Professional Documents
Culture Documents
1*
Mahasiswa Pascasarjana Program Sudi Teknik Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132
email : samin.itbs3@gmail.com
Program Studi Teknik Lingkungan ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung, 401322
Program Studi Matematika ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung, 401323
Abstrak
Mengacu pada UU No 18 Tahun 2008, bahwa Tempat pembuangan Akhir type open dumping harus
segera dilakukan penutupan sebelum 5 tahun sejak peraturan ini. Tempat Pembuangan Akhir sampah
kota, banyak menimbulkan masalah lingkungan dan sosial akibat adanya lindi yang keluar dari landfill.
Permasalahan lain adalah penanganan pembuangan sampah di TPA atau opersional harian, terutama
pengaturan tinggi timbunan sampah. Penelitian yang telah dilakukan adalah melalui pengaturan cara
operasional pembuangan sampah dengan membuat dua model pola operasional Tempat Pembuangan
Akhir skala laboratorium. Dalam hal ini adalah membuat variasi ketinggian timbunan sampah untuk Type
SL-3 sanitary landfill dengan tinggi timbunan sampah 2.5 meter dan Type SL-2 sanitary landfill dengan
tinggi timbunan sampah 1.5 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulan lindi pada kedua model
landfill cenderung mengikuti pola curah hujan yang terjadi. Akumulasi timbulan lindi pada model sanitary
landfill Type SL-2 adalah 42% sedangkan pada model sanitary landfill Type SL-2 sebesar 35% dari
akumulasi curah hujan. Pada model sanitary landfill Type SL-3 presentase lindi yang terbentuk lebih kecil
karena sampah yang ada jumlahnya lebih banyak sehingga air yang keluar dalam timbunan sampah
menjadi lebih sedikit karena sampah ini dapat berfungsi sebagai media penampungan air. Oleh karena itu
pada model sanitary landfill Type-3, pola operasional ini dapat mereduksi timbulan lindi sebesar 7%.
Sementara itu pada sanitary landfill Type SL-2, timbulan lindi relatif lebih besar karena air yang tertahan
dalam timbunan sampah ketika air hujan yang masuk kedalam timbunan sampah menjadi lebih sedikit.
Dengan demikian pembuangan sampah di TPA menggunakan pola timbunan vertikal lebih
menguntungkan selain bisa meminimalkan kebutuhan lahan TPA.
Kata kunci: TPA, lindi, sanitary landfill, keseimbangan air, pola operasional
akibat gaya gravitasi maka air tersebut akan Februari 2010. untuk mengetahui akumulasi
mengalir dan keluar dari landfill menjadi leachate leachate (l/hari).
(Damanhuri, 2008c).
Hasil penelitian tentang kemampuan landfill
menyimpan sejumlah air ketika ada air yang
masuk dalam landfill atau moisture retention,
antara lain: Dollar L.H., (2005) melalui
eksperimen laboratorium dan experimental
lapangan dengan membuat landfill ukuran kecil.
Samin, dkk. (2010) menyimpulkan bahwa tanah
penutup pada landfill berpengaruh terhadap
timbulan lindi. Sementara Capelo et al. (2006)
dalam penelitiannya yang berjudul measuring
transient water flow in unsaturated unicipal solid
waste-a new experimental approach.
2. Metode Penelitian
2.1 Sumber Sampah Gambar 1. Model Landfill
Sampah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampah yang berasal dari tempat
pembuangan sampah sementara di tempat
3. Pembahasan Hasil
3.1 Pola Curah Hujan
pembuangan sampah sementara (TPS) kebun
Hasil pengukuran curah hujan selama
binatang Bandung. Sampah segar yang telah
pengamatan, diplot dalam garfik dimana sumbu X
dikumpulkan, kemudian dilakukan analisa
adalah waktu pengamatan (hari) dan sumbu Y
komposisi dan karakteristik sampah.
adalah tinggi curah hujan (mm/hari). Pada awal
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
musim hujan yakni bulan Oktober 2009, tinggi
komposisi sampah didominasi oleh sampah
curah hujan harian berkisar antara 0 hingga 25
organic 68.5%, plastic 9.4%, kertas 20.4%.
