya, papa tidak membedakan kerja lho, ini salah satu yang buatku kagum
padanya. Dia seorang ayah yang begitu luar biasa. Dia bisa mengerjakan segala
pekerjaan rumah. Bahkan dia jauh lebih ligat/cepat. Bayangkan dalam suasana yang
kadang terdesak, papa bisa masak. Bahkan masakannya jauh lebih enak, tak jarang ua
ia nyapu, nyuci piring, bahkan nyuci baju. Bukan sesuatu yang biasa. Papa orangnya
gaul, akrab sama anak-anak. Oh ya, bukan berarti kami jadi diam duduk terpaku.
Tentu saja tidak.
Keadaan dirumah memang selalu saya sibuk-sibuk dengan tugas dan kerja
masing-masing, jadi kalau ada kesempatan / saat terdesak…pada tak sungkan turun
tangan untuk membantu kami. Bahkan belanja kepasar sekalipun. Dia orangnya ulet,
papa, paling suka nyanyi sambil bekerja. Terutama nyanyi rohani.
Papa sedikit lebih mengerti tentang aku, walaupun kadang ia cerewet, tapi
ayah sosok yang baik hati, ikhlas dan pengasih. Aku bangga padanya, dan ku yain
tuhan begitu mengasihinya. Karena di lain pihak ada orang yang selalu menghina dan
mengolok-oloknya tetapi dia begitu tegar dan percaya diri.
Menurut ceritanya, sejak kecil hidup papa selalu susah. Dia lahir tahun 1954.
anak ke 5 dari enam bersaudara. Papa mengecam pendidikan kelas 3 SMA Negeri 9
sempat punya ijazah karena diwaktu yang bersamaan papa kena musibah. Salah
satunya ibunya sakit keras dan terpaksa papa putus sekolah, untuk singkat cerita papa
menikah sama mama tahun 1980, namun harus menunggu waktu yang tidak tepat
ketika, mama melahirkan anak pertamanya, tetapi saat mengandung abangku yang
pertama, nenekku dari papa meninggal dunia. Dengan suasan dan kondisi yang
sedikit kacau, masalah keluarga, papa/mama, harus pisah dan mulai membangun
semua dari nol.
Kata papa, semua dari nol tidak ada apa-apa harta sedikitpun. Namun
pengharapan itu selalu berbuah berkat. Tuhan begitu mengasihi papa / mama. Dengan
keuletean dan kerja keras meraka, perlahan dapat menafkahi kami anak-anaknya.
Cerita papa dan orang-orang perjuangan mereka begitu sulit untuk membangun
semuanya. Saat itu mereka sangat-sangat sederhana, tidak punya apa-apa, papa sosok
lelaki yang penuh tanggung jawab. Dengan setia dan kerja keras mencari nafkah
kesana kemari. Walau terkadang, ada saja orang yang katakan saja tidak sudah,
memfitnah, bahkan papa pernah menderita sakit.
Tuhan yang maha pengasih, dia bekerja sesuai rencana-Nya bukan rencana
manusia. Dengan sabar, papa, menghadapi semuanya. Hingga aku mengetahui
semuanya, terkadang aku gak percaya, tetapi orang-orang membenarkan cerita
tersebut, aku semakin bangga padanya.
Suatu hari, seorang teman mengatakan papa itu banci. Aku sangat kesal saat
itu, bahkan aku pernah menangis tetapi papa bilang, itu gak apa-apa. Papa selalu
kasih semangat dan motivasi buat kami. Dia tak pernah lelah mengajarkan cerita
tentang suasana hidup sebagai bahan pandangan menuju masa depan. Ceritanya lucu,
seru dan aku selalu suka mendengarnya. Disela-sela cerita, papa selalu menyeliptkan
lagu-lagu yang mudah untuk didengar kadang dia juga membuat humor yang
menjadikan aku semakin salut dan bangga padanya.
