Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
MARWA BURHAN
XI IPA 1 / 28017
oleh:
Kelas : XI IPA 1
NIS : 28017
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Rusdiyadi, S.Pd
NIP 132160905
Motto:
1. Ilmu itu sangatlah panjang, dan umur itu sangatlah pendek maka utamakanlah
mencintaimu.
3. Bersabarlah dalam berbuat kebaikan meski tidak ada seorang pun yang
membalas kebaikanmu.
Kupersembahkan untuk:
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai syarat untuk mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia dengan tema teknologi. Selain sebagai prasyarat, tujuan penulis
dalam penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memaparkan dampak yang
dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu yang banyak memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral
maupun spiritual.
6. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
terbatas dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan karya ilmiah, bahwa karya
ilmiah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar karya ilmiah ini
menjadi lebih baik dan bermanfaat bag semua orang di masa yang akan datang.
benar dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat bagi pembaca.
Amin.
PENULIS
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 39
B. Saran ............................................................................................. 40
Bandung.
Penyelenggara.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Seminar Politik Bahasa Nasional.
Gelombang Globalisasi"
RIWAYAT HIDUP
Mts. As’adiyah Putri II Sengkang. Selama di Mts. As’adiyah Putri II, penulis aktif di
berbagai organisasi, diantaranya sebagai ketua II OSIS masa bakti 2006/2007, ketua
umum OSIS masa bakti 2007/2008, ketua asrama 2007/2008, anggota Pramuka,
Setelah tiga tahun menempuh pendidikan, pada tahun 2008 penulis berhasil
menjadi salah satu siswa angkatan XIII. Selama di SMA Negeri 2 Tinggimoncong,
penulis aktif dalam beberapa organisasi, diantaranya sebagai anggota Organisasi Intra
Sekolah (OSIS) masa bakti 2009/2010, wakil sekretaris Remaja Mesjid Jabal Nur
mempersiapkan diri untuk menghadapi Pagelaran ke-13 angkatan XIV serta ujian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun yang meluas pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, bahasa memegang
peran utama. Peran tersebut meliputi bagaimana proses mulai dari tingkat individu
hingga suatu masyarakat yang luas memahami diri dan lingkungannya. Sehingga pada
saat inilah fungsi bahasa secara umum, yaitu sebagai alat untuk berekspresi,
berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, memberikan
perannya.
gen dan bahasa mengungkapkan bahwa seorang individu memiliki kemampuan alami
untuk memahami bahasa secara umum yang akan beradaptasi untuk lebih spesifik
yang memiliki bahasa yang sama dengan dirinya. Maka dari itu proses alamiah
tersebut perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dengan individu yang lain
membentuk suatu bentuk warna kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan
Prof. Anthony melalui kajian semantik dan etimologi kata mengenai bahasa yang
merupakan cerminan dari watak, sifat, perangai, dan budi pekerti penggunanya.
masyarakat proses adaptasi berjalan lebih kompleks, dengan waktu yang lebih
menerus mengalami perubahan sehingga membentuk suatu sistem, atau yang disebut
masyarakat ini bukanlah suatu hasil akhir melainkan terus mengalami perubahan
merespon rangsangan dari luar. Proses yang berlangsung dalam masyarakat tersebut
Salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian masyarakat di dunia adalah
yang paling berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang
Melayu meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa pengantar dalam
pendidikan.
