You are on page 1of 7

MENAFSIR PUITIKA INDONESIA,

MENEMU TILAS BUDAYA JAWA

Oleh: Djoko Saryono

Away pegat ngudio ronging budyayu, margane suka


basuki, dimen luwar kang kinayun, kali sing
panggawe sisip, ingkang taberi prihatos.

Ulatana kang nganti bisa kapangguh, galedhahen


kang sayekti, talitinen away kleru, larasen sajroning
ati, den tumanggap dimen manggon.

Pamanggonane aneng pangesthi rahayu, angayomi


ing tyas wening, eninging ati kang suwung, nanging
sajatine isi, isine cipta kang yektos. [Ranggawarsita,
Serat Sabdajati, Pupuh 1, 2, 3]

Janganlah berhenti mencari pusat dari tekad


selamat, itulah jalan menuju keselamatan dan
kesenangan, agar tercapai yang dikehendaki,
terhindar dari perbuatan salah, maka hendaknya
rajin berprihatin.

Carilah tekad selamat itu hingga tercapai, selidikilah


dengan sungguh-sunggguh, telitilah jangan sampai
keliru, sesuaikanlah di dalam hati, supaya dapat
menerimanya, hingga mendapat tempat di dalam
hati.

Tempat tekad selamat itu ada pada cita-cita


selamat, yang melindungi hati jernih, yaitu
kejernihan hati yang kosong, tapi sesungguhnya
berisi, isinya cita-cita yang besar.

Tanda cinta
bagi gurubesarku:
Prof. Budi Darma
Prof. Soetandyo Wingyosoebroto
Prof. Mas Achmad Icksan
Prof. Soedjito
Prof. Imam Syafi’ie
Prof. Soedjijono

SEKAPUR SIRIH
Tahukah Anda bahwa menulis bisa sama
bermanfaatnya dengan berbicara? Kajian-
kajian telah membuktikan bahwa menuliskan
kejadian-kejadian yang sangat traumatis
dapat meningkatkan resistensi terhadap
infeksi dan penyakit, menurut catatan
sampel darah menyangkut fungsi kekebalan.
… Para periset juga yakin bahwa
mengeluarkan semua unek-unek di kertas
dapat meningkatkan system imun ….
[Pangkalan Ide, 2009, Creative Healing,
Jakarta, Penerbit Elex Media Komputindo,
hlm. 109]

