You are on page 1of 18

ANALISIS PENGARUH PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK

INDONESIA TERHADAP PERBANKAN DI INDONESIA

Diajukan Oleh :

Nama : Dewi Yani


NIM : 107081003359
Fak/Jur : Ekonomi dan Bisnis/ Manajemen Perbankan

JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010

1
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung
dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengarui oleh kepercayaan nasabah
atau masyarakat luas. Apabila dalam tubuh bank terjadi gejolak maka akan muncul
reaksi keras dari masyarakat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian
suatu negara. Fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam
penciptaan dari peredaraan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan
uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa keuangan lainnya.
Krisis ekonomi diawali dengan likuidasinya 16 bank pada bulan November 1997
menyebabkan bangsa Indonesia terjerumus dalam tingkat kemiskinan meningkat secara
drastis sejak terjadinya krisis yaitu mencapai 49,5 juta orang. Tahun 1999 walau tingkat
kemiskinan mengalami penurunan namun timgkat keparahannya lebih besar dibanding
tahun sebelumnya. Kemiskinan di Indonesia terlihat dari meningkatnya jumlah
pengangguran, meningkatnya anak usia sekolah yang putus sekolah dan turunnya
kualitas kesehatan masyarakat.
Sektor perbankan memuliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur
urat nadi perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan ekonomi. Kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat sangat
penting menjadi sasaran akhir dalam kebijakan di sektor perbankan. Bank Indonesia
selaku bank sentral Indonesia memiliki peran penting dalam menentukan segala
kebijakan moneter sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan dalam jangka panjang.
Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal Bank
Indonesia berdasarkan Undang-undang No 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

2
dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.
Dalam undang-undang ini dilakukan formulasi ulang dan perubahan fundamental
mengenai tujuan kebijakan moneter yang lebih fokus dibandingkan dengan Undang-
undang Bank Indonesia sebelumnya (UU No. 13 Tahun 1968). Bank dalam
perekonomian memiliki tempat yang teramat penting sebagai lembaga yang dapat
mempengaruhi kegiatan perekonomian. Di samping itu, bank merupakan aktor dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Dalam menjalankan kebijakan moneter dengan
menggunakan berbagai instrument moneter, bank sentral umun menggunakan mediator
dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan sasaran kebijakan moneter.
Kenyataan ini menyebabkan peranan bank sangat berbeda dengan lembaga-lembaga
keuangan lainnya dalam sistem keuangan.
Dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan saat ini, perbankan nasional
perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar memiliki ketahanan yang kuat dalam
menghadapi berbagai macam perubahan serta memiliki daya saing yang sehat dan wajar
baik di pasar nasional maupun internasional. Bisnis perbankan merupakan bisnis yang
penuh resiko, disamping menjanjikan keuntungan yang besar jika dikelola secara baik
dan prudent.
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem
perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan yang melanda Indonesia
sepanjang tahun 1997 hingga saat ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk
melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan.
Dan Bank Indonesia selaku bank sentral harus dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan dari prinsip kehati-hatian ini. Hal ini sesuai dengan
Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang menyatakat dalam Ayat (1)
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia dan Ayat (2) Bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, da aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan sesuai dengan
prinsip kehati-hatian.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat latar belakang dapat dikemukakan beberapa masalah,
diantaranya:
1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan
yang terjadi saat ini ?
2. Bagaiman Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi saat
ini, selain itu bertujuan juga ingin mengetahui Bagaiman Bank Indonesia dapat
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan
dan pengalaman mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan juga dapat dijadikan
bahan refrensi tambahan.
2. Bagi Perbankan Nasional, Bank Indonesia dan Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana
perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi
saat ini dan bagaimana Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini dirancang menjadi :

4
Bab I Pendahuluan.
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta
sistematika penulisan penelitian.

Bab II Landasan Teori.


Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang dapat digunakan sebagai
kerangka pemikiran teori atau landasan penelitian ini dan hasil penelitian
yang relevan.

Bab III Pembahasan Masalah


Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dari permasalahan
yang telah diuraikan sebelumnya.

Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil
penelitian. Berdasarkan kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran
kepada pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu
bank.

5
BAB II
Landasan Teori

A. Lahirnya Bank Indonesia


Pada tanggal 1 Juli 1953 lahirlah Bank Indonesia yang mengambil alih segala
aktivitas yang dijalankan oleh DeJavasche Bank dan yang bertindak pula sebagai Bank
Sentral, yaitu sebagai “bankers’bank” dan melaksanakan kebijakan moneter, dengan
demikian memegang peranan amat penting dalam mengatur kehidupan masyarakat di
bidang ekonomi dan moneter.
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki perjalanan sejarah yang panjang.
Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik Belanda dengan nama “De Javasche
Bank” yang ddirikan pada tahun 1828 dan diberi tugas sebagai bank sirkulasi oleh
pemerintah Hindia Belanda disamping berfungsi sebagai bank komersial. Pendirian De
Javasche Bank ini mengikuti pembentukan dan peranan De Javasche Ban yang
didirikan pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian menjadi bank sentral
kerajaan Belanda. Berdasarkan undang-undang De Javasche Bankwet 1922, De
Javasche Bank oleh pemerintah Hinda Belanda dan Nederland dengan mempertahankan
nilai tukar antara kedua mata uang dalam paritas satu lawan satu.
Pasca kemerdekaan, De Javasche Bank oleh pemerintah kemudian
dinasionalisasikan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 1951. penggunaan nama
Bank Indonesia menggantikan nama De Javasche Bank dimulai sejak diundangkannya
Undang-undang No 11 Tahun 1953 tentang Undang-udang Pokok Bank Indonesia.
Undang-undang ini pula yang menjadi dasar hokum pendirian bank sentral Indonesia
dengan nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bankwet 1922.

B. Misi dan Visi Bank Indonesia

6
Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia berdasarkan undang-
undang, memiliki misi dan visi yang pada prinsipnya mencerminkan fungsi, tugas dan
sasaran yang diembannya sebagai berikut :
a. Misi Bank Indonesia: mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah
melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas system
keuangan untuk pembangunan nasional jangka penjang yang berkesinambungan.
b. Visi Bank Indonesia: menjadi lembaga bank sentral yang dipercaya secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

C. Tujuan dan tugas Bank Indonesia


Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia tersebut merupakan bagian
dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk keluar dari krisisekonomi
yang tengah melanda Indnesia. Tujuan dan tugas Bank Indonesia tertuang dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal
7 dan 8, yang menyatakan :
Pasal 7
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
Pasal 8
Untuk mencpai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia
mempunyai tugas sebagi berikut:
a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. mengatur dan mengawasi bank
Tetapi di tahun 2004 Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(BI) telah diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 pada Pasal 7

7
menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal
yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah terhadap
barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju inflasi dan stabilitas nilai
rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah.
Kebijakan moneter dengan tujuan stabilisasi nilai rupiah mulai diterapkan sejak tahun
2000. Tujuan tunggal kebijakan moneter BI tersebut terangkum dalam kerangka
strategis penargetan inflasi ( inflation targeting). Penargetan inflasi adalah sebuah
kerangka kerja untuk kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada
masyarakat tentang angka target inflasi dalam satu periode tertentu (Warjiyo dkk, 2003:
113). Penargetan inflasi secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan
moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil.

D. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank


Pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 yang
telah diubah UU Nomor 3 Tahun 2004. dalam rangka melaksanakan tugas mengatur
dan mengawasi bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan
pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank. Untuk maksud tersebut Bank
Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuanperbankan yang memuat prinsip
kehati-hatian. Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian
tersebut bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan
usaha pebankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat.
Prinsip-prinsip pengawasan bank yang efektif yang disusun oleh Komite Basle (The
Basle Committee) tahun 1997 yang lalu terdiri dari 25 butir prinsip. Dari jumlah
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 7 prinsip inti (core principles) pengawasan
bank sebagai berikut :
1. Prinsip Prekondisi bagi Pengawasan Bank yang Efektif
2. Prinsip Perizinan dan Struktur
3. Prinsip Ketentuan Kehati-hatian dan Persyaratan

