Professional Documents
Culture Documents
90
a. Besarnya jaminan penawaran berkisar antara 1-3 % dari harga
penawaran, untuk kesegaraman besarnya akan ditentukan pada
waktunya Aanwijzing.
b. Jaminan penawaran tersebut akan dikembalikan apabila yang
bersangkutan tidak menjadi pemenang dalam pelelangan.
c. Jaminan penawaran menjadi milik negara apabila mengundurkan diri
setelah memasukkan surat penawaran ke dalam kotak pelelangan,
peserta yang menang berhak menerima surat penunjukkan.
d. Penawaran yang telah ditunjuk sebelum menandatangani kontrak
diwajibkan memberi jaminan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh
lembaga penjamin yang besarnya ditentukan 5% dari nilai kontrak
(bagi penawar yang besarnya Rp. 50 juta), yang berlalu sampai dengan
selesainya masa pemeliharaan.
e. Pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Pemimpin Proyek, maka
jaminan penawaran yang bersangkutan dikembalikan.
f. Bila pelelangan dinyatakan batal maka jaminan penawaran
dikembalikan.
Pasal 3
Pelaksanaan Penawaran
a. Penawaran dilaksanakan dengan sistem satu sampul yang disediakan
oleh pemborong.
b. Sampul tersebut berisi :
1. Surat penawaran rangkap 5, dibuat pada kertas yang berkop
perusahaan masing-masing. Surat penawaran tersebut diisi
lengkap diberi tanggal, diberi nama jelas, diberi materai 6000
rupiah dan pada materai tersebut nama jelas penawar,
ditandatangani dan disetempel perusahaan.
2. Daftar Perincian Biaya Pekerjaan (Daftar Kuantitas dan Harga)
rangkap 5 dibuat sesuai formulir yang telah disediakan oleh
panitia. Daftar Perincian Biaya Pekerjaan termasuk diberi
A. UMUM
1. Uraian
Pekerjaan sub base ini meliputi pengadaan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat
(batu pecah) yang berdegradasi baik di atas permukaan urugan pilihan
yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemprosesan
meliputi pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan
operasi lain yang diperlukan untuk mendapatkan bahan yang
memenuhi persyaratan dari spesifikasi.
2. Toleransi dimensi
a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan gambar dan tidak
lebih rendah dari 2 cm dengan yang telah disyaratkan.
b. Permukaan lapis pondasi bawah harus rata agar tidak
menampung air dan semua punggung permukaan harus sesuai
dengan gambar dan rencana.
c. Tebal minimum untuk lapis pondasi tidak boleh kurang dari yang
telah disyaratkan kurang dari 1 cm.
d. Pondasi sub base setiap lapisnya tidak boleh dipasang lebih dari
15,5 cm tebal padat.
3. Standar rujukan
T-89 – 81 : Penentuan batas cair dari tanah
B. MATERIAL
1. Sumber material
a. Material untuk lapis sub base harus dipilih dan memenuhi
spesifikasi serta standar yang berlaku
- Ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu disesuaikan dengan yang
disarankan
- Seluruh produk harus baru
b. Kelas lapis pondasi agregat
Lapis pondasi untuk sub base digunakan agregat kelas B
c.Fraksi agregat kasar
Agregat kasar yang tertahan ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel
yang keras, awet atau pecahan dari pada atau keikil. Bahan yang pecah
bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
d. Fraksi agregat halus
Agregat halus yang lolos dari saringan 4.75 mm harus terdiri dari
partikel alami atau pasir pecah
e.Sifat material yang disyaratkan
Lapisan sub base harus bebas dari benda organis dan gumpalan
lempung dan harus memenuhi kebutuhan gradasi setelah dipadatkan
juga sifat yang diberikan.
Sifat Kelas B
(%)
- Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T.96 –77) 0 – 50
- Indeks plastisitas (AASHTO T.90 – 81) 4 – 10
- Batas cair (AASHTO T.89 – 81) -
- Bagian yang lunak (AASHTO T.112 –81) -
- Hasil kali IP dengan prosentase lolos 75 35 min
micron
- CBR (AASHTO T.193 – 81)
- Rongga dalam agregat mineral pada kepadatan 10 min
maksimum
Sumber : Spesifikasi DPU Bina Marga
2. Pencampuran material
Pencampuran material agar memenuhi persyaratan, dikerjakan di unit
pencampur menggunakan pengumpan mekanis yang telah dikalibrasi.
3. Pemasangan dan pemadatan
Lapis sub base yang akan dipasang pada permukaan sub grade yang
baru disiapkan, lapisan harus selesai sepenuhnya.
4. Penghamparan
A. UMUM
1. Uraian
Pekerjaan base course meliputi pengadaan, pemprosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan batu pecah
kelas A yang telah digradasi di atas permukaan yang telah
dipersiapkan sesuai perintah direksi teknik. Pemrosesan meliputi
pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran untuk
menghasilkan bahan yang memenuhi persyaratan.
2. Toleransi dimensi
- Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan rencana, tinggi
permukaan tidak lebih dari 1 cm di atas tanah atau di bawah
permukaan yang direncanakan pada suatu titik
- Deviasi maksimum yang diijinkan dalam kerataan permukaan
adalah 1 cm dari mistar lurus 3 meter panjang dipasang pada
permukaan akhir jalan sejajar dengan sumbu jalan dan 1,25 cm
bila dipasang melintang jalan
- Tebal minimum tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan
- Pondasi agregat tidak diperbolehkan dipasang dalam lapisan
yang tebalnya melebihi 20 cm tebal padat juga tidak kurang dari
15 cm tebal padat.
