Professional Documents
Culture Documents
IDSS
Australia Community Development and Civil Society Strengthening Scheme Phase II
ACCESS
Buletin
Membumikan Konsep
Tata Kepemerintahan Lokal
yang Demokratis
Wawancara: DR. Ir. H. Rosiady Husaenie Sayuti, M.Sc. UU Pelayanan Publik
Oya, sebelum itu kami perkenalkan diri dulu. Kami Sloka Institute adalah
lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasi di Denpasar Bali. 02. Dapur Redaksi | Daftar Isi
Mulai Juli lalu, kami bekerja sama dengan ACCESS Tahap II untuk mengelola 03. Surat Pembaca | Interaksi
majalah empat bulanan ini. Sebelumnya majalah ini dikelola oleh ACCESS
sendiri dengan sumber daya yang ada. 04. Editorial
10. Wawancara
Nah, sejak edisi September ini, Sloka Institute yang akan mengelola. Kami 11. Opini
bertanggung jawab untuk memproduksi majalah mulai dari perencanaan, 12. Galeri
penulisan, penataletakan (layout), hingga percetakan. Semua tahapan itu
tentu saja dikerjakan dengan tetap berkoordinasi dengan tim ACCESS Tahap 14. Pojok Kebijakan
II. 15. Inspirasi
16. Kabar Lapangan
Tak hanya pengelolaan yang berganti, materi majalah ini pun mengalami
beberapa perubahan, yang semoga, lebih baik dari edisi sebelumnya.
18. Jaringan
Misalnya gaya penulisan dan desain yang dibuat lebih populer. Kami 19. Referensi
berusaha membuatnya lebih baik. 20. Update
22. Profil
Menurut rencana, majalah ACCESS harus terbit tiap empat bulan sekali.
Namun dalam praktiknya tim redaksi harus menyelesaikan majalah ini kurang 23. Selingan
dari setengah waktu yang diberikan tersebut. Ini karena masalah-masalah
teknis seperti persiapan kerjasama, penentuan tema, dan semacamnya.
Buletin ACCESS adalah media publikasi program dan
kegiatan Australian Community Development and
Tema edisi ini adalah tentang keterlibatan (engagement) warga dalam
Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase
mendorong Tata Kepemerintahan Lokal yang Lebih Demokratis (TKLD). II. Buletin ini diterbitkan tiap empat bulan sekali
dengan target pembaca dari kalangan masyarakat
Meski penulis dan pengelola majalah ini adalah wartawan yang sudah biasa umum, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah,
meliput isu-isu lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun isu TKLD adalah serta kalangan lain yang relevan dengan program
hal baru bagi kami. Caranya, selain kami berusaha keras dengan membaca ACCESS untuk mewujudkan tata kepemerintahan
berbagai referensi dari ACCESS terkait dengan program secara umum lokal yang demokratis.
maupun tentang TKLD, kami juga belajar dari lapangan. Kami melakukan riset,
reportase, dan wawancara dengan narasumber yang relevan. Salah satunya Tim Buletin ACCESS
adalah ke Nusa Tenggara Barat (NTB), salah satu lokasi program ACCESS Pemimpin Redaksi: Direktur Program Tahap II
Tahap II. Selama lima hari, reporter kami Luh De Suriyani menemui berbagai Redaksi Pelaksana: STO MEL ACCESS Tahap II
pihak terkait dengan tema ini seperti Badan Perencanaan Pembangunan Kontributor: Staf ACCESS dan Mitra
Daerah (Bappeda) NTB, lembaga mitra, dan tentu saja warga yang terlibat.
Reportase ini kami lakukan agar kami bisa menyampaikan persoalan dengan Tim Produksi Sloka Institute
lebih, meminjam istilah dalam media mainstream, basah. Koordinator: Anton Muhajir
Reporter: Luh De Suriyani
Selain itu, kami juga sekalian membagi pengetahuan dan kemampuan kami Designer: Agus Sumberdana
dalam media relations ataupun jurnalistik. Kami berencana melakukan Kartunis: Syamsul “Isoul” Arifin
reportase dan diskusi semacam ini juga ke daerah lain. Jadi, silakan sabar
menunggu kedatangan kami seperti halnya menunggu kedatangan majalah Alamat Redaksi
edisi selanjutnya. [Redaksi] Jl Noja Ayung No 3 Gatsu Timur
Denpasar 80237
02
acces-mockup-mas OK.indd 2 9/10/2009 2:39:58 PM
Surat Pembaca
Perlu Bahasa yang Lebih Mudah Dimengerti Siap Menyumbang Bahan Tulisan
Informasi yang ditulis Buletin ACCESS selama ini sangat Karena memiliki banyak bahan menarik untuk
membantu untuk menambah pengetahuan dan wawasan dipublikasikan di Buletin ACCESS, kami sangat ingin bisa
masyarakat. Karena kami bisa tahu pengalaman kegiatan dimuat di buletin. Cuma karena tidak punya akses ke
maupun program di daerah lain. Kami juga bertambah redaksi buletin, kami hanya memendam keinginan itu.
wawasan misalnya kalau ada tulisan tentang buku atau Selain itu juga karena tidak ada permintaan dari redaksi.
jaringan. Makanya besok-besok kalau butuh informasi, silakan
kontak kami.
Kami juga lebih termotivasi kalau majalah ini menyertakan
foto dan gambar kegiatan. Masyarakat jadi termotivasi Program kami selama ini lebih banyak untuk community
untuk melakukan kegiatan seperti yang dimuat di majalah. development seperti pemberdayaan masyarakat
Apalagi kalau cerita dan foto kami ada di majalah, kami terutama di bidang teknologi informasi dan data base.
pasti jauh lebih senang. Sebab kami bisa membagi Salah satu program terakhir kami adalah pembuatan
pengalaman untuk pembaca di daerah lain. data base di Kabupaten Jeneponto. Selama enam bulan
kami mengumpulkan data tersebut dari seluruh desa di
Untuk perbaikan majalah, saya usul agar penulisannya kabupaten. Saat ini sudah ada permintaan dari Kabupaten
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh Bantaeng.
masyarakat umum. Kalau orang LSM kan tidak apa-apa
membaca tulisan dengan bahasa yang ada saat ini. Karena Selain itu, kami juga mengusulkan adanya Koran Desa di
mereka sudah tahu bahasa internasional sekalipun. dua kabupaten yaitu Jeneponto dan Bantaeng. Dengan
Maka, kami berharap majalah edisi selanjutnya akan sekitar 180 desa di sini tentu bagus kalau ada media
menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti penyebaran informasi sesama warga desa. Semoga
masyarakat. ACCESS bisa memfasilitasi.
Darius ND – Staf Koppesda
Jl Piere Tendean No 1 Kampung Arab Rahmat – Yayasan Mitra Turatea
Waingapu Sumba Timur Jl Lanto Daeng Pasewang No 195
Nusa Tenggara Timur Jeneponto Sulawesi Selatan
Email koppesda_sumba@telkom.net Email a_rahmat74@yahoo.com
Interaksi
Saya terbantu dengan ulasan-ulasan Implementasi metodologi itu ternyata untuk
mengenai metodologi program mengakomodasi warga untuk terlibat dalam
penjangkauan yang dibahas di Buletin musyawarah pembangunan desa (Musrenbang). Ini
ACCESS. Misalnya CLAPP atau Outcome menarik sekali. Saya pernah mengikuti pertemuan
Mapping. Bagus sekali ACCESS berbagi pemerintah dan warga yang melibatkan semua LSM.
tentang metodologi-metodologi itu dan Bagus sekali kalau bisa begitu.
semoga terus ada rubriknya. Ini berguna
untuk internal NGO, tapi memang akan Namun, sayang, saya sering lupa dengan isi
sulit dipahami masyarakat umum. dan kampanye Buletin ACCESS karena jadwal
penerbitannya lama, empat bulan sekali. Kalau
Karena itu sebaiknya ada porsi tulisan- lembaganya pasti ingat terus tapi majalahnya sering
tulisan yang bisa dipahami masyarakat lupa mengulas apa saja.
secara luas. Agar pengalaman di lapangan
bisa dipelajari publik. Kalau isinya terlalu merujuk pada Catur Y. Hariani
penggunaan istilah-istilah teknis NGO, terlalu akademis, Direktur Eksekutif Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup
jadi tidak membumi. (PPLH) Bali Jl Hang Tuah No 24 Sanur Denpasar Bali Telp.
0361 – 288221 Email : info@pplhbali.or.id
Anda pernah mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)? Bagaimana sebaiknya proses
Musrenbang berlangsung agar bisa memperhatikan semua pendapat dan peserta terlibat aktif?