Dalam berbagai kesempatan dan demi pelbagai keperluan,


alhamdulillah, saya dapat menulis makalah ihwal rupa-rupa sastra
Indonesia. Ada makalah yang ditulis untuk keperluan seminar atau
diskusi sastra tertentu, ada pula makalah yang ditulis untuk dimuat
di jurnal sastra tertentu. Ada makalah berisi beberan konseptual
tentang rupa-rupa sastra Indonesia, ada pula makalah berisi hasil
kajian atau sigian tentang fenomena tertentu dalam sastra
Indonesia. Ada pula makalah yang ditulis secara ringkas-umum-
konseptual dengan gaya esai, ada juga makalah yang ditulis secara
cukup mendalam-komprehensif tentang rupa tertentu dalam sastra
Indonesia. Rupa-rupa makalah itu kemudian saya himpun, urutkan,
dan serasikan konsepsi dan bahasanya sedemikian rupa sehingga
menjadi buku ini. Jadi, buku ini berasal dari rupa-rupa makalah yang
“dibenahi” atau tepatnya “disiasati atau diakali” sedemikian rupa
sehingga bisa dinikmati sebagai sebuah buku utuh. Walaupun
demikian, buku ini tetap dapat dinikmati secara aspektual sebagai
serpih-serpih makalah karena bentuk makalah masih dipertahankan.
Ada delapan makalah yang saya himpun-kemas menjadi buku
yang kini di tangan pembaca. Pada hakikatnya, makalah-makalah itu
adalah usaha saya membaca kreativitas dan inovasi sastrawan
melalui karya sastra mereka; tegasnya, menafsirkan hasil-hasil karya
kreatif-inovatif para sastrawan Indonesia khususnya para novelis
Indonesia. Dalam membaca atau menafsirkan itu, secara tidak
sengaja atau sengaja, saya acapkali memfokuskan perhatian pada
gejala budaya Jawa yang terkonstruksi dalam sastra Indonesia
sehingga saya mendapatkan jejak, berkas atau tilas budaya Jawa. Di
samping itu, sesuai kebutuhan, tentu saja saya juga memfokuskan
perhatian pada aspek konseptual atau teoretis tertentu yang
bersangkutan dengan kodrat sastra, hakikat sastra, dan model kajian
sastra Indonesia. Dalam khazanah peristilahan sastra, proses
membaca atau menafsirkan karya kreatif di samping menulis karya
kreatif oleh sastrawan lazim disebut puitik [poetic], dalam hal ini
puitik Indonesia. Oleh karena itu, buku ini saya beri judul Menafsir
Puitik[a] Indonesia, Menemu Tilas Budaya Jawa. Judul ini menyiratkan
makna bahwa saya berusaha membaca secara metaforis puitik
Indonesia karya para sastrawan dan kemudian mendapati jejak,
berkas, atau tilas budaya Jawa.
Delapan makalah yang diikat dalam judul buku Menafsir
Puitik[a] Indonesia, Menemu Tilas Budaya Jawa ini terdiri atas 4
[empat] makalah konseptual atau teoretis bersangkutan dengan
kodrat sastra, hakikat sastra, dan model kajian sastra; dan 4 [empat]
makalah lain bersangkutan dengan hasil-hasil kajian tentang tilas-
tilas budaya Jawa atau bersinggungan dengan budaya Jawa dalam
sastra Indonesia. Untuk memudahkan pembacaan, setiap makalah
dijadikan satu bab sehingga buku ini memiliki 8 [delapan] bab.
Setelah sekapur sirih, sebagai wacana-pembuka, buku ini dimulai
dengan Bab 1 yang membeberkan ihwal kodrat humanistis sastra,
diikuti dengan Bab 2, Bab 3, dan Bab 4 yang membeberkan ihwal
kecenderungan dan perangkat kajian sastra, kemudian dilanjutkan
dengan Bab 5, Bab 6, dan Bab 7 yang membeberkan ihwal matra-
matra budaya Jawa yang terkonstruksi dalam sastra Indonesia, dan
selanjutnya diakhiri dengan Bab 8 yang membeberkan ihwal matra
fungsi atau kegunaan sastra, dalam hal ini beberan ihwal sastra
sebagai media pembelajaran etika dan moral sebagai wacana-
pamungkas. Kendati tersebar ke dalam bab-bab, pada hakikatnya,
beberan-beberan topik-persoalan dalam buku ini bertolak dari
paradigma, wawasan, dan sudut pandang yang sama, yaitu meletak-
dudukkan sastra sebagai gejala humanistis-hermeneutis, sastra
sebagai sistem simbolis budaya, dan sastra sebagai teks atau
wacana budaya. Berkenaan dengan hal ini, maka inilah “benang
merah” utama kedelapan bab dalam buku ini: kodrat humanistis,
kodrat kultural, dan kodrat tekstual-diskursif sastra menjadi
paradigma dan wawasan pembeberan segenap topik buku ini.
Dengan benang merah tersebut diharapkan pembaca dapat
mengetahui tali-temali dan jalin-kelindan antara satu makalah dan
makalah lain.
Meskipun sudah diikat dengan paradigma dan wawasan yang
sama di samping secara teknis-perbukuan sudah “dibenahi”, diurut-