Sebagai salah satu bentuk fisik dari identitas nasional, bahasa Indonesia memiliki
Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai lambang identitas
istiadat, dan bahasanya; serta sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
dari tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini harus
menghadapi realita bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan budaya.
digunakan seluruh masyarakat tanpa melenyapkan bahasa daerah. Hal ini diperumit
dengan suatu kondisi dimana beberapa bahasa daerah terancam punah diakibatkan
sebagai bahasa ibu yang harus dilestarikan. Sehingga pada daerah yang masih
tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan karena tidak lebih prestise dibandingkan bahasa
Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia juga harus menghadapi realita bahwa
penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau mempelajari kaidah bahasa yang baik dan
sebagai bahasa persatuan, situasi kebahasaan ditandai oleh dua tantangan. Tantangan
nasionalisme. Buktinya, banyak orang yang lebih suka memakai bahasa Asing,
Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Tantangan
kedua ini yang menimbulkan prasangka yang tetap diidap ilmuwan kita yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu
menyediakan sepenuhnya padanan istilah yang terdapat dalam banyak disiplin ilmu,
bertumpu pada pendirian apa yang tidak dikenal atau diketahui, tidak
menghadapi gempuran dari bahasa asing. Hal yang serupa dengan tantangan internal
mengenai bahasa daerah, bahasa Indonesia oleh sebagian masyarakat dipandang tidak
lebih prestise dibandingkan dengan bahasa asing. Hasilnya penggunaan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa asing menjadi sesuatu yang lumrah. Bahasa gaul mulai merebak
di masyarakat, bahkan yang berpendidikan tinggi hingga pejabat dan media massa.
Jika hal ini terus dibiarkan maka bahasa Indonesia akan menjadi minoritas dan punya
Saat ini tantangan terhadap bahasa Indonesia, baik internal maupun eksternal,
Indonesia, namun menjadi sangat penting karena berkaitan dengan bahasa sebagai
identitas dan kepribadian bangsa. Jika dihayati dari prosesnya, awalnya masyarakat
desa hingga antar suku merupakan salah satu jawaban yang dapat menyingkap kurang
kesadaran bersatu inilah kita dapat belajar dari kepemimpinan Orde Baru dalam
persatuan sudah banyak dilakukan. Hal ini terlihat dari mulai membaiknya badan
perencanaan bahasa yang ada di Indonesia. Bahkan badan tersebut berjejaring dengan
Namun usaha tersebut masih dalam tataran struktural dan politis, belum merambah
“akar rumput” yang merupakan basis kultural dan mengakar. Kesadaran dari
pemerintah, media, dan masyarakat terhadap konsep bahasa persatuan masih rendah.
Usaha para budayawan dan ahli bahasa Indonesia belum didukung penuh oleh
kebijakan strategis dan merakyat dari pemerintah. Ditambah lagi peran media yang
semakin luas tidak diimbangi oleh usaha sosialisasi bahasa Indonesia yang baik dan
benar membuat masyarakat kini lebih merespon stimulasi dari asing serta semakin
jauh dari kaidah berbahasa yang benar. Bukannya masyarakat harus tertutup dari
pengaruh asing, namun kemampuan untuk menyaring informasi, gaya bahasa, dan
Indonesia saat ini merupakan suatu data yang dapat dijadikan sumber prediksi bagi
eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan di masa depan. Dalam konteks
bahasa Melayu, Collins menyatakan bahwa peran bahasa Melayu akan semakin
berkembang, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di belahan bumi yang lain. Di
luar Asia Tenggara bahasa Melayu dipelajari di delapan Negara Eropa dan dua
Negara di Amerika. Jumlah penutur bahasa Melayu dalam waktu dekat ini akan terus
meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestise di kalangan para penuturnya yang
kemudian akan mempengaruhi sikapnya untuk lebih positif terhadap bahasa Melayu.
Terlebih menurut prediksi dari Collins, pengaruh bahasa Inggris belum begitu jelas di
Kesadaran ini tidak hanya pada bagian luar pemahaman saja, namun selayaknya
B. Identifikasi Masalah
sehari-hari?
bahasa nasional?
Indonesia?
7. Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang yang mengaku
berbangsa Indonesia?
12. Mengapa banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai
bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila
C. Pembatasan Masalah
sehari-hari?
Indonesia?
4. Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang yang mengaku
berbangsa Indonesia?
baik?
bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila
D. Rumusan Masalah
sehari-hari?