Kirimkan ide-ide kreatif Anda sebagai usulan maksimal 300 kata ke alamat redaksi Buletin ACCES melalui
email ke: info@sloka.or id. Misalnya: Menurut saya Musrenbang harusnya bisa juga menampung pendapat
masyarakat melalui SMS atau email. Opini paling menarik akan dipublikasikan dan mendapat hadiah.
03
acces-mockup-mas OK.indd 3 9/10/2009 2:39:58 PM
Editorial
Perlunya Melibatkan Warga dalam Pembangunan
ini merupakan bentuk keterbukaan dan Sumba Timur warga marginal
pengelolaan oleh aparat negara. sudah terlibat dalam perencanaan
Contoh lainnya adalah community dengan merancang dan menggunakan
complaint centre, yang lebih akrab local poverty indicator atau ukuran
disebut community centre. Melalui tingkat kemiskinan dengan indikator
contoh-contoh tersebut, warga bisa lokal. Dalam proses ini warga sendiri,
berinteraksi dengan pemerintah bukan orang lain, membuat penilaian
secara langsung dan memberi umpan terhadap tingkat kemiskinan mereka
balik terhadap pelayanan yang mereka dengan menggunakan indikator seperti
terima. bangunan tempat tinggal, pola makan,
pola penanganan anggota keluarga
Tata Kepemerintahan Lokal yang yang sakit, kepemilikan ternak, tingkat
Dari Wawancara dengan Paul Boon Demokratis (TKLD) sendiri merupakan pendidikan, dan seterusnya.
Direktur Program ACCESS Tahap II fokus besar. Ada empat area kunci
di mana masyarakat sipil bisa Hasil ini dituangkan di sebuah peta
Program ACCESS Tahap II bertujuan mempengaruhi untuk mewujudkan desa (peta sosial dan ekonomi)
agar warga dan organisasi mereka TKLD yaitu memastikan partisipasi sebagai bagian dari informasi yang
berdaya serta memiliki posisi tawar warga, meningkatkan transparansi, digunakan warga untuk membuat
yang memadai untuk melakukan akuntabilitas, dan keterbukaan Rencana Pembangunan Jangka
interaksi aktif dengan pemerintahan informasi; memastikan pelayanan Menengah Desa (RPJMDes). Misalnya
lokal, baik eksekutif maupun legislatif, publik yang bermutu, serta ketika ada bantuan dari pemerintah,
dalam upaya meningkatkan hasil-hasil mengupayakan keadilan sosial dan warga sudah tahu siapa yang berhak
pembangunan. penegakan hukum. Keberpihakan mendapatkan. Atau ketika perlu biaya
pada kelompok yang termarginalkan untuk pembangunan, warga sudah
Ada tiga pihak yang terlibat sangat penting. Contohnya, partisipasi tahu siapa saja warga desa yang kaya
dalam proses pembangunan yaitu warga hanya berarti jika ada yang mampu menyumbang.
pemerintah, swasta, dan civil society keterlibatan semua pihak terutama
seperti organisasi warga, kelompok orang miskin, perempuan, dan Meski demikian, menurut ACCESS,
masyarakat, partai politik, organisasi masyarakat terpinggirkan di berbagai hal yang lebih penting bukanlah
massa, dan seterusnya. Dalam tingkat. Sebab selama ini pelaksanaan benda seperti RPJMDes atau ukuran
praktiknya, swasta menjadi pihak yang pembangunan terutama melibatkan tingkat kemiskinan itu tadi. Semua
mendominasi dua pihak lain. Karena elit setempat. Musyawarah Rencana itu hanya alat. Hal yang lebih penting
itu masyarakat sipil harus didorong Pembangunan (Musrenbang) misalnya bagi ACCESS adalah bahwa warga
agar berdaya dan mempunyai posisi lebih banyak diikuti elit desa setempat terutama yang miskin, perempuan
tawar terutama dalam hubungannya daripada masyarakat miskin atau dan kelompok marginal lain sudah
dengan pemerintah. perempuan. berdaya. Dengan demikian mereka
bisa merencanakan dan menentukan
Masyarakat sipil tidaklah tunggal. Agar forum seperti Musrenbang pembangunannya sendiri.
Sangat banyak aktor yang terlibat. ini bisa diikuti masyarakat umum,
Karena itu ACCESS menggunakan perlu ada dua arah pendekatan. Partipasi warga tidaklah berdiri
prinsip program harus berpihak Pertama, meningkatkan kapasitas sendiri. Dia terkait dengan area lain
pada perempuan, warga miskin, warga. Selain kesadaran kritis juga seperti transparansi dan akuntabilitas
dan kelompok terpinggirkan kemampuan untuk berinteraksi aktif. serta keadilan sosial. Partisipasi juga
lain. Strateginya melalui tiga hal Kedua, melakukan pendekatan pada mewujudkan adanya rasa memiliki
yaitu pemberdayaan masyarakat, formal leader seperti kepala desa pada warga sehingga mereka mau
meningkatkan interaksi dinamis para atau pemimpin komunitas setempat. melaksanakan proses sejak awal dan
pihak, dan memperluas dampak Sebab kalau pihak seperti ini tidak bersemangat melaksanakan program.
(scaling up) ke daerah lain. Masyarakat didekati, jangan-jangan mereka tidak
sudah berdaya ketika sudah memiliki mau menerima masyarakat lain untuk
kesadaran kritis, mereka terorganisir, terlibat dalam Musrenbang itu sendiri.
serta mampu memobilisasi sumber
daya yang ada seperti keahlian, uang, Warga akan mengambil
fisik, dan seterusnya. tanggungjawab di dalam Pusat pengaduan pelayanan publik
pembangunan jika sejak awal mereka di desa sangat membantu. Kalau di
Interaksi aktif dengan pemerintah memang dilibatkan. Di ACCESS, warga kantor pemerintah, ibu-ibu kan malu,
bisa dilihat misalnya ketika warga bisa sudah dibiasakan untuk terlibat belum lagi ditanyakan macam-macam.
menuntut hak mereka sebagai warga bahkan sejak pemetaan wilayah. Di Sekarang kami, perempuan di desa tidak
cuma manggut-manggut saja, tapi ikut
negara terkait dengan pembangunan. semua kabupaten lokasi program ngomong. (Kustiyah, Ketua Community
Salah satu contoh di lapangan adalah ACCESS Tahap I yaitu Jeneponto, Center (CC) Mandiri, Desa Kekeri,
penggunaan citizen report card di Bantaeng, Lombok Tengah, Lombok Lombok Barat)
beberapa daerah lokasi program. Kartu Barat, Buton, Muna, Sumba Barat
04
acces-mockup-mas OK.indd 4 9/10/2009 2:39:59 PM
Fokus
Buku keluhan warga di Desa Kekeri, Lombok Barat Foto : Luh De Suriyani
Keduanya pun membuat kesepakatan bersama tentang ACCESS telah melaksanakan programnya di Indonesia
Mekanisme Kontrol Masyarakat terhadap kinerja sejak tahun 2002. Sejak Mei 2008 lalu, tahap II telah
pelayanan kesehatan di Puskesmas Penimbung. Di dimulai untuk periode lima tahun ke depan. Menurut
antaranya menyangkut waktu operasi Puskesmas, daftar Endah Nirarita, Senior Technical Officer Monitoring,
pelayanan gratis bagi masyarakat miskin, juga mekanisme Evaluation, and Learning (STO MEL) ACCESS, program
pengaduan. Pengaduan dapat dilakukan dengan cara lisan ACCESS Tahap II didesain berdasarkan keberhasilan-
dan surat secara berjenjang sesuai struktur yang ada dan keberhasilan ACCESS Tahap I.
harus segera ada pertanggungjawabannya ke masyarakat.
Kesepakatan per tanggal 23 Januari 2007 itu Kini kekuatan kapasitas tersebut dibawa ke tingkat lebih
ditandatangani perwakilan masyarakat Desa Kekeri Sri lanjut. Sehingga warga juga bisa terlibat aktif dalam
Rahmadani dan dr. Made Arimbawa Kepala Puskesmas proses pembangunan itu sendiri dan dampaknya dapat
Penimbung. dirasakan pada tingkat lebih luas, yaitu kabupaten. Inilah
mimpi yang coba diwujudkan ACCESS, bahwa warga bisa
Proses terwujudnya kesepakatan tertulis atau terlibat dalam demokratisasi.