Buatku papa sebgai sosok idola ku. Dia orangnya sangat perhatian entah, yang
aku lihat dan kurasakan seperti itu mungkin inilah salah satu kerinduan yang tidak
akan pernah terlupakan darinya. Sejak aku SD, saat aku duduk dibangku sekolah
dasara, papa selalu memperhatikan penampilanku sebelum pergi sekolah papa selalu
tidak lupa menyisir rambutku memperbaiki segala yang kurang, merapikan baju dan
sepatu, satu hal yang tak pernah lupa selalu pita rambut. Bahkan hingga aku duduk
dibangku SMP.
Entah, papa gak begitu muluk-muluk yang terutama baginya adalah rapi dan
enak dilihat mata.
Dengan sosoknya yang ramah, papa banyak dikenal orang bahkan papa punya
ciri khas yang menonjol, postur tubuhnya tinggi, jadi orang-orang hanya m emanggil
pak ganjan / pak tinggi. Yah itu gak salah dia melarang orang justrus itu membuat
orang-orang semakin akrab padanya.
Disaat-saat aku hendak beranjak remaja, disana aku dapat melihat sosok ayah
yang sebenarnya. Disanalah aku semakin bangga pada ayah seperti dia. Menurutku
dia sosok yang amat berbeda dari ayah-ayah yang lain. Papa tidak selalu menunggu
orang lain, tetapi dia bertindak sendiri. Papa berusaha untuk mandiri dan tidak terlalu
mengandalkan orang lain dan satu hal, setiap kali dia akan tak lupa menasehati untuk
selalu “rendah hati”
Dia berpandangan luas. Setiap mimpinya selalu dikejarnya dengan maksimal,
kerja keras dan selalu semangat. Papa juga selalu mengingatkan jika punya mimpi itu
jangan terlalu tinggi, entar jatuhnya sakit (pengkotbah 9:10), tetapi bangulah perlahan
tetapi semangat / usaha yang tinggi. Jangat pernah puas dan tetap bersyukur dalam
segala hal. Walau aku sadar, ketika papa melarang aku terlalu rajin belajar, justru
disitulah aku punya mimpi. Mimpi yang tinggi yang kelak ingin membahagiakan dia.
Perlahan aku ingin memulai langkahku. Dalam benak ini tak ingin menjadi ini atau
itu, tetapi intinya jadi apapun pokoknya berhasil.
Pada tidak suka terlalu dipuji, kalau gak sesuai dengan kehendaknya. Papa
kurang senang jika marah papa kumat. Dia gak kenal bulu dia akan seram.
Usia remaja, saat-saat yang indah untuk punya mimpi-mimpi yang kala itu
menurutku begitu tinggi dan logika berkata itu gak tercapai.
Suatu hari saat diduduk kelas IX seorang guru bimbingan konseling
menceritakan tentang cita-cita. Aku binggun tidak tahu jawab apa. Awalnya aku
hanya ikut teman jadi pawan hehe ya, aku gak tau mau jadi apa aku takut menentukan
yang terpikir, aku ingin jadi orang sukses dari bidang apapun aku mau dan justru aku
malah menanyakan kalau jadi pendeta itu gimana ?
Dasar aku memang aneh, aku terpikirr ingin kuliah. Kuliah itu pasti
menyenangkan kenal dengan buku-buku tebal dengan giat belajar. Wah pasti seru !!
soalnya begitu yang aku lihat di TV pasti mereka selalu sukses dan pintar aku guru
bisa orang nilaiku aja pas-pasan kalo mau kuliah harus punya duit kalo gak
prestasinya luarbiasa.. oh mimpi….tamat SMP aja belum SMA gak tau kemana aku
Cuma bisa melirik teman sebangku. Seorang juara satu dengan nilai yang selalu
tinggi. Dia besar dari keluarga yang cukup berada, nah pasti dia ini nanti jadi sukses
ya…hmm…
Sekitar bulan Juni 2005, pengumuman kelulusan SMP keluar aku hanya
terdiam, ke SM mana aku selanjutnya ??
