You are on page 1of 82

1

PAPER
TUGAS MATEMATIKA FISIKA

Dosen :
Ir. Erick S. Perkasa., MT

Rico Arliyanto
48910066

TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN


SEKOLAH TEKNIK ELKTRO DAN
INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
2

PROSES ENGINEERING

Proses Engineering atau dalam bahasa Jerman ialah Verfahrenstechnik yaitu

suatu cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bidang keteknikan

dimana terdapat beberapa langkah diantaranya:

1. Problem

Enginer harus mengetahui suatu masalah yang dihadapi agar dapat

mencari sebuah penyelesaian. Misal dibidang Elektro, terdapat masalah

atau keinginan oleh konsumen untuk menyediakan sebuah peralatan A,

dengan adanya masalah inilah seorang enginer dapat melakukan proses

engineering selanjutnya agar permintaan konsumen tersebut terselesaikan.

2. Design (schematic diagram/diagram model)

Setelah seorang enginer mengetahui prolemnya maka selanjutnya adalah

melakukan pemodelan problem/masalah tersebut kedalam bentuk

schematic diagram (design), dimana schematic diagram menunjukkan

suatu realitas sesungguhnya, contoh yang diambil ialah rangkaian

jembatan bridge (Bridge Wheatstone). Agar dapat diproses ketahap

selanjutnya maka schematic diagram ini haruslah dirubah secara

matematis menjadi model matematika.

3. Analisa

Proses selanjutnya setelah melakukan Design(Schematic Diagram) ialah

melakukan analisa. Langkah awal dalam melakukan sebuah analisa

rangkaian ialah dengan merubah bentuk Design kebentuk lainnya seperti

memodelkan design tersebut kedalam matematika. Dalam pemodelan


3

matematika inilah kita dapatkan persamaan matematika yang dapat

menggantikan fungsi gambar pada Design, banyaknya persamaan

matematika ini disebut sistem persamaan matematika hingga dapat

diselesaikan agar mendapatkan solusinya.

4. Evaluasi

Proses setelah melakukan analisa(sudah mendapatkan solusi) ialah

melakukan evaluasi. Evaluasi adalah proses pengecekkan dan

perbandingan terhadap solusi yang telah didapatkan sebelumnya. Apakah

solusi tersebut dapat menyelesaikan problem atau tidak. Jika solusi

tersebut dinyatakan benar dan dapat memecahkan permasalahan maka

dianggap selesai dan tinggal melakukan implementasi terhadap solusi

tersebut. Jika solusi dianggap masih harus diperbaiki maka harus

dilakuakan perbaikan atau improvement.

5. Improvement

Improvement akan dilakukan jika proses evaluasi telah dilakukan dan

solusinya dianggap masih belum dapat menyelesaikan masalah/problem

yang ada. Improvement dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih

baik dari pada hasil sebelumnya agar dapat menyelesaikan masalah

tersebut.
4

Proses Engineering dalam soal matematika 1

1. Problem yang dihadapi ialah kita harus mencari nilai tegangan(V) di masing-

masing titik di titik A,B,C dan D juga arus(I) yang mengalir di tiap-tiap

komponen.

2. Design dari rangkaian dibawah ini adalah rangkaian jembatan Bridge

WheatStone.

Gambar2.1 Jembatan Bridge

Untuk menyelesaikan rangkaian ini, terdapat berbagai macam solusi yang

dapat digunakan diantaranya:

2.1 Hukum Kirchhoff

Ada 2 jenis hukum yaitu hukum arus Kirchoff dan hukum tegangan Kirchhoff.

a. Hukum Arus Kirchhoff

Hukum Arus Kirchhoff menyatakan bahwa jumlah aljabar arus masuk suatu titik

persimpulan pada setiap saat adalah nol (The algebric of sum of the current

differences in any loop must equal zero). Rangkaian ekuivalen dari rangkaian

jembatan bridge untuk hukum Kirchhoff arus ini adalah:


5

I1 I2
b
R1=2K R2=5K
a c
R3=1K I3
Loop2 (L2)
Loop3 (L3)
d
R4=3K R5=10K
I4
I5
Loop1 (L1) 24 V

Gambar2.2 Rangkaian Ekuivalen dari Rangkaian Bridge

Dari rangkaian diatas diproses dengan hukum kirchoff arus dan dimodelkan

secara matematis seperti dibawah ini:


6

Sistem persamaan matematika dari persamaan kirchoff diatas ialah

Dari sistem persamaan diatas dapat dicari solusinya dengan beberapa cara
diantaranya ialah:

Eliminasi Gauss

Persamaan 1) 13I1 -3I2 -10I3 = 24


2) -3I1 6I 2 -1I 3 =0
3) -10I1 -I2 +16I 3 = 0

Untuk memudahkan perhitungan ubah posisi Persamaan 1 menjadi persamaan 3,


persamaan 2 menjadi persamaan 1 dan persamaan 3 menjadi persamaan 2.

1) -3I1 6I 2 -1I 3 =0
2) -10I1 -I2 +16I 3 = 0
3) 13I1 -3I2 -10I3 = 24

Lalu proses selanjutnya ialah memetakan persamaan diatas kedalam bentuk


matriks sesuai dengan eliminasi gauss
7

−3 6 −1 0

[ −10 −1 16 0
13 −3 −10 24 ]
Untuk selanjutnya dianggap

A 11 A12 A13 A 14

[ A 21
A 31
A22
A32
A23
A33
A 24
A 34 ]
Proses awal adalah merubah nilai pada baris1 kolom1( A11) (leading) dan merubah
baris 2 kolom 1 A21 dan baris3 kolom1( A31) menjadi 0.
Untuk itu semua komponen matrix dikalikan dengan -1/3 agar baris pertama
kolom pertama ( A11) menjadi 1

1 −2 −1/3 0

[ 10/3 1 /3 −16/3 0
−13/3 1 10/3 −8 ]
1 −2 1/3 0

[ 0
−13/3
21 /3 58/9 0
1 10/3 −8 ] Baris ke 2 dikurang 10/2 kali baris pertama

1 −2 1 /3 0

[ 0 21/3 −58 /3 0
0 −23/3 43 /9 −8 ] Baris ke 3 ditambah 13/3 kali baris pertama

1 −2 1/3 0

[ 0 21 /3 −58/9 0
0 0 −2,27 −8 ] Baris ke 3 ditambah -58/9 kali baris kedua

Maka kita akan mendapatkan tiga persamaan linear baru yaitu


1 −2 1/3 ¿0
0 7 −58 / 9 ¿ 0
0 0 −2,27 ¿−8

Setelah itu kita dapat menghitung nilai pada loop3


L3= -8/-2,27 = 3,52
8

lalu lakukan Back subtitution(subtitusi balik) untuk mendapatkan nilai pada loop1
dan loop2, maka didapatkan:

L1 – 2(3,24) + 1/3(3,524) = 0
L1 – 6,48 + 1,174 = 0
L1 – 5,31 = 0
L1 = 5,31

7 L2 – 58/9 L3= 0
7 L2 – 58/9 (3,52) = 0
7 L2 – 22,7 = 0
7 L2 = 22,7
L2 = 22,7/7
L2 = 3,24

Metode Cramers Rule


Mencari nilai tegangan Vb + Vd, dengan persamaan :
30Vb – 43Vd = -240
17Vb – 10Vd = 120
Pada persamaan diatas, harus diubah ke dalam bentuk, matrix, jadi :
a b Vb 0
[ ][ ] [ ]
c d Vd
=
0
a b 30 −43
[ ] [
| A| =
c d
=
17 −10 ] = ((a.d)) – ((c.b))
= ((30. -10) – (17. -43))
= (-300) – (-731)
= 431
0 b −240 −43
[ ] [
| A 1| =
0 d
=
120 −10 ] = ((-240. -10)) – ((120. -43))
= (2400 – (-5160))
= 7560
a 0 30 −240
[ ] [
| A 2| =
c 0
=
17 120 ] = ((30. 120) – (17.(-240))
= ((3600) – (-4080))
= 7680
Jadi, untuk mencari nilai Vb dan Vd adalah:
Vb = A1/A = 7560/431 = 17,540 V
Vd = A2/A = 7680/431 = 17,812 V