Memorandum of Understanding (MoU) ini bukan perkara
mudah. “Kami di CC pernah didemo Puskesmas,” ujar
05
acces-mockup-mas OK.indd 5 9/10/2009 2:39:59 PM
membangun kapasitas dan keberdayaan warga.
“Keterlibatan publik merupakan salah satu prasyarat
untuk mewujudkan TKLD,” ujar Endah. Selain keterlibatan Perjuangan Melibatkan Minyak dan Air
publik ini hal lain yang perlu dijadikan ukuran adalah Menggunakan pendekatan ini pula maka bagi ACCESS,
transparansi dan akuntabilitas, akses informasi, dan pemerintah harus diajak. Ini bukan hal mudah bagi OMS
keadilan sosial dan perbaikan pelayanan publik. termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM). Sebab
selama ini sudah kadung jadi anggapan umum bahwa
Adapun selain NTB, provinsi lain yang menjadi lokasi pemerintah dan LSM ibarat minyak dan air, susah untuk
program adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi bersatu meski ada di satu tempat. “Kita harus melibatkan
Selatan (Sulsel), dan Sulawesi Tenggara (Sultra). Di pemerintah karena mereka yang punya tanggung jawab,
masing-masing provinsi itu ACCESS akan menciptakan wewenang dan juga sumberdaya (anggaran, misalnya)
ruang dan menyediakan ruang agar partisipasi warga untuk melaksanakan pembangunan. Namun warga juga
dalam pembangunan bukanlah sekedar mimpi. Untuk harus terlibat aktif,” kata Endah.
itu, ACCESS mendorong terjadinya interaksi dinamis
(engagement) antara warga dengan OMS, antar OMS ACCESS Tahap II berdasar pada pemahaman bahwa tata
sendiri dan antara warga dengan pemerintah untuk kepemerintahan mewakili sebuah sistem yang kompleks.
menjamin keadilan bagi perempuan, orang-orang miskin Sistem tata kepemerintahan cukup rumit dikarenakan
dan kelompok terpinggirkan lainnya. melibatkan berbagai faktor. Ada pemerintahan di berbagai
tingkat, dewan perwakilan rakyat, warga masyarakat
Dalam program ACCESS Tahap II, keterkaitan itu diperluas dengan berbagai tingkat pengaruh dan kekuasaan, sistem
di tingkat kabupaten, bukan lagi di tingkat desa atau peraturan, budaya pembuatan keputusan dan distribusi
komunitas. Salah satunya dengan memberdayakan manfaat, berbagai jenis kepemimpinan, serta tingkat
warga agar mereka mampu menuntut pemenuhan partisipasi dan kemampuan perorangan yang berbeda-
atas hak-haknya. Kasus di Desa Kekeri hanya satu dari beda.
sekian contoh bagaimana keterlibatan warga dalam
pembangunan bisa terwujud sehingga masyarakat Untuk mempengaruhi sistem agar lebih demokratis cara
mampu meningkatkan kualitas hidupnya, dalam hal pelaksanaannya perlu keterlibatan aktor-aktor penting
pelayanan kesehatan. dari masyarakat sipil, pemerintah, dan hingga sektor
swasta. Salah satu faktor yang dapat mengubah sistem
Hasil itu terwujud karena pada dasarnya warga adalah perubahan perilaku dari aktor-aktor tersebut.
sudah memiliki kemampuan, di mana bagi ACCESS ACCESS, melalui staf dan mitra strategisnya, bekerja
ini merupakan modal penting untuk mewujudkan secara langsung dengan OMS yang terpilih (istilahnya
pembangunan yang lebih adil. Pendekatan untuk Boundary Partners atau mitra langsung). Sasarannya,
mewujudkan program ini memang asset based. mendorong terwujudnya TKLD dengan bekerja di
Pendekatan ini menekankan bahwa pembangunan sejumlah wilayah utama dengan fokus pada perempuan,
masyarakat harus dimulai dari modal yang sudah ada. kaum miskin dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan
Dalam kasus di Desa Kekeri misalnya berupa kemampuan lainnya.
warga untuk bernegosiasi, harus dipergunakan sebaik-
baiknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya mempromosikan partisipasi publik di dalam
Karenanya, tujuan dari program ACCESS Tahap II adalah pembuatan keputusan, mendorong adanya transparansi,
akuntabilitas dan akses terhadap
informasi, membantu penyediaan layanan
publik yang berkualitas, serta mendorong
keadilan sosial dan penegakan hukum.
Tiap kelompok diyakinkan memiliki suara
dalam proses dan pembuatan keputusan
yang berdampak pada kehidupan mereka.
Dengan demikian pelayanan publik
diharapkan mudah didapatkan, mudah
digunakan, dan mudah untuk diakses.
Rukmawati, salah satu perempuan penggerak Berugak Sartono menambahkan, di tingkat lebih lanjut peta sosial
Desa, menunjukkan peta desa dengan tiga warna titik, itu kemudian diwujudkan dalam RPJM. KPM masing-
merah, kuning dan hijau yang memenuhi peta Desa masing desa terlibat pula dalam pengawalan agar hasil
Kopang Rembiga. “Warna merah termasuk kategori pemetaan itu bisa masuk dalam RPJM tersebut. Sebagai
miskin, kuning ekonominya menengah, sedangkan hijau contoh, 42 desa di Jeneponto dan 26 desa di Bantaeng
berarti kaya,” jelasnya pada Rochelle White, staf AusAID sudah menyusun RPJM berdasarkan peta sosial tersebut.
yang tertarik mempelajari Berugak Desa.
Namun RPJM dan peta sosial itu bukan hal terpenting
Peta Sosial merupakan modal awal untuk merencanakan dalam proses ini. Semua itu hanya alat. Hal yang lebih
pembangunan. Pemetaan tersebut selalu ditekankan penting bagi ACCESS adalah bahwa warga sudah berdaya.
ketika mitra ACCESS akan memulai program. Bukan “Dengan demikian mereka bisa merencanakan dan
hanya di NTB, tapi di tiga provinsi lainnya juga yaitu Nusa menentukan pembangunannya sendiri,” kata Paul.
Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan
Sulawesi Tenggara (Sultra). “Hampir semua lokasi program Karena itulah, bagi ACCESS, keterlibatan warga itu harus
ACCESS selalu menggunakan perencanaan desa secara disebarkan hingga tingkat paling bawah seperti di desa.
partisipatif,” kata Paul Boon, Direktur Program ACCESS Di Lombok Tengah, misalnya, Berugak Desa diperluas
Tahap II. ke empat desa lain yaitu Desa Bebuak, Waja Geseng,
Montong Gamang, dan Lendang Ara.
Menurut Paul, perencanaan secara partisipatif ini
penting untuk mendorong keterlibatan warga dari awal
dalam proses pembangunan. Salah satu hal penting
Foto : Luh De Suriyani
Menyebarkan Keterlibatan
Peta sosial juga berguna untuk memetakan prioritas Diskusi di berugak
08
acces-mockup-mas OK.indd 8 9/10/2009 2:40:00 PM
Foto : Anton Muhajir
“Saya ingin terlibat dalam Berugak Desa ini. Desa saya
banyak pengepul sampah, ada potensi sampah organik
yang bisa diolah,” ujar Suratman, lelaki 28 tahun, Kepala
Desa Montong Gamang.
Mengejar Ketertinggalan
Keterlibatan warga dalam proses pembangunan juga
terjadi di Kelompok Kahuripan di Desa Batulayar,
Kecamatan Batulayar, Lombok Barat. Awalnya sejumlah
dusun dengan sedikitnya 500 orang warga di kawasan ini
terisolasi tanpa air dan listrik. Ironisnya, dusun ini dekat
kawasan wisata paling terkenal di Lombok, Senggigi.
Bahkan, sekitar 300 meter dari Dusun Duduk Bawah,
sedikitnya terdapat lima villa megah dengan limpahan Peta sosial Desa Arungkeke, Kec. Arungkeke, Kab. Jeneponto
listrik.
”Saya dan teman saya ingin tamat SD dan bisa lancar
Didampingi Yayasan Tunas Alam Indonesia (SANTAI), mitra membaca, saya belajar sendiri disini sama anak-
lokal ACCESS NTB, warga mengejar ketertinggalannya. anak,” ujar Jumilah yang baru-baru ini mengikuti
Pada tahun 2004 diadakan berbagai macam pertemuan ujian persamaan tingkat sekolah dasar, Kejar Paket A.
mulai dari tingkat dusun sampai pada tingkat desa. Menurutnya sistem belajar di sekolah formal terlalu kaku,
Pertemuan itu diadakan di pesantren dan masjid. “Waktu sehingga anak-anak lebih bergairah belajar duduk lesehan
itu saya belum paham maksud dan tujuannya,” aku beratap langit di rumahnya.
