Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung
dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengarui oleh kepercayaan nasabah
atau masyarakat luas. Apabila dalam tubuh bank terjadi gejolak maka akan muncul
reaksi keras dari masyarakat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian
suatu negara. Fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam
penciptaan dari peredaraan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan
uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa keuangan lainnya.
Krisis ekonomi diawali dengan likuidasinya 16 bank pada bulan November 1997
menyebabkan bangsa Indonesia terjerumus dalam tingkat kemiskinan meningkat secara
drastis sejak terjadinya krisis yaitu mencapai 49,5 juta orang. Tahun 1999 walau tingkat
kemiskinan mengalami penurunan namun timgkat keparahannya lebih besar dibanding
tahun sebelumnya. Kemiskinan di Indonesia terlihat dari meningkatnya jumlah
pengangguran, meningkatnya anak usia sekolah yang putus sekolah dan turunnya
kualitas kesehatan masyarakat.
Sektor perbankan memuliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur
urat nadi perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk
mendukung kegiatan ekonomi. Kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat sangat
penting menjadi sasaran akhir dalam kebijakan di sektor perbankan. Bank Indonesia
selaku bank sentral Indonesia memiliki peran penting dalam menentukan segala
kebijakan moneter sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan dalam jangka panjang.
Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal Bank
Indonesia berdasarkan Undang-undang No 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
2
dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.
Dalam undang-undang ini dilakukan formulasi ulang dan perubahan fundamental
mengenai tujuan kebijakan moneter yang lebih fokus dibandingkan dengan Undang-
undang Bank Indonesia sebelumnya (UU No. 13 Tahun 1968). Bank dalam
perekonomian memiliki tempat yang teramat penting sebagai lembaga yang dapat
mempengaruhi kegiatan perekonomian. Di samping itu, bank merupakan aktor dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Dalam menjalankan kebijakan moneter dengan
menggunakan berbagai instrument moneter, bank sentral umun menggunakan mediator
dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan sasaran kebijakan moneter.
Kenyataan ini menyebabkan peranan bank sangat berbeda dengan lembaga-lembaga
keuangan lainnya dalam sistem keuangan.
Dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan saat ini, perbankan nasional
perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar memiliki ketahanan yang kuat dalam
menghadapi berbagai macam perubahan serta memiliki daya saing yang sehat dan wajar
baik di pasar nasional maupun internasional. Bisnis perbankan merupakan bisnis yang
penuh resiko, disamping menjanjikan keuntungan yang besar jika dikelola secara baik
dan prudent.
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem
perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan yang melanda Indonesia
sepanjang tahun 1997 hingga saat ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk
melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan.
Dan Bank Indonesia selaku bank sentral harus dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan dari prinsip kehati-hatian ini. Hal ini sesuai dengan
Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang menyatakat dalam Ayat (1)
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia dan Ayat (2) Bank
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, da aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan sesuai dengan
prinsip kehati-hatian.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat latar belakang dapat dikemukakan beberapa masalah,
diantaranya:
1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan
yang terjadi saat ini ?
2. Bagaiman Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi saat
ini, selain itu bertujuan juga ingin mengetahui Bagaiman Bank Indonesia dapat
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan
dan pengalaman mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan juga dapat dijadikan
bahan refrensi tambahan.
2. Bagi Perbankan Nasional, Bank Indonesia dan Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana
perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi
saat ini dan bagaimana Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini dirancang menjadi :
4
Bab I Pendahuluan.
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta
sistematika penulisan penelitian.
Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil
penelitian. Berdasarkan kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran
kepada pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu
bank.
5
BAB II
Landasan Teori
6
Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia berdasarkan undang-
undang, memiliki misi dan visi yang pada prinsipnya mencerminkan fungsi, tugas dan
sasaran yang diembannya sebagai berikut :
a. Misi Bank Indonesia: mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah
melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas system
keuangan untuk pembangunan nasional jangka penjang yang berkesinambungan.
b. Visi Bank Indonesia: menjadi lembaga bank sentral yang dipercaya secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
7
menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal
yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah terhadap
barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju inflasi dan stabilitas nilai
rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah.
