You are on page 1of 9

c 


  
 

   
 

 


Oleh: Nandina Endah Maulani (0807050)

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini


sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil survei
salah satu lembaga pendidikan di Indonesia, kualitas pendidikan di Indonesia saat
ini berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Menyedihkan memang, tapi
inilah fenomena pendidikan di Indonesia, dengan berbagai fasilitas yang mulai
memadai (walaupun tidak merata) tetap saja kualitas pendidikan di Indonesia
masih berpredikat rendah.

Mengapa hal itu bisa terjadi?. Kurangnya atau bahkan buruknya kinerja
dari para pelaksana pendidikan seperti kepala sekolah, guru dan siswa dapat
menjadi salah satu faktor penyebab merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Ketika output pendidikan (dalam hal ini prestasi siswa dan perannya di
masyarakat) kurang memuaskan, maka yang menjadi sorotan utama masyarakat
banyak adalah guru sebagai tenaga pendidik yang sejatinya berperan secara
langsung dalam mendidik siswanya. Maka dari itu seorang guru haruslah
menunjukkan kinerja yang optimal sehingga mampu memberikan pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat, dengan begitu kepercayaan masyarakat Indonesia
kepada tenaga pendidik akan meningkat.

Optimalisasi kinerja dari seorang guru sangat diperlukan dalam


meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini lah yang sampai saat ini
belum bisa direalisasikan oleh para tenaga pendidik di Indonesia. Masih banyak
guru yang acuh tak acuh terhadap kinerja mereka sebagai tenaga pendidik.
Sebagian besar tenaga pendidik di Indonesia menunjukkan kinerja yang asal-
asalan, bisa dibilang guru saat ini memiliki prinsip ³cukup´, ß   datang ke
kelas tanpa peduli apakah pembelajaran sudah tuntas atau belum, ß   dengan
menyampaikan materi ke siswa tanpa memperhatikan apakah siswa paham atau
tidak terhadap materi yang diterangkan tersebut. Apalagi kalau tanpa
menghasilkan kinerja yang baik pun mereka tetap bisa mendapatkan gaji yang
tetap setiap bulan. Hal ini tentu saja membuat para guru ini merasa tidak perlu
untuk meningkatkan kinerja mereka. Seperti yang terjadi di Merauke, Ketua Tim
Bantuan Sosial Pendidikan Kabupaten Merauke, H.J. Muskita menyatakan
keraguannya terhadap kinerja tenaga pendidik di daerahnya, menurut beliau
³ SD di Kabupaten Merauke, Papua, . Keraguan tersebut
lantaran    !"     #
"" !" !$#     !" % Kondisi ini
diperparah lagi dengan penerapan pembayaran gaji guru melalui bank, sehingga
    !!!#  " !# 
#&!&#$"!! ´%

Dewasa ini, kualitas kinerja seorang guru acapkali dikaitkan dengan
tingkat kesejahteraan guru itu sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa baik
buruknya kinerja guru di sekolah (dunia pendidikan) sedikitnya dipengaruhi oleh
faktor kesejahteraan guru tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh ÷ 
 
 (seorang dosen di 
   
 ) dalam salah satu
tulisannya di dunia maya, beliau menegaskan bahwa !& "$!
menjadi salah satu faktor yang #$ !$#   di dalam
meningkatkan kualitasnya, sebab ""$! ""&!
!! % 

Pernyataan ini juga dapat diperkuat dengan berbagai fakta yang terjadi
dalam dunia pendidikan di Indonesia, negeri kita tercinta. Seringkali kita melihat
perilaku seorang guru yang menunjukkan minimnya kepedulian mereka terhadap
keprofesionalan mereka sebagai seorang guru. Seperti yang telah diungkap
sebelumnya bahwa tingkat kepedulian guru terhadap kinerja mereka masih sangat
minim. Ketika ditanya soal kinerja, banyak guru yang berdalih bahwa mereka
bekerja sesuai dengan kesejahteraan yang diberikan pemerintah, kinerja akan
meningkat apabila ada peningkatan kesejahteraan guru. Hal ini memang tidak bisa
salahkan, karena dengan adanya motivasi maka seorang individu akan
melaksanakan suatu pekerjaan dengan lebih baik. Kesejahteraan guru merupakan
salah satu motivasi bagi guru untuk dapat menunjukan kinerja yang optimal. Tapi,
bagaimana kinerja guru bisa meningkat kalau kesejahteraannya saja belum ada
peningkatan yang signifikan??justru banyak pihak yang menyatakan bahwa
kesejahteraan guru saat ini rendah.

Tingkat kesejahteraan guru saat ini nyatanya memang memprihatinkan.


Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Menurut salah satu artikel yang ditulis › 
(mahasiswi Universitas Muhammadiyah) di dunia maya, ³Idealnya seorang guru
menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata
guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru
honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti
itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang
mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,
pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel´. Kenyataan
yang seperti ini sungguh sangat menyedihkan, hal ini semakin menguatkan bahwa
kesejahteraan guru saat ini berada pada taraf rendah.

