You are on page 1of 4

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG

Tugas Mata Kuliah


Penyidikan Pajak

PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA


DI BIDANG PERPAJAKAN

Disusun Oleh:

Nama : I Gede Yudi Henrayana

Kelas : 3-E

NPM/No. : 08320006626/19

Diploma III Spesialisasi Administrasi Perpajakan

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

2011
[PENGHENTIAN PENYIDIKAN]

PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA


DI BIDANG PERPAJAKAN

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dapat dihentikan karena


beberapa alasan. Berdasarkan Pasal 44A UU KUP, penyidik menghentikan penyidikan
dalam hal:
1. tidak terdapat cukup bukti;
2. peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan;
3. penyidikan dihentikan karena peristiwanya telah daluwarsa; atau
4. tersangka meninggal dunia.

Selain itu, berdasarkan Pasal 44B UU KUP, untuk kepentingan penerimaan


negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal surat permintaan. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau
kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. Jaksa Agung dapat menghentikan
penyidikan tindak pidana perpajakan sepanjang perkara pidana tersebut belum
dilimpahkan ke pengadilan.

Tata cara penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan untuk


kepentingan penerimaan negara diatur dalam PMK No. 130/PMK.03/2009. Untuk
memperoleh penghentian penyidikan, Wajib Pajak mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Menteri Keuangan dengan memberikan tembusan kepada Direktur
Jenderal Pajak. Permohonan berikut tembusannya dilampiri dengan pernyataan yang
berisi pengakuan bersalah dan kesanggupan melunasi pajak yang tidak atau kurang
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan beserta dengan sanksi administrasi
dari Wajib Pajak, dengan menggunakan contoh format surat seperti pada lampiran PMK
No. 130/PMK.03/2009.

I Gede Yudi Henrayana | 3-E/19 2


[PENGHENTIAN PENYIDIKAN]

Setelah menerima permohonan dari Wajib Pajak, Menteri Keuangan meminta


Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan penelitian dan memberikan pendapat sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
permohonan Wajib Pajak. Dalam rangka menindaklanjuti permintaan Menteri
Keuangan, Direktur Jenderal Pajak meminta kepada Wajib Pajak untuk menyerahkan
jaminan pelunasan dalam bentuk escrow account. Petunjuk pelaksanaan pembuatan
jaminan dalam bentuk escrow account dan pelunasan pajak berikut sanksi administrasi
berupa denda diatur dalam PER - 65/PJ/2009. Escrow account dibuat berdasarkan
perjanjian pengelolaan escrow account antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal
Pajak, yang diwakili oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan atau Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak, dan diketahui oleh bank pembuka escrow account. Bentuk
dan isi perjanjian pengelolaan escrow account ditentukan sesuai kesepakatan kedua
belah pihak. Isi perjanjian pengelolaan escrow account paling sedikit memuat:
1. identitas para pihak dan bank pembuka escrow account;
2. waktu dan tempat perjanjian;
3. jumlah jaminan pelunasan;
4. biaya escrow account;
5. prosedur pencairan jaminan; dan
6. penyelesaian perselisihan.

Biaya yang timbul sehubungan dengan pembukaan dan pengelolaan escrow account
ditanggung oleh Wajib Pajak, sementara penghasilan yang diterima dari escrow account
menjadi hak Wajib Pajak.

Dengan memperhatikan hasil penelitian Direktur Jenderal Pajak, Menteri


Keuangan berdasarkan pertimbangannya dapat menyetujui atau menolak permohonan
Wajib Pajak. Dalam hal Menteri Keuangan menyetujui permohonan Wajib Pajak,
Menteri Keuangan mengajukan surat permintaan kepada Jaksa Agung untuk
menghentikan penyidikan, yang disertai dengan alasan untuk menghentikan penyidikan
yang meliputi:
1. pertimbangan untuk kepentingan penerimaan negara; dan
2. kesanggupan Wajib Pajak melunasi pajak dan ditambah sanksi administrasi berupa
denda sebesar 4 (empat) kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-
Undang KUP dengan jaminan pelunasan dalam bentuk escrow account.

I Gede Yudi Henrayana | 3-E/19 3


[PENGHENTIAN PENYIDIKAN]

Dalam hal Menteri Keuangan menolak permohonan Wajib Pajak, Menteri Keuangan
menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak.

Dalam hal Jaksa Agung menyetujui permintaan Menteri Keuangan untuk


menghentikan penyidikan, Menteri Keuangan segera menyampaikan pemberitahuan
kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memerintahkan Wajib Pajak agar mencairkan
jaminan pelunasan dalam bentuk escrow account dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak (SSP). Setelah menerima Surat Setoran Pajak (SSP), Menteri Keuangan segera
menyampaikan pemberitahuan mengenai pelunasan tersebut kepada Jaksa Agung
sebagai syarat penghentian penyidikan.

Berdasarkan pemberitahuan Menteri Keuangan, Jaksa Agung menerbitkan Surat


Ketetapan Penghentian Penyidikan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permintaan Menteri Keuangan. Surat Ketetapan Penghentian
Penyidikan Penyidik melalui Menteri Keuangan.

Setelah menerima Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan, Penyidik


menghentikan kegiatan penyidikan dan memberitahukan kepada tersangka atau
keluarganya, dan kepada Penuntut Umum melalui Kepolisian selaku Koordinator
Pengawas Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

I Gede Yudi Henrayana | 3-E/19 4

You might also like