You are on page 1of 31

TINJAUAN KRITIS TENTANG

RAPERDA RETRIBUSI
PELAYANAN KESEHATAN
KOTA SEMARANG 2010

Sutopo Patria Jati


Pusat Pengembangan Pelayanan
Publik Kesehatan-FKM UNDIP
REVIEW PROSES PENYUSUNAN
PERDA KENAPA KURANG EFEKTIF?
 Ada perbedaan persepsi antara pusat dengan daerah
dalam hal ruang lingkup review Perda. Sejauh ini,
review oleh Pusat meliputi aspek administratif
(konsistensi dengan peraturan lain, utamanya
peraturan perundangan yang lebih tinggi) dan aspek
substansi (merugikan kepentingan masyarakat).
Sementara itu, beberapa daerah berpendapat bahwa
seharusnya review Pusat hanya sampai pada penilaian
tentang kesesuaian Perda yang dibuat dengan aturan
tentang kewenangan yang sudah dilimpahkan kepada
daerah (tidak perlu masuk ke wilayah substansi).
 Pemerintah pusat tidak dapat atau tidak mampu
memenuhi target waktu satu bulan untuk meninjau
kembali Perda tentang pajak daerah dan retribusi
sebagaimana ditetapkan oleh UU 34/2000. Bahkan,
tidak semua Perda yang diajukan di-review
mendapatkan umpan balik atau komentar dari Pusat.
 Beberapa Pemda sudah melakukan konsultasi dengan
Propinsi sebelum menerbitkan Perda tertentu, tetapi
tetap saja ada Perda (yang sudah dikonsultasikan)
dianggap bermasalah oleh Pusat, sehingga Pemda
menganggap konsultasi itu sia-sia.
 Propinsi menerima salinan Perda, tetapi
fungsinya hanya sebagai penyimpan arsip,
karena tidak memiliki peran dalam
melakukan peninjauan kembali Perda-Perda
tersebut.
Sumber
http://www.akademika.or.id/arsip/Pengawasan%
20Perda-IRDA%20Seminar-Indonesia.pdf
Keterlibatan msyrkt/stakeholders tdk optimal

Identifikasi masalah & prioritas


masalah tidak cermat

Perancang Perda hy berorientasi pd


kepentingan pihak tertentu Perda Gagal/Tertunda:
1. Resistensi masyarakat
Prinsip kesetaraan & kebersamaan 2. Pemda tdk mampu
antar pihak tdk optimal (“pemaksaan”) menerapkan

Ketidaklayakan sumber daya & koordinasi


antar instansi dlm pelaksanaan

Lemahnya Sosialisai & Publikasi


Pra & Pasca Pengesahan/Diundangkan
NASKAH AKADEMIK
 1. Apakah permasalahan yang dihadapi sudah
didefinisikan secara benar?
 2. Apakah langkah pemerintah dapat
dijustifikasi?
 3. Apakah peraturan perundangan baru
merupakan langkah terbaik pemerintah
 4. Apakah ada dasar hukum untuk langkah tersebut?
 5. Tingkat pemerintahan mana yang sesuai untuk
langkah tersebut?
 6. Apakah manfaat dari peraturan perundang-
undangan lebih besar dari biayanya?
 7. Apakah distribusi manfaat ke seluruh masyarakat
transparan?
 8. Apakah peraturan perundang-undangan dipahami
oleh para pemakainya? tersebut jelas, konsisten, dapat
diakses dan
 (9) Apakah seluruh kelompok kepentingan
memiliki kesempatan untuk menyampaikan
 pandangannya?
 (10)Bagaimana pentaatan terhadap peraturan
perundangan akan dicapai?
ANALISIS SITUASI PEMBIAYAAN
& PELAYANAN KESEHATAN
Trend Pengeluaran Biaya Kesehatan
Publik
 PEMERINTAH HANYA MENANGGUNG 35%
BIAYA KESEHATAN TOTAL

 SEKITAR 70% BIAYA KESEHATAN DARI


MASYARAKAT MASIH BERSIFAT OUT OF
POCKET (WB,2008)

 TREND JPKM-PEMBIAYAAN KESEHATAN PRA-


UPAYA YG BERSIFAT SUKARELA & SWADAYA
MAKIN MENURUN DRASTIS SEJAK KRISIS
(DEPKES,2006)

 PENYALAH GUNAAN SKTM MENINGKAT&


MERATA DISEMUA DAERAH

 PEMDA MENGGRATISKAN BIAYA KESEHATAN


 SALAH SUBSIDI  KEMAMPUAN APBD
MAKIN TERBATAS UTK MENGCOVER MASKIN
NON KUOTA JAMKESMAS
ATP dan WTP Masyarakat
IRONI MASIHKAH AKAN
BERLANJUT ?
DATA SUSENAS DI JATENG RATA2 (Rp)
TAHUN 2004
TOTAL BUKAN MAKANAN 301182.2
KESEHATAN 18269.6
TEMBAKAU SIRIH 53114.5
TAHUN 2001
TOTAL BUKAN MAKANAN 184149.5
KESEHATAN 35426.7
TEMBAKAU SIRIH 36799.1
% PENINGKATAN BIAYA TEMBAKAU (2001-2004) 44,76%
% PENURUNAN BIAYA KESEHATAN (2001-2004) 45,21%