Metode Invers Matriks


Persamaan :
9

30Vb – 43Vd = -240


17Vb – 10Vd = 120
Pertama-tama dijadikan dalam bentuk matriks
a b Vb V
[ ][ ] [ ]
c d Vd
=
V
30 −43 −240
[ ][ ]
17 −10 120
Lalu cari determinan dari matriks dengan menggunakan rumus
Det A = a.d – b.c
= (30. -10) – (17. -43)
= -300 + 731 = 431
1 1 1 d −b
detA
= 431
, maka
detA
= [
−c a ]
1 −10 43
= [
431 −17 30 ]
Vb −10/431 43 /431 −240
Maka Vb & Vd adalah
Vd[ ] [
=
−17/431 30/ 431 120 ][ ]
Vb 5,568 + ¿11,972
Vd[ ] [
=
9,466 +¿ 8,352 ]
Vb 17,54
Vd[ ] [=
17,818 ]
Maka nilai Vb dan Vd dengan menggunakan metode invers matriks adalah:
Vb = 17,540 V
Vd = 17,818 V

Mencari nilai arus pada I1, I2, I3, dengan persamaan:


13I1 -3I2 -10I3 = 24
-3I1 6I 2 -1I 3 = 0
-10I1 -I2 +16I 3 = 0

1
Lalu gunakan rumus invers matriks : M-1 = (adjoin(M))
det ⁡( M )

a1 b1 c 1

[
M = a2 b2 c 2
a3 b3 c 3 ]
Kemudian cari determinannya:

13 −3 −10
d(M) = −3 6
[−1
−10 −1 16 ] = (13x6x16) + ((-3)x(-1)x(-10)) +

((-10)x(-3)x(-1)) + ((-10)x(-3)x(-1)) –
10

((-10)x(6)x(-10)) – ((-1)x(-1)x(-3))

d(M) = 1248 + (-30) + (-30) – (600) – (13) – (144) = 431


13 −3 −10
T
M = −3
[6
−10 −1 16
−1
]
M 11 = [ bb 23 cc 23] = [−16 −116 ] = (6.16) – (-1–1)
= 96 – 1 = 95

[ aa 23
M 12 =
c2
c3
=
−3 −1
] [
−10 16 ] = (-3.16) – (-1.-10)
= -48 – 10 = -58
a2 b2 −3 6
M1 =[
b 3 ] [−10 −1 ]
3 = = (-3.-1) – (6.-10)
a3
= 3 + 60 = 63
b1 c1 −3 −10
M2 =[
c 3 ] [ −1 16 ]
1 = = (-3.16) – (-10.-1)
b3
= -48 – 10 = -58
a1 c1 −3 −10
M2 =[
c 3 ] [ −10 16 ]
2 = = (13.16) – ((-10)x(-10))
a3
= 208 – 100 = 108

[ bb 12 cc 12] = [−36 −10


M 31 =
−1 ]
= (-3.-1) – (6.-10)
= 3 + 60 = 63
a1 c 1 13 −10
M3 =[
a 2 c 2 ] [−3 −1 ]
2 = = (13.-1) – (-3.-10)
= -43
a1 b1 13 −3
M3 =[
a 2 b 2 ] [−3 6 ]
3 = = (13.6) – (-3.(-3))
= 69
95 −58 63 95 58 63

[
Hasilnya adalah : −58 108 −43 = 58 108 43
63 −43 69
¿
63 43 69 ] [ ]
95 58 63
-1
M =
1
det ⁡( M )
(adjoin(M)) =
1
431
x 58 108
63 43
95/431
[ 43
69 ]
58/431 63/431
= 58/431
63/431 [ 108/431 43/431
43/431 69/431 ]
11

0,22 0,134 0,146

Kemudian dikalikan dengan volt


[
= 0,134 0,25 0,099
0,146 0,099 0,160 ]
0,22 0,134 0,146 240

[0,134 0,25 0,099


0,146 0,099 0,160 ][ ] 0
0
Tetapi yang dikalikan hanya pada kolom pertama saja
0,22 x 240 5 , 28

[0,146 x 0 ][ ]
0,134 x 0 = 3 , 216
3 ,504
Jadi nilai I1, I2, I3 = a1, a2, a3
a1 = 5,28
a2 = 3,126
a3 = 3,504

Invers Matriks

Persamaan :
X1 - 2X2 - X3 + 3X4 = 10
2X1 + 3X2 + X4 = 8
X1 -4X3 -2X4 = 3
- 2X2 +3 X3 + X4 = -7

Diubah dalam bentuk matriks


1 −2 −1 3 x 1 10

[2 3

0 −2 3
][ ] [ ]
0 1 x2 8
1 0 −4 −2 x 3 3
1 x 4 −7

Lalu pada bentuk matriks diatas lakukan transpose


1 2 1 0
M T=
[ ]
−2 3
−1 0 −4 3
3 1 −2 1
0 −1

Mencari nilai kofaktor :


3 0 −1
11

[
M = 0 −4 3 = 2
1 −2 1
2 0 −1
]
12

[
M = −1 −4 3 = -18
3 −2 1 ]
12

−2 −3 1
13
M =
[ −1 0 3 = 37
3 1 1
−2 3 0
]
M14=
[ ]
−1 0 −4 = -50
3 1 −2
2 1 0
M21=
[ ]
0 −4 3 = 7
1 −2 1
1 1 0
M22=
[ ]
−1 −4 3 = 12
1 −2 1
1 2 0
M23=
[ ]
−1 0 3 = 17
3 1 1
1 2 1
M24=
[ ]
−1 0 −4 = -25
3 1 −2
2 1 0
M31=
[ 3 0 −1 = -8
1 −2 1
1 1 0
]
M32=
[ −2 0 −1 = -3
3 −2 1
1 2 0
]
M33=
[ −2 3 −1 = 2
3 1 1
1 2 1
]
M34=
[ ]
−2 3 0 = -25
3 1 −2
2 1 0
M41=
[ 0 −4 3
1 1 0
]
3 0 −1 = -17

M42=
[ −2 0 −1 = 3
−1 −4 3
1 2 0
]
M43=
[ ]
−2 3 −1 = 23
−1 0 −3
13

1 2 1
45

[
M = −2 3 0 = -25
−1 0 −4 ]
Setelah itu mencari nilai determinan matriks
1 −2 −1 3
Det(A) =
2 3
[
1 0 −4 −2
0 −2 3
0 1

1
]
=

3 0 −1 2 0 1 2 3 0 2 3 0

[
−1 3 1 0 3 ] [
1 0 −1 1 ] [
1 0 −4 −2 - (-2) 1 −4 −2 -(-1) 1 0 −2 - 3 1 0 −4
0 −1 3 ] [ ]
= 1((3.-4.1) + 0 + 0 – (-1.-4.1) – (3.-2.3) – 0 ) –
-2((2.-4.1) + (0) + (1.1.3) – 0 0 (3.-2.2) – 0 ) +
-1((0+0+(1.1.-1) – 0 – (-1.-2.1) – ( 1.1.3)) -
3((0 + 0 + 0 – 0 (-1.-4.2) – (3.1.3))
= 1 ( -12 – 4 + 18) – ( -2 ( -8 + 3 + 12 )) + ( -1 ( -1 – 4 – 3)) – 3 ( - 8 – 9 )
= 2 + 14 + 8 + 51 = 75

Rumus Invers Matriks


1 1
A-1 = . Adj A =
det A 75
2 −18 37 −50 2/75 −18/75 37 /75 −50/75 10

[ 7

−17
0
12 17 −25
−8 −3 2 −25
3
0.2 0.5
23 −25
0.7 10
=
][
7/75

−17/75
x1
12/75 17 /75
−8/75 −3/75 2 /75
3/75 23 /75
−25/75 8
−25/75 3
−25/75 −7
][ ]
=
[
−0.2 0.2 −0.2 −0.3 8
−0.2 0
0.2
0 0.3
0 −0.3 −0.3 −7
3
=
x2
x3
x4
][ ]
Maka didapatkan hasilnya seperti berikut :
X1 = -1
X2 = 2
X3 = -3
X4 = 4
14

