Professional Documents
Culture Documents
Suatu hari seorang pelanggan PDAM protes lantaran airnya berbau kaporit. Rasanya
tidak enak apalagi untuk menyeduh kopi atau teh. Pada saat yang lain ada pelanggan
PDAM yang protes justru karena airnya tidak berbau kaporit. Dianggapnya PDAM belum
betul mengolah air sehingga dikhawatirkan membahayakan kesehatannya.
Kali lain, ada yang keliru menggunakan kaporit. Air keruh diberi kaporit sebagai
���obat��� untuk menjernihkannya. Setelah disaring lewat filter, airnya tetap
keruh, tak berbeda dengan air sebelum diolah. Di depot air minum isi ulang sering ada
tulisan UV sterilizer, pensteril air agar bebas bakteri. Di wadah air minum kemasan
(amik), selain ada yang mencantumkan UV juga kerapkali tertulis ozon.
Berkaitan dengan zat kimia itu, ada kisah menarik. Sebuah kota, namanya San Paolo,
ditimpa masalah. Air ledengnya yang diambil dari Danau Chavez tercemar berat. Ribuan
orang lantas sakit dan ratusan tewas. Mereka tak mau lagi minum air ledeng itu. Buat
kumur-kumur dan menyikat gigi saja takut. Terjadilah krisis air minum. Ribuan liter air
bersih terpaksa dikirim dari kota-kota terdekat, mirip kasus tsunami di Aceh atau gempa
di Nias. Orang-orang antri air minum kemasan (amik). Praktisi sanitasi bekerja keras
menemukan sebabnya. Dan yang diduga menjadi sebabnya adalah PAC (polyaluminum
chloride). Ternyata keliru. Lalu tawas yang telah digunakan selama 50 tahun disinyalir
sebagai sebabnya. Lagi-lagi nihil hasilnya. Kasusnya terus muncul dan orang-orang yang
tewas terus bertambah.
Akhirnya disimpulkan, wabah itu bukan karena PAC atau tawas tapi ada sesuatu yang
lain. Apakah itu? Setelah lama diselidiki, ternyata cryptosporidium-C pelakunya.
Mikroba dari grup protozoa ini mampu membentuk spora di usus halus manusia lalu
menghalangi penyerapan air sehingga penderitanya menjadi haus terus. Mikroba ini pun
tak mempan dibasmi dengan klor atau kaporit dan tahan dalam air mendidih lebih dari
sepuluh menit. Luar biasa! Setelah berkali-kali dicoba barulah diketahui bahwa ozon
mampu membasmi parasit itu. Direktur ���PDAM��� San Paolo lantas
menggunakan ozon untuk membasminya. Aman lagilah air danau itu dan siap diolah
untuk didistribusikan ke pelanggannya. Dan... begitulah kisah film Thirst (haus, dahaga).
Dalam film tersebut tercatat tiga zat kimia atau reagen yang terlibat, yaitu tawas, PAC,
dan ozon.
2. Koagulasi-flokulasi.
Disebut di atas, tawas atau Al2(SO4)3.18H2O adalah koagulan terpopuler di PDAM.
Selain itu ada juga besi sulfat dan besi klorida. Yang lainnya adalah polimer seperti PAC.
Sebagai penjernih air yang dapat menggaet koloid dalam air lantaran muatan positifnya,
tawas dan PAC banyak diterapkan untuk mengolah air sungai. Nyaris tak ada PDAM
yang tidak menggunakan tawas jika air bakunya dari sungai. Tawas akan berikatan
dengan kekeruhan (koloid) membentuk gumpalan atau flok. Flok kimia (kimflok) yang
terbentuk lalu diendapkan di unit sedimentasi. Sedangkan kimflok ringan yang lolos-
tidak mengendap-disaring di filter pasir silika. Adapun air tanah (misalnya mata air),
lantaran sudah jernih, tak perlu lagi ditambah tawas. Hanya perlu kaporit sebagai
disinfektan, pembasmi bakteri.
3. Penstabil air.
Zat kimia ini untuk mengatur taraf keasaman atau kebasaan air dan kadar mineralnya.