Tak ada firasat apapun aku lagi siap menunggu pengumuman melalui papan
antara lulus dan tak aku pasrah eh tanpa diduga aku dapat peringkat ke 5 dari ratusan
siswa senang, pastinya tetapi keresahan muncul kemana akan ku lanjutkan ?
Disinilah masa-masa sulit itu muncul. Tentu aku sudah dewasa aku ingin yang
terbaik buatku tetapi aku bingung menentukan semuanya. Perlahan aku mengenal
penyertaannya yang luar biasa. Dan kenyataan yang benar-benar ada (Maz 18:7)
Hmmm… tuhan mengantarkan kesini, kota yang sering disebut dengan kota
pempek. Kota tempatku untuk melanjutkan studi SMAku. Ada sebuah kekaguman
pada seseorang sosok temaku dari kedua masuk sekolah, aku mengenalnya namanya
Dwi Ernawati, dia seorang cewek berdarah Jawa, kelahiran 18 Februari 1990.
mengapa aku kagum padanya ??? apa dia cantik, pintar, keren, gaul, baik atau…entah
apalah…
Ya tentu saja, buatku semua manusia itu cantik, pintar, gaul, keren, dsb.
Bukalah kita ciptaan tuhan yang paling tinggi dan dianugrahi kelebihan masing-
masing.
Bagiku itu bukan prioritas. Disini aku kagum dengan kesederhanaan dan
perjuangan sosoknya, buatku terinspirasi dan ingin bangkit lebih lagi. Sosok seperti
apakah dia ?
Dia seorang wanita berdarah Jawa kulitnya hitam manis dengan logat Jawa
yang medok menjadikannya mudah dikenali disekolah dia gak banyak tingkah. Dan
tetap saja apa adanya seperti itu. Mungkin sebuah ikatan kepercayaan, menjadikan
aku kian hari makin akrab dengannya. Dia seorang pemeluk agama Katolik.
Hampir tiap hari bersama dengannya perlahan aku mengenalnya, mengenal
hampir semua sisi kehidupannya, dia selalu terbuka padaku bahkan yang membuat
aku paling kaget adalah ternyata di seorang kualat. Sejak kecil dia pemeluk agama
Islam. Namun saat dia duduk dikelas 2 SMP (X), dengan inisiatif dari dia, berani
mengambil keputusan sendiri, dia menerima Yesus luar biasa !!
Aku semakin salut, ketika bercerita tentang Yesus, bahkan dia tahu banyak /
katakanlah lebih dari aku, padahal dia baru memasiki tahun kedua. Aku yang sejak
kecil seolah-olah kala duanya. Dia begitu taat, dia sering mengucapkan Novena,
salam maro dia rajin misa dan kebaktian doa
Saat itu dewi tidak tinggal dengan orang. Dia sudah pisah dan tinggal bersama
orang yang sama sekali dia tak kenal.

Waktu pendaftaran semakin dekat akhirnya aku memutuskan keinginanku


sendiri sudahlah mungkin aku harus begini dan lebih baik menjalani apa yang akan
terjadi dan terimalah apa adanya.
Menunggu dibulan Juli. Aku gereja dan mengikuti kebaktian seperti biasa.
Buatku suasana gereja hari itu sedikit kurang hikmat. Bagaimana tidak pikiranku
tidak fokus. Aku masih berpikir tentang kemana arah dan tujuan hidupku tapi tiba-
tiba saja ditengah khotbah bapak pendeta yang ketika itu berkhotbah adalah bapak
pendeta Singhan Pardede melantunkan suaranya “adeku adiku kalian janga pernah
menyerah dalam menghadapi masa depan kalian ingat !! selalu andalkan tuhan dan
setiap keinginan dan tantangan yang dihadapanmu. Apapun itu, jika engkau
mengandalkan tuhan percayalah keinginanmu pasti tercapai” Maz 37 : 3,5
Sontah batinku bangkit dimataku menetes aku ingin bangkit dan akan
mengandalkan tuhan. Akhirnya kuteguhkan hatiku kubulatkan pikiranku aku akan
mengikuti ujian UMPTN 08 di Unsri. Dengan prinsip jika Tuhan mengizinkan aku
kuliah, dan aku dapat bisa kuliah aku percaya tuhan pasti berikan aku kusi di PTN.