Samidin, pemuda dusun setempat.
Proses yang tak kalah pentingnya kemudian adalah
Dari pertemuan-pertemuan itu Samidin dan warga melakukan pengawasan. Tidak harus dengan cara
membuat peta sosial, analisis persoalan, dan perencanaan berhadap-hadapan dengan pemerintah, tapi bisa
pembangunan desa. “Ini proses demokrasi pembangunan dengan berkolaborasi. Di Praya, Lombok Tengah, sebuah
paling demokratis yang pernah saya temui,” jelas pria forum Konsorsium LSM, tengah mewujudkan kolaborasi
tamatan SLTA ini. itu. Forum gabungan 24 LSM di Loteng ini tengah
mengupayakan kolaborasi dengan pemerintah daerah
Tiga dusun yang terisolasi yakni Dusun Batu Bolong, melalui keterlibatan dalam perencanaan pembangunan
Duduk Bawah, dan Duduk Atas menyatukan diri demikian juga pengawalan implementasinya.
dalam Kelompok Kahuripan. Kahuripan artinya hidup
atau kehidupan. “Kami ingin bangkit,” ujar Samidin. “Perlu kapasitas teman-teman LSM agar RPJM berkualitas.
Tahapan proses perubahan ini juga melibatkan instansi Jangan hanya mengajukan usulan. Perlu konsep
pemerintahan desa yang kemudian mendukung perancangan makro,” ingat Lalu Rasyidi, Kepala Badan
pengadaan pipa air. Permusyawarahan Masyarakat Daerah (BPMD) Kabupaten
Lombok Tengah, NTB. [Luh De Suriyani]
Kasus anak putus sekolah dan buta huruf coba dikurangi
dengan sanggar belajar alternatif. Salah satu aktor
penggeraknya adalah Jumilah, perempuan 27 tahun
mantan pembantu rumah tangga warga Dusun Duduk Komentar, kritik, dan saran dapat dikirimkan
Bawah yang kini mengabdi untuk mendidik anak-anak langsung melalui email ke : info@sloka.or.id
setempat. Kunjungi juga website kami www.sloka.or.id
09
acces-mockup-mas OK.indd 9 9/10/2009 2:40:01 PM
Wawancara
DR. Ir. H. Rosiady Husaenie Sayuti, M.Sc.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTB.
ACCESS Tahap II merupakan program (engagement). Menurut saya ini kunci penting
lanjutan kerjasama antara pemerintah dalam keberlanjutan program ke depan.
Indonesia dengan Australia. Pada
ACCESS Phase I ada empat provinsi dan Pembelajaran pertama adalah forum lintas
delapan kabupaten di Indonesia yang aktor (FLA) yang didesain para aktor penggerak
menjadi lokasi program. Pada tahap pembangunan sejak awal. FLA menjadi embrio
selanjutnya, lokasi program diperluas di kebersamaan yang sangat berharga di mana
delapan kabupaten lain dengan tetap ACCESS bersama aktornya juga terlibat sebagai
mempertahankan kabupaten lama di pemain di dalamnya.
empat provinsi yang sama yaitu Nusa
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Ada beberapa hal yang secara tidak tertulis
Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), menjadi komitmen bersama untuk mengusung
dan Sulawesi Tenggara (Sultra). semangat pertautan untuk mewujudkan TKLD di
masing-masing kabupaten. Pertama, Tim ACCESS NTB
Banyak cerita sukses yang telah dikumpulkan ACCESS berperan sebagai mediator dan fasilitator antara jaringan
Phase I. Cerita sukses itu dirasakan baik oleh warga masyarakat sipil dengan pihak pemerintah dan donor.
terutama perempuan dan orang miskin, organisasi Pertemuan di masing-masing kabupaten ini melahirkan
masyarakat sipil (OMS), lembaga swadaya masyarakat komitmen bersama untuk mengadakan program di desa-
(LSM), maupun pemerintah. Ada beberapa hal berbeda kecamatan.
pada fase ini dibandingkan program sebelumnya yakni
pertautan (engagement) dan Gender Social Inclusive (GSI) Kedua, para aktor penggerak pembangunan baik OMS,
yang dulunya disebut Gender Poverty Inclusive (GPI). organisasi rakyat, maupun individu mendiskusikan agenda
bersama dan berbagi peran dalam forum-forum yang
Pada ACCESS Phase I, fokusnya adalah GPI, di mana telah ada sesuai dengan isu ataupun kawasan.
perempuan dan orang miskin menjadi aktor yang
diutamakan dalam proses pembangunan. Pada fase II Ketiga, pertautan ini dijalin di berbagai tingkat dari di
aktor ini ditambah dengan keterlibatan aktif kelompok desa sampai di provinsi dengan aktor yang memiliki isu
muda dan kelompok marginal seperti difable, pengidap dan fokus kerja beragam. Dalam membangun komitmen
HIV dan AIDS, kelompok masyarakat adat, dan lain-lain. kebersamaan mencapai TKLD di NTB, para aktor
Hal penting yang muncul adalah pertautan para aktor- penggerak dari desa sampai kabupaten seperti OMS,
aktor penggerak pembangunan yang dalam fase I belum pemerintah dan legislatif terlibat aktif. Dulu, pada ACCESS
menjadi titik tekan. jilid I masih ada sekat-sekat di antara para aktor.
Pertautan dan Keberlanjutan Catatan di atas merupakan hal-hal sangat menonjol dan
Program dimulai dengan membangun kebersamaan memiliki kekuatan di ACCESS Tahap II ini. Namun ada juga
dalam mendesain definisi awal terkait dengan good beberapa kelemahan untuk diperbaiki nantinya. Misalnya,
governance, di ACCESS lebih ditekankan pada Tata program yang dikembangkan masih terlihat ACCESS
Kepemerintahan Lokal yang Demokratis (TKLD). Program driven, meskipun hal itu telah diminimalisir sedemikian
ini dijalankan dengan bertumpu pada kekuatan para aktor rupa. Kenyataan ini juga tetap tidak bisa dipungkiri
penggerak pembangunan di masing-masing kabupaten. karena ACCESS juga punya keterbatasan waktu dan biaya,
Komitmen bersama harus dibangun di awal dengan sehingga banyak yang merasa kok harus begini dan harus
menghilangkan sekat-sekat pemisah perjuangan bersama begitu.
untuk mencapai visi dan agenda kabupaten.
Menurut saya hal menarik dalam membangun
Pelajaran menarik yang saya alami di ACCESS Tahap kemitraan dengan ACCESS baik di jilid I maupun II adalah
II wilayah program NTB adalah bahwa membangun pengembangan kapasitas individu dan organisasi sehingga
kebersamaan dan menyelaraskan langkah itu gampang- melahirkan champion baru dan generasi baru di NTB. Ini
gampang susah. Namun dengan memetakan aktor-aktor merupakan satu hal yang berkaitan dengan keberlanjutan
penggerak pembangunan yang memiliki komitmen sama, program setelah ACCESS nantinya tidak ada lagi di NTB.
kebersamaan dan keselarasan itu bisa terwujud. Kata
kunci yang tepat adalah membangun komunikasi setara.
ACCESS telah memberikan pembelajaran berkaitan
dengan hal ini yakni pertautan atau interaksi dinamis
11
acces-mockup-mas OK.indd 11 9/10/2009 2:40:03 PM
Galeri Ke
Lokakarya Indeks Masyarakat Sipil di Buton Utara
Buton Utara (Butur) adalah pemekaran dari Kabupaten Muna,
Provinsi Sulawesi Tenggara yang baru dibentuk pada tahun
2007. Sebagai kabupaten baru perangkat pemerintahan
maupun komponen masyarakat sipil masih dalam proses
konsilidasi. Proses pemetaan Indeks Masyarakat Sipil (IMS)
yang sebelumnya didahului oleh penelitian, ditanggapi sangat
antusias dan positif oleh aktor-aktor baik dari OMS maupun
pemerintah. Pemetaan IMS menjadi oasis bagi OMS setempat
yang haus akan ruang-ruang dialog terbuka. Hasil IMS ini akan
menjadi data dasar bagi program ACCESS Tahap II di semua
kabupaten sasaran program.