Cramers Rules
Rumus = X1 = 1/ 0, X2 = 2/ 0 , X3 = 3/ 0 , X4 = 4/ 0
0 = det dari koefisien matriks

1 −2 −1 3 x 1 10

[2 3 0
1 0 −4 −2 x 3
0 −1 3
][ ] [ ]
1 x2

1 x4
=
−7
8
3

Pertama, mencari nilai determinan dari 0

1 −2 −1 3
0 = det

3 0 1
2 3

0 −1 3
[ ]
1 0 −4 −2
0

−2 −1 3
1

1
−2 −1 3

[
−1 3 1 −1 3 ] [
1 0 −4 −2 −(2) 0 −4 −2 + 1 3
1
0 1 = 75
−1 3 1 ] [ ]
Setelah itu mencari nilai 1
10 −2 −1 3
1 = det dari A11

8 0
8
3
[
−7 −1 3
1
3 0 1
0 −4 −2
1
10 −1 3
] 10 −1 3

−7 3 [ 1 ] [
-(-2) 3 −4 −2 + (3) 3 −4 −2 + (-1) 8
−7 3 1
(2)((-32+0+9)-(28)-(48)+0)) = (2)(-23+20) = -6
] [ 0 1
3 −4 −2 ]
(3)((-40-14+27)-(84-60-3)) = (3)(-27-21) = -144
(-1)((0-3-96)-(0-40+16)) = (-1)(-99+24) = -75
X1 = 1/ 0 = -75/75 = -1

Kemudian mencari nilai dari 2

1 10 −1 3
2 =
2 8

0 −7 3
8 0
[0
1 3 −4 −2

1
1

1
]
10 −1 3 10 −1 3

−7 3[ 1 ] [
(1) 3 −4 −2 + (-2) 3 −4 −2 +(1) 8
−7 3
(-32+0+9)– (28-48+0) = -3
1 −7 3 1] [
0 1
]
(-2)((-40-14+27)-(84-60-3)) = 96
(0+7+72)-(0+30-8) = 57
X2 = 150/75 = 2
15

Lalu nilai dari 3


1 −2 10 3
3 =
[
2 3
1 0
0 −1 −7 1
8 1
3 −2
]
3 8 1 −2 10 3 −2 10 3

[
(1) 0
−1 −7 1 ] [
3 −2 + (-2) 0
] [
3 −2 + (1) 3
−1 −7 1
(9+16+0) – (-3+42+0) = -14
8 1
−1 −7 1 ]
(-2)((-6+20+0)-(-9-28+0) = -102
(-16-10-63)-(-24+14+30) = -109
-14-102-109 = -225
X3 = -225/75 = -3
Yang terakhir adalah mencari nilai dari 4
1 −2 −1 10
4 =
[
2 3
1 0 −4 3
0 −1 3 −7
0 8
]
3 0 8 −2 −1 10 −2 −1 10

[−1 3 −7 ] [
(1) 0 −4 3 +(-2) 0 −4 3 +(1) 3
−1 3 −7
0
−1 3 −7
8
] [ ]
(84+0+0) – (32+27+0) = 25
(-2)((-56+3+0)-(40-18+0) = 150
(0+8+90) – (0-48+21) = 125
25 + 150 + 125 = 300
X4 = 300/75 = 4

Jadi nilai X1, X2, X3, X4 yang didapat dari persmaan diatas menggunakan cramers
rules adalah
X1 = -1
X2 = 2
X3 = -3
X4 = 4

Untuk menyelesaikan persamaan 3 variabel ini dapat menggunakan beberapa

metode, yakni eliminasi Gaus, Invers Matrik dan Metode Creamer’s.

a. Hukum tegangan Kirchhoff


16

Hukum tegangan Kirchhoff menyatakan bahwa jumlah aljabar tegangan dalam

suatu simpal setiap saat adalah nol (The algebric sum of the voltage differences in

any loop must equal zero).

Dari hukum tersebut dapat dinyatakan dengan model matematika. Rangkaian

ekivalen dari rangkaian jembatan bridge diatas adalah berikut:

I1 I2
b
2K 5K
a c
1K I3

d
3K 10K
I4
I5
24 V
17
18
19
20

b. Metode eliminasi gauss

Metode eliminasi gauss merupakan metode yang mempresentasikan

bentuk persamaan system linear ke dalam bentuk matrik. Matrik yang

akan diolah berisi nilai matrik koefisien dan nilai konstanta yang

dipisahkan oleh sebuah garis yang disebut augmentation. Variablenya

tidak ikut dihitung. Jika sudah tersusun komponen matriknya, maka data

matrik akan diolah menjadi bentuk matrik segitiga bawah. Jika matrik

segitiga bawah tercapai maka tahap akhir adalah back subtitusi.

Diketahui : Persamaan linear :a x1+a x2+ a x3+a x4= b1

a x1+a x2+ a x3+a x4= b2

a x1+a x2+ a x3+a x4= b3

a x1+a x2+ a x3+a x4= b4

bentuk matriknya adalah: a . x=b


21

Maka representasi pertama untuk penyelesaian metode gauss dalam bentuk

Dari 3 persamaan hukm Kirchhoff arus diketahui bahwa :

Data diatas akan tertuang ke dalam bentuk yang disebut augmentation

yaitu

Matrik koefisien Konstanta


22

Posisi baris matrik boleh diubah asalkan sesuai dengan persamaanya

menjadi :

Diolah sehingga menjadi matrik segitiga bawah:

Sutitusikan

255528/11661I
I3 = 72839/11661
I3 =3,508

69/13 I2 - 43/13 I3 = 72/13


69/13 I2 - 43/13 (3,508) = 72/13
69/13 I2 = 72/13 – 150,884/13
I 2 = 222,884/69
I 2 = 3,23

I
13 I 1 - 3 I 2 10 3 = 24
13 I 1 - 3(3,23) – 10 (3,508) = 24
13 I 1 = 24 + 44,77
I 1 = 68,77/13
I 1 = 5,29
23

c. Invers Matrik

Penyelesaian menggunakan metode matrik adalah mempresentasikan

persamaan linear kedalam bentuk matrik yang pada akhirnya nilai invers

matrik diperoleh. Sorus hanya dapat digunakan jika ordo persamaannya

kurang atau sama dengan 3. Jika ordonya lebih dari 3x3,cara mencari

invers matriknya menggunakan aturan matrik biasa.

A−1 . A=I −1
dimana A adalah invers matrik, A adalah matrik itu

sendiiri, I adalah matrik identitas. Jika ada

Matrik koefisien Variabel Konstanta

Maka,

A .x=B
x= A−1 .B
A−1 . x=A−1 . .B
I . x=A−1 .B
x= A−1 .B
1
A−1 = . Adj( A )
Rumus invers: det( A )

Dari 3 persamaan diatas yang diperoleh dari hukum kirchoff arus

diketahui bahwa :
24

Ke dalam bentu matrik I1=x1,I2=x2,I3=x3

1 1
=
det( A ) (13.6 .16)+(−3.−1.−10)+(−10.−3.−1 )−(−10 .6 .−10)−(−1 .−1.13)−(16 .3.−3)
det( A )=431

Adj( A )=C T

C adalah cofactor , T adalah transpose matrik


25
26

x= A−1 . B

Penyelesaian persamaan linear pada hukum Kirchhoff tegangan :

Vb=x1 Vd=x2

1 1 1
= =
det( A ) ((30.−10)−(−43.17)) 431
det( A )=431

−1
x= A . B
27

Contoh soal matrik ordo 4x4 menggunakan metode gaus

x1 - 2x2 - x3 + 3x4 = 10
2x1 + 3x2 + 5x4 = 8
x1 - 4x3 - 2x4 = 3
-x2 + 3x3 + x4 = 7

1 -2 -1 3 x1 1
2 3 0 1 x2 8
1 0 -4 -2 x3 = 3
0 -1 3 -1 x4 7

Det(A) =
3 0 1 2 0 1 2 3 1 2 3 0
1 0 -4 -2 - (-2) 1 -4 -2 + (-1) 1 0 -3 -3 1 0 -4
-1 3 1 0 3 1 0 -1 1 0 -1 3
= 75

T
A =
3 2 1 0
-2 3 0 -1
1 0 4 3
3 5 3 1

Adj(A) =
2 18 37 50
-7 12 -17 -25
-8 3 2 25
28

17 3 -23 -25

1
A−1 = . Adj( A )
det( A )

d. Metode Gauss-Jordan
Metode ini digunakan untuk mencari invers matrik .