Namun jika aku tak pantas jadi seorang mahasiswa pasti tuhan akan
memberikan yang terbaik, dan aku akan menerimanya dan kelak aku tidak ada
penyesalan lagi (maz 145 : 141)
Kalau itu boleh saja aku dikatakan orang yang tidak punya pandangan hidup
yang jelas aku benar-benar menyadari akan hal itu tetapi apa mau dikata, sekilas
boleh saya kita mengatakan “semua itu sulit jika kita miskin” tapi ingat itu hanya
berlaku sebentar. Ada kekuatan diluar pikir manusia. Yang tidak pernah dilihat oleh
mata, Allah sanggup melakukannya
Aku yang kala itu dalam keadaan gundah, sudah mempunyai tekad, apakah itu
? Ya, apapun hasilnya dan yang akan terjadi, aku akan mengikuti UMPTN misi
utamaku adalah aku ingin mengubah cara pandang orang-orang terhadap aku, yang
selalu memandangku dari segi kelemahan yang kumiliki.
Aku ingin membuktikan, bahwa sesungguhnya yang bekerja dalamku hanya
Allah semata…boleh saja orang-orang meremehkan ilmuku, milikku dan sifatku.
Tapi bagiku kuasanya tidak ada yang meremehkan.
Tentu saja, percaya tanpa usaha adalah sia-sia, kala itu waktu yang ku miliki
masih ada 1 bulan. Inilah saat-saat paling menegangkan bagiku hampir setiap malam
aku belajar hingga larut. Tidak jarang aku ketiduran hingga pagi menjemput.
Kadang ditengah malam ketika aku terbangun, ku coba membalas 1 contoh
soal yang ada dalam buku kumpulan soal-soal terasa capek, lelah, jenuh dan tentu
saja ingin nyerah. Waktu untuk belajar hanyalah malam hari maklumlah setiap hari
ada kesibukan tersendiri yang tidak boleh ku tinggalkan ( 2 rim 3 : 14)
Mungkin orang-orang tidak terlalu mengerti dengan usahaku itu, tahukah
anda, bahwa sebenarnya aku bukanlah anak yang cerdas jadi untuk mempelajari satu
topik saja. Aku harus mengulang beberapa kali. Aku sering melihat wajah malangku
di kaca. Hanya disanalah aku dapat curhat pada diriku sendiri. Aku menangis aku
berdoa…. Terlalu sulit bagiku memikirkan semua.
Aku cinta Yesus padanyalah semua harapan ini ku curahkan. Aku curhat
padanya. Aku menceritakan semua, dan dengan kekuatan darinyalah aku mampu
berdiri tegak. Semua tantangan itu aku hadapi (amsal 3 : 26)
Saat pendaftaran telah tiba, tahukah anda, uang yang ku punya hanyalah Rp.
100.000,-. Iya lebih kurang hanya segitu, padahal uang mengambil formulis
membutuhkan dana Rp. 150.000 untuk jurusan IPS. Itu artinya aku masih kurang Rp.
50.000 dan ongkos lainnya. Tentu saja aku tak menyerah. Pertama aku mencoba
menghubungi temanku. Kupikir dapat meminjamkan duitnya untuk ku. Puji tuhan,
dia mau tetapi hanya 30.00 saja. Masih kurang, usahaku tidak berhenti sampai disitu
aku mencona menghubungi teman-temanku yang lain yang tentu saja masih ada yang
mau yakni 3 orang dan masing-masing 20.000. buatku itu cukup. Berarti keesokan
harinya aku akan pergi membeli formulir pendaftaran
Walau hanya sendiri, hampir semua dapat kujalani proses dengan baik, hanya
saja potoku kurang 1 lembar, beruntung aku punya kenalan disana, ialah yang
menemaniku nyetak foto karena kebetulan wilayahnya dengan aku masih kurang
mengerti.