Sebenarnya rendahnya kesejahteraan guru ini sudah mendapat perhatian


dari pemerintah melalui berbagai program peningkatan kesejahteraan tenaga
pendidik seperti sertifikasi, tunjangan, dsb. Pemerintah mengadakan program ini
dengan harapan dapat meningkatkan motivasi guru untuk lebih meningkatkan
kinerjanya dalam dunia pendidikan. Sayangnya, pelaksanaan program ini
seringkali tidak merata dan banyak menimbulkan konflik baru. Contohnya saja
program sertifikasi guru yang sekarang ini marak diperbincangkan. Pengadaan
program sertifikasi bagi guru menimbulkan banyak konflik seperti kecemburuan
sosial para guru non-sertifikasi terhadap guru bersertifikasi, keterlambatan
pencairan dana sertifikasi dikarenakan pemanfaatan dana sertifikasi oleh
pemerintah daerah dengan mendepositokan dana sertifikasi lebih lama, banyaknya
kecurangan dalam pelaksanaan Sertifikasi Guru (contohnya kasus plagiasi 1.700
guru di Riau), serta menurunnya kinerja guru setelah lulus sertifikasi.

Oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi kinerja guru untuk dapat
mengetahui kekurangan-kekurangan dari kinerja guru saat itu. Untuk dapat
mengevaluasi kinerja guru, maka diperlukan adanya pengukuran kinerja guru itu
sendiri. Adapun yang dimaksud dengan pengukuran kinerja menurut Larry D.
Stout (1993) dalam a   ß      ›  , ³pengukuran/penilaian
kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa
produk,jasa ataupun suatu proses´. Jadi yang dimaksud dengan pengukuran kerja
guru yaitu proses menilai/mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa   (prestasi siswa) dan
ß  (partisipasi siswa dalam masyarakat).

Pentingnya evaluasi kinerja ditegaskan oleh    (1992:785), beliau


menyebutkan beberapa manfaat dari diadakannya evaluasi kinerja, yaitu : (1)
Mendorong orang atau pun karyawan agar berperilaku positif atau memperbaiki
tindakan mereka yang di bawah standar; dalam hal kaitannya dengan kinerja guru
maka dengan adanya evaluasi kinerja guru mampu mendorong/memotivasi guru
supaya memperbaiki tindakan-tindakan yang mengakibatkan penurunan kinerja
mereka,(2) Sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut
telah bekerja dengan baik, bila diaitkan dengan penilaian kinerja guru maka
evaluasi kinerja guru bermanfaat sebagai bahan penilaian bagi kepala sekolah dan
jajarannya untuk menentukan apakah guru yang bersangkutan telah menunjukan
kinerja yang baik atau tidak; dan (3) Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan
kebijakan peningkatan organisasi, dalam hal kaitannya dengan pengukuran kinerja
guru, evaluasi kinerja ini mampu memberikan dasar yang kuat bagi kepala
sekolah, komite dan dinas pendidikan dalam menyusun kebijakan untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas sekolah.
Georgia Departemen of Education telah mengembangkan  ß 
   ß        (instrument penilaian kinerja guru) yang
kemudian dimodifikasi oleh DEPDIKNAS dengan nama Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru ini meliputi: (1)
rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom
procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Dalam APKG ini
juga tercantum indikator-indikator keberhasilan yang harus dicapai guru dalam
melaksanakan KBM, sehingga kinerja nya dapat dikatakan baik dan berhasil.
Indikator-indikator kinerja guru ini perlu ditentukan terlebih dahulu, sehingga
ukuran-ukuran keberhasilan dari kinerja nya jelas. Dengan begitu akan lebih
mudah menentukan apakah kinerja guru yang bersangkutan baik atau tidak.
Indikator penilaian terhadap kinerja guru ini dilakukan terhadap tiga kegiatan
pembelajaran di kelas, yang meliputi : (1) Perencanaan Program Kegiatan
pembelajaran, (2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran, (3) Evaluasi
Pembelajaran. Apabila dalam ketiga aspek kegiatan tersebut telah tercapai dengan
baik, maka kinerja guru yang bersangkutan dapat dikatakan berhasil dan baik.