A → A−1
[ A|I ] → [ I|A−1 ]
Mengubah matrik A di sebelah kanan menjadi matrik identitas, dan
mengubah matrik identitas menjadi invers matrik.
Posisi letak persamaan tidak boleh dibolak-balik. Hal ini sangat berbeda
dengan metode eliminasi gaus yang boleh mengubah letak posisi
persamaannya.
29

x1 - 2x2 - x3 + 3x4 = 10
2x1 + 3x2 + 5x4 = 8
x1 - 4x3 - 2x4 = 3
-x2 + 3x3 + x4 = 7
Masukkan nilai koefisien matrik pada sebelah kanan dan di augmentasi
dengan matrik identitas dengan ordo yang sama. Kemudian ubah koefisien
matrik menjadi matrik identitas sehingga matrik identitas awal berubah
menjadi invers matriks Pengolahan angka pada nilai koefisien matrik dan
matrik identitas dilakukan secara bersamaan.

1 −2 −1 3 ¿ 1 0 0 0

[ 2 3 0

0 −1 3
1 ¿
1 0 −4 −2 ¿
1 ¿
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
]
1 −2 −1 3 ¿ 1 0 0 0

[ 2 3 0 1 ¿
1 0 −4 −2 ¿
0 −1 3 1 ¿
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0

1
¿]
−2[1]
0 −1[1]

1 −2 −1 3 ¿ 1 0 0 0

[ 0 7 2 −5 ¿ −2 1 0
0 2 −3 −5 ¿ −1 0 1
0 −1 3 1 ¿ 0 0 0
]
0 −2/ 7 [2]
0 +1/7 [2]
1

1 −2 −1 3 ¿ 1 0 0 0

[ ]
+[4]
0 7 2 −5 ¿ −2 1 0 0
−5
−25 −25 −3 −2 [4 ]
0 0 ¿ 1 0 3
7 7 7 7
23
23 2 −2 −1 ¿+ [3 ]
0 0 ¿ 0 1 25
7 7 7 7
30

8 −3 23
1 −2 0 1

[ ]
−1 ¿
25 25 25
−13 6 −23 −5
0 7 2 0 ¿
25 5 25 −3 −25 [ 4 ]
4 4 −3 −2 21
0 0 −3 −3 ¿ 1 0
7 7 7 7
−17 −3 23
0 0 0 −3 ¿ 1
25 25 25

8 −3 23
1 −2 0 1

[ ]
−1 ¿
25 25 25
−13 6 −23 5 −7 [3]
0 7 2 0 ¿
15 5 15 3 25
+14
−25 8 −1 −2 −5 [3]
0 0 0 ¿ 25
7 21 7 21 21 ¿
−17 −3 23
0 0 0 −3 ¿ 1
25 25 25

16 −2 71 4
1 −2 0 0

[ ]
¿
75 25 75 3
−49 28 119 −6 +2
0 7 0 0 ¿ [2]
75 25 75 3 7
−25 8 −1 −2 −25 ¿
0 0 0 ¿ ¿
7 21 7 21 21
−17 −3 23
0 0 0 −3 ¿ 1
25 25 25

2 6 37 2
1 0 0 0

[ ]
¿
75 25 35 3
−49 28 119 −6 :7
0 7 0 0 ¿
75 25 75 3 25
:−
−25 8 −1 −2 −25 7
0 0 0 ¿
7 21 7 21 21 :−3
−17 −3 23
0 0 0 −3 ¿ 1
25 25 25
31

2 6 37 2
1 0 0 0 ¿

[ ]
75 25 35 3
−7 4 −17 −1
0 1 0 0 ¿
75 25 75 3 ¿
−8 1 2 1
0 0 1 0 ¿
75 25 75 3
−17 1 −23 −1
0 0 0 1 ¿
75 25 75 3

2 6 37 2

[ ]
75 25 35 3
−7 4 −17 −1
−1 75 25 75 3
A =
−8 1 2 1
75 25 75 3
−17 1 −23 −1
75 25 75 3

Jika dilihat dari sifat matrik yakni A−1 . A=I maka

e. Metode Creamer’s Rule


Metode creamer’s rule merupakan metode pemecahan system linear secara
keseluruhan. Pencarian tiap nilai variable matrik diperoleh dengan mencari
nilai determinan masing-masing variabelnya.
32

x1 - 2x2 - x3 + 3x4 = 10
2x1 + 3x2 + 5x4 = 8
x1 - 4x3 - 2x4 = 3
-x2 + 3x3 + x4 = 7

D0 ¿ D2 D3 D4
x1=D1¿ ,x2= ,x3= = ¿
¿ D0 D0 D0 dimana D0 adalah determinan dari
koefisien matrik, D1,D2,D3,D4 adalah determinan variable x1,x2,x3,dan
x4
1 −2 −1 3 1 −2 −1 3
D0=
[
2 3 0 1 2 3 0 1
1 0 −4 −2 1 0 −4 −2
0 −1 3 1 0 −1 3 1
]| |
3 0 1 −2 −1 3

3 0 1
[−2 −1 3
] [
=1 0 −4 −2 −(2) 0 −4 −2
−1 3 1 −1 3 1
−2 −1 3
]
|0 −4 −2
−1 3 1
−(2)
| |
0 −4 −2 + 1 3
−1 3 1 | |
0 1
−1 3 1 |
= 75

10 −2 −1 3 10 −2 −1 3
D1=
8
3| 3 0 1 8
0 −4 −2 3
−7 −1 3
8 0 1
3 0
|[1
0 −4 −2
1 −7 −1 3 1
10 −1 3 10 −1 3
]
|
−7 3 1 | |
=-(-2) 3 −4 −2 + (3) 3 −4 −2 + (-1) 8
−7 3 1
0 1
3 −4 −2| | |
= -75
33

D 1 −75
x1= = =−1
D 0 75

1 10 −1 3
D2 =
|
2 8

0 −7 3
8
0

0
1
1 3 −4 −2
1
1
| 10 −1 3 10 −1 3

=150
−7 3| 1 | |
−7 3 1 | |
= (1) 3 −4 −2 + (-2) 3 −4 −2 +(1) 8 0 1
−7 3 1 |
D2 150
x 2= = =2
D0 75

1 −2 10 3
D3=
|
2 3
1 0
8 1
3 −2
0 −1 −7 1
|
3 8 1 −2 10 3 −2 10 3
= (1) 0
| | |
3 −2 + (-2) 0
−1 −7 1 | |
3 −2 + (1) 3
−1 −7 1
8 1
−1 −7 1 |
=-225

D3 −225
x3= = =−3
D 0 75

1 −2 −1 10
D4=
|
2 3 0
1 0 −4 3
0 −1 3 −7
8
|
3 0 8 −2 −1 10 −2 −1 10
|
−1 3 −7 | |
−1 3 −7 | |
= (1) 0 −4 3 +(-2) 0 −4 3 +(1) 3 0
−1 3 −7
8
|
= 300
34

D 4 300
x 4= = =4
D0 75

3. Analisis

Dari solusi matematika yang diperoleh menunjukkan bahwa 1 soal atau

masalah bisa diselesaikan dengan berbagai cara . Misalnya schematic diagram

rangkaian jembatan Bridge, dapat dimodelkan dengan suatu set persamaan

model matematika. Dari set persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan

berbagai cara. Misalnya penyelesaian menggunakan metode invers, metode

creamer’s, metode eliminasi gaus, dan metode eliminasi gaus-jordan.

4. Evaluasi

Metode invers, metode creamer’s, metode eliminasi gaus, dan metode

eliminasi gaus-jordan yang digunakan telah dapat menyelesaikan

permasalahan pada rangkaian jembatan Bridge yaitu mencari nilai arus dan

tegangan. Dan tidak perlu untuk mengganti metoda-metoda tersebut dengan

metode yang lain.Menurut pengerjaan, metode yang dianggap paling simple

menggunakanmetode Creamer’s karena langsung mencari nilai variabelnya.