Yang termasuk di dalamnya adalah asam, basa, dan garam-garaman. Beragam jenis soda
dan kapur kerapkali digunakan. Pada penurunan kesadahan digunakan proses kapur-soda
dan bermacam-macam variannya. Senyawa dari unsur magnesium dan klorida juga
banyak terlibat. Berikut ini adalah contohnya: NaOH (natrium hidroksida/soda api),
Ca(OH)2 (kalsium hidroksida/kapur tohor), Na2CO3 (natrium karbonat/soda abu),
NaHCO3 (natrium bikarbonat/soda kue), NaCl (natrium klorida/garam dapur), HCl (asam
klorida), H2SO4 (asam sulfat). Masih ada lagi zat lainnya.
4. Aditif
Kelompok terakhir ini untuk memperbaiki mutu air apabila ada zatnya yang kurang.
Misalnya, kekurangan fluorida bisa ditambahkan natrium fluorida, NaF. Fungsinya untuk
melindungi gigi dari karies. Namun demikian, PDAM jarang melakukan ini kalau tak
bisa dikatakan tidak pernah.
Adapun penggunaan sinar ultraviolet (UV) harus hati-hati karena tidak semua spektrum
panjang gelombangnya mampu membunuh bakteri. Saat ini para peneliti membagi radiasi
UV menjadi beberapa kelompok dalam rentang 400-100 nm (nm: nanometer. 1m = 1
milyar nm). Ada juga yang mengatakan antara 400-4 nm. Rinciannya: UV-A: panjang
gelombangnya 320-400 nm; UV-B: 280-320 nm; UV-C: 200-280 nm; dan UV ekstrim
atau UV vakum: 100-200 nm. Sedangkan rentang panjang gelombang yang mampu
membasmi bakteri ialah 280-200 nm. Ada juga pendapat lain, yaitu 260-265 nm.*
posted by Gede H. Cahyana @ 3/25/2006 10:26:00 AM
0 Comments:
16 August 2007
Penjernih Air Cepat
Filed under: Tips Kesehatan
Di musim banjir seperti sekarang, air bersih relatif sulit ditemui. Padahal, air kotor ada di
mana-mana.
Sebenarnya genangan air, meskipun kotor, masih bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan
sehari-hari. Tentu saja tidak tidak bisa langsung digunakan secara langsung. Ada cara-
cara khusus yang harus dilakukan. "Penggunaan yang paling umum digunakan untuk
mendesinfeksi air minum dalam jumlah kecil dan keadaan darurat adalah kaporit dan
aquatabs," jelas Kepala Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan dr. Doti Indrasanto.
Berikut ini pedoman penggunaan tablet, bubuk, cairan penjernih air cepat (PAC) dan
desinfektan dalam situasi darurat, seperti bencana banjir pada saat ini, yang dikeluarkan
oleh Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK).
Secara umum, kekeruhan dan warna air hendaknya dikurangi sebanyak mungkin dengan
membiarkan air untuk mengendap atau dengan penyaringan melalui lapisan-lapisan kain.
Selain itu, hendaknya air disimpan dalam wadah yang bersih, ditutup dan tidak berkarat.
Cara penggunaan:
Setelah diaduk diamkan atau biarkan selama ± 10-20 menit sampai terbentuk
gumpalan/flok-flok dari kotoran/ lumpur dan mengendap. Pisahkan air jernih yang berada
diatas dari endapan, atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih dan siap
untuk dimanfaatkan
Bila digunakan untuk air minum direbus sampai mendidih atau didesinfensi dengan
aquatabs.
b. Poly Alumunium Chlorine
Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang
dipergunakan sebagai koagulan/flokulan dalam proses penjernih air sebagai pengganti
alumunium sulfat. Bahan ini diproduksi secara
fabricate yang dikemas dengan cara sachet.
Kemasan Poly Alumunium Chlorine terdiri dari cairan berupa koagulan yang berfungsi
untuk menggumpalkan kotoran/lumpur yang ada dalam air dan bubuk putih yaitu kapur
yang berfungsi untuk menetralisir pH.
Cara penggunaan
Sediakan air baku yaitu air sungai, air yang keruh dalam ember sebanyak 100 liter.
Bila air baku pH rendah (asam), tuangkan kapur (kantong bubuk) terlebih dahulu agar
netral (pH=7). Bila air baku pH netral, kapur tidak digunakan.
Tuangkan larutan PAC (kantong A) kedalam ember, aduk perlahan-lahan selama lima
menit sampai larutan tersebut merata.