4. Mengapa banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan
bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila
E. Tujuan Penelitian
pelajar.
2. Untuk mengetahui dampak dari perkembangan dan penggunaan teknologi
F. Manfaat Penelitian
bahasa Persatuan.
A. Definisi Konsep
28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia
sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa
daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa
Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia
lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa
Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa
bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu
yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah,
ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe
Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli
"...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah
Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau
mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan
bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara
adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama
pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap
bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1)
sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.
Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa Indonesia lebih suka
memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar
pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap kebanggan berbahasa Indonesia
konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-
halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini
tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak
menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan
mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif
seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa
Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh
perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa
yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan
ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika
Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhaan
jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa
globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di
kedua ini yang menimbulkan prasangka yang tetap diidap ilmuwan kita yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia miskin, bahkan kita dituduh belum mampu
menyediakan sepenuhnya padanan istilah yang terdapat dalam banyak disiplin ilmu,
apa yang tidak dikenal atau diketahui, tidak ada dalam bahasa
Indonesia.
menghadapi gempuran dari bahasa asing. Hal yang serupa dengan tantangan internal
mengenai bahasa daerah, bahasa Indonesia oleh sebagian masyarakat dipandang tidak
lebih prestise dibandingkan dengan bahasa asing. Hasilnya penggunaan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa asing menjadi sesuatu yang lumrah. Bahasa gaul mulai merebak
di masyarakat, bahkan yang berpendidikan tinggi hingga pejabat dan media massa.
Jika hal ini terus dibiarkan maka bahasa Indonesia akan menjadi minoritas dan punya
etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang
perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang
masyarakat. Tantangan kedua, yakni persoalan tata istilah dan ungkapan ilmiah. Hal
yang serupa dengan tantangan tersebut mengenai bahasa daerah, bahasa Indonesia
oleh sebagian masyarakat dipandang tidak lebih prestise dibandingkan dengan bahasa
asing. Hasilnya penggunaan kaidah bahasa Indonesia tidak banyak menjadi sorotan
penting. Selain itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat untuk menyatukan
berbagai suku yang mempunyai latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-
beda.
B. Kerangka Pikir
Bahasa Indonesia
memiliki
Fungsi
dipengaruhi oleh
C. Hipotesis Indonesia
diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang
sederhana, tata bahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak
jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang
METEDOLOGI PENELITIAN
Waktu pembuatan karya tulis ini dari tahap persiapan hingga pelaporan
membutuhkan waktu satu bulan, penelitian ini bersifat studi pustaka sehingga tidak
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam pembuatan karya ilmiah ini
pembuatan karya ilmiah melalui buku-buku yang didapatkan dari perpustakaan dan
dijadikan referensi untuk mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan
Teknik yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
adalah dengan menggunakan data sekunder yakni data yang dikumpulkan secara acak
dari buku-buku yang relevan dan menjadi sampel penelitian dengan cara menelaah
analisis deskriptif dimana penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber literatur,
PEMBAHASAN
Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan,
yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.
sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi
yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama
dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
1928, yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada saat itu para
mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan suku vangsa atau etnik.
Pengangkatan status ini ternyata bukan hanya isapan jempol. Bahasa Indonesia bisa
bahasa Indonesia rasa kesatuan dan persatuan bangsa yang berbagai etnis terpupuk.
justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa meinggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa etnik yang bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia
etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang lain sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang
perpindahan pegawai negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang
budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia
menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan hidup.
Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan oleh
bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia ini pun terus
dibina dan dijaga oelh bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu
nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa
sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar tidak
diperlukan, misalnya istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering diadopsi, padahal
antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan fungsinya sebagai alat
pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang
perasaan yang halus, sekarang dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni
drama, baik yang dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian
pesatnya. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat
Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa kesetiaan kepada bahasa
bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis.
dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa
Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi internasional (antarbangsa dan
asing, terutama bahasa Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang
salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan ketenagaan, baik dalam
penerimaan karyawan atau pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas
atau jabatan tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam
bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan
antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan
pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah.