5. Improvement

Dari proses pengerjaan yang dilakukan, metode yang dipakai masih begitu

panjang. Untuk menyelesaikan persamaan system linear membutuhkan cara

lain yang lebih efektif dan efisisien. Mungkin dengan percobaan

menggunakan metode lain. Tapi untuk saat ini metode yang saya anggap

cocok,efektif dan efisien adalah metode creamer’s rule.


35

Proses Engginering dalam melihat soal 2

1) Problem yang dihadapi adalah mencari berat M1 dan M2 berdasarkan

diagram keseimbangan

2) Design dari schematic diagram dibawah ini adalah bentuk aplikasi dari

moment.

30 43

M1 10 M2

24

Setelah kita ketahui jenisnya maka kita harus mencari solusi (cara) untuk

menyelesaikan rangkaian tersebut agar problem mencari berat M dapat dicapai.

Untuk menyelesaiakan problem ini diperlukan model matematika.

Diketahui rumus moment= F*S, F adalah Gaya, S adalah Jarak.

Persamaan 1

30M1+24(10) = 43M2

30M1+240 = 43M2

30M1-43M2 = -240
36

Persamaan 2

12.10+10M2=17M1

120 +10M2=17M1

17M1-10M2=120

Persamaan 1 dan persamaan 2 dieliminasi

30M1 -43M2 = -240 x17 510M1 – 731M2 = 4080

17M1- 10M2 =120 x30 510M1 - 300M2 = 3600

431M2 = -7680

M2 = 17,819

17M1-(10.17,819)=120

17M1-(178,19) =120

17M1=120+178,9

M1=298,91/17

M1=17.54

3 Analisis

Dari solusi matematika yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai akhir dari

soal no 2 dan soal no 1(hukum kirchhoff tegangan) adalah sama. Hal ini

membuktikan bahwa dengan pemodelan (schematic diagram) yang berbeda

memberikan hasil yang sama.

4 Evaluasi

Penyelesaian metode eliminasi dan subtitusi pada persamaan linear 2 variabel

sudah dianggap menyelesaikan problem karena dari proses ini nilai yang
37

dihasilkan sudah fixed. Untuk persamaan linear dengan jumlah variable lebih

dari 2, metode ini kurang mampu diterapkan.

5 Improvement

Dari proses pengerjaan yang dilakukan, metode yang dipakai sangat efektif

dan efisien serta sudah memenuhi persyaratan terselesainya masalah.

Proses Engginering dalam melihat soal 3

1)Problem yang dihadapi adalah mencari perbandingan antara V output

denan Vinput.

2)Design dari rangkaian dibawah ini adalah jenis rangkaian RC Low pass

filter

Setelah kita ketahui jenisnya maka kita harus mencari solusi (cara) untuk

menyelesaikan rangkaian tersebut agar problem mencari perbandingan V

input dan V output dapat dicapai. Untuk menyelesaiakan problem tersebut

ada berbagai macam solusi diantaranya menggunakan:

5.1 Path-Vertek-elementer equation

5.2 Impedance

5.3 Block Diagram

5.4 Free body diagram


38

a) Path-Vertek-elementer equation

Metode untuk mencari perbandingan antara V (tegangan) dengan R

(hambatan),C(Kapasitor), dan I(Induktor). Dari scematic diagram

diketahui arus yang mengalir di C (kapasitor) sebanding dengan arus

yang mengalir di Vinput.

dV
i=C
I di C adalah dt

I yang mengalir di C =I yang mengalir di R

Vi−Vo dV
i= i=C
R subtitusi dt

dV Vi−Vo
C =
dt R
dV
R .C +Vo=Vi
dt

dV
R .C +Vo=Vi
Bentuk matematika modelnya dt

b) Impedance

Impedance perbandingan antara V dan I .

Jika pada R= Z R=R

1
ZC=
Jika pada C= iωC

Jika pada L= Z L=iωL


39

1
Zc CD 1
Vo=V Zc = Vi= Vi= Vi
Zc+ Zr 1 1+ RCD
+R
CD
(1+ RCD ) .Vo=Vi
dV
Vo+ RCD .Vo=Vi , D=
dt
dV
Vo+ RC =Vi
dt

Jadi:

dV
V i=V 0+ RC
dt

c) Block diagram

Block diagram adalah sebuah pernyataan grafis yang dapat digunakan

untuk mempresentasikan schematic diagram. Adapun bagian-bagian block

diagram antara lain:

 Perkalian (Product)

B=A.X
40

 Penjumlahan (summary)

B=A-X

 Integrator

B=∫ Adt . Ainit

 Differensiator

dA
B=
dt
41

Terdapat block diagram lainnya yang sangat sering digunakan yaitu

block diagram Close loop yang membutuhkan feedback (umpan balik

atau transfer function). Block diagram Close Loop mempunyai bentuk

seperti gambar dibawah ini:

1
Vo = Vi – Bvo
A

1
 + BVo =Vi
A

1
 ( + B)Vo =Vi
A

1+ AB
 ( ).Vo =Vi
A

 Vo= ( 1+AAB ). Vi

Dari persamaan diatas dibuatlah block diagramnya seperti gambar

dibawah ini:
42

Dari schematic diagram, langkah langkah selanjutnya antara lain :

 Membuat block diagram output rangkaian (Vo).

1
V 0=V c dimana V c = idt
C∫

 Membuat block diagram R

Vi−Vo
i=
I di R adalah R

Lalu disederhanakan menjadi :


43

Karena t awal=0, maka Vinit=0, sehingga

Gambar block diagram Close loop:

Vi
1 Vo
RCD
1
1
RCD

Juga dapat disederhanakan menjadi

Vi Vo
1
1  RCD

Dari block diagram diatas dapat diketahui perbandingan antara Vo

dan Vi.

Vo 1
=
Vi 1+RCD
1
Vo= Vi
1+RCD
(1+RCD ).Vo=Vi
Vo+ RCD .Vo=Vi
dV
Vo+ RC =Vi
dt

Dari ketiga metode diatas, baik itu Path-Vertek-elementer equation,

Impedance dan Block Diagram dihasilkan persamaan differensial

dV
Vo+ RC =Vi
yaitu dt .
44

Setelah didapatkan persamaan differensial diatas, maka dapat dicari

solusi persamaan tersebut dengan beberapa cara diantaranya adalah:

Approximation Solution (Solusi pendekatan)

Adapun cara solusi pendekatan ialah

dV
Vo+ RC =Vi
dt melakukan perubahan pada d menjadi Δ , maka

akan diperoleh persamaan baru :

ΔV
Vo+ RC =Vi
Δt

1
ΔVo= (Vi−Vo )Δt
RC

Nilai untuk Vo adalah ΔVo( n)=Vo (n+1)−Vo(n )

Solusi umum (General Solution)

Adapun rumus Solusi Umum ialah:

General solution = Homogenous Solution + Particular Solution

Diketahui :

ΔV
Vo+ RC =Vi
persamaan : Δt .

dVo
mt m=
Bentuk persamaan solusi V adalah V = Ae dimana dt .
45

Vi dianggap 0, maka V = Aemt lalu disubtitusikan ke dalam

ΔV
Vo+ RC =0
Δt , sehingga

d ( Ae mt )
RC + Ae mt =0
dt
d ( Ae mt )
=m . Aemt
dt
1
untukmenghilangkanRC , makadikali , sehingga
RC
1
m. Aemt + Aemt =0
RC
1 1
Ae mt (m+ )=0 ,dim ana(m+ )=0 maka
RC RC
1
m=−
RC
−1
.t
RC
V h (t )=Ae

General solution =Homogenous Solution + Particular Solution

Lalu dicoba untuk memasukkan beberapa nilai pada solusi

pendekatan, Nilai R, C, Vin diasumsikan sebagai berikut:

R = 15 KΩ

C = 15 µF

Vin = 60 V
46

1
dVo= [ RC ]
.(Vi−Vo) dt

dVo 1
dt
= [
15 k .15 µ
.(60−0) 0 ]
dVo 1
= .60
dt 225 x 0,001

dVo
=13,5
dt

Didapatkan nilai input dan output pada ∆t(dt) :

Catatan:
Nilai Vo didapat dengan cara menjumlahkan nilai yang didapat antara Vo awal
dengan Vo awal, dimana nilai Vo untuk pertama kalinya adalah 0.
47

Maka dapat digambarkan grafik ∆t(dt) terhadap t sebagai berikut ;

Per samaan Diferensial Orde 1


Solusi persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang apabila disubtitusikan ke
persamaan differensial, maka akan menghasilkan pernyataan matematika yang
benar.