Setelah diaduk, biarkan ± 5-10 menit sampai terbentuk gumpalan dari kotoran/lumpur
dan mengendap. Piahkan air jernih dari endapan antau gunakan selang plasting untuk
mendapatkan air bersih dan siap digunakan.
Bila digunakan untuk air minum direbus sampai mendidih atau didesinfensi dengan
aquatabs.
Bila air yang telah dijernihkan dengan PAC atau Tawas perlu dilakukan desinfeksi
dengan kaporit (70 persen Chlor aktif) agar tidak mengandung bakteri/kuman pathogen.
Kaporit adalah bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk desinfeksi air karena
murah, mudah didapat, dan mudah penanganannya.
Kaporit yang dibutuhkan dengan sisa chlor 0,2 mg/l untuk 1 KK ( lima orang, 100 liter)
perhari= 72,43 mg (±72 mg/hari)
Kebutuhan selama 10 hari setiap keluarga (lima orang) = 720 mg (±0,72 gram kaporit)
Setiap 1 KK ( lima jiwa) dibutuhkan 5 tablet aquatabs per hari untuk mendesinfeksi 100
liter air bersih.
Kaporit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kaporit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia CaCl(OCl). Kaporit biasanya
digunakan untuk menjernihkan air.
Tawas adalah chemical, dan jelas walau pun dlm reaksinya mengikat
partikel mau pun sedimen termasuk kaporit, tetpi kalau ada yg lolos dan
lebih maka jelas terminum dan melakukan reaksi dg organ tubuh.
Yg baik adalah setelah di kaporitin, ditawasin, lalu disaringin,
berlapis, disaringin dg karbon aktif dan terakir dimasak baru diminum.
Jadi itu kalau anda mau membuat sendiri saringan dan penjernihannya.
Bila ngak ya ada produk jadi distilasi atau pun RO yg bisa anda pergunakan.
Wassallam,
Hal lain yang perlu dikawatirkan adalah bila kadar kaporit yang tinggi ini bercampur
dengan benda organik seperti ; dedaunan dan kotoran, dapat menghasilkan senyawa racun
dalam bentuk lain yaitu trihalomethanes. Zat yang satu ini dapat menyebabkan kanker
keguguran dan cacat pada bayi. Sebetulnya ada teknologi untuk mengontrol bakteri dan
ganggang di dalam kolam renang yaitu dengan menggunakan aquamatic ionizer
(sayangnya teknologi ini masih terlalu mahal bagi kita, apalagi buat kolam renang umum
di Indonesia).
Tapi bukan berarti Anda tidak boleh renang, karena masih ada cara yang dapat kita
lakukan adalah dengan menggunakan kacamat renang untuk mencegah kaporit masuk ke
mata, pilihlah kolam renang outdoor karena dengan begitu gas beracun akan segera
tersebar, sedang cara terakhir adalah jangan berenang di kolam renang berkaporit setiap
hari.
Saturday, March 25, 2006
Kaporit, Pembasmi Bakteri
Suatu hari seorang pelanggan PDAM protes lantaran airnya berbau kaporit. Rasanya
tidak enak apalagi untuk menyeduh kopi atau teh. Pada saat yang lain ada pelanggan
PDAM yang protes justru karena airnya tidak berbau kaporit. Dianggapnya PDAM belum
betul mengolah air sehingga dikhawatirkan membahayakan kesehatannya.
Kali lain, ada yang keliru menggunakan kaporit. Air keruh diberi kaporit sebagai
���obat��� untuk menjernihkannya. Setelah disaring lewat filter, airnya tetap
keruh, tak berbeda dengan air sebelum diolah. Di depot air minum isi ulang sering ada
tulisan UV sterilizer, pensteril air agar bebas bakteri. Di wadah air minum kemasan
(amik), selain ada yang mencantumkan UV juga kerapkali tertulis ozon.
Berkaitan dengan zat kimia itu, ada kisah menarik. Sebuah kota, namanya San Paolo,
ditimpa masalah. Air ledengnya yang diambil dari Danau Chavez tercemar berat. Ribuan
orang lantas sakit dan ratusan tewas. Mereka tak mau lagi minum air ledeng itu. Buat
kumur-kumur dan menyikat gigi saja takut. Terjadilah krisis air minum. Ribuan liter air
bersih terpaksa dikirim dari kota-kota terdekat, mirip kasus tsunami di Aceh atau gempa
di Nias. Orang-orang antri air minum kemasan (amik). Praktisi sanitasi bekerja keras
menemukan sebabnya. Dan yang diduga menjadi sebabnya adalah PAC (polyaluminum
chloride). Ternyata keliru. Lalu tawas yang telah digunakan selama 50 tahun disinyalir
sebagai sebabnya. Lagi-lagi nihil hasilnya. Kasusnya terus muncul dan orang-orang yang
tewas terus bertambah.