12
acces-mockup-mas OK.indd 12 9/10/2009 2:40:04 PM
Kegiatan
Kunjungan Tim MRG ke Sumba
Kita mungkin pernah mengalami hal seperti ini. Ketika melakukan pengawasan serta mengadukan kasusnya pada
mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP), tidak jelas kita Ombudsman, lembaga yang memang dibentuk menerima
harus menunggu berapa lama agar KTP bisa selesai. Kita pengaduan dari masyarakat, maupun DPR setempat.
juga tidak tahu bagaimana mekanisme atau alur untuk
membuat KTP baru. Disahkannya UU ini diharapkan bisa menjadi payung
hukum di tingkat nasional, agar warga tidak terus jadi
Saking seringnya terjadi, pelayanan yang buruk oleh korban buruknya layanan oleh pemerintah. Meski
pemerintah pun jadi sesuatu yang seolah-olah biasa. demikian, beberapa daerah sudah memiliki Peraturan
Warga sering kali jadi korban akan hal ini. Kalimat, Daerah (Perda) terkait pelayanan publik. Di antaranya
“Kalau bisa diperpanjang kenapa harus dipersingkat?” Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah,
pun biasa dihadapi warga. Lebih parah lagi, warga tidak Kabupaten Jembrana Bali, Kabupaten Blitar Jawa Timur,
tahu ke mana harus mengadukan masalah yang dihadapi serta Kabupaten Boalemo Gorontalo.
tersebut.
Perda Provinsi Jatim No 11 tahun 2005 kemudian menjadi
Namun kini kita bisa bernafas lega. Sebab sudah ada dasar bagi pelaksanaan pelayanan publik yang lebih baik.
Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Di Kabupaten Lamongan misalnya, pemerintah kabupaten
Publik yang disahkan DPR pada Juni 2009 lalu. UU ini setempat membuka kotak layanan melalui situs resmi
mengatur tentang pelayanan yang diberikan lembaga Pemkab. Tiap hari ada 10-15 pengaduan dari masyarakat
pemerintah. Pelayanan tersebut mencakup pendidikan, yang langsung ditindaklanjuti. Selain lewat situs,
pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, pengaduan itu bisa disampaikan lewat kotak pos.
komunikasi dan informasi, dan seterusnya (Pasal 5 ayat 2).
Adanya UU Pelayanan Publik akan semakin mendorong
UU ini bertujuan memberikan perlindungan dan berbagai daerah untuk membuat aturan sejenis di tingkat
kepastian hukum bagi masyarakat terkait dengan daerah masing-masing. Namun seperti biasa, aturan di
pelayanan pubik (Pasal 3). Jadi, setelah ada UU ini atas kertas juga tidak bisa jadi jaminan bahwa semua
masyarakat yang berurusan dengan pemerintah bisa pelayanan publik seketika akan berubah lebih baik. Selain
menuntut hak-haknya dalam pelayanan. perlu waktu untuk mengubah mentalitas birokrasi, juga
perlu kesadaran warga atas hak-haknya agar lebih aktif
Lalu, apa hak warga dalam pelayanan tersebut? Menurut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pasal 18, warga berhak antara lain (1) mengetahui, (2) Dan itu tanggung jawab kita bersama.
mengawasi, (3) mendapat tanggapan jika mengadu;
(4) mendapat perlindungan; (5) melaporkan untuk
Anda pernah punya pengalaman tidak
memperbaiki pelayanan; (6) mengadukan pelaksana
menyenangkan terkait dengan pelayanan
yang menyimpang; dan (7) mendapat pelayanan yang
publik? Misalnya biaya pengurusan Surat Izin
berkualitas.
Mengemudi (SIM) yang tidak jelas besarnya. Atau
pembangunan jalan raya di desa yang tidak jelas
Melalui UU ini maka warga berhak bertanya pada
kapan akan dilaksanakan. Atau cerita apa saja.
petugas di instansi pemerintah. Katakanlah pada saat kita
mengurus KTP. Kita berhak bertanya tentang berapa lama
Kenapa tidak ceritakan saja pada pembaca
waktu pengurusan, bagaimana proses penyelesaiannya,
buletin ACCESS? Kirim pengalaman Anda tersebut
serta berapa biaya yang diperlukan. Ini sepertinya sepele.
ke redaksi lewat pos ataupun email. Cerita
Namun dalam konteks di Indonesia, di mana pegawai
menarik bukan hanya akan dimuat tapi juga
pemerintah merasa lebih tinggi posisinya dibanding
mendapat souvenir menarik dari kami.
warga, warga sering kali takut untuk bertanya.
14
acces-mockup-mas OK.indd 14 9/10/2009 2:40:06 PM
Inspirasi
PEACH untuk Pengelolaan
Keuangan yang Transparan
Selama ini anggaran daerah untuk kepentingan warga meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga yang
lebih sedikit dibanding untuk keperluan operasional terkait pengeluaran dana untuk publik. Misalnya melalui
pemerintah. Pengelolaan keuangan di Nusa Tenggara lokakarya tindak lanjut dengan fokus pada isu-isu penting
Barat (NTB), provinsi termiskin urutan keenam di dalam keuangan publik. Pesertanya aparat pemerintah
Indonesia, misalnya. Pada tahun 2008, alokasi anggaran daerah sebagai pelaksana anggaran dan para stakeholder
untuk operasional seperti gaji pegawai mencapai 44 lainnya sebagai pengawas anggaran.
persen dari total anggaran. Ironisnya alokasi untuk
pendidikan hanya 3 persen, kesehatan 10,2 persen, dan Di Indonesia, PEACH pertama kali dilaksanakan di Papua
pembangunan infrastruktur 14,9 persen. pada tahun 2005. Prosesnya diawali dengan lokakarya
pendahuluan, pengumpulan data lapangan, finalisasi
Contoh lain adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). data hingga seminar hasil sebagai bentuk transparansi
Pengeluaran untuk gaji pegawai menghabiskan hampir pengelolaan keuangan daerah. Pelaksana analisis
setengah dari total pengeluaran pemerintah daerah. Hal adalah kalangan perguruan tinggi yang difasilitasi Badan
ini terjadi antara lain karena kurangnya analisis terhadap Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Daerah
alokasi anggaran pembangunan. (BP3D) Papua.
Ada sejumlah data dan fakta dari analisis ini. Antara lain
Foto : Anton Muhajir
PEACH terdiri dari dua tahap. Pertama, Analisis PEACH memang tidak bertendensi menyelesaikan
Pengeluaran Publik atau Public Expenditure Analysis bocornya anggaran pemerintah daerah tapi lebih pada
(PEA). Tahapan ini berupa kajian terhadap keuangan analisis dan pengawasan. Hasilnya, sejauh ini, adalah
daerah mulai dari sumber-sumber pendapatan, analisis dan rekomendasi bagaimana agar pengeluaran
pengelolaan, sampai pada pengeluarannya. Melalui tahap tersebut lebih bermanfaat untuk warga. Di sisi lain,
ini akan terliihat dari mana dan berapa besar pendapatan publikasi hasil analisis melalui seminar dan media massa
daerah serta untuk pos mana saja pengeluaran yang merupakan transparansi pengelolaan anggaran. Sebab,
dilakukan. selama ini anggaran pemerintah termasuk salah satu yang
paling tertutup untuk bisa diketahui warga.
Kedua, harmonisasi kapasitas atau Capacity [Anton Muhajir, dari berbagai sumber]
Harmonization (CH). Tahap ini adalah upaya
15
acces-mockup-mas OK.indd 15 9/10/2009 2:40:06 PM
Kabar Lapangan
Pejabat yang berkunjung antara lain Kepala Badan Debat Politik Anak SMA
Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala BKPMD,
Staf Ahli, dan puluhan pejabat lain. Kunjungan itu untuk ”Saya sangat senang. Ini sangat bermanfaat karena saya
melihat bagaimana warga bisa melaksanakan program kenal banyak siswa sekolah lain dan tahu hal di kabupaten
pengentasan buta huruf serta mengelola sekolah gratis dan kota Bima,” kata Zaenab, siswi SMKN 5 Kabupaten
untuk masyarakat. Bima pada saat mengikuti Debat Politik Anak Sekolah
(Depot Asa). Kegiatan ini diadakan oleh Santiri Foundation
Pemprov berupaya memahami contoh praktik-praktik dan Lembaga Pengembangan Partisipasi Demokrasi dan
baik dan inovasi yang berkembang di wilayahnya terkait Ekonomi Rakyat (LP2DER) pada 29-30 Juni 2009 lalu.
berbagai isu yang ingin dipecahkan. Salah satu contoh Depot Asa merupakan kegiatan inovatif Yayasan Santiri
insiatif warga yang berhasil adalah sekolah alternatif
sejak tahun lalu di Mataram. Kegiatan ini kemudian
Jumilah dan kawan-kawannya.
disebarluaskan termasuk ke Bima.