Gambar rangkaian diatas adalah gambar rangkaian RC. Pada permasalahan


gambar diatas ini, dapat menggunakan solusi persamaan differensial.
Pada persamaan differensial terdapat 2 solusi, yaitu :
1. Numerical / Approximation solution
2. Analitical / Exact
a. General Solution = Homogenous Solution [VH] + Particular Solution [VP]
b. Separation Of Variable
c. Integral Coefficient

Persamaan Deferensial
48

Numerical / Approximation solution Analitical / Exact

Integral Coefficient
General Solution

Separation Of Variable

1. Numerical / Approx

Pada gambar diatas didapat bentuk persamaan diferensial , sebagai berikut


ini :

Nilai d dimisalkan nilai Δ, sehingga nilai persamaannya akan menjadi


seperti :

Pada persamaan tersebut dapat diasumsikan, maka :


R = 10 KΩ
C = 10 µF
Vin = 40V
49

dV
R .C +Vo=Vi
dt
1
dvo ( .(Vin−Vout))dt
RC

Solusi persamaan difrensial orde pertama


1
vo=
RC( )
. ( Vin−Vout ) ∆ dt

1
∆ vo= (
10 K .10 µ )
. ( 40−0 ) ∆ dt
∆ vo
=40
∆ dt

Keterangan :
λ (tao) = RC
t(waktu) = 0; increment
tend(waktu akhir) = 5λ Vo = (Vo)init

Dari output yang dihasilkan dari table diatas, maka dapat digambarkan grafik
delta t terhadap t sebagai berikut :
50

2. Analitical / Exact
a. general Solution
General Solution = Homogenous Solution [VH] + Particular Solution [VP]

Persamaan Homogeneous [VH] pada gambar diatas adalah

Pada bentuk umum homogeneous [VH] adalah


VH = Ae mt
Dimana :
A = Konstanta
e = Differesial
m = Kontanta
t = waktu
51

dvo
RC + Vo=0
dt
VH = A e mt

Vo=¿ VH
Maka, Vo=A e mt
dvo
RC + Vo=0
dt
dA e mt mt
RC + A e =0 : A e mt
dt

RCM +1 =0
−1
m=
RC
−1
jadi, A e RC t

Persamaan particular solution

Vp = K

dK
Pada nilai RC dikarenakan konstanta, diturunkan menjadi nilai 0,
dt
sehingga menjadi K=Vi,

VP = K, maka VP = Vi
Jadi, General Solutionnya adalah
Vo = VH +VP
−1
= A e RC t + Vi
Untuk mencari nilai A dengan menginisialisasikan t=0, Vo=0
−1
.t
Vo=A e RC +Vi
−1
.0
0=A e RC +Vi
0=A .1+ Vi, maka A = -Vi
−1
.t
Vo=−Vi . e RC +Vi
−1
Vo=Vi(1−e ¿ ¿ . t) ¿
RC
52

jika diasumsikan
t = 0,1575
Vi = 60
R = 15 k
C= 15
Maka,
Vo=Vi ¿ ¿
−1
Vo = 60 (1 - e 15 k.15 µ .0,1575 )
= 60 . 0,503
= 30,18
b. Separation Of Variable

Dimana :
RC = τ (tao)
d Vo
RC +Vo=Vi : Vi
dt
Vo
d
Vi Vo
RC + =1
dt Vi
dV
RC =1−V
dt
dv 1
∫ (1−v ) =∫ RC . dt
1
-ln (1 – V ) = .t
RC
−1
ln (1 – V ) = .t
RC
−1
e
ln ⁡(1−v)
= e RC .t
−1
.t
e ln ⁡(1−v) = 1-V = e RC
−1
V = 1 - e RC .t
−1
Vo = Vi(1−e RC . t )

c. Integral Coefficient

Koefisien adalah konstanta yang terdapat didepan variable


53

Pada persamaan
dvo
RC + Vo=Vi
dt
d (u . v)
Mempunyai fungsi u . v diturunkan , sehinga menjadi
dt
d (u . v) dv du
U.v = u. +v .
dt dt dt
= u . v’ + v . u’
dvo
RC + Vo=Vi : RC
dt
dvo 1 1
+ Vo= .Vi
dt RC RC

dvo 1 1 −1
+ Vo= .Vi X e RC .t
dt RC RC
1 1 1
.t dvo 1 .t 1 R .t
(e R . + . e RC . Vo) = e x Vi
dt RC RC
1
.t 1
d (e RC
. Vo) = 1 . e RC .t . Vi
dt RC

1
.t 1
.t dvo 1
1 .t
d (e RC . Vo) = RC . + Vo . . e RC
e dt RC
dt

1
∫ d (e (1 / RC. t) . Vo) 1 .t
. dt = ∫ . e RC . Vi . dt
dt RC

1
.t 1 1
.t
e RC . Vo = . Vi ∫ e RC . dt
RC
1
1 .t
= Vi RC . e RC + K
RC

1 1
.t .t
e RC . Vo = Vi . e RC + K
K
Vo = Vi + 1
.t
e RC
1
Vo = Vi + K - e RC .t

Untuk menginisialisasikan nilai Vi, maka


t = 0, Vo=0
54

sehingga
Vo = Vi + K
1 =Vi+K

-Vi = K
Jadi, Vo = Vi +Vi
1
Vo = Vi (1 -e RC .t )
−1
.t 1 −1
RC. (Vi . e RC .( )¿ + Vi – Vi. . e RC .t =Vi
RC
dvo
RC . +Vo =Vi
dt

dvo 1 1
+ . Vo= .Vi
dt RC RC

Solusi Sinus pada rangkaian RC


Untuk rangkaian RC dengan input sinus menggunakan solusi General Solution
General Solution = Homogenous Solution [VH] + Particular Solution [VP]

Pada bentuk umum homogeneous [VH] adalah


VH = Ae mt
Dimana :
A = Konstanta
e = Differesial
m = Kontanta
t = waktu

pada tegangan input sinus yaitu Vi diinisialisasikan dengan nilai 0, sehingga

dVo
mt Vo+ RC =0
V = Ae dan dapat disubtitusikan dt , maka
55

d ( Ae mt )
RC + Ae mt =0
dt
d ( Ae mt )
=m . Aemt
dt
1
untukmenghilangkanRC , makadikali , sehingga
RC
1
m. Aemt + Aemt =0
RC
1 1
Ae mt (m+ )=0 ,dim ana(m+ )=0 maka
RC RC
1
m=−
RC
−1
.t
RC
V h (t )=Ae

Pada Solusi particular “undertemined coeffisient”


Apabila Vi sinus, maka bentuk particular solusinya akan berbentuk seperti
inputnya.

