Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tuhan. Setiap orang diberikan akhlak, akal budi, dan kebebasan dalam
menentukan apa yang baik untuknya dan apa yang tidak baik untuknya.
Kebebasan yang ada pada setiap orang itu dibatasi oleh hak asasi orang lain.
menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban ini tidak hanya berlaku bagi
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat kita ingkari.
juga sesuai dengan asas “equality before law ’’, menyatakan adanya perlakuan
yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan
pembedaan perlakuan.
perlakuan yang sama atas setiap orang di muka hukum,dan hal yang sama juga
telah diatur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang RI No.48 Tahun 2009
1
Masalah Keadilan dan hak-hak asasi manusia dalam kaitanya dengan
sebagai perwujudan dari Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan sila
korban, yang sebenarnya lebih adil untuk diperhatikan. Ada satu hal yang
adalah manusia yang merupakan objek dan subjek serta anggota masyarakat.
korban juga. Hal ini dapat dilihat dari tidak banyaknya teliratur maupun
2
konpensasi, restitusi, dan rehabilitasi. Dalam KUHAP telah diatur mengenai
pemberian ganti rugi terhadap korban berupa ganti kerugian yang bersifat
perkara secara perdata oleh korban. Selain KUHAP, pemberian ganti kerugian
HAM yaitu berupa hak konpensasi, restitusi, dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM yang berat. Dengan melihat pada kedua aturan tersebut,
diterapkan secara sempurna terbukti dari sampai saat ini tidak ada satu pun
korban pelanggaran HAM yang mendapat konpensasi dan restitusi. Hal ini
4
Wahyu Wagiman Zainal Abidian, Praktik Kompensasi dan Restitusi di Indonesia, Sebuah
Kajian Awal, (Jakarta : Indoneisa Corruption Watch).
3
memperhatikan kepentingan korban. Undang-undang ini juga harus memenuhi
undang No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban (UU PSK)
pada tanggal 11 Agustus 2006. Walaupun tidak diatur secara khusus, namun
diatur dalam undang-undang tersebut, tetapi hak korban tersebut belum bias
LPSK (lembaga perlindungan saksi dan korban) yang sesuai amanat paling
LPSK tersebut masih belum terbentuk, padahal lembaga inilah yang akan
kompensasi dan restitusi dilakukan setelah ada penetapan dari pengadilan atas
4
mendambakan keadilan, khususnya para korban tindak pidana.Menurut pakar
hukum praktik pencucian uang, DR.Yenti Ganarsih, S.H., M.H., dalam acara
oktober 2007, menyatakan bahwa peran LPSK ini sangat penting untuk
kurang atau bahkan tidak ada.Hal ini dinilai nantinya akan menjadi kendala
tersebut.
pada pelaksanaan dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut.
6
Vin, “LPSK Dikhawatirkan Tidak Optimal” Kompas, 6 Oktober 2007, hlm. 4.
7
Ibid
5
Oleh karena tujuan itu,maka penulis mengemukakan suatu judul
B. Identifikasi masalah
C. Tujuan penelitian
6
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin nanti muncul dalam
D. Kegunaan penelitian
Pidana, dan dapat dijadikan sumber telaahan dan informasi alternatif bagi
Penulisan Hukum.
7
E. Kerangka Pemikiran
dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan
kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan
hak asasi yang menderita.8 sedangkan menurut Muladi, korban adalah orang-
luas lagi termasuk di dalamnya keluarga dekat atau tanggungan langsung dari
mengatasi penderitaannya.
korban yang harus diperhitungkan tidak harus selalu berasal dari kerugian
berupa ganti kerugian. Saat ini ganti kerugian korban hanya meliputi kerugian
8
langsung diabaikan. Oleh karena itu sangat penting perlindungan yang
maksimal bagi korban dalam hal ini pemberian ganti kerugian, baik yang
korban, dan dibayar oleh masyarakat atau Negara (the responsible of the
society), sedangkan restetusi lebuh bersifat pidana, yang timbul dari putusan
pengaturan hukum pidana dan hukum lain yang menyangkut korban akan
9
adanya argumen kontrak sosial dan solidaritas sosial karena negara boleh
undang ini sedikitnya telah memberikan angun segar bagi korban kejahatan.13
dalam proses peradilan tindak pidana.korban diberi akses yang luas untuk
10
diahadirkan atau didengarkan keterangannya di setiap sidang pengadilan
bagi korban.
antaranyasebagai berikut:15
1. Teori Utilitas
Teori ini menitik beratkan pada kemanfaatan yang terbesar bagi jumlah
diterapkan konsep tersebut, tidak saja bagi korban kejahatan, tetapi juga
11
Pada hakikatnya subjek hukum (orang maupun kelompok) bertanggung
orang lain menderita kerugian (dalm arti luas), orang tersebut harus
yang membebaskannya.
restitusi, dan rehabilitasi dalam pasal yang berurutan, yaitu pasal 6 untuk
hanya diberikan kepada korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat
sebagai berikut :
korban dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat, selain berhak
mendapatkan:
a. bantuan medis
12
(1) Korban melalui LPSK berhak mengajukan ke pengadilan berupa:
b. hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab
pengadilan
bantuan medis dan rehabilitasi psiko sosial diatur pada pasal 33 sampai
F. Metode penelitian
1. Obyek penelitian
13
norma hukum, baik hukum dalam peraturan perundang-undangan maupun
rehabilitasi.
No.13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Selain itu
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu yang diperoleh melalui studi
kepustakaan.
14
Data kepustakaan dibedakan dalam tiga bahan hukum yaitu bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Namun
penulis dalam hal ini hanya memakai bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
inti dari judul skripsi penulis. Sedangkan bahan hukum sekunder meliputi
15
Perpustakaan Mahkamah Agung. selain itu, penulis juga mengakses data-
data melalui internet. Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara.
G. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
16
digunakan, kerangka teori, dan sistematika penulisan.
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hukum acara pidana secara
obyek dalam Penulisan skripsi ini. Di samping itu, dalam bab ini
Dalam bab ini akan diuraikan hasil analisis dan jawaban dari
17
pelaksanaannya, dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta : sinar Grafika,
2001.
Marpaung, Leden, Proses Tuntutan Ganti Kerugian dan Rehabilitasi Dalam Hukum
Pidana, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1999.
Ramelan, Hukum Acara Pidana Indonesia Teori Dan Implementasi, Cet.1. Jakarta :
Sumber Ilmu Jaya,2006.
18
Syahrial Martanto wiryawan dan melly setyowati, Pemberian bantuan dalam
undangundang perlindungan saklsi dan korban sebuah Observasi
awal, Jakarta : Indonesia Corruption Watch,2007.
Wahyu Wagiman dan Zainal Abidin, Praktik kompensasi dan Restitusi di Indonesia
sebuah kajian awal, Jakarta : Indonesia Corruption Watch,2007.
B. Peraturan Perundang-undangan:
19