8
4. Prinsip Metode Pengawasan Perbankan yang Sedang Berjalan
5. Prinsip Persyaratan Informasi
6. Prinsip Kewenangan Pengawas
7. Prinsip Lintas Batas Perbankan

E. Bank
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi
nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut
dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil
untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat
berupa cendra mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan
menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akam menambah minat masyarakat
untuk menyimpan uangnya.
Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank
adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1 Undang
– Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

F. Jenis Bank
Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank
berdasarkan undang-undang, yaitu :
1. Bank umum adalah : Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam
memberikan kredit jangka pendek.

9
2. Bank Perkreditan Rakyat adalah : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

G. Fungsi Pokok Bank


Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa - jasa keuangan baik
kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank - bank
melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan rutinnya di
bidang keuangan. Fungsi dasar dan bank dapat dilihat dan keterangan berikut. Bank
memiliki fungsi pokok sebagai berikut ( Dahlan Siamat 2001 : 88)
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan
ekonomi.
2. Menciptakan uang
3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.
4. Menawarkan jasa - jasa keuangan lain.
5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan intemasional.

H. Prinsip Kehati-hatian
Bank Indonesia wajib menetapkan ketentuan kehati-hatian dan persyaratan
kecukupan modal minimum bagi seluruh bank. Persyaratan kecukupan modal tersebut
harus mencerminkan resiko yang ditanggung oleh bank serta harus mendefinisikan
komponen permodalannya. Bagi bank yang telah beroperasi secara internasional,
ketentuan tersebut minimal harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam Basle Capital
Accord dan amandemennya.
Bagian penting dalam sistem pengawasan adalah evaluasi terhadap kebijakan ,
praktik, dan prosedur perbankan yang terkait dengan pemberian kredit dan investasi
serta manajemen portofolio kredit dan investasi. Dalam rangka mengantisipasi
penyalahgunaan pemberian kredit kepada pihak terkait, Bank Indonesia harus memiliki
persyaratan. Persyaratan tersebut mengatur bank untuk memberikan kredit kepada pihak
terkait dalam rentang pengendalian bank tersebut sehingga memungkinkan penerusan

10
kredit tersebut untuk dimonitor serta di ambil tindakan dalam menghadapi resiko
tersebut.
Bank Indonesia juga wajib menetapkan bahwa bank memiliki kecukupan
pengendalian internal yang sesuai dengan bidang dan skala bisnisnya. Hal ini meliputi
pengaturan yang jelas terhadap pendelegasian wewenang dan tanggung jawab,
pemisahan fungsi-fungsi, seperti penilaian aset dan kewajiban, proses rekonsialisasi,
pengamanan aset serta audit internal dan eksternal yang independen dan fungsi
kepatuhan untuk emnguji kemampuan kontrol terhadap hukum dan ketentuan yang
berlaku.
Saat ini Bank Indonesia tengah melakukan penyempurnaan sistem pengawasan
bank, dari sistem compliance (kepatuhan pada deregulasi) menjadi pengawasan risiko
(risk based supervision). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan bank
sejak dini. Selama ini BI melakukan pengawasan reaktif, yakni berdasarkan peraturan
saja (compliance), sehingga jika ada permasalahan di sebuah bank, baru akan deketahui
kemudian. Penyempurnaan pelaksanaan fungsi pengawasan ini merupakan salah satu
agenda pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi melalui kebijakan
(pemberdayaan) perbankan.