Vi=Vis sin t

Vp=M sin t+ N sin t


Dimana :
A = Amplitudo
φ = Phase
Vo = Tegangan Output
Vis = Tegangan Input
ω = 2∏ft
τ = RC
dVo
RC . +Vo=Vi
dt
d ( M sin ωt +N sin ωt )
RC . +M sin ωt +N sin ωt=Vi sin ωt
dt
RC .( Mω cosωt−N sin ωt )+M sin ωt+ N sin ωt=Vi sin ωt
( M−RC ωN )sin ωt+( RC ωM +N )cosωt =Vi sin ωt
( M−RC ωN )sin ωt+( RC ωM +N )cosωt =Vi sin ωt+0 cos ωt
M −RC ωN=Vis
RC ωM +N =0
Sehingga, persamaan tersebut dapat dieliminasikan
56

−1
RC ω .t
RC
2
. Vis. e
Vo = 1+(RC ω) adalah transien,
1 RC ω
. Vissin ωt− . Viscosωt
1+(RC ω)2 1(RC ω)2
Sehingga dapat dicari dengan nilai steady statenya dengan cara menggunakan
rumus trigonometri, yaitu :

Vo
= A sin( wt +φ)
Vis
Pada persamaan diatas dapat menggunakan :
57

A sin(ωt +ϕ )= A sin ωt cos ϕ+ A cos ωt sin ϕ


1
A cos ϕ=
1+( RC ω )2
(−RC ω)
A sin ϕ=
1+( RC ω )2
(−RC ω )
A sin ϕ 1+(RC ω)2
=tan ϕ= =−RC ω
A cos ϕ 1
1+(RC ω)2
ϕ=tan −1 −RC ω

Maka, nilai nilai fasa ( ϕ )nya adalah


−1
ϕ=tan −RC ω
Dan untuk mendapatkan nilai A (signal attenuation factor) dapat menggunakan
rumus trigonometri, yaitu :

sin2 ϕ+ cos2 ϕ=1 2


dikali A

¿ A 2 sin2 ϕ+A cos2 ϕ= A 2


(−RC ω ) 2 1
A 2 =( )+
1+(RC ω )2 1+( RC ω)2
1
A 2=
1+( RC ω)2
1
A=
Diketahui : √1+(RC ω)2
Maka,
Vo
= A sin( wt +φ)
Vis
A2 = A2 sin2 φ + A2 cos2 φ
−τω 2 2
1
=( ) + ( )
1+ ( τω )2 1+ ( τω )2
τω2 +1 1
= =
1+ ( τω ) ¿ 1+ ( τω )2
2 2
58

1
=
√1+ τω2
Jadi :
A sin( ωt+ φ)= A sin ω t . cos φ+ A cos ω t . sin φ
1
= 2
. sin(ω t +tan −1 (−τω ))
√1+ τω
Pada persamaan diatas dapat diasumsikan, seperti :
Asumsi dengan frekuensi 25Hz :
R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 25 Hz

1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC

Asumsi dengan frekuensi 50 Hz :


R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 50 Hz
1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
59

Asumsi dengan frekuensi 75 Hz :


R = 1000 Vi = 2 Vo(init) = 0
C =0,00001 Del t = RC/15
Takhir = 10
1 Frekuensi = 75 Hz
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
60

Asumsi dengan frekuensi 100 Hz :


R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 100 Hz
1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
61

Asumsi dengan frekuensi 125 Hz :


R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 125 Hz
1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
62

Asumsi dengan frekuensi 150 Hz :


R = 50 Vi = 2 Vo(init) = 0
C = 0,0001 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 150 Hz
1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
63

Asumsi dengan frekuensi 175 Hz :


R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 175 Hz
1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
64

Asumsi dengan frekuensi 200 Hz :


R=2 Vi = 2 Vo(init) = 0
C=2 Del t = RC/15
Takhir = 10 Frekuensi = 200 Hz

1
delVo= ( Vi−Vo ) . delt
RC
65

Rangkaian RLC
Gambar rangkaian RLC yang akan dianalisa:
66

Untuk pemodelan matematikanya dapat menggunakan :

1. Path-vertex elementer equation

Yaitu dengan menuliskan persamaan elementer untuk setiap komponen, setelah

itu menghilangkan salah satu variabel, dalam gambar disini yang akan dicari

adalah perbandingan antara Vo : Vi.

v i−v 2
I=
R #persamaan pada resistor#……………………………1

di
v 0 −v 2=L
dt #persamaan pada inductor#……………………….2

dVo
i=C
dt #persamaan pada kapasitor#..........................................3

 Langkah selanjutnya ialah menghilangkan factor i karena variabelnya sama pada

persamaan (1) dan (3)

V 1−V 2 dV 0
=C
R dt

dV 0
V 2=V i −RC
dt

dVo
V2 V i−RC
= dt .............................................4

 Pada persamaan (2) untuk menghilangkan V 2 maka menggunakan i pada

persamaan (3)
67

di
V 0−V 2=L
dt

dV 0
d (C )
di dt d2 V 0
i= → =C
dt dt dt 2

d 2V
V 0−V 2=LC 2
0

dt

d 2V
V 2=V 0 + LC 2
0
………………………………………………..5
dt

 Karena pada persamaan (4) dan (5) itu sama-sama V 2 maka ,

V 2 (4) = V 2 (5)

dVo d2 V 0
V i−RC V 0 + LC
dt = dt
2

dVo d2 V 0
RC LC
Vi = dt + dt 2 (hasil dari model matematika

dengan path-vertex elementer equation)

2. Metode Impedansi

Pada metode ini diberlakukan seperti resistor murni

1 d
ZC= D=
R = ZR ; CD ; Z L=LD ; dt

Gambar rangkaian dengan menggunakan impedansi adalah :


68

Impedansi berfungsi pula sebagai pembagi tegangan

Vin = i . (ZR + ZL +ZC)


Vo = i . ZC
Vin
i =
ZR+ ZL+ZC
ZC
Vo = . Vin,
ZC+ ZL+ ZR
maka
Vo ZC
=
Vi Z R +Z L +Z C

1
Vo CD
= CD
Vi 1
R+ LD+
CD ( )
CD

Vo 1
=
V i RCD+ LCD 2 +1

V i=V o ( RCD+ LCD 2 +1 )

d
2 D=
V i=RCDV o +LCD V 0 +V 0 , lalu masukkan dt

dV o d2 V o
V i=RC + LC +V 0
dt dt 2 (sama dengan impedansi dan path-vertex

elementer equation)

3. Menggunakan Block-Diagram
69

Untuk menggunakan block diagram ini, penggambaran harus dimulai dari output

 Pada kapasitor

Persamaan yang didapat adalah

dV o 1
i=C ⇒ ∫ idt+ V o( init )
dt C

 Pada Induktor

di 1
V =L ⇒ i= ∫ vdt +i {init }
dt L
1
i= ∫ ( V 2 −V o ) dt+i ( init )
L

 Pada Resistor

v i−v 2
I= V 2 =V i−R . I
R ;
70

Numerical Solution
71

d 2 Vo dVo
LC +RC +Vo=Vi
dt 2 dt
dVo d 2 Vo du
u= , = ,
dt dt dt
maka
du
LC + RCu+Vo=V
dt
du 1
= (Vi−Vo−RCu)
dt LC

Langkah selanjutnya ialah menghilangkan variabel u, sehingga

dVo dVo
RC =RI , I =C
dt dt
dVo I
=
dt C
2
d Vo 1 di
=
dt 2 C dt

dVo d 2 Vo
, 2
Masukkan nilai dt dt ke dalam persamaan
2
d Vo dVo
LC 2
+ RC +Vo=Vi
dt dt ,
sehingga diperoleh

di
L +RI +Vo=Vi
dt
di 1
= (Vi−Vo−RI )
dt L

Maka dapat diperoleh bentuk gelombang dari persamaan diatas dengan bantuan
software excel seperti tabel dan gambar dibawah ini:
72

Bentuk gelombang dari tabel diatas ialah:


73

Analitical Solution (Input Step)

 General Solution (Solusi umum)

General solution =Homogenous Solution + Particular Solution

 Homogenous Solution (Solusi Homogen)

mt
Bentuk umumnya adalah Vh= Ae
2
d Vo dVo
LC 2
+ RC +Vo=Vi
dt dt

d 2 Vo dVo
LC 2
+ RC +Vo=0
dt dt

Vo= Ae mt
dVo
=mAemt
dt
d 2 Vo
2
=m2 Ae mt
dt

LCm2 Ae mt +RCmAemt +Ae mt =0 ,: Aemt


LCm2 +RCm+1=0

seperti pada character function ax 2 +bx +c=0 sehingga untuk mencari akar

persamaan kuadratnya menggunakan rumus abc.