3. Standart rujukan ( AASHTO)
T-89 – 81 : Penentuan batas cair dari tanah
T-90 – 81 : Penentuan batas elastis dan indeks plastis tanah
T-87 – 80 : Ketahanan terhadap abrasi dari agregat menggunakan
media Los Angeles
63 100
37,5 100
19 65 – 81
Kelas A
Sifat
(%)
Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T.90 - 77) 0 – 40
Indeks plastisitas (AASHTO T.90 – 81) 0–6
Batas cair (AASHTO T.89 – 81) 0 – 35
Bagian yang lunak (AASHTO T.112 – 81) 0–5
Hasil kali IP dengan prosentase lolos 75 micron 25 max
CBR (AASHTO T.193 – 81) 80 min
- Rongga dalam 14 min
agregat mineral pada kepadatan maksimum
Sumber : Spesifikasi DPU Bina Marga
7. Pencampuran
Untuk memenuhi persyaratan, pencampuran harus dilakukan di unit
pencapuran yang disetujui, menggunakan penguapan mekanis yang
telah dikalibrasi. Campuran harus dengan proporsi yang benar.
Waktu setelah
Keterangan
penghamparan
Penggilasan awal 0-10
Penggilasan antara 10-20
Penggilasan akhir 20-45
SUHU PENYEMPROTAN
JENIS BAHAN PENGIKAT BATAS PERBEDAAN SUHU
SEMPROT
Cut Back-25 bagian kerosin 1100C ±10 0 C
Cut Back-50 bagian kerosin 700C ±10 0 C
Cut Back-75 bagian kerosin 450C ±10 0 C
Cut Back-100 bagian kerosin 300C ±10 0 C
Aspal emulsi 200C ± 70 0 C
Catatan: Tindakan pencegahan untuk keamanan penuh harus dilakukan jika
memanaskan aspal cut back yang sesuai dengan dokumen Bina Marga RD 0.3.6
(vol.1) Lampiran E”Langkah – lanhkah Pengamanan dalam
Penanganan,Pengangkutan dan Penyimpanan Aspal”
(f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus
disingkirkan dari permukaan memakai penggaruk baja atau dengan cara
lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Teknik
dan bagian yang telah digaruk tersebut harus dicuci dengan air dan
disapu.
(g) Untuk pelaksanaan lapis resap pengikat di atas lapis pondasi agregat
kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik
agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat
halus tidak akan diterima.
2. Material
(1) Umum
(a) Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
campuran kerja, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari
75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik.
(c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling
sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk
campuran aspal dan selanjutnya timbunan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit 40 % dari sisa kebutuhannya.
(d) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold Bin
yang terpisah. Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber
agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.
(2) Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti di bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau
campuran yang memadai dari batu pecah dengan kerikil besi, kecuali
fraksi agregat kasar untuk Latasir Kelas A atau B boleh bukan batu
pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk setiap jenis campuran dapat
diterima oleh Direksi Teknik hanya bila bahan tersebut diperagakan
dengan pengujian laboratorium. dan semua ketentuan sifat campuran
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan Pengisi
pada Campuran AC
Ukuran ayakan Persentase Lolos
25 100
19 100
12,7 75-100
9,5 60-85
4,75 38-55
2,36 27-40
600 14-24
300 9-18
150 5-12
75 2-8
Sumber : RKS dan Spesifikasi DPU Bina Marga
(4) Pemeriksaan Variasi Kadar aspal
Suatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus diperiksa
dengan tidak kurang dari 5 variasi kadar aspal. Variasi kadar aspal harus
dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat, sekurang-kurangnya harus
terdapat dua variasi di atas dan dua variasi di bawah kadar aspal yang
diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk stabilitas Marshall, Marshall
Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara Pemeriksaan berikut harus
digambarkan :
- Stabilitas terhadap kadar aspal
- Flow terhadap kadar aspal
- Berat satuan terhadap kadar aspal
- Kadar rongga terhadap kadar aspal
- Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal
(5) Penentuan Kadar Aspal Optimum Sementara
9. Penghamparan Campuran
(1) Menyiapkan permukaan yang akan dilapisi
(a) Sesaat sebelum penghamparan campuran aspal, permukaan yang ada
harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak dikehendaki
dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual (dengan tangan)
jika diperlukan.
(b) Bila permukaan yang akan dilapis, terdapat ketidakrataan itu rusak, atau
menunjukkan ketidakstabilan, atau mengandung material permukaan
lama yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
ke perkerasan di bawahnya, harus dibuat rata ternebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau lunak
harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan atau diperbaiki
dengan campuran aspal atau material lain kemudian dipadatkan.
Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang
diperlukan untuk konstruksi pondasi agregat.
(2) Sepatu (screed) tepi
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis serta ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi dari tempat dimana
campuran aspal panas akan dihampar.
(3) Penghamparan dan Pembentukan
(a) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin
penghampar harus dipanaskan. Campuran harus dihampar dan diratakan