Pada 23 Juli 2009, kunjungan pun dilakukan. Perkenalan
dan dialog berjalan akrab. Di sela-sela diskusi Kepala Enampuluh siswa-siswi dari 8 SMA dan sekolah sederajat
Badan Perencanaan Pembangunan NTB Rosiady Husaenie di kabupaten dan Kota Bima berpartisipasi dalam debat.
Sayuti dan Staf Ahli Gubernur Bidang Pemberdayaan Mereka terbagi menjadi 15 kelompok masing-masing
Masyarakat Lalu Sanusi mengetes salah satu orang tua empat orang. Minimal dua di antara anggota kelompok
yang ikut belajar. Bapak itu terbata-bata mengeja nama tersebut harus perempuan.
yang dia tulis. Tepuk tangan langsung terdengar ketika
dia berhasil menulis dan membaca. Ada rasa malu tapi Melalui riset koran dan berbagai data sekunder, peserta
bangga terpancar dari mata bapak itu. Dia senang sekali menyusun paper untuk diperdebatkan dalam forum yang
ketika ditepuk-tepuk pundaknya oleh Sanusi yang duduk dihadiri siswa-siswa, guru-guru dan beberapa aparat
di sebelahnya. pemerintahan di Bima. Tema debat terkait pemberdayaan
masyarakat, kesetaraan dan pelayanan publik. Misalnya
Surat dari Jumilah sendiri saat ini sudah dibaca Gubernur kualitas dan layanan pendidikan, angka kematian ibu
NTB. Janjinya, Gubernur berjanji akan segera berkunjung dan bayi dan ekonomi kerakyatan yang terkait dengan
ke sekolah alternatif Jumilah dan kawan-kawannya.
pengembangan sumberdaya kelautan dan pesisir.
[Dian Anggaraini, Korprov ACCESS NTB]
Masing-masing kelompok harus berperan sebagai
LSM, eksekutif atau legislatif yang pro atau kontra
terhadap kebijakan. Karenanya, selain memahami
isu, peserta dituntut untuk memahami peran-peran
tersebut dan memposisikan diri sesuai perannya dalam
mempertahankan pendapatnya.
16
acces-mockup-mas OK.indd 16 9/10/2009 2:40:07 PM
Jalan Panjang Proses Penilaian
Melewati jalan panjang, berliku dan sangat melelahkan,
akhirnya enam rencana aksi Agenda Bersama Kabupaten
rumusan Forum Lintas Aktor (FLA) untuk mewujudkan
Tata Kepemerintahan yang Demokratis di Bantaeng dan
Jeneponto, Sulawesi Selatan dinyatakan lolos penilaian.
Ya, dapat dikatakan jalan panjang karena perlu satu
tahun untuk mendapatkan dukungan. Rencana program
telah diusulkan pada Oktober 2008. Namun kontrak
kerjasamanya baru ditandatangani pada September 2009.
Dikatakan berliku karena proses penilaiannya melibatkan
banyak pihak seperti Fasilitator Lokal, Staf ACCESS
Merajut Kekuatan Lokal, Provinsi, Advisor, Senior Technical Officer, dan Finance
Menuju Kemandirian Manager.
Akibat buruknya pengelolaan koperasi, Lembaga Ekonomi Enam rencana aksi dari Kabupaten Jeneponto dan
Desa (LED) di Kelurahan Palabusa, Kota Bau-Bau, Bantaeng terdiri dari kegiatan seperti peningkatan
Sulawesi Tenggara (Sultra) berjalan tersendat-sendat, kapasitas warga, peningkatan pelayanan publik, serta
dan bahkan tidak pernah mencapai tujuannya. Maka pemberdayaan ekonomi. Penilaian dilakukan di masing-
sebagian anggota LED memotori pendirian lembaga masing kantor mitra secara berurutan yaitu Yayasan
ekonomi “baru”, Koperasi Serba Usaha (KSU) Tani Nelayan Mitra Turatea Jeneponto, Yayasan Jalarambang Indonesia
Palabusa. Pembentukan koperasi itu didukung Yayasan Bantaeng, Aliansi Kelompok Usaha Produktif Perempuan
Pengembangan Rakyat Indonesia Madani (Prima). Jeneponto, Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil
Bantaeng, Yayasan Karaeng Opu Bantaeng, dan Gabungan
Perkumpulan Petani Pemakai Air Jeneponto. Melalui
Tantangan awal koperasi adalah mengembalikan
diskusi panjang, keenam program tersebut akhirnya
kepercayaan masyarakat. Namun dengan fasilitasi Yayasan
disetujui meskipun terlambat dari yang seharusnya pada
Prima, pengurus koperasi membenahi diri. Melalui Rapat akhir Juni 2009.
Anggota Tahunan (RAT), anggota koperasi diajak turut
serta memikirkan pengembangan koperasi. Pengurus dan Ada beberapa pembelajaran dari pengalaman tersebut.
anggota pun sering berdiskusi jika ada masalah yang perlu Pertama, penyusunan desain rencana aksi didorong
dibahas bersama. Proses ini telah berhasil meningkatkan mempergunakan pendekatan Outcome Mapping (OM),
kepercayaan anggota serta membuat mereka merasa hal baru bagi LSM mitra, fasilitator lokal, staf ACCESS di
memiliki koperasi tersebut. provinsi maupun tim Denpasar. Kedua, panjangnya rantai
review dan tindaklanjutnya terhadap satu rencana aksi.
Setelah berdiri selama dua tahun, koperasi mulai Ketiga, lamanya waktu dan diskusi dengan banyak pihak
menampakkan kemajuan. Kepercayaan anggota perlahan serta melakukan tindak lanjut sangat menguras tenaga.
kembali tumbuh. Anggota koperasi yang pada awalnya
hanya 16 orang kini menjadi 57 orang, terdiri dari 29 laki- Meski demikian apa yang telah mereka tabur, sekarang
laki dan 28 perempuan. Modal koperasi pun mengalami telah dipetik hasilnya. Mereka telah menandatangani
kontrak kerjasama pada awal bulan September 2009 lalu.
pertumbuhan dari Rp 35 juta menjadi Rp 82 juta lebih.
[Sartono, Korprov ACCESS Sulsel]
Kini, koperasi mendukung pengembangan beberapa
jenis usaha anggota seperti budidaya rumput laut dan
jual beli sembako. Koperasi juga memberikan pinjaman
untuk biaya pendidikan anak serta melakukan perluasan
usaha seperti melayani pembayaran listrik bagi anggota
dan penduduk sekitar. Akhirnya, KSU Tani Nelayan
Palabusa sedang mencoba meningkatkan “posisi tawar”
anggotanya terhadap tengkulak rumput laut.
17
acces-mockup-mas OK.indd 17 9/10/2009 2:40:08 PM
Jaringan Sukses dengan pelaksanaan Pemilu, kelompok ini kemudian
mendirikan Partnership pada tahun 2000.
Kemitraan
Ada dua pendekatan yang digunakan lembaga ini untuk
Bermitra untuk Pemerintahan bekerja sama dengan mitra. Pertama, melalui fasilitasi
yang Lebih Bersih kegiatan seperti workshop, diskusi, konferensi, dan pelatihan
peningkatan kapasitas untuk mendorong dialog di berbagai
Di umur yang relatif muda, tingkat masyarakat. Kedua melalui pendanaan program
sembilan tahun sejak pada mitranya seperti organisasi masyarakat sipil, kampus,
berdiri pada Maret 2000, pemerintah lokal dan pusat, maupun organisasi massa
Kemitraan atau Partnership (Ormas) seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
telah membiayai ratusan
program menuju tata kelola Hingga saat ini Kemitraan telah menyalurkan lebih dari US$
pemerintahan yang lebih 81 juta atau sekitar Rp 81 milyar untuk mendukung sekitar
baik (good governance). 330 proyek di tingkat lokal maupun nasional. Prioritas
Lembaga bernama resmi Kemitraan bagi Pembaruan program Kemitraan adalah anti korupsi, pelayanan publik,
Tata Pemerintahan di Indonesia ini memang lembaga desentralisasi dan otonomi daerah, hukum, Pemilu, serta
multi-pihak yang dibentuk untuk memacu pembaruan keamanan. Program ini melibatkan pemerintah, masyarakat
tata pemerintahan. Kemitraan yang berbentuk organisasi sipil, media, akademisi, dan lembaga donor.
nirlaba merupakan bagian dari Program Pembangunan
Persatuan Bangsa-Bangsa atau United Nations Development Program-program tersebut terbagi dalam empat kelompok
Programme (UNDP). besar yaitu Tata Pemerintahan Demokratis, Pemerintahan
dalam Sektor Publik, Tata Pemerintahan dalam Sektor
Kemitraan terbentuk dari berkumpulnya tokoh-tokoh Keamanan dan Peradilan, serta Tata Pemerintahan Ekonomi
masyarakat sipil, pemerintah, dunia usaha, dan negara- dan Lingkungan Hidup. Kegiatan dari empat kelompok ini
negara donor ketika terjadi krisis ekonomi dan politik di misalnya keterlibatan warga dalam perumusan kebijakan
Indonesia pada 1997-1998. Kerjasama mereka berkontribusi publik, tata pemerintahan yang baik dalam sektor media,
pada suksesnya penyelenggaraan Pemilu pada Juni 1999. sampai pada pengelolaan kehutanan dan perdagangan dan
kebijakan yang menjawab tantangan Perubahan Iklim.
