Professional Documents
Culture Documents
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala
adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya
adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau
penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut (Smeltzer & Bare 2002).
c mengacu pada sakit kepala yang terjadi lebih dari 15 hari dalam
sebulan - dalam beberapa kasus bahkan setiap hari - selama tiga bulan atau lebih
(Silberstein, 2005). Chepalgia kronik dapat dikategorisasikan dalam 2 kelompok yaitu
primer dan sekunder.
Chepalgia kronik primer tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, dan lebih
sering dikaitkan dengan panjang pendeknya durasi nyeri, didasarkan apakah seseorang
memiliki episode nyeri kepala yang berlangsung rata-rata kurang atau lebih dari 4 jam.
Saat durasi nyeri kepala kurang dari 4 jam, maka diagnosis yang berbeda dapat meliputi
cluster headache, paroxysmal hemicrania, idiopathic stabbing headache, hypnic
headache, dan short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks dengan
conjunctival injection and tearing (SUNCT). Dan saat durasinya berlangsung lebih dari 4
jam, maka yang termasuk dalam kriteria yang dikeluarkan oleh International
Classification of Headache Disorders (ICHD-2) adalah chronic migraine, hemicrania
continua, chronic tension-type headache (CTTH), and new daily persistent headache
(NDPH) (Headache Classification Committee of the International Headache Society,
2004). Sedangkan Chepalgia kronik sekunder seperti acute headache medication
overuse, head trauma, cervical spine disorders, vascular disorders, dan disorders of
intracranial pressure.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Silberstein and Lipton (2001), prevalensi
Chepalgia kronik yaitu lebih banyak dialami wanita dengan rasio perbandingan 1.8:1.
h
Sakit kepala kronis sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum:
Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain seperti
acetaminophen dan triptans, bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering
dipakai untuk jangka waktu lama.
2. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis. Selain itu, itu terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko
untuk berkembang menjadi sakit kepala kronis.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala kronis.
Mendengkur, yang dapat mengganggu pernapasan di malam hari dan mencegah
tidur nyenyak, juga merupakan faktor risiko.
4. Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat tampaknya
dapat dihubungkan dengan penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.
5. Kafein.
c
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau
setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,
intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan
paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan
cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang
mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
!"#$%&'(
$
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-
pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak
enak, iritabel, memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan
manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
$'
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali
dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO 2.
Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai aura.
$ )
Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada
salah satu sisi kepala tetapi dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual
muntah tidak tahan cahaya (photofobia) atau suara (phonofobia).. Durasi
keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Nyeri kepala sering memburuk saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat
ditempat yang gelap dan ini sering berakhir antara 2 ʹ 72 jam.
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit
otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur
untuk waktu yang panjang.
#$(
1. Teori meningo-vaskuler
2. Teori biokimia
3. Teori neural
$ :
Ergotamine
Sumatriptan
c'$ )
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi
pada pria. Frekwensi nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1% dari
populasi wanita. Nyeri kepala ini lebih jarang dibandingkan dengan migren.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri
yang menyiksa di daerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri
diikuti mata berair, rinorhea dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15
menit sampai 180 menit yang menguat dan menurun kekuatannya. Periode
serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 ʹ 3 serangan perhari, sering
berakhir antara 3 ʹ 16 minggu. Dengan interval antara 6 bulan dan 5 tahun.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri
ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin.
Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang sering
mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun karena nyeri kepala.
Sering menyebabkan perubahan emosional seseorang.
#$(
)$ )
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan
kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit
kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini
sering tergambar sebagai ͞beban berat yang menutupi kepala͟. Sakit kepala ini
cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan
biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik,
antidepresan dan obat relaksan otot.
