You are on page 1of 4

c 


 

a  
  

Pada dasarnya ada tujuh kecerdasan yang dimiliki manusia, diantaranya meliputi (1) kecerdasan
linguistik, (2) kecerdasan logis matematik, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan musikal, (5)
kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal dan (7) kecerdasan intrapersonal
(Gardner:1983). Dan selanjutnya kita menyebutnya c 


`ebelum jauh mendalami tentang teori, sistem dan tatanan kurikulum atau pembelajaran, ada
baiknya kita mengulas sedikit tentang sesuatu yang kerapkali dilupakan oleh para pendidik
terhadap peserta didiknya. Yaitu kecerdasan siswa. Hal yang telah disebutkan pada paragraf
pertama adalah kecerdasan yang dibawa manusia sejak lahir. Itu adalah sifat bawaan yang sangat
melekat dan menjadi ciri khusus dari masing-masing siswa. Akan tetapi, banyak sekali orang
yang tidak memahami dan menyadari akan hal itu. Bahkan orang dewasapun belum semuanya
menyadari 2 yang ia miliki. Raw input adalah hal yang sangat berpengaruh bagi
pembelajaran siswa. Permasalahannya adalah tidak semua pendidik, guru maupun dosen mampu
memahami hal ini secara mendalam. Dikarenakan jarangnya komunikasi antara guru dan
orangtua yang membahas tentang kecerdasan apa yang dimiliki peserta didik tersebut. Hal ini
menjadi sering terabaikan. Padahal raw input inilah yang menjadi inti dari siswa tersebut sebagai
peserta didik dan objek dari pembelajaran.

Ada peserta didik yang lebih senang belajar dengan mendengarkan musik, ada juga yang belajar
dengan membaca buku diperpustakaan, ada juga yang belajar dengan mencoret-coret buku
catatannya dan merumuskan sendiri hasil penjelasan dari guru, bahkan ada anak yang buku
catatannya sama sekali bersih tak ada tulisan sama sekali, dia mampu menangkap penjelasan dari
guru walaupun hanya mendengarkan dengan santai.

Hal yang perlu diingat adalah ³`iswa sebagai pribadi yang unik dengan kecerdasan berbeda satu
dengan yang lain´. Pada beberapa kasus yang sering terjadi dikelas, guru akan lebih menyayangi
murid yang lebih suka mencacat pelajaran dan duduk rapi dengan tangan diatas meja
dibandingkan anak yang malas mencatat dan terkesan tidak memperhatikan. Guru akan lebih
sering melontarkan pertanyaan kepada seluruh siswa dan pada akhirnya akan dijawab oleh murid
kesayangan guru tadi. Yang memang biasanya lebih pandai. Namun jika hal itu terjadi berulang-
ulang, ini akan menimbulkan kecemburuan sosial dalam pembelajaran. Dan merupakan teknik
mengajar yang tidak baik. Prof. Dr. Punaji `etyosari M. Ed (Guru Besar Teknologi Pendidikan
Univ Negeri Malang) mengatakan, hal ini adalah lagu lama dari potret pembelajaran jaman dulu
yang tidak seharusnya dilestarikan. Para pendidik mempunyai tugas sebagai media bagi peserta
didik dalam pengembangan diri mereka.

Ketika berbicara masalah teori belajar, strategi pembelajaran, model dan pengembangan
pembelajaran sampai kepada media pembelajaran, maka akan banyak masalah yang kita hadapi
dari kekurangan maupun kelebihannya. Karena hal tersebut adalah bersifat fleksibel. Dalam
artian hal itu dilakukan apabila patut dilakukan. Itupun tidak terpaku pada satu atau dua rumusan
tertentu. Hal ini berlaku pada semua disiplin ilmu yang akan diajarkan. Akan tetapi, jika kita
berbicara masalah yang tertera pada judul di atas, maka ³Raw Input is Given´. Tidak dapat di
ganggu gugat lagi.

Kita tidak bisa mengubah cara belajar anak yang memang sudah dari sananya seperti itu (’ ).
Tugas pendidik adalah memenuhi kebutuhan belajar siswa semaksimal mungkin. Membantu
mereka dalam mengembangkan potensi kecerdasan mereka. Para pendidik dituntut untuk lebih
jeli dalam membaca karakteristik peserta didik mereka. Karena pada dasarnya siswa itu sama,
namun pada dasar yang lain siswa itu berbeda. Persamaan mereka adalah pada status mereka
sebagai peserta didik (siswa), namum sangat berbeda pada raw input yang mereka miliki.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa seluruh pengembangan pola pembelajaran adalah
menitikberatkan pada kebutuhan belajar siswa. Lalu muncul pula istilah yang bermacam-macam
dalam dunia pendidikan seperti pakem, quantum learning, pembelajaran berkarakter dsb. Dari
ketujuh raw input itu juga, lahir model dan metode pembelajaran dikelas. `eperti ceramah,
diskusi, pembelajaran berkelompok dsb. Lahir pula berbagai media pembelajaran. `eperti
diorama, ritatoon, mock-up dsb. Inilah upaya menampung seluruh raw input yang ada.