Kemitraan | Jl. Brawijaya VIII No. 7 Kebayoran Baru Jakarta 12160 | Telp +622172799566, Fax +62217225667
Email info@kemitraan.or.id | Website www.kemitraan.or.id
Lembaga yang berpusat di Eschborn, tak jauh dari Frankfurt Untuk program kesehatan, GTZ melaksanakan program di
Jerman ini, berdiri sejak 1975. Selain bekerja untuk Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan
Departemen Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Negara Aceh. Kegiatannya antara lain pengembangan Puskesmas,
Jerman, GTZ juga membantu lembaga internasional seperti asuransi kesehatandan sosial, serta pengembangan sistem di
Komisi Eropa, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, sektor manajemen kesehatan termasuk untuk isu HIV/AIDS
maupun lembaga swasta lain. Keuntungan hasil kerjasama dan keluarga berencana (KB). Sedangkan untuk transportasi,
ini dikembalikan pada proyek-proyek mereka terkait lembaga ini lebih banyak bermain di perubahan kebijakan
pembangunan berkelanjutan. transportasi massal.
Inilah filosofi lahirnya bisnis sosial yang Setelah berjalan selama 26 tahun,
ditulis di buku berjudul Menciptakan Grameen Bank memiliki 7 juta orang
Dunia Tanpa Kemiskinan: Bagaimana Bisnis Sosial miskin sebagai nasabah di mana 97 persen di antaranya
Mengubah Kehidupan Kita ini. Bisnis sosial adalah bisnis adalah perempuan. Usaha ini sudah menjangkau orang
yang bukan berorientasi pada keuntungan modal tapi juga miskin di 78.000 desa. Sekitar 64 persen nasabah sudah
keadilan sosial. Buku terbitan Gramedia ini membahas melewati garis kemiskinan.
pengalaman Grameen Bank di Bangladesh yang didirikan
Muhammad Yunus, yang telah menerapkan bisnis sosial. Yunus mengingatkan, kemiskinan adalah ancaman
terbesar pada perdamaian. Maka mengatasi kemiskinan
Bank ini mengelola bisnis dengan orang-orang miskin adalah upaya menyebarkan perdamaian. Wajarlah jika
sebagai pangsa pasarnya. Orang-orang miskin tidak Yunus dan Grameen Bank kemudian mendapatkan Hadiah
dieksploitasi semata sebagai konsumen tapi sebagai Nobel Perdamaian.
Buku saku setebal 200 halaman ini mengungkapkan Jika tertarik mendapatkan buku ini silakan
sejarah korupsi di negeri, budaya korupsi di berbagai hubungi AJI Jakarta
daerah, dan siapa saja pelakunya. Pada bagian lain Wahyu Jl Prof Dr Soepomo Kompleks BIER No 1A
Dhyatmika dan kawan-kawan membahas mekanisme Menteng Dalam Jakarta Selatan
keuangan daerah. Mulai dari proses perumusan, Telp. 021 – 83702660, 71100685
pembahasan, hingga pencairan anggaran pendapatan Email ajijak@cbn.net.id
19
acces-mockup-mas OK.indd 19 9/10/2009 2:40:09 PM
Update
miliki. Misalnya, Yayasan Alam Lestari meminta bantuan
Saling Berbagi dalam Kolaborasi teknis dari Yulius Opang Yayasan Cendana Mekar untuk
menyusun instrumen penjajakan sosial lembaganya.
Selama periode April – Juni 2009, terutama selama
proses penjajakan sosial dilakukan, enam mitra kerja Selama proses persiapan penjajakan, setiap mitra
ACCESS Nusa Tenggara Timur (NTT) Sumba telah berupaya telah memainkan peran mereka masing-masing dalam
meningkatkan kolaborasi satu sama lain. Upaya-upaya mendukung nilai dan prinsip TKLD dipraktikkan dalam
mereka dapat terlihat pada saat sejak tahap persiapan lembaga mereka. Hal ini terlihat dari proses-proses
penjajakan, pelaksanaan hingga kepada pasca-penjajakan. diskusi yang terbangun secara partisipatif, transparan
dan akuntabel dengan sesama anggota dalam lembaga
Beberapa anggota mitra mengakui telah terjadi dalam membuat instrumen, membuat alur dan proses
perubahan relasi dan tindakan yang semakin harmonis, penjajakan, serta pembagian tugas dan peran.
akrab, komunikatif, dialogis, kolaboratif sesama lembaga
swadaya masyarakat (LSM), terutama mitra-mitra Para mitra juga telah mempraktikan pendekatan asset
yang ada. Bahkan hubungan personal antara beberapa based seperti mereka memberikan kontribusi atau
orang pimpinan lembaga yang sebelumnya dinilai tidak bahkan menanggung beberapa pengeluaran selama
harmonis dan renggang, sekarang hubungan mereka prapenjajakan seperti transportasi, konsumsi, komunikasi,
sudah menjadi semakin harmonis dan akrab. Selain alat tulis menulis, komputer dan lain-lain. Selain itu,
itu, terlihat pula meningkatnya kapasitas mitra dalam mereka juga mempromosikan keberlanjutan lingkungan
membangun aliansi dengan organisasi masyarakat sipil hidup seperti hemat energi listrik dan air, menggunakan
(OMS) lain. bahan-bahan yang mudah terurai, konsumsi dari bahan
makanan lokal seperti ubi-ubian, pisang, jagung dan
Sesama mitra melakukan kolaborasi dengan sebagainya. [Dari Laporan tiga bulanan ACCESS NTT]
memanfaatkan dan menghargai asset-asset yang mereka
20
acces-mockup-mas OK.indd 20 9/10/2009 2:40:10 PM
Pembuatan Data Kesejahteraan
untuk Dasar Pembangunan Agenda
Pemerintah Kabupaten Bantaeng melalui Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa berkomitmen membuat
baseline data kesejahteraan penduduk dari Rencana Penilaian Proposal Lanjutan:
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) September - Oktober
di 46 desa dan 21 kelurahan dengan pendekatan
Community Led Assesment and Planning Process (CLAPP). Persiapan Pertemuan Apresiatif
Pelaksanaan kegiatan ini diserahkan pada mitra LSM
Kabupaten (DCEP) di Kabupaten Baru :
lokal. Untuk kegiatan ini dialokasikan dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2009 September – Oktober
sebesar Rp 540 juta rupiah.
Pertemuan Apresiatif Kabupaten di
Pengembangan kegiatan kerjasama ACCESS, LSM, Kabupaten Baru:
dan Pemkab ini sangat dirasakan manfaatnya untuk
meningkatkan keterlibatan warga dalam proses
Oktober
pembangunan. Harmoni, staf Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa (KPMPD) Promosi Sosial Hasil PAK Kabupaten
mengatakan sejak adanya ACCESS di Bantaeng, Pemkab Takalar dan Gowa:
melihat adanya perubahan yang cukup signifikan akan Minggu IV Oktober
partisipasi warga. Warga mulai terlibat menggagas masa
depan desa. Pada dua desa yaitu Bonto Balaeng dan
Bonto Tiro di mana ACCESS melaksanakan program, Lokalatih Monitoring dan Evaluasi di
warga sudah berpartisipasi aktif. Perempuan juga terlibat Kabupaten Lama kecuali Jeneponto
aktif dalam menyuarakan kebutuhan dan aspirasinya. Bantaeng:
Oktober
Proses serupa juga dilaksanakan di Kabupaten Gowa.