Selain melalui evaluasi kinerja, peningkatan kinerja guru dapat pula


melalui serangkaian kegiatan dan program yang dilaksanakan guru dalam rangka
meningkatkan kinerja dan kompetensinya, Apabila upaya peningkatan itu hanya
muncul dari pihak guru saja, maka upaya tersebut kecil kemungkinannya akan
berhasil. Maka dari itu, diperlukan pula partisipasi kepala sekolah, dinas
pendidikan, pemerintah beserta masyarakat dalam meningkatkan kinerja guru di
bidang pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru diantaranya dengan mengikutsertakan tenaga pendidik
(guru) dalam berbagai seminar, workshop, lokakarya, pelatihan dan berbagai
kegiatan positif lainnya yang tentunya memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan kinerja guru. Pemberian   dan    juga dapat
membantu dalam meningkatkan kinerja guru. Siapa sih yang tidak menginginkan
hadiah dan penghargaan??, dengan adanya hadiah, tunjangan, bonus dan
penghargaan maka guru akan lebih termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik.
Dan bagi guru yang tidak menjalankan perannya dengan baik, maka diberlakukan
punishment tertentu, sehingga guru tersebut kapok untuk tidak bekerja dengan
baik dan akan berusaha untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Upaya
selanjutnya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Tidak bisa dipungkiri bahwa
upaya meningkatkan kesejahteraan lah yang lebih ³diminati´ oleh para guru saat
ini, dibanding dengan berbagai kegiatan positif seperti seminar dan sebagainya.
Maka dari itu, kepala sekolah, dinas pendidikan dan pemerintah dapat melakukan
beberapa upaya untuk kesejahteraan guru-gurunya, misalnya saja dengan
pemberian tambahan pendapatan. Pemberian tambahan pendapatan ini sudah
terealisasi melalui sertifikasi, hanya saja sertifikasi saat ini dinilai kurang efektif
karena banyaknya penyimpangan yang terjadi, juga tidak berhasil guna dalam arti
tidak mampu mencapai tujuan dan sasaran, dimana tujuan dari diadakannya
sertifikasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru. Tapi pada kenyataannya,
kinerja guru meningkat hanya pada saat detik-detik penyeleksian sertifikasi, dan
kinerjanya kembali merosot ketika masa sertifikasi usai. Selain berbagai upaya
yang agak ribet tersebut, kepala sekolah dapat melakukan upaya sederhana dengan
memberikan keteladanan, dorongan, dan menggugah hati nurani guru agar
menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

Disamping faktor kesejahteraan yang berpengaruh terhadap kinerja guru,


masih banyak kontradiksi dalam keseharian guru-guru di Indonesia yang ikut
berpengaruh terhadap kualitas kinerja seorang guru, dimana hal ini tentu dapat
menurunkan kinerja dari guru itu sendiri. Masih banyak guru yang malah makin
focus terhadap bisnis pribadinya sementara kinerjanya sebagai guru enggan untuk
ditingkatkan, bahkan cenderung dibiarkan apa adanya tanpa adanya peningkatan.
Masih banyak yang lebih berkeinginan untuk mengangsur kendaraan pribadi
ketimbang membeli notebook atau laptop yang tentunya akan lebih menunjang
kemampuan mengajarnya. Jadi, singkatnya masih banyak diantara tenaga
pendidik Indonesia yang tidak sungguh-sungguh memberikan kontribusinya
secara optimal dalam dunia pendidikan sebagai seorang guru dengan kinerja yang
memuaskan. Masih banyak guru yang asal-asalan dalam bekerja tanpa
mempedulikan output dari kinerjanya yang seperti itu. Memang benar perlu
adanya peningkatan kesejahteraan guru sebagai motivasi demi tercapainya kinerja
yang diharapkan. Namun, sejatinya guru pun haruslah menyadari bahwa
peningkatan kesejahteraan itu haruslah dibarengi dengan peningkatan kompetensi
dan kinerja guru itu sendiri secara pedagogic, sosial, kepribadian dan
keprofesionalan dalam bekerja.

Namun demikian sebenarnya tidak semua guru bersikap acuh tak acuh
terhadap kinerja mereka dalam dunia pendidikan. Masih ada guru yang sadar akan
perannya yang begitu banyak dalam dunia pendidikan. Masih ada guru yang
selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan Indonesia
dengan terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya. Masih ada harapan bagi
dunia pendidikan Indonesia, asalkan semua pihak ikut bekerjasama dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja tenaga pendidik.
Bangkitlah guru Indonesia! Buktikan pengabdianmu kepada Negara dengan
kinerjamu yang gemilang!

c c
'

«««««««(2010).|  ›   ÷      
 
  AOnline].Tersedia:http://www.bandungkab.go.id/. (diakses tanggal 30
Desember 2010)

Bastian, Indra. 2005.   


  a  
  a   . Jakarta.
Erlangga.

DEPDIKNAS.(2008).a    


 › . Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
Drie.(2009).
 › 
÷        .Tabloid Jubi.AOnline].
Tersedia:http://tabloidjubi.com/.(diakses tanggal 31 Desember 2010)

Ganis.(2010).      
      
 .AOnline].Tersedia:
http://ganis.student.umm.ac.id/. (diakses tanggal 31 Desember 2010)

Habibi.(2010). 
  a   ›     
 › .AOnline].Tersedia:
http://www.psb-psma.org/.(diakses tanggal 31 Desember 2010)

HM.Yunus.(2010).   
 ›    a    .
AOnline].Tersedia:http://m-yunus.com.(diakses tanggal 31 Desember 2010)

Mas Tosu.(2010).a  
      
. AOnline].
Tersedia:http://smkn1bongas-tkj.blogspot.com.(diakses tanggal 31 Desember
2010)

Roebyarto Totok.(2009).a      ›        


  

       . AOnline]. No 92.Tersedia:
http://roebyarto.multiply.com.(diakses tanggal 31 Desember 2010)

You might also like