Kebijakan moneter dengan tujuan stabilisasi nilai rupiah mulai diterapkan sejak tahun
2000. Tujuan tunggal kebijakan moneter BI tersebut terangkum dalam kerangka
strategis penargetan inflasi ( inflation targeting). Penargetan inflasi adalah sebuah
kerangka kerja untuk kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada
masyarakat tentang angka target inflasi dalam satu periode tertentu (Warjiyo dkk, 2003:
113). Penargetan inflasi secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan
moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
8
4. Prinsip Metode Pengawasan Perbankan yang Sedang Berjalan
5. Prinsip Persyaratan Informasi
6. Prinsip Kewenangan Pengawas
7. Prinsip Lintas Batas Perbankan
E. Bank
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi
nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut
dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil
untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat
berupa cendra mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan
menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akam menambah minat masyarakat
untuk menyimpan uangnya.
Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank
adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1 Undang
– Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
F. Jenis Bank
Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank
berdasarkan undang-undang, yaitu :
1. Bank umum adalah : Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam
memberikan kredit jangka pendek.
9
2. Bank Perkreditan Rakyat adalah : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
H. Prinsip Kehati-hatian
Bank Indonesia wajib menetapkan ketentuan kehati-hatian dan persyaratan
kecukupan modal minimum bagi seluruh bank. Persyaratan kecukupan modal tersebut
harus mencerminkan resiko yang ditanggung oleh bank serta harus mendefinisikan
komponen permodalannya. Bagi bank yang telah beroperasi secara internasional,
ketentuan tersebut minimal harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam Basle Capital
Accord dan amandemennya.
Bagian penting dalam sistem pengawasan adalah evaluasi terhadap kebijakan ,
praktik, dan prosedur perbankan yang terkait dengan pemberian kredit dan investasi
serta manajemen portofolio kredit dan investasi. Dalam rangka mengantisipasi
penyalahgunaan pemberian kredit kepada pihak terkait, Bank Indonesia harus memiliki
persyaratan. Persyaratan tersebut mengatur bank untuk memberikan kredit kepada pihak
terkait dalam rentang pengendalian bank tersebut sehingga memungkinkan penerusan
10
kredit tersebut untuk dimonitor serta di ambil tindakan dalam menghadapi resiko
tersebut.
Bank Indonesia juga wajib menetapkan bahwa bank memiliki kecukupan
pengendalian internal yang sesuai dengan bidang dan skala bisnisnya. Hal ini meliputi
pengaturan yang jelas terhadap pendelegasian wewenang dan tanggung jawab,
pemisahan fungsi-fungsi, seperti penilaian aset dan kewajiban, proses rekonsialisasi,
pengamanan aset serta audit internal dan eksternal yang independen dan fungsi
kepatuhan untuk emnguji kemampuan kontrol terhadap hukum dan ketentuan yang
berlaku.
Saat ini Bank Indonesia tengah melakukan penyempurnaan sistem pengawasan
bank, dari sistem compliance (kepatuhan pada deregulasi) menjadi pengawasan risiko
(risk based supervision). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan bank
sejak dini. Selama ini BI melakukan pengawasan reaktif, yakni berdasarkan peraturan
saja (compliance), sehingga jika ada permasalahan di sebuah bank, baru akan deketahui
kemudian. Penyempurnaan pelaksanaan fungsi pengawasan ini merupakan salah satu
agenda pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi melalui kebijakan
(pemberdayaan) perbankan.
11
BAB III
Pembahasan Masalah
12
API menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka
memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997
menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan
perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi
gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan
nasional merupakan tantangan, bukan hanya bagi industri perbankan secara umum,
tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasannya.
Betitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih
kuat dan sebagai upaya lanjutan dalam program penyehatan perbankan yang saat ini
sedang berjalan, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan API. Pada
dasarnya, API merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan maupun
white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, Bank Indonesia mulai
menhumplementasikan API pada tahun 2004. melihat lingkup kebijakan dan
pembahasan yang harus dilakukan dan perlunya persiapan yang baik oleh bank-
bank dan Bank Indonesia dalam mengantidipasi perubahan dimaksud, maka
implementasi perubahan-perubahan tersebut akan dilakukan secara bertahap.
2. Sasaran API
Guna mempermudah pencapaian visi API, maka dijabarkan 6 (enam) sasaran
yang ingin dicappai. Keenam sasaran ini merupakan pilar untuk menunjang
pencapaian visi API yaitu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisian guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Keenam pilar terebut adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi
nasional yang berkesinambungan.
b. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan
mengacu pada standar intenasional.
c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang
tinggi serta memiliki ketahanan dalam menhadapi resiko
13
d. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi
internal perbankan nasional.
e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya
industri perbankan yang sehat.
f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
14
d. penilaian fit and proper test pemegang saham pengendali dan pengurus bank
e. penyetoran modal dan pengikatan perjanjian bagi bank-bank yang memenuhi
persyartan.
Dari pengamatan sebagian besar bank, bentuk-bentuk penyimpangan atas sikap
noncomplience (penyimpangan) terhadap ketentuan kehati-hatian terjadi dalam
berbagai bentuk, antara lain:
a. Pelanggaran ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
b. Proses pemberian kredit yang menyimpang dari ketentuan Bank
c. Indonesia mengenai asas pemberian kredit yang sehat sebagaimana tentang dalam
Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB)
d. Pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia mengenai larangan pemberian kredit
untuk kegiatan tertentu (seperti larangan pemberian kredit untuk pembelian saham,
pembelian tanah dan properti)
e. Pemberian jaminan/endorsement surat-surat berharga yang juga dilarang
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
f. Tidak melaksanakan fungsi audit intern dengan ketentuan
Bank Indonesia dalam upaya restrukturisasi dan penyehatan perbankan benar-benar
mencapai sasaran dan agar berkesinambungan setiap bank terus terpelihara
kesehatannya, maka dalam pelaksanaan restruturisasi perbankan disertai juga langkah-
langkah represif dan preventif untuk menegakkan ketaatan terhadap ketentuan
perbankan. Langkah-langkah represif dan preventif mencakup: pertama, melakukan
tindakan terhadap pemilik/pengurus bank yang terbukti telah melakukan pelanggaran
atas ketentuan kehati-hatian. Kedua, melakukan upaya pencegahan untuk memastikan
kepatuhan dan ketaatan pemilik/pengurus bank terhadap ketentuan perbankan.
15
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan
yang terjadi saat ini ?
Perbankan nasional dapt mengatasi segala perubahan dan tantangan yang
terjadi saat ini penerapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API menjadi
kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat
fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan bahwa
industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh
yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun
eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan,
bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia
sebagai otoritas pengawasannya.
16
Indonesia dapat melakukan penyempurnaan menajemen pengawasan dan
pengaturan perbankan.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus dapat melihat kekurangan dan kelebihan bank-bank yang ada
di Indonesia agar nantinya tidak mengahadapi masalah jika bank-bank yang telah
dipercaya tersebut mengalami kesulitan likuiditas dan kekurangan modal sehingga
tidak dapat memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum serta harus meminta
pertolongan Lembaga Penjamin Simpanan untuk mengembalikan dana masyarakat.
2. Bagi Bank Indonesia dan Pemerintah
Bank Indonesia dan Pemerintah seharusnya dari waktu-ke waktu senantiasa
melakukan penyesuaian terhadap peraturan dan pengawasan perbankan di Indonesia
agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat sesuai dengan praktik-
praktik internasional yang lazim (international best practice)
17
Daftar Pustaka
Siamat, Dahlan, Manajemn Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan (Edisi
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
http://bi.go.id
18