Perwakilan organisasi masyatakat sipil (OMS) di 18
kecamatan, LSM, DPR, dan Pemkab Gowa menyusun Training Fasilitasi untuk OMS di
baseline data tentang Indeks Masyarakat Sipil (IMS) Kabupaten Buton Utara:
yang menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat di Oktober
Kabupaten Gowa. Sebanyak 38 orang yang terdiri dari 12
orang laki-laki dan 36 perempuan. Tak hanya jumlahnya
yang banyak, suara perempuan juga mendominasi dalam Sosialisasi Program Mitra kepada
pertemuan tersebut. Pemda:
Oktober
Pengalaman melaksanakan program bersama pemerintah
ini menghasilkan bahan belajara yang menarik dan
bermanfaat. Pertama, untuk mewujudkan hubungan
Pertemuan Forum Lintas Aktor
yang baik dan harmonis dengan pemerintah daerah tidak Lombok:
cukup hanya dengan pemenuhan prosedur administratif. Oktober
Perlu juga adanya komunikasi intensif dengan pengambil
keputusan. Kedua, untuk mendorong keterlibatan TOT CLAPP – GSI oleh Mitra Samya
perempuan dalam kegiatan perlu ada rancangan sejak
awal disertai proses penyadaran dengan berbagai untuk mitra ACCESS:
pihak, terutama mereka yang mengambil keputusan. Oktober
[Sartono, Korprov ACCESS Sulsel]
Sungguh luar biasa perempuan ini. Dengan segala keterbatasannya masih sempat memikirkan pendidikan bukan
hanya untuk dirinya justru untuk orang lain. Kalau saya memikirkan pendidikan wajarlah. Ini orang yang tak
berpendidikan memikirkan pendidikan. Jumilah menggunakan potensi diri dan lingkungannya untuk menunjukkan
dan menyadarkan pendidikan itu penting. (Ir. H. La Sara, MS., PhD, Pembantu Rektor Universitas Haluoleo, Sulawesi
Tenggara, Dalam Forum Kawasan Timur Indonesia ke-4 di Sulawesi Tenggara untuk mengidentifikasi keberhasilan
para aktor perubahan, 5 Agustus 2009)
21
acces-mockup-mas OK.indd 21 9/10/2009 2:40:10 PM
Profil
Pengalaman Panjang dalam Pemberdayaan
Sartono, Koordinator Provinsi ACCESS Sulsel
Stefanus Segu,
“Pencuri pun Harus Mendapat
Peluang dalam Pembangunan”
Merangsang daya kritis warga desa yang dicap sebagai kantong pencuri
bukan perkara mudah. Stefanus Segu, Direktur Yayasan Bahtera yang
masih lajang menceritakan pengalamannya pada Luh De Suriyani.
“Awalnya saya tak berniat kerja di Sumba,” ujar lulusan Teknik Sipil
Universitas Atmajaya Jogjakarta ini. Namun perkenalannya dengan
Desa Lapale di Sumba Barat mengubah pendiriannya. “Desa ini
terkenal karena paling marginal dan hitam. Warganya dikenal kerap Stef merinci ada tiga perubahan dalam
merampok dan mencuri,” tambahnya. internalisasi prinsip Tata Kepemerintahan
Lokal yang Demokratis (TKLD). Pertama,
Stef merasa stigma ini tak adil. “Saya ingin menghancurkan mitos keterbukaan pemerintah pada gagasan
itu. Pencuri pun harus mendapat peluang dalam pembangunan,” yang diusung LSM. Kedua, pemanfaatan
tambahnya. Melalui program ACCESS Phase I Lapale lambat laun warga terlatih sebagai trainer di proses-
berubah. Sejumlah warga terlibat perancangan program pembangunan proses pembangunan. Ketiga, perubahan
dan penganggarannya. “Mereka hanya butuh peluang,” kata Stef. untuk menerapkan prinsip TKLD dalam
pembangunan seperti partisipasi warga
Stef menyebut sejumlah nama aktor-aktor perubahan di Lapale. marginal, transparansi, dan keadilan
Misalnya Soli Ledi, Bertha B. Lida, dan Soli Beko. Ketiganya perempuan. gender.
Beberapa aktor juga kini jadi perangkat Desa Lapale.
“Kita tidak bisa terus konfrontatif, harus
“Saya berusaha memantau dan melibatkan para aktor ini untuk sharing saling mengisi,” ujar Stef.
dengan desa-desa lain,” janji Stef. Aktor-aktor perubahan ini penting
untuk meluaskan program yang akan menjangkau 14 desa di Sumba Kontak Stefanus Segu
Barat, Sumba Timur, Barat Daya, dan Sumba Tengah. Yayasan Bahtera
Email: bahterasumba@telkom.net
22
acces-mockup-mas OK.indd 22 9/10/2009 2:40:11 PM
Selingan
Kuis
1. Berapa dana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan
Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk
membuat baseline data kesejahteraan
penduduk pada tahun anggaran 2009?
2. Provinsi mana yang pada tahun 2003
menjadi provinsi ketiga terkaya dalam
hal pendapatan daerah per kapita di
Indonesia?
3. Siapa nama lengkap Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini?
Tips
Kedai Partisipasi (World Café)
World Café, yang diterjemahkan oleh Inspirit Inc.
sebagai “Kedai Partisipasi” adalah salah satu metode
fasilitasi yang cocok diterapkan di Indonesia. Kita
senang ngobrol, dan kedai partisipasi menangkap
obrolan itu sehingga ide-ide cemerlang yang 6. Setelah 20-30 menit akhiri diskusi. Minta salah satu peserta
dibicarakan dapat terdokumentasi, dan mendapat untuk tetap di meja sebagai tuan rumah. Peserta lain menjadi
pengayaan dari berbagai peserta. ‘duta’ kelompok ke meja lain yang tersebar.
Tahap-tahap World Café: 7. Mulai putaran kedua. Tuan rumah mengucapkan selamat
1. Siapkan beberapa meja dan kursi sesuai datang dan menjelaskan inti hasil diskusi sebelumnya dan
dengan jumlah peserta. Susun seperti di pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Para ‘duta’ dengan
café. Satu meja (lebih baik bundar) dikelilingi membawa pemahaman dari diskusi di meja sebelumnya,
4-5 kursi. Kalau meja tidak memadai, dapat bertanya dan memberikan ide-ide baru pada kelompok
gunakan kursi melingkar. Atau malah peserta ini. Tuan rumah memastikan ide-ide tersebut tertangkap
“melantai”. dalam flipcart.
2. Siapkan beberapa topik diskusi (biasanya 3) 8. Putaran berikutnya proses dapat diulang atau semua peserta
yang bersifat progresif untuk didiskusikan di kembali ke meja awal dan melihat masukan-masukan
masing-masing meja selama 20-30 menit. yang diperoleh selama proses dan mendiskusikan kembali
Pertanyaan diskusi harus jelas dan nyambung berdasarkan pengalaman mereka pada saat menjadi duta.
dengan pengalaman peserta. 9. Hasil akhirnya dapar dipresentasikan kepada semua peserta.
3. Siapkan “pencatat” di masing-masing meja Sumber Flipchart Inspirit, April 2006
untuk mendengarkan, mengamati, serta
mencatat isi dan jalannya diskusi.
Saya kagum melihat apa yang telah dikerjakan ACCESS
4. Minta setiap kelompok untuk tetapkan siapa
yang akan menjadi tuan rumah.
Sumba karena memiliki pendekatan dan hubungan baik
dengan Pemerintah Daerah, LSM, maupun masyarakat.
5. Mulai dengan diskusi putaran pertama. Ini merupakan model kerjasama baik antara pemerintah
Semua peserta mulai mendiskusikan dan masyarakat sipil yang baru pertama kali saya
pertanyaan pertama. Selain berbicara, ketemui di NTT. (Drs. Yohan Loban, M.Si, Kepala Bidang
minta mereka untuk menggunakan media
dengan menggambar, mencoret-coret dalam
Pemerintahan Desa dan Kelurahan, BPMPD Provinsi NTT)
menuangkan ide.
23
acces-mockup-mas OK.indd 23 9/10/2009 2:40:11 PM
Visualisasi Visi Kab. Sumba Barat hasil pertemuan Forum Lintas Aktor
“Menoreh Sumba Barat Impian”, Oktober 2008
IDSS
Australia Community Development and Civil Society Strengthening Scheme Phase II
ACCESS telah beroperasi sejak tahun 2002, di mana Tahap II telah dimulai pada bulan Mei 2008 untuk periode lima tahun ke
depan. ACCESS Tahap II didesain berdasarkan keberhasilan-keberhasilan dari ACCESS Tahap I dengan memberikan fokus pada
penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil (OMS) lokal dan masyarakat serta perlunya membangun tuntutan terhadap tata
kepemerintahan yang lebih baik.