Hampir sebagian besar dalam hidupnya seseorang pernah mengalami nyeri kepala
tumpul yang menyertai kelelahan, stress, nonton atau membaca yang lama. Nyeri
kepala ini sering memberi respons pengobatan dengan analgesik biasa. Prevalensi
nyeri kepala tension seperti pada migren 75% dengan kronik tension headache
adalah wanita dan tidak ada hubungannya dengan genetic. 40% mempunyai
riwayat keluarga yang menderita nyeri kepala tension. Kira-kira 15% nya sudah
mulai menderita sebelum usia 10 tahun.
,-
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis
dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
1. Secara Farmakologis
1. Terapi Fisik
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu
mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi
sakit kepala kronis. Terapi fisik untuk sakit kepala harian kronis berfokus pada
tubuh bagian atas, termasuk punggung atas, leher, dan wajah. Therapist menilai
dan meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat memperburuk sakit kepala.
Selama sesi latihan, terapis menggunakan terapi manual, seperti pijat,
peregangan, atau gerakan bersama untuk melepaskan ketegangan otot. Metode
lain untuk mengendurkan otot termasuk penggunaan rangsangan panas, kantong
es, dan "rangsangan listrik." Terapis juga mengajarkan penderita sakit kepala
kronis-latihan di rumah untuk memperkuat dan peregangan otot -otot yang dapat
memicu sakit kepala. Dalam terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif
untuk berlatih latihan dan melakukan perubahan atau dia gaya hidupnya untuk
itu menjadi perbaikan.
2. Akupunktur
3. Relaksasi
a. Metode Fisik
b. Metode Mental
4. Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan relaksasi.
Salah satu biofeedback tes paling umum adalah electromyograph (EMG), yang
mengevaluasi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot. Biofeedback juga dapat
mengukur aktivitas otak listrik melalui uji yang disebut electroencephalograph
(EEG). Tes lain, yang disebut termograf, mengukur suhu kulit, karena ketika
seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan temperatur yang
lebih tinggi. Cara lain adalah BVP biofeedback, yang mengajar pasien bagaimana
mengatur dan mengurangi amplitudo nadi dengan membatasi arteri. Ketika
tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, yang diukur dengan
pengujian electrodermograph tangan. Metode Biofeedback telah terbukti dapat
digunakan. Sebuah penelitian yang melibatkan lima belas sesi perawatan
ditemukan bahwa biofeedback berhasil dalam mengurangi baik frekuensi dan
tingkat keparahan sakit kepala di debit dan dari waktu ke waktu. Biofeedback
memungkinkan penderita sakit kepala untuk mengidentifikasi masalah dan
kemudian berusaha untuk menguranginya.
Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau
minuman sebagai faktor sakit kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten
menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa tertunda. Banyak bahan kimia
dalam makanan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala kronis, termasuk
kafein, monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine, dan alkohol.
Beberapa makanan dan minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan
untuk menghindari termasuk minuman berkafein, coklat, daging olahan, keju dan
produk susu fermentasi, kacang, dan alkohol.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis meliputi
depresi, cemas, gangguan tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya.
/
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab
dan sifat dari sakit kepala.
1. ? Data Subyektif
Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri,
lama dan interval diantara sakit kepala.
Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
2. ? Data Obyektif
Suhu badan
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbang kan.
Diantaranya ialah :
buruk.
°? Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
°? Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering
terus.
°? Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului
h
.
c ,
Intervensi:
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti
mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,
pasangan/keluarga
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi,
metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari
kegiatan yang daoat diajarkan.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang
diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat
pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.
Intervensi ;
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau
terapi yang bukan terapi medis
-
Marylin E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Silberstein, 2005, Chronic daily headache, diakses pada 9 Mei 2010, http://www.jaoa.org.
Silberstein and Lipton, 2001, Chronic daily headache including transformed migraine,
chronic tension-type headache, and medication overuse. In: Silberstein SD, Lipton
RB, Dalessio DJ, eds. Wolff's Headache and Other Head Pain. New York, NY: Oxford
University Press
Sylvia A & Price, W 2005. Ê Ê Ê Ê
. Edisi 4 Buku 2.
EGC, Jakarta.