Akhirnya disimpulkan, wabah itu bukan karena PAC atau tawas tapi ada sesuatu yang
lain. Apakah itu? Setelah lama diselidiki, ternyata cryptosporidium-C pelakunya.
Mikroba dari grup protozoa ini mampu membentuk spora di usus halus manusia lalu
menghalangi penyerapan air sehingga penderitanya menjadi haus terus. Mikroba ini pun
tak mempan dibasmi dengan klor atau kaporit dan tahan dalam air mendidih lebih dari
sepuluh menit. Luar biasa! Setelah berkali-kali dicoba barulah diketahui bahwa ozon
mampu membasmi parasit itu. Direktur ���PDAM��� San Paolo lantas
menggunakan ozon untuk membasminya. Aman lagilah air danau itu dan siap diolah
untuk didistribusikan ke pelanggannya. Dan... begitulah kisah film Thirst (haus, dahaga).
Dalam film tersebut tercatat tiga zat kimia atau reagen yang terlibat, yaitu tawas, PAC,
dan ozon.
2. Koagulasi-flokulasi.
Disebut di atas, tawas atau Al2(SO4)3.18H2O adalah koagulan terpopuler di PDAM.
Selain itu ada juga besi sulfat dan besi klorida. Yang lainnya adalah polimer seperti PAC.
Sebagai penjernih air yang dapat menggaet koloid dalam air lantaran muatan positifnya,
tawas dan PAC banyak diterapkan untuk mengolah air sungai. Nyaris tak ada PDAM
yang tidak menggunakan tawas jika air bakunya dari sungai. Tawas akan berikatan
dengan kekeruhan (koloid) membentuk gumpalan atau flok. Flok kimia (kimflok) yang
terbentuk lalu diendapkan di unit sedimentasi. Sedangkan kimflok ringan yang lolos-
tidak mengendap-disaring di filter pasir silika. Adapun air tanah (misalnya mata air),
lantaran sudah jernih, tak perlu lagi ditambah tawas. Hanya perlu kaporit sebagai
disinfektan, pembasmi bakteri.
3. Penstabil air.
Zat kimia ini untuk mengatur taraf keasaman atau kebasaan air dan kadar mineralnya.
Yang termasuk di dalamnya adalah asam, basa, dan garam-garaman. Beragam jenis soda
dan kapur kerapkali digunakan. Pada penurunan kesadahan digunakan proses kapur-soda
dan bermacam-macam variannya. Senyawa dari unsur magnesium dan klorida juga
banyak terlibat. Berikut ini adalah contohnya: NaOH (natrium hidroksida/soda api),
Ca(OH)2 (kalsium hidroksida/kapur tohor), Na2CO3 (natrium karbonat/soda abu),
NaHCO3 (natrium bikarbonat/soda kue), NaCl (natrium klorida/garam dapur), HCl (asam
klorida), H2SO4 (asam sulfat). Masih ada lagi zat lainnya.
4. Aditif
Kelompok terakhir ini untuk memperbaiki mutu air apabila ada zatnya yang kurang.
Misalnya, kekurangan fluorida bisa ditambahkan natrium fluorida, NaF. Fungsinya untuk
melindungi gigi dari karies. Namun demikian, PDAM jarang melakukan ini kalau tak
bisa dikatakan tidak pernah.
Adapun penggunaan sinar ultraviolet (UV) harus hati-hati karena tidak semua spektrum
panjang gelombangnya mampu membunuh bakteri. Saat ini para peneliti membagi radiasi
UV menjadi beberapa kelompok dalam rentang 400-100 nm (nm: nanometer. 1m = 1
milyar nm). Ada juga yang mengatakan antara 400-4 nm. Rinciannya: UV-A: panjang
gelombangnya 320-400 nm; UV-B: 280-320 nm; UV-C: 200-280 nm; dan UV ekstrim
atau