Dengan kata lain, apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah
Apalagi, di antara pelaku komunikasi tersebut terdapat jarak sosial yang cukup
jauh,misalnya antara bawahan - atasan, mahasiswa - dosen, kepala dinas - bupati atau
Akibat pencantuman bahasa Indonesia dalam Bab XV, Pasal 36, UUD 1945,
bahasa Indonesia pun kemudian berkedudukan sebagai bahasa budaya dan bahasa
ilmu. Di samping sebagai bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam hubungannya
sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri,
dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan semua nilai sosial budaya nasional. Pada
berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuna dan teknologi (iptek) untuk
bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan
iptek. Pada tahap ini, bahasa Indonesia bertambah perannya sebagai bahasa ilmu.
Bahasa Indonesia oun dipakai bangsa Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan
bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di
dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga).
tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa-skripsi, tesis, disertasi, dan hasil
dan sekaligus menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi
konsep-konsep iptek.
mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap
kepada orang lain. Mereka semestinya bangga memiliki bahasa yang demikian itu.
Namun, berbagai kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa
Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai bahasa
asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris) masih terus menampak pada
sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih
tinggi derajatnya daripada bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu
antara lain:
(Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai
bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau
baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena
yang negatif dan tidak baik. Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan
pikiran dan perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Akibat lanjut yang
ungkapan itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, bahkan sudah
ditemukan kata dan istilah asing yang "amat asing", "terlalu asing", atau "hiper
asing". Hal ini terjadi karena salah pengertian dalam menerapkan kata-kata asing
Padahal, kata-kata itu cukup diucapkan dan ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat
(muatan), sah
c. Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi
menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu, banyak orang
Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas dengan cara sederhana dan mudah.
penggunaan kata tidak dan bukan, pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang
tidak jelas.
Indonesia yang baik, sepantasnyalah bahasa Indonesia itu dicintai dan dijag. Bahasa
Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu
meruoakan salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia
patutlah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh
dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan
teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa penggunaan bahasa Indonesia
yang dipenuhi oleh kata, istilah, dan ungkapan asing merupakan bahasa Indonesia
yang "canggih" adalah anggapan yang keliru. Begitu juga, penggunaan kalimat yang
bahasa dengan kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran yang
jelas, dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur dan jelas pula. Oleh sebab itu,
teratur, jelas, bersistem, dan benar agar jalan pikiran orang Indonesia (sebagai pemilik
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan
dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa
Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak
sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia.
Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemngkinannya terjadi pada
era globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi, serta
mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia.
Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa
nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yan berlaku dalam bahasa Indonesia dengan
memperhatikan siatuasi dan kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa
Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap
semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan
kondisinya.
adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utama
pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap
bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan (1)
sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan (2) sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.
Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa Indonesia lebih suka
memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing dan bersedia menjaga agar
konsep yang rumit secara cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-
halusnya. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini
tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak
mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran purisme) dan
menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh yang positif dan
mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif
seperti inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa
Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain. Masing-masing bahasa
kepada bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga
menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat
menimbulkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap
warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini
merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul
adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada
pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik. Mereka menggunakan
sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung
membaw pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pikiran
si pemakai bahasa itu. Apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa,
berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut
bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun akan
kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era globalisasi
ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi
kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa
Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan
Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh
perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa
yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan
bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasanya mempunyai
sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan
ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika
Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Namun, kesederhaan
jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa
globalisasi ini. Bahkan, bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa
yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus terus dibina dan
dalam pergalan antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan berbahasa
Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa
Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya
kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia "akan
ditelan" oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan
menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang tentu, hal
seperti harus dapat dihindarkan pada era globalisasi ini. Apalagi, keadaan seperti ini
B. Saran