mm/hari yang menggambarkan bahwa curah
hujannya sangat kecil. Sementara mulai bulan
2.2 Model Landfill
Nopember dan Desember 2009, curah hujan
Membutuhkan dua kolom landfill yang
terjadi relatife berfluktuasi antara 0 hingga 60
menggambarkan model landfill yang
mm per hari. Pada bulan Januari 2010 curah
menggambarkan pola operasional harian di
hujannya mulai tinggi, dimana tinggi maksimum
Tempat Pembuangan Akhir, seperti dijelaskan
curah hujan adalah 108 mm per hari dan hampir
pada Gambar 1. Kolom landfill menggunakan
terjadi hujan setiap hari (Gambar 2).
buis beton dengan diamater 80 cm yang disusun
sesuai dengan ketinggian timbunan yang
direncanakan 1,5 meter dan 2,5 meter dan
ditempatkan dibagian luar bangunan. Sehingga
ketika terjadi hujan, maka hujan tersebut akan
masuk kedalam lysimeter dan proses
keseimbangan air bisa diamati sesuai dengan
waktu yang diinginkan. Sampah yang sudah
diketahui karakteristiknya, kemudian dimasukkan
ke dalam lysimeter secara bertahap dengan
kepadatan berkisar 400 kg/m3 hingga mencapai
ketinggian timbunan sampah yang direncanakan.
Model menggambarkan kondisi sanitary landfill
dengan tinggi timbunan berbeda. Pada bagian
atas timbunan sampah ditutup dengan tanah
penutup yang dianggap sebagai tanah penutup
harian dengan setebal 20 cm. Produksi leachate
atau lindi (liter/hari) diukur dengan cara Gambar 2. Pola Curah Hujan
menampung air yang keluar dari model landfill
melalui pipa outlet dan ditampung selama sehari
(24 jam) dengan bak penampung. 3.2 Pola Timbulan Lindi
Adapun untuk mengetahui tinggi timbulan lindi Hasil pengukuran timbulan lindi selama
dan curah hujan (mm/hari), volume lindi atau pengamatan, diplot dalam garfik dimana sumbu X
curah hujan yang terukur dibagi dengan luas adalah waktu pengamatan (hari) dan sumbu Y
model landfill/alat ukur curah hujan. debit dapat adalah tinggi timbulan (mm/hari). Sesuai dengan
diketahui dengan menampung leachate hasil pengamatan, secara umum bahwa pola
sebanyak volume tertentu selama waktu yang timbulan lindi cenderung sesuai dengan pola
dibutuhkan untuk mendapatkan volume tersebut. curah hujan yang terjadi. Selanjutnya pola
Pengukuran dilakukan setiap hari selama periode timbulan lindi, yang terjadi pada landfill model
pengamatan mulai bulan Oktober 2009 hingga sanitary landfill dengan tinggi timbunan (lift) yang
berbeda, ditunjukkan pada Gambar 3.
Seminar Nasional Pascasarjana X – ITS, Surabaya 4 Agustus 2010
ISBN No. 979-545-0270-1
Bahkan ketika curah hujan mencapai 100 model Sanitary landfill SL-2 adalah 42%
mm/hari, timbulan lindinya hampir 50% dari tinggi sedangkan pada model sanitary landfill SL-3
curah hujannya.Setelah terjadi hujan dengan sebesar 35% dari akumulasi curah hujan. Pada
intensitas hujan yang tinggi, walaupun pada model sanitary landfill SL-3 presentase lindi yang
periode berikutnya hujan yang terjadi relative terbentuk lebih kecil karena tinggi timbunan
kecil atau tidak ada hujan pun ternyata masih ada sampah atau pola operasional dapat berfungsi
timbulan lindinya. sebagai media penahan air sehingga air yang
masuk dalam timbunan sampah menjadi lebih
sedikit. Oleh karena itu tinggi timbunan (lift) pada
model sanitary landfill SL-3 dapat mereduksi
timbulan lindi sebesar 5%. Sementara itu pada
landfill SL-2, timbulan lindi yang terjadi relatif
lebih besar karena air hujan akan masuk
kedalam timbunan sampah dan jumlah air yang
diserap lebih sedikit.
5. Penghargaan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Universitas Muhammadiyah Malang dan
Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia yang telah
Gambar 8. Pola Timbulan Lindi pada Bulan memberikan dana Tahun Anggaran 2010.
Februari 2010