Memang, pada dasarnya manusia tidak terlahir dengan memiliki kesempurnaan pada tiap-tiap
kecerdasan yang ada diatas. Namun, dari hasil penelitian yang ada selama ini, semua manusia
memiliki ketujuh komponen kecerdasan (raw input) tersebut, walaupun terlahir dalam tingkatan
level yang berbeda. Disinilah tugas kita bersama, baik orang tua sebagai badan informal dari
pendidikan bekerjasama dengan badan sekolah sebagai badan formal dari pendidikan. Untuk
mendeteksi secara dini tentang level atau tingkatan raw input siswa tersebut.

Tahun 2009 saya pernah berbincang-bincang dengan bapak M. `idar `. Pd (Kepala sekolah
`DN. 014 Tarakan). Pada intinya beliau mengatakan bahwa sangat sulit untuk mematahkan
paradigma yang sudah melekat dimasyarakat, UNA` menjadi sangat tidak sinkron dengan
pemusatan kurikulum yang ada di Jakarta dengan penerapannya di daerah Indonesia Timur
(Kalimantan, `ulawesi, Irian Jaya). Apalagi ketidaklulusan seorang siswa dianggap sebagai
ketidakberhasilan pihak sekolah dalam mendidik. Dalam hal ini saya membenarkan kalimat
beliau. Mengingat pembuat soal UNA` lebih banyak diambil dari Para Guru di sekolah terkenal
se-Jabotabek.

`aya ingin menjelaskan disini, raw input lah yang menjadi akar masalah. Kita lebih bangga
dengan anak yang mempunyai kecerdasan logis matematik (nilai angka) yang tinggi. padahal
tidak semestinya kita beranggapan begitu. Nilai dan kelulusan hanya menjadi acuan bagi
evaluator pembelajaran. `elebihnya adalah bagaimana para pendidik mampu untuk memberikan
motivasi kepada siswa dan menghargai mereka dengan raw input yang mereka bawa sejak lahir.
Para orangtua pun seharusnya tidak perlu terlalu memaksa anak dengan gaya belajar yang
mereka anggap benar. Perlu diingat peserta didik adalah manusia yang terlahir dengan raw input
yang telah terset dari sana. Manusia terlahir berbeda.

Ada beberapa pertanyaan yang mencolok di dalam dunia pendidikan kemudian saya
merangkumnya menjadi kalimat yang berbentuk pertanyaan pula. Kemanakah semboyan
³Belajar `eumur Hidup´ atau yang lebih dikenal dengan Long Life Education??? Jawabannya
sebenarnya ada pada akar masalah yang telah kita bahas tadi. Raw input lah jawabannya. Apabila
guru mampu menghargai seluruh kecerdasan bawaan siswa, dan mampu membimbing mereka
secara maksimal, maka tidak perlu adanya ketakutan berlebih dari pihak manapun. Karena pada
dasarnya belajar tak pernah terbatas oleh apapun, dimanapun, dan kapanpun.

Masalah pendidikan tidak akan ada habisnya apabila raw input tidak dapat dihargai secara
maksimal. Perlu adanya kerjasama semua pihak agar kita bisa membuahkan bibit-bibit unggul
yang akan meneruskan kehidupan ke arah yang lebih baik. Kita tidak boleh berpangku tangan
dan hanya menyerahkan semua tugas kepada pihak sekolah. Raw input akan lebih mudah
dikembangkan apabila kalangan       saling memahami. Dikesempatan
lain saya akan membahas tentang pentingnya ketiga kompenen informal-formal-nonformal bagi
pendidikan.

Terimakasih padamu Tuhan atas rahmat perbedaan yang engkau berikan kepada kami. Agar
kami semua tahu bahwa kami merasa memiliki dan mencintai. Agar kami dapat berbagi dan
saling mengisi. Maju Terus Pendidikan Indonesia«(afkhars).Ê

*Penulis adalah Alumni `  Tarakan

Mahasiswa     Unv. Negeri Malang

You might also like