Tepatnya tanggal 1 dan 2 Juli, waktu ujian berlangsung disini aku sudah
benar-benar pasrah. Kuikuti ujian sesuai dengan prosedur yang berlangsung. Dan tak
lupa doa yang kuucapkan “Bapak kami yang disorga”. (Roma, 8 : 26)
Bagiku menunggu waktu selama 1 bulan adalah waktu yang sangat lama.
Apalagi ijazah asli dan sekolah kala itu belum keluar. Jadi memang tidak bisa apa-
apa. Selama 1 bulan itu aku menghabiskan waktu bersama keponakanku yang masih
berumur 1 bulan, walaupun begitu. Jika dia sedang tidur, kebanyakan aku termenung
paling-paling aku nyanyi. Disisi lain aku percaya bahwa walaupun aku tak mampu
hadapi hidup ini, aku tahu tuhan punya janji indah untuku yang senantiasa terbit
setiap saat. Dengan aliran kasih untuk umat yang mau percaya padanya.
Dalam benakku, aku juga menanamkan diriku. Aku percaya bahwa mujizat itu
nyata, tidak salah lagi jika kala itu aku semakin banyak berdo’a, merenung dan
bernyanyi dan paling banyak nyanyi-nyanyi dan nyanyi. Aku yakin orang serumah
terutama kakak udah pusing dengan aku nyanyi, udah suara gak bagus diulang-ulang
pula…coba bosan kan ?
Tetapi kakak sama sekali tidak melarangku untuk bernyanya tentu saja… lagu
yang kunyanyikan selalau lagu rohani kog. Yups lagu rohani, lagu rohani yang kala
itu sedang ngeboming bagi aku coba dech anda resepasi arti kata-katanya pasti bisa
anda rasakan perasaan ku saat itu.
Ketika kuhadapi kehidupan ini
Jalan mana yang harus kupilih
Kutahun ku tak mampu
Ku tahu ku tak sanggup
Hanya kau tuhan tempat jawabanku
Akupun tahun ku tak pernah sendiri
Sebab engkau tuhan yang menompangku
Tanganku membelaiku
Firmanmu memuaskanku
Engkau mengangkatku ketempat yang tinggi
Janjimu seperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
Cintamu seperti sungai yang mengalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihmu
Ugh…sungguh sangat mulia Tuhan Kita, aku benar-benar merasakan dan
meresapai makna lagi ini, tiada henti-hentinya aku melagukannya, kadang hampir
terisak-isak dengan tangisan pengharapan dan keresahan dalam tangannya
Takkala saat pujian dinaikkan roh kita semakin terarah padanya dan pancuran
kasihnya pun kita bekerja. Dari segi pandangan manusia aku bukanlah siapa-siapa.
Kian hari detak jantung itu kian berhenti kesiapan menerima hal yang terjadi
dibantukan sudah semakin pasrah. Dalam kepasrahan yang tentu saja dilengkapi dan
pujian segala ucapan syukur yang tiada terungkapkan sebuah mujizat besar
terpampang dihadapanku. Teap tanggal 1 Agustus 2008, aku menjadi salah seorang
pendaftar yang diterima di Universitas Sriwijaya.
Pagi itu, aku sudah menunggu-nunggunya. Puji tuhan harapan itu ada, tak ada
sorak tak ada tawa, bahkan tangis bahagia, aku hanya senyum dan menerima ucapan
selamat dari kakak dan abang yang sejak pagi telah menunggu berita tersebut. Aku
takut mereka merasa kecewa tetapi, ternyata aku bisa buat mereka senang,
kemenangan itu aku persembahkan buat papa mama, keluarga, kakak abang dan
sekolahku.

You might also like