You are on page 1of 2

Memahami Bentuk Kesulitan Belajar (Learning

Disabilities)
Oleh : Ismira Dewi | 26-Jul-2008, 01:41:23 WIB

KabarIndonesia - Sering kita ketahui, dengar atau bahkan alami di kehidupan nyata tentang
suatu keadaan dimana seseorang memiliki kesulitan dalam belajar. Pelajaran di sekolah yang
mendasar dan harus dikuasai dengan baik adalah yang berkenaan dengan membaca, menulis
dan berhitung. Jika tidak, hal itu akan menghambat prestasi akademis pada siswa yang
bersangkutan. Kesulitan atau hambatan yang sering terjadi biasanya dialami oleh siswa yang
duduk dibangku Sekolah Dasar. Berbagai permasalahan belajar banyak sekali ditemui pada
tingkat ini. Bentuk hambatan dalam belajar tersebut muncul berupa hambatan membaca
(dyslexia), hambatan menulis (dysgraphia), hambatan berhitung (dyscalculia).

Sebagai contoh permasalahan yang pernah dialami Ruri (nama samaran). Saat ini Ruri duduk
dibangku kelas 6 SD. Prestasinya di sekolah hanya pas-pasan meskipun orangtuanya telah
memanggil guru privat untuk membantunya mengerjakan tugas di sekolah dan mengajarinya
pelajaran sekolah. Pada saat Ruri masih kelas 1, dia pernah hampir tidak naik kelas karena
nilai raportnya yang kurang. Sampai di kelas 2, dia masih lamban dalam menulis serta
membutuhkan orang lain untuk membantunya membaca.

Dia jarang mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Gurunya mengatakan bahwa dia anak yang
malas belajar. Yang diketahui oleh orang tua Ruri saat itu adalah bahwa gurunya tidak bisa
mengajar dan memberikan bimbingan dengan baik terhadap anaknya. Berbagai cara dan
upaya telah dilakukan orang tua Ruri agar anaknya bisa lulus SD dengan nilai yang cukup baik.
Hingga suatu hari orang tuanya mendapat saran untuk membawa anaknya ke Psikolog,
setelah dilakukan beberapa pengetesan ternyata diketahui bahwa Ruri mengalami Learning
Disabilities (LD).

Learning disabilities merupakan keadaan yang menggambarkan suatu kondisi yang dapat
mengganggu seseorang dalam belajar. Dalam Psikologi istilah Learning disabilities ini biasa
disingkat dengan LD. Keadaan ini terkait dengan gangguan-gangguan tertentu, diantaranya
adalah gangguan pendengaran, berbicara, membaca, cara berpikir, dan perhitungan
matematika.

Siswa yang mengalami hambatan ini biasanya tidak memiliki masalah dengan inteligensinya,
ada yang mendekati rata-rata, rata-rata, atau diatas rata-rata. Namun pengaruh dari keadaan
ini yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan dan prestasi yang tidak menonjol pada
siswa. Sayangnya, keadaan ini sulit diketahui baik oleh orang tua, dan guru. Keadaan ini
biasanya baru disadari ketika prestasi anak menurun, tidak semangat dalam belajar, bahkan
tidak naik kelas. Sehingga tidak jarang pula guru atau orangtua menilai anak sebagai anak
yang malas, nakal, atau underachiever.

Siswa yang Termasuk dalam Kategori Learning Disabilities

Hambatan dalam belajar ini dapat muncul sebagai akibat dari gangguan lain yang dimiliki oleh
individu. Dalam artian bahwa Learning disabilities merupakan manifestasi terhadap munculnya
gangguan lain. Gangguan yang sering muncul yakni Attention Deficit Hyperactive Disorder
(ADHD), Conduct Disorder (CD), dan sindrom Tourette (Harwell, 2001).

Disabilities yang dialami oleh individu lebih berkaitan dengan proses kognitifnya. Berikut ini
merupakan faktor yang menjadi penyebab terjadinya Learning Disabilities (Omrod, 2003):

Kesulitan dalam Perception

Visual perception: anak dengan learning disabilities kemungkinan mengalami kemunduran di


area visual atau yang terkait dengan persepsi dari penglihatan. Berkenaan dengan sesuatu
yang dilihat kemudian akan dipahami oleh otak.

Auditory perception: dalam hal ini keterbatasan yang berkaitan dalam menerima informasi
melalui area pendengaran.

Memory : terkait dengan kapasitas memori atau ingatan yang kurang dalam menyimpan
informasi yang didapatkan.

Kesulitan dalam bidang akademis

Reading: hambatan dalam mengenali kata, mengucapkan, dan memahami apa yang dibaca.

Written: permasalahan dalam membuat tulisan dan mengekpresikan diri melalui tulisan.

Mathematical: kesulitan dalam memilikirkan atau mengingat informasi yang melibatkan


angka-angka.

Jika kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ini dibiarkan berlarut-larut akan menyebakan
kegagalan akademis, harga diri siswa yang rendah, motivasi rendah terutama dalam belajar,
gaya belajar yang tidak terencana, dan buruknya kemampuan penyelesaian masalah (coping
skills) yang ditunjukkan dengan perilaku menarik diri, berpura-pura sakit, bersandiwara,
kecemasan, tergantung terhadap orang lain secara berlebih, dan membolos.

Bagi anak yang mengalami Learning disabilities, mereka harus bekerja keras untuk mencapai
kesuksesan. Namun terkadang pekerjaan yang telah mereka lakukan mendapat respon
negative dari orang di sekitarnya. Hal ini yang kemudian menyebabkan munculnya perasaan
frustasi, marah, depresi, kecemasan, dan tidak berharga. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan
adanya identifikasi dan penanganan sedini mungkin menganai kesulitan belajar yang dialami
oleh anak yang dapat diberikan pada anak yakni melalui pembelajaran remedial sesuai
dengan kebutuhan anak, konseling individu dan keluarga, training social skills, memberi
panduan terhadap pekerjaan anak, dan pelatihan terhadap tugas yang diberikan. Jika
pelayanan ini diberikan, kemungkinan terbesar anak akan menjadi lebih produktif dan bahagia
dalam menjalani hidupnya.

Pustaka:
Harwell, J. M. 2001. Learning Disabilities Handbook. Jossey-Bass. San Francisco.
Omrod, J. E. 2003. Educational Psychology. Developing Learners. (Omrod, 2003). Merrill
Prentice Hall. New Jersey.

You might also like