−b±√ b2 −4 ac
m1 , m2=
2a
−R 1 R
m1 , m2= ±
2
2L
b −4 ac=D ,

−( )2
LC 2 L

1 R 2
−( ) =D
LC 2 L

D>0 maka akar-akar persamaannya adalah real dan berbeda

D=0 maka akar-akar persamaanya adalah real kembar


74

D<0 maka akar-akar persamaanya adalah bilangan komplek

 Kasus 1, D<0

Solusi Homogen

Vo(h) jika D<0

1 R
m1 , m2=
−R
2L
±i

1
√ −( )2
LC 2 L
R
−R
m1= +i
2L √ −( )2
LC 2 L
1 R
−R
m2= −i
2L
1
√ −( )2
LC 2 L
R
−R
2L
=α ,
√ −( )2 =β
LC 2 L
m1=−α+iβ , m 2=−α−iβ
Vo(h )= Aemt

Karena terdapat dua nilai m yaitu m1 dan m2, maka

Vo(h )= Ae−α +iβt +Be−α −iβt


Vo(h )=e−αt ( A iβt +B−iβt )
e ix=cos x +i sin x
e−ix=cos x−isin x
Vo(h )=e−αt ( A (cos βt+isin βt )+B (cos βt−isin βt ))
Vo(h )=e−αt ( A +B (cos βt )+i( A−B)sin βt )
A +B=D , i( A−B)=E
Vo(h )=e−αt (D (cos βt )+iEsin βt )
75

Solusi particular

Vi=Vis
Vo=k
2
dVo d Vo
=0 ; 2 =0
dt dt
LC(0 )+RC(0 )+K=Vis
K=Vis
Vo( p)=Vis

Gs=Hs+Ps
Gs=e−αt (O(cos βt )+ Lsin βt )+Vis

Dari persamaan GS diatas dapat initial condition t=0 dan v=0 Untuk mencari

nilai O dan L

Karena ini adalah persamaan diferensial orde 2, dan terdapat 2 buah konstanta,

maka terdapat 2 kali kondisi initial.

1. t=0 dan V=0

Gs(Vo )=e−αt ( D(cos βt )+E sin βt )+Vis


e 0 ( D(cos 0. β )+E sin β . 0 )+Vis
1( D(1))+Vis
D+Vis
D=−Vis
dVo '
=u v +uv '
2. jika mempunyai u.v, maka dt

Vo=e−αt ( D(cos βt )+E sin βt )+Vis


dVo
=−α . e−αt ( D( cos βt )+ E sin βt )+e−αt ( βD−sin βt+ βE cos βt )+0
dt
dVo −αt
=e ((−αD+B)cos( βt )+((−αE−BD )sin βt )
dt
76

3. t=0 dan V=0

dVo
=0=1(αD+BE)
dt
α
E= ∂ D , E=− . Vis
B β

General solution setelah nilai D dan E diketahui

α
Gs(Vo )=e−αt (−Vis(cos βt )− .Vis .sin( β .t )+Vis
β
α
Vo=Vis(1−e−αt (cos βt )+ . Vis.(sin βt ))
β
atau
α

Vo=Vis(1− 1+( )2 e−αt (sin βt+ϕ)
β
A sin(α+ β )= A sin α cos β+ A cos α sin β
A sin( βt+ϕ)=A sin βt cosϕ+ A cos βt sin ϕ
α sin ϕ 1 β
A cosϕ= , A sin ϕ=1 ,tan ϕ= = =
β cosϕ α α
β
MencariA
A 2 = A2 sin 2 ϕ+ A2 cos 2 ϕ
α
A 2 =12 +( )2
β
α
A= √1+( )
β
β
ϕ=tan−1 ( )
α
 Homogen Solution

Kasus 2, (Vo)H jika D=0


77

1 R
−( )2 =0
LC 2 L
1 R
=( )
LC 2 L
m1=m2=m

Solusi Homogen (Vo)H jika D=0


m 1t m2 t
Vo(h) = Ae +Bte

Karena Ae mt yang sudah diketahui pada solusi homogen di rangkaian RC dan

telah terbukti kebenarannya, maka yang perlu dibuktikan ialah apakah Vo=

Bte mt

adalah sebuah solusi juga untuk persamaan homogen ini.

Jika ada 2 persamaan akar kembar dapat dituliskan

( x−m)( x−m)=x 2−2 mx+m2 =0 :m2


1 2 2
x − x+1=0
m2 m
,

d 2 Vo dVo
LC 2
+ RC +Vo=0
persamaan ini mempunyai fungsi karakteristik : dt dt

sehingga

1 d 2 Vo 2 dVo
− +Vo=0 , m1=m2=m
m2 dt 2 m dt
78

dVo d 2 Vo
Vo=Bte mt , =B(e mt +t . me mt ), 2 =B(memt +memt + tm2 emt )
dt dt
1 2
Vo= 2 B( memt +me mt +tm 2 e mt )− B (emt +t . me mt )+ Bte mt =0 , m1=m 2=m
m m
mt 2 B 2 mt
Vo=e ( − . B)+t .e ( B−2 B+B )
m m
Vo=emt (0 )+ t . emt (0 )
Vo(h )=e mt ( A +Bt )

Particular solution

Pada saat D=0

Vi=Vis
Vo=k
2
dVo d Vo
=0 ; 2 =0
dt dt
LC(0 )+RC(0 )+K=Vis
K=Vis
Vo( p)=Vis

Setelah didapatkan HS dan PS, maka langkah selanjutnya ialah menjumlah

keduanya.

General Solution

Pada saat D=0

Gs=Hs+Ps
Gs=emt ( A +Bt )+Vis

Pada persamaan diferensial ordo 2 yang memiliki 2 buah konstanta, maka tidak

dapat melakukan satu kali initial condition(kondisi inisial) maka harus dilakukan

sebanyak dua kali kondisi initial tersebut.


79

1. Kondisi inisial pertama ialah t=0 dan V=0

Vo=emt ( A +Bt)+Vi
0=1( A +0)+Vis
A=Vis

2. Kondisi inisial kedua ialah t=0 dan V=0

Vo=emt ( A +Bt )+Vi


dVo
=memt ( A +Bt )+emt (B )
dt
0=m1(−Vis)+1 B
B=Vis

Langkah selanjutnya bila nilai A dan B telah diketahui

Vo=emt (−Vis+mVis . t )+Vis


Vo=(1+e mt (mt −1))

 Kasus 3

Pada saat D>0

Diumpamakan nilai-nilai R L dan C adalah sebagai berikut:

R=4, L=1, C=1


maka
R 1
( )2 >
2L LC
4 1
( )2 >
2 1. 1
4> 0
80

Karena nilai D > 0, makan akar-akar persamaannya adalah dua bilangan yang real

dan berbeda sehingga m1 tidak sama denga m2, maka nilai m1 dan m2 adalah

m1=−α+ β , m2=−α−β

Solusi homogen

Vo(h) pada saat D>0

Vo(h )= Aem 1 t +Be m 2 t


Vo(h )= Ae(−α + β) t +Be(−α− β )t
Vo(h )=e−αt ( Ae βt +Be− βt )

Particular solution

Pada saat D>0

Vi=Vis
Vo=k
dVo d 2 Vo
=0 ; 2 =0
dt dt
LC(0 )+RC(0 )+K=Vis
K=Vis General Solution
Vo( p)=Vis
Pada saat D>0

Gs=Hs+Ps
Gs=e−αt ( Ae βt +Be−βt )+Vis
81

Karena ini adalah persamaan diferensial orde 2, dan terdapat 2 buah konstanta,

maka terdapat 2 kali kondisi initial.

1. Pada saat t=0 dan V=0

Gs(Vo )=e−αt ( Ae βt +Be− βt )+Vis


0=1( A +B )+Vis
0=A +B+Vis
A +B=−Vis
B=− A−Vis

2. Pada saat t=0 dan V=0

Gs(Vo )=e−αt ( Ae βt +Be− βt )+Vis


dVo
=−α .e−αt ( Ae βt +Be− βt )+e−αt ( β . Ae βt − β . Be−βt )
dt
dVo −αt
=e ((−α+β ) A . e βt +(−α−β ) Be− βt )
dt
0=1((−α+β ) A+(−α− β )B )
0=1((m1 ) A+(m2 )B)
0=Am1+Bm2
Am1=−Bm2
−Bm2
A=
m1
m2
A= .Vis
m1−m2
m1
B=− Vis
m 1−m 2

Maka General Solution setelah nilai A dan B dapat diketahui

Vo=e−αt ( Ae βt +Be−βt )+Vis


m2 m1
Vo=e−αt ( .Vis)e βt +(− Vis)e−βt )
m1−m2 m1−m2
m2 m1
Vo=Vis(1+( .Vis)em1 t (− Vis )e m2t )
m 1−m 2 m 1−m 2
82

You might also like