You are on page 1of 33

PROFIL MUSCULOSKELETAL

DISORDERS DI PUSKESMAS
KASIHAN I BANTUL
Dipresentasikan oleh :
Anita Tri Kusuma 20050310083
Daniswara 20050310114
Solikah Sriningsih 20050310169
Pangisti Dwi Ananingsih 20050310170
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
• Industrialisasi dapat mendatangkan kemakmuran, akan tetapi apabila tidak
dikelola dengan baik, munculnya penyakit akibat pekerjaan (occupational disease)
• Beban sikap tubuh statis yang lama  faktor utama , menjadi penyebab nyeri otot
rangka akibat kerja .
• Penyakit otot dan tulang  musculoskeletal disorders/MSDs merupakan penyakit
akibat kerja.
• Gejalanya : pegal atau sakit otot, tulang, dan sendi
• Penyebabpenyakit spesifik, sebagian besar karena kesalahan sikap (posture):
sikap kerja, sikap duduk, sikap tidur, dan masalah lainnya
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana profil musculoskeletal disorders di
kawasan industri terutama di Puskesmas Kasihan I
Bantul dilihat dari insidensi selama 1 tahun, usia,
jenis kelamin, posisi kerja dan penggunaan APD.

HIPOTESA
Faktor usia, jenis kelamin, posisi kerja dan
penggunaan APD berpengaruh pada timbulnya
musculoskeletal disorders.
TUJUAN PENULISAN
• Mengetahui profil musculoskeletal disorders di wilayah
Puskesmas Kasihan I Bantul.
• Mengetahui insidensi musculoskeletal disorders dari data
tahun 2010 di Puskesmas Kasihan I Bantul.

MANFAAT PENELITIAN
• Bagi peneliti
• Bagi Puskesmas
• Pemilik industri
• Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERKES
• Hiperkes adalah suatu keilmuan multidisiplin yang
menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi
lingkungan kerja, keselamatan kerja, keselamatan dan
kesehatan pekerja serta melindungi tenaga kerja terhadap
risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah
terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran
lingkungan kerja (Budiono, 2003).

• Hiperkes dan keselamatan kerja mengandung pengertian


tentang aspek Higiene perusahaan (Industrial Hygiene),
ergonomik (Ergonomic), Kesehatan kerja (Occupational
Health) dan keselamatan kerja (Safety), yang dalam
penerapan saling berkaitan erat (Budiono,2003).
Cont’…
• Kedokteran industri : ilmu kedokteran dalam
perusahaan yang mempelajari penyakit yang timbul
dalam perusahaan atau penyakit yang disebabkan
oleh perusahaan.

• Kedokteran kerja : upaya untuk mencegah penyakit


akibat kerja. Ada tiga cara pencegahan penyakit yaitu
primer, sekunder dan tertier.
Cont’…
• Kesehatan kerja ilmu kesehatan yang bertujuan agar
pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan fisik,
mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif
terhadap penyakit gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit umum.

• Kapasitas kerja merupakan kemampuan seseorang untuk


melakukan pekerjaan. Faktor yang mendukung antara Lain
status kesehatan, gizi,kemampuan fisik yang prima.
Interaksi Manusia dengan Lingkungan
Kerja
ERGONOMI
Tujuan Ergonomi
• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental
• Meningkatkan kesejahtaran sosial
• Menciptakan keseimbangan rasional

Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal


• Sikap Kerja Berdiri
• Sikap Kerja Membungkuk
• Pengangkatan Beban
• Membawa Beban
• Kegiatan mendorong Beban
• Menarik Beban
Cont’…
Aplikasi/penerapan Ergonomik
• Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi
berdiri
• Proses Kerja
• Tata letak tempat kerja
• Mengangkat beban
MUSCULOSKELETAL DISORDER
• Musculoskeletal disorders (MSDs)  kondisi dimana bagian
dari sistem otot dan tulang mengalami masalah (sakit).
• Musculoskeletal disorders dapat terjadi pada low back region,
intervertebral discs, neck, elbow, maupun shoulder. (FKM UI,
2009).
• Gejala MSDs
Tahap 1 : Sakit / pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja
Tahap 2 : gejala ini tetap ada
Tahap 3 : nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive
PENCEGAHAN MSDs
• Membuat daftar faktor-faktor risiko di tempat kerja
• Setiap pekerjaan harus diselidiki fakor risikonya
• Design kerja yang baik
• Melakukan intervensi dini dan menjalankan ”safety
rules”
• Memberikan edukasi dan pelatihan-pelatihan
• Memberikan variasi pekerjaan agar tidak monoton.
• Mengurangi intensitas kerja.
• Organisasi kerja yang baik
• Posisi kerja yang ergonomis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
• Jenis Penelitian
metode cross sectional dengan kuesioner dan
wawancara kepada subjek, dan dengan melihat
data kunjungan pasien tahun 2010.

• Tempat Penelitian
Balai Pengobatan Puskesmas Kasihan I Bantul
selama 3 hari yaitu mulai tanggal 25 Januari
sampai 27 Januari 2011.

• Subjek Penelitian
pasien yang berobat ke Balai Pengobatan
Puskesmas Kasihan I Bantul yang mengalami
Musculoskeletal Disorders.
• Alat Penelitian : wawancaradengan kuesioner

• Identifikasi Variabel
Variabel tergantung : musculoskeletal disorders, variabel
bebas : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama
bekerja, posisi kerja, dan pemakaian APD.

• Teknik Pengumpulan Data


dengan melakukan wawancara, mengisi kuesioner, serta
mengambil data penyakit tahun 2010.

• Analisis Data
diolah dan dianalisa secara deskriptif , disajikan dalam
bentuk diagram pie dan diagram batang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Insidensi MSDs di Puskesmas Kasihan I
 Karakteristik Subjek
Perilaku olahraga subjek
Karakteristik perilaku bekerja subjek
Pihak pemegang program promkes
Program yang telah dilakukan :
• penyuluhan kepada industri dan masyarakat
tentang kesehatan kerja
• edukasi pasien MSDs di BP
Kendala program penyuluhan : tenaga dan
dana
Kendala yang dialami dokter : waktu yang
kurang, media edukasi kurang,
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
• Insidensi MSDs : peringkat kedua top 10 penyakit tidak menular.
• Tingginya insidensi MSDs  peningkatan jumlah industri
• Insidensi : 19% dari total kunjungan pasien.
• Karakteristik pasien : paling banyak perempuan (62%), usia
produktif antara 25-55 tahun (66%), SMA dan SD masing-masing
39%
• Penderita MSDs tidak berolahraga rutin (66%).
• Karatkteristik bekerja sampel : paling banyak bekerja dengan posisi
membungkuk, lama bekerja > 6 jam (90%), dan tidak menggunakan
APD (91%).
Cont’…
• Dari data tahun 2010 insidensi MSDs masih cukup
tinggi walaupun sudah menunjukkan penurunan
jumlah penderita.
• Edukasi sudah dilakukan, tetapi pemberi edukasi
merasa kurang dalam hal waktu untuk memberikan
informasi ke pasien.
• Program penyuluhan ke masyarakat dan industri
sudah dilakukan tetapi jarang karena kendala
tenaga dan dana.
• Pencegahan  memperbaiki ergonomic saat
bekerja, istirahat yang cukup, olahraga rutin, dan
pemakaian APD.
 
SARAN
• Pemberdayaan tenaga yang ada di Puskesmas.
• Memberdayakan koas atau praktikan yang sedang
belajar di Puskesmas
• Menyediakan brosur di Balai Pengobatan
• Perlu penelitian lebih lanjut terhadap MSDs.

You might also like