11
BAB III
Pembahasan Masalah

A. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)


Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu telah memberikan
pelajaran akan pentingnya menciptakan industri perbankan nasional yang memiliki
ketahanan dan kemampuan yang memadai untuk menghadapi berbagai macam gejolak
eksternal. Sementara itu, perkembangan produk dan jasa perbankan mengalami
perubahan yang lebih kompleks disertai dengan risiko yang lebih besar sebagai akibat
dari tuntutan nasabah yang menginginkan produk dan jasa bank yang lebih bervariasi.
Dengan munculnya produk-produk baru yang semakin inovatif tersebut, perbankan
nasional harus siap menghadapi berbagai risiko yang kemungkinan berpotensi untuk
muncul di kemudian hari. Disamping itu, perkembangan informasi menyebabkan
distribusi produk dan jasa yang ditawarkan oleh lembaga keuangan termasuk perbankan
semakin meluas dan cepat sehingga sifatnya menjadi global dan universal.
Dalam kondisi seperti ini, industri perbankan nasional memerlukan adanya suatu
kerangka acuan bagaimana perbankan nasional mampu mengatasi segala perubahan dan
tantangan tersebut serta arah yang hendak dicapai dimasa yang akan datang. Kerangka
acuan tersebut diwujudkan dalam bentuk cetak biru (blue print) arsitektur perbankan
nasional yang bersifat menyeluruh dan dapat dipakai sebagai acuan bagi semua pihak
yang terlibat di dalam industri perbankan.
1. Visi API
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan
tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke
depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang dilandasi
oleh visi yaitu: Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.

12
API menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka
memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997
menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan
perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi
gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan
nasional merupakan tantangan, bukan hanya bagi industri perbankan secara umum,
tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasannya.
Betitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih
kuat dan sebagai upaya lanjutan dalam program penyehatan perbankan yang saat ini
sedang berjalan, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan API. Pada
dasarnya, API merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan maupun
white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, Bank Indonesia mulai
menhumplementasikan API pada tahun 2004. melihat lingkup kebijakan dan
pembahasan yang harus dilakukan dan perlunya persiapan yang baik oleh bank-
bank dan Bank Indonesia dalam mengantidipasi perubahan dimaksud, maka
implementasi perubahan-perubahan tersebut akan dilakukan secara bertahap.
2. Sasaran API
Guna mempermudah pencapaian visi API, maka dijabarkan 6 (enam) sasaran
yang ingin dicappai. Keenam sasaran ini merupakan pilar untuk menunjang
pencapaian visi API yaitu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisian guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Keenam pilar terebut adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi
nasional yang berkesinambungan.
b. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan
mengacu pada standar intenasional.
c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang
tinggi serta memiliki ketahanan dalam menhadapi resiko

13
d. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi
internal perbankan nasional.
e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya
industri perbankan yang sehat.
f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

B. Peningkatan Kesehatan Sistem Perbankan


Kebijakan penjaminan dan penyehatan yang telah dilakukan pemerintah secara
berangsur-angsur berhasil menyakinkan masyarakat akan keamanan dananya yang
disimpan dalam bank, walaupun perbankan masih menghadapi masalah yang cukup
berat. Kondisi perbankan dihadapkan pada masalah tingkat kesehatan yang sangat
buruk, banyak di antaranya mengalami kekurangan modal sehingga tidak dapat lagi
memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum, bahkan banyak bank memiliki CAR
yang negatif. Dalam keadaan seperti ini, perbankan tidak dapat melaksanakan fungsinya
sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian terutama menggerakkan sektor riil.
Tanpa pembenahan perbankan, kegiatan ekonomi akan tetap terhambat dan pada
gilirannya akan memperparah kondisi perbankan sendiri karena kegiatan ekonomi yang
macet akan semakin memperbesar jumlah non-performing loan (NPL).
Oleh karena itu, pemerintah dalam rangka menerobos dan memulihkan kembali
kemacetan ekonomi ini harus segera melakukan langkah-langkah pemulihan antara lain
dengan melaksanakan progam penyehatan perbankan (rekapitalisasi). Dalam rangka
pelaksanaan program rekapitalisasi, pemerintah harus menyediakan dana yang relatif
besar untuk kebutuhan tersebut. Diharapkan dengan pelaksaan program rekapitulasi ini
perbankan dapat disehatkan kembali sehingga dapat segera melayani kebutuhan jasa
perbankan bagi kegiatan ekonomi, terutama oelh sektor riil.
Tahapan-tahapan dalam rangka pelaksanaan program rekapitalisasi meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. pemeriksaan kondisi keuangan bank (due diligence)
b. pengelompokkan bank atas dasar kondisi permodalannya
c. penilaian terhadap rencana kerja (bisiness plan) bank

