You are on page 1of 4

ASMA BRONKIAL

DIAGNOSIS

1. Diagnosis asma yang pasti baru dapat ditegakkan bila

 dapat dibuktikan bahwa serangan akut (batuk dan/atau sesak) berhubungan erat
dengan obstruksi saluran nafas yang reversibel (dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan PEFR atau FEV1)
 yang disebabkan inflamasi (dapat dibuktikan dengan pemeriksaan cairan bronkus
melalui bronkoskopi)

2. Terutama untuk penderita asma klasik yang serangan akutnya berupa sesak disertai
mengi, diagnosis asma sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisis saja
3. Pada bayi dan anak dengan serangan akut, diagnosis asma dapat ditegakkan bila :

 Anamnesis : Serangan akut seperti ini sudah terjadi 2 x atau lebih


 Pemeriksaan fisis : Mengi ekspirasi yang difus dan stadium ekspirasi memanjang
(normal : rasio inspirasi/ekspirasi = 2/1, pada asma menjadi 1/1
atau bahkan 1/2)

4. Kesulitan diagnosis dapat terjadi bila penderita


 Datang di luar serangan akut
 Mengalami serangan akut untuk pertama kali
 Serangan akut bukan sesak yang disertai mengi ekspirasi, melainkan hanya batuk
atau mengi ringan (asma varian)

5. Menghadapi 3 macam kasus terakhir diatas, untuk diagnosis asma dapat ditempuh
beberapa cara, yaitu :
Pemeriksaan 1
 Pada saat mengalami serangan akut diberikan bronkodilator kerja cepat, misalnya
adrenalin s.k. atau β-2-agonis s.k. atau secara inhalasi.
 Apabila serangan mereda atau berkurang, diagnosis asma dapat ditegakkan.
 Apabila serangan tidak berkurang, kemungkinan asma belum dapat disingkirkan,
mungkin bukan asma, serangan akut karena reaksi asmatik lambat (RAL), atau selain
serangan akut asma juga ada penyebab lain yang menyebabkan anak sesak dan/atau
batuk

Pemeriksaan 2
1. Pemeriksaan yang lebih mudah, murah, dan dapat dilaksanakan di rumah yaitu
dengan peak flow meter atau spirometer
2. Pemeriksaan ini dapat mengukur derajat obstruksi (hambatan terhadap aliran
udara) dalam lumen saluran udara besar/sentral dan saluran udara kecil/perifer.
3. Dengan pemeriksaan ini, diagnosis asma dapat ditegakkan apabila pada penderita
yang dicurigai asma didapatkan hasil PEFR dan/atau FEV1
 Dengan pemeriksaan secara berkala dalam waktu singkat terdapat variasi hasil
pengukuran > 20%
 Setelah diberi bronkodilator terjadi peningkatan > 20%

Pemeriksaan 3
1. Dengan bronchial provocation test
 hipersensitivitas (telah terjadi penurunan FEV1 > 20% pada konsentrasi
histamin yang rendah; lebih rendah dari untuk orang normal)
PATOFISIOLOGI

1. Akibat bronkospasme, timbunan sekret kental dalam lumen, edema dan infiltrasi sel
di dalam dinding → sumbatan parsial saluran nafas dengan derajat yang bervariasi.
2. Tergantung dari derajat penyempitan → dapat sesak ringan, hebat, atau hanya batuk-
batuk saja
3. Derajat beratnya penyempitan dapat diukur dengan
I. flow meter yang hasilnya ditulis sebagai peak expiratory flow rate
(PEFR)/deras arus puncak ekspirasi atau
II. spirometer yang hasilnya ditulis sebagai forced expiratory volume in 1 second
(FEV1)
4. Apabila penyumbatannya cukup hebat sehingga mengganggu pertukaran O2 dan CO2

→ terjadi hipoksemia/hipoksia jaringan dengan atau tanpa hiperkarbia.


5. Karena difusi CO2 lebih baik (20.7x) dari O2, maka hiperkarbia baru terjadi pada

serangan akut asma yang telah lanjut, sedangkan hipoksemia sudah terjadi pada awal
serangan.
6. Karena itu, asidosis yang terjadi pada serangan akut stadium awal (belum mengalami
gagal nafas kronik) adalah asidosis metabolik akibat peningkatan asam piruvat/ laktat;
asidosis respiratorik baru pada stadium lanjut.
7. Akibat hipoksia/hiperkarbia serangan akut asma berat → terjadi sianosis, penurunan
kesadaran, kelemahan otot ekstremitas atau pernafasan dan gagal nafas
DIAGNOSIS BANDING

I. Bronkiolitis
 Perlu dipikirkan bila bayi < 2 th mengalami serangan mengi dan sesak untuk
pertama kali.
 Untuk membedakan bronkiolitis dengan serangan akut asma yang pertama kali
dapat dilakukan tes adrenalin.
 Bila sesak segera menghilang, diagnosisnya asma akut serangan pertama, tapi bila
tidak membaik kemungkinan asma belum dapat disingkirkan

II. Aspirasi benda asing (susu, makanan dll)


 Pada anamnesis ada riwayat keselek

III. Tuberkulosis kelenjar yang menekan trakea atau bronki


 kadang-kadang menyebabkan mengi persisten

IV. Tumor atau kista di mediastinum

V. Sindroma hiperventilasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

I. Faal paru (peak flow meter mini dan atau spirometer)


 Untuk menetapkan ada tidaknya serta derajat hiperreaktivitas bronkus.
 Selain untuk menegakkan diagnosis, juga berguna untuk evaluasi perjalanan
penyakit atau keefektivan terapi
II. Radiologi
 Untuk menyingkirkan diagnosis banding dan mendeteksi ada tidaknya penyulit
(atelektasis, emfisema, pneumotoraks, bronkiektasis)

III. IgE dan radio allergosorbent test (RAST)


 bila memungkinkan
IV. Tes kulit

You might also like