Sumber: Susenas 2001, 2004


CURRENT ISSUES ANGGARAN
KESEHATAN DI SEMARANG
 Dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) Dinas Kesehatan Kota Semarang,
anggaran turun 13% dari Rp 50,1 miliar pada APBD 2009 menjadi
Rp 36,5 miliar di RAPBD 2010
› program obat dan perbekalan kesehatan dari Rp 3,8 miliar di APBD 2009
menjadi Rp 2,6 miliar di RAPBD 2010
› program upaya kesehatan masyarakat yang membidik masyarakat miskin
dari Rp 26,5 miliar menjadi Rp 18,8 miliar
› program perbaikan gizi masyarakat dari Rp 692,5 juta menjadi Rp 340 juta
› program pengembangan lingkungan sehat dari Rp 353 juta menjadi Rp
145,5 juta
› program pencegahan penyakit menular dari Rp 3,8 miliar menjadi Rp 2,6
miliar
› Sumber
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/13/11260784/anggaran.keseha
tan.kota.semarang.minim
 RAPBD Kota Semarang 2010 untuk pendapatan
sebesar Rp1,3 triliun dan belanja Rp1,6 triliun.
 Alokasi anggaran kesehatan APBD Kota Smg
akhirnya disetujui naik sebesar 1,39% dr tahun 2009
menjadi 50,8 M di thn 2010
 Dari 13 program kesehatan tersebut, program upaya
kesehatan masyarakat menghabiskan setengah porsi
anggaran, yakni sejumlah 26.951.191.650 (pelayanan
kesehatan penduduk miskin di Puskesmas sebesar 13
M dan kegiatan operasional Puskesmas sebesar 12 M)
ANALISIS KOMPARATIF THD TARIF

No
(LAMA
ITEM
vs BARU)
LAMA BARU KETERANGAN
1 JMLH TARIF 89 200 111 tarif baru
2 KENAIKAN TERTINGGI:
Persalinan oleh Dokter Rp.230 rb Rp. 350 rb Rp. 120 rb
Lab. Darah (ery, Hb, Rp. 1.750 Rp. 8.000 > 350%
Trombo,leuko)
3 TARIF TERENDAH: Rp. 1750 Rp. 2500 Rp. 750
(Lab. Rutin ) (Lab. Rutin)

TARIF TERTINGGI: Rp.230 rb Rp. 350 rb Rp. 120 rb


(Partus oleh (Partus dokter,
dokter) laik hotel &
restoran)

4 PENURUNAN TERTINGGI:
Akomodasi & perawatan Rp. 180 rb Rp. 70.000 Rp. (-) 110 rb
persalinan /hari
ANALISIS KOMPARATIF THD
TARIF
No (UNIT COST
ITEM vs BARU)
UNIT COST BARU KETERANGAN
1 RAWAT INAP Rp. 426.097 Rp. 590.000 (dokter +ranap Rp. 70 – 170 rb
(PERSALINAN) +visite 3 hr) diatas unit cost
Rp. 490.000
(bidan+ranap+visite 3hr)

2 RAWAT INAP Rp.283.897 Rp. 210.000 - 225.000 (3hr Rp. 60 – 70 rb


BIASA akomodasi +visite dr Dibawah unit cost
umum/spesialis) per kasus
3 JENIS KASUS/ ? ? Untuk
TINDAKAN memproyeksikan
TERBANYAK DI beban subsisdi atau
PUSKESMAS masyarakat

4 JENIS KASUS/ Untuk


PEMERIKSAAN ? ? memproyeksikan
TERBANYAK DI beban subsisdi atau
LABKESMAS masyarakat
PROSPEK KEDEPAN ?
AMANAT UU KESEHATAN No
36 TH 2009
 Pasal 171
 (1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal
sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja
negara di luar gaji.
 (2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.
 (3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan
publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
PERTANYAAN KRITIS
 APAKAH SEMARANG AKAN MENGALOKASIKAN
10% APBD UTK SEKTOR KESEHATAN ? ? KAPAN &
BERAPA ESTIMASI NILAINYA ?
 APAKAH SEKTOR KESEHATAN AKAN MAMPU
SECARA CERDAS & AKUNTABEL MEMANFAATKAN
ANGGARAN 10% TERSEBUT ? 2/3 DARI ANGGARAN
TERSEBUT HARUS UNTUK PELAYANAN PUBLIK
KESEHATAN APA SAJA?
 APA PERDA RETRIBUSI KESEHATAN INI
BERDAMPAK NEGATIF TERHADAP KEBERHASILAN
IMPLEMANTASI AMANAT UU KESEHATAN TSB ?
DAMPAK PERDA RETRIBUSI
KESEHATAN ?
STAKEHOLDERS POTENSIAL BENEFIT POTENSIAL RISK
(COST)
MASYARAKAT ? ?
-MISKIN (JAMKESDA) HAK DASAR DAYA BELI
-MISKIN LAIN KESEHATAN AKSESIBILITAS
PROVIDER KESEHATAN ? ?
MUTU YANKES INEFISIENSI
KEPUASAN KERJA TUNTUTAN
NAKES MASYARAKAT
PEMDA ? ?
PAD AMANAT UU
HDI KESEHATAN
INEFISIENSI
TERIMA
KASIH

You might also like