14
d. penilaian fit and proper test pemegang saham pengendali dan pengurus bank
e. penyetoran modal dan pengikatan perjanjian bagi bank-bank yang memenuhi
persyartan.
Dari pengamatan sebagian besar bank, bentuk-bentuk penyimpangan atas sikap
noncomplience (penyimpangan) terhadap ketentuan kehati-hatian terjadi dalam
berbagai bentuk, antara lain:
a. Pelanggaran ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
b. Proses pemberian kredit yang menyimpang dari ketentuan Bank
c. Indonesia mengenai asas pemberian kredit yang sehat sebagaimana tentang dalam
Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB)
d. Pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia mengenai larangan pemberian kredit
untuk kegiatan tertentu (seperti larangan pemberian kredit untuk pembelian saham,
pembelian tanah dan properti)
e. Pemberian jaminan/endorsement surat-surat berharga yang juga dilarang
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
f. Tidak melaksanakan fungsi audit intern dengan ketentuan
Bank Indonesia dalam upaya restrukturisasi dan penyehatan perbankan benar-benar
mencapai sasaran dan agar berkesinambungan setiap bank terus terpelihara
kesehatannya, maka dalam pelaksanaan restruturisasi perbankan disertai juga langkah-
langkah represif dan preventif untuk menegakkan ketaatan terhadap ketentuan
perbankan. Langkah-langkah represif dan preventif mencakup: pertama, melakukan
tindakan terhadap pemilik/pengurus bank yang terbukti telah melakukan pelanggaran
atas ketentuan kehati-hatian. Kedua, melakukan upaya pencegahan untuk memastikan
kepatuhan dan ketaatan pemilik/pengurus bank terhadap ketentuan perbankan.

15
BAB IV
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan
yang terjadi saat ini ?
Perbankan nasional dapt mengatasi segala perubahan dan tantangan yang
terjadi saat ini penerapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API menjadi
kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat
fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan bahwa
industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh
yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun
eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan,
bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia
sebagai otoritas pengawasannya.

3. Bagaiman Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap


kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian ?
Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian yaitu dengan
cara melakukan tahapan-tahapan rekapitalisasi perbankan dengan serius.
Pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan Indonesia akan memerlukan dana
penyertaan modal pemerintah yang sangat besar, maka proses rekapitalisasi tersebut
perlu dilakuakn secara transparan dan objektif dengan kriteria yang jelas.
Selanjutnya, untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian dan mendorong market
discipline di sektor perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Transparansi Kondisi Keuangan Bank.
Dengan demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan
dapat membantu upaya peningkatan kesehatan sistem perbankan jika Bank

16
Indonesia dapat melakukan penyempurnaan menajemen pengawasan dan
pengaturan perbankan.

B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus dapat melihat kekurangan dan kelebihan bank-bank yang ada
di Indonesia agar nantinya tidak mengahadapi masalah jika bank-bank yang telah
dipercaya tersebut mengalami kesulitan likuiditas dan kekurangan modal sehingga
tidak dapat memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum serta harus meminta
pertolongan Lembaga Penjamin Simpanan untuk mengembalikan dana masyarakat.
2. Bagi Bank Indonesia dan Pemerintah
Bank Indonesia dan Pemerintah seharusnya dari waktu-ke waktu senantiasa
melakukan penyesuaian terhadap peraturan dan pengawasan perbankan di Indonesia
agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat sesuai dengan praktik-
praktik internasional yang lazim (international best practice)

17
Daftar Pustaka

Siamat, Dahlan, Manajemn Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan (Edisi

Kelima). Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Mulhadi. 2005. Prinsip Kehati-hatian (PrudentBanking Principle) Dalam Kerangka UU di

Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

http://bi.go.id

18

You might also like