rapikan, dan dikemas sedemikian rupa seperti dikemukakan di atas,
tak urung dalam buku ini masih saja terjadi dan dapat ditemukan
pengulangan-pengulangan pembeberan konsepsi dan teori di
samping penggunaan beberapa istilah pokok yang tidak konsisten
secara harfiah-terminologis. Misalnya, beberan ihwal hakikat atau
kodrat sastra serba sedikit cenderung berulang dalam beberapa bab
sebagai konsekuensi penggunaan paradigma dan wawasan yang
sama. Demikian juga beberan ihwal sastra Indonesia kadang
menggunakan istilah teks fiksi Indonesia dan kadang istilah wacana
novel Indonesia, bahkan kadang istilah teks prosa fiksi Indonesia.
Secara apologis, pengulangan itu bisa disikapi sebagai bentuk
intensifikasi atau penegasan kesamaan konsepsi-paradigma-
wawasan yang dipakai, sedangkan penggunaan istilah yang tidak
sama atau tidak konsisten untuk merujuk hal relatif sama dapat
disikapi sebagai bentuk penekanan atau stressing saja. Kendati
demikian, hal tersebut tetaplah sebuah kekurangan. Kekurangan
tersebut hendaklah dimaklumi mengingat muasal buku ini adalah
makalah yang ditulis dan dipublikasikan dalam rentang waktu dan
tempat berbeda-beda. Selain itu, kekurangan tersebut tidaklah akan
mengganggu kenikmatan dan kesuntukan pembaca menghayati,
memahami, menafsir, dan atau menakwil makna buku ini mengingat
perbedaan istilah hanyalah perbedaan khilafiah.
Proses penulisan makalah, kemudian pengemasan makalah
menjadi buku ini jelas memerlukan kejernihan akal-pikiran,
kesehatan raga yang prima, dan kekuatan akal-batin-raga.
Alhamdulillah, segala puji milik Allah, Allah yang Mahakasih lagi
Mahasayang tiada terputus-putus senantiasa melimpahkan semua
rahmah dan berkah tersebut. Hanya karena rahmah dan berkah Allah
semata, saya mampu menulis makalah dan mengemasnya menjadi
buku ini. Karena itu, sekali lagi, segala puji saya unjukkan hanya
kepada Allah sarwa sekalian alam. Setelah itu, rasa takzim dan
hormat saya alamatkan kepada Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie, Prof. Dr. H.
Suparno, Prof. Dr. H. Achmad Rofi’uddin, M.Pd, Prof. Dr. H. Dawud,
M.Pd, Prof. Dr. Soedjijono, M.Hum, Prof. Drs. HMA Icksan, dan Prof.
Dr. Zuchridin Suryawinata yang selalu memotivasi saya untuk
memajukan diri sebagai akademisi. Senior, kolega, dan sahabat di
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang, terutama Dr. Maryaeni, M.Pd dan Drs. H.
Bustanul Arifin, S.H., M.Hum, telah begitu banyak membantu dan
memotivasi saya sehingga kepada mereka patut dilayangkan simpati
dan apresiasi. Selanjutnya, Drs. H. Suningo BS, M.M., Drs. Suprihadi
Saputro, S.Pd, M.Pd, dan Prof. Dr. H. Hendyat Sutopo, M.Pd adalah
tiga sahabat lama yang perlu dikenang budi baik mereka karena
mereka bertiga telah menjadi bagian penting dari proses
pengembangan profesi saya. Kepada sahabat-sahabat diskusi saya,
utamanya Mas Waras Khamdi, Mas Ishom, Mas Wayan Dasna, Mas
Haryono, Mas Bambang Pranowo, Mas Ketut Perpus, Setyono
Wahyudi, dan Indro Basuki, saya sampaikan juga hormat dan
penghargaan yang tinggi. Khusus Setyono Wahyudi sudah berusaha
menyunting naskah dengan cermat; dan Indro Basuki sudah menata-
aksara dengan sungguh-sungguh. Warga Komunitas Warung Sari,
terutama Pakdhe Naryo, Pak Noto, Mas Imam Suyitno, Indrek, Kamal,
Redi, Mas Imam Ireng, Fadjari “Beruang”, Junaedi Montir, Mas Jati,
Mas Nono, Miskan, Mas Hanbin, Om Apit, Mas Samsul, dan Mas
Djaswanto patut diacungi simpati dan apresiasi atas peranan yang
telah mereka mainkan yang membuat saya memperoleh suasana
berkarya. Tak mungkin saya lupakan, tentu saja, rasa hormat saya
alamatkan kepada orangtua dan mertua – Soedjito, Murtinah, H. Lalu
Mardhana, Haj. Baiq Syarifah – yang mengantarkan saya menapaki
kehidupan sehingga menjadi seperti sekarang. Sudah barang tentu,
saya harus meluapkan kasih tiada berhingga dan sayang tiada
bertepi kepada orang-orang yang selalu mendampingi saya dalam
segala macam cuaca kehidupan: Baiq Sri Azemi Yuliani, Aulia Imam
Wicaksana, Maulana Ikram Wibisana, Laila Kinanti Aruming
Ramadhani, dan Nabila Kinasih Ambaring Rahmatillah. Mereka telah
bersama-sama saya menapaki tapak-tapak kehidupan. Kepada
merekalah buku ini saya dedikasikan.
Malang, akhir Agustus 2009

Salam rahayu penulis

You might also like