You are on page 1of 25

2.2.

1 judul penelitian

PENGARUH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA

MODAL pada kabupaten/kota Se Jawa Timur

2.2.2 Latar belakang

Berbagai ketimpangan antar daerah dan pembagian sumber daya alam yang

tidak tepat sasaran di masa sentralisasi menyebabkan banyaknya masyarakat yang

tidak puas dengan sistem pemerintahan tersebut. Beberapa persoalan

ekonomi politik yang menonjol antara lain: hubungan keuangan

Pusat-Daerah; arus sumberdaya keluar (resource outflows)

berlebihan dari daerah-daerah kepusat serta dari suatu daerah ke

daerah-daerah lainnya; arus dana keluar (financialoutflows) dari

daerah ke pusat serta dari daerah ke daerah-daerah lainnya; serta

distribusi investasi dan nilai tambah industri yang sangat tidak

merata (INDEF’s Policy Assessment). Persoalan-persoalan tersebut membuat

banyaknya tuntutan rakyat untuk mengubah sistem pemerintahan yang terpusat

menjadi sistem pemerintahan yang lebih bebas dan demokrasi dimana masyarakat

lebih bebas untuk mengolah sumber dayanya dan mengatur pemerintahan daerahnya

sendiri.

Berlakunya UU 22/1999 (direvisi menjadi UU 32/2004) tentang

dilaksanakannya otonomi daerah di Indonesia diharapkan menjawab berbagai


permasalahan . Berlakunya otonomi daerah menandai perubahan sistem

pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dimana daerah dapat mengelola

sumber daya daerah sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat.. Dalam

pelaksanaan otonomi daerah pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban

untuk mengatur pemerintahannya sendiri dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat ( UU 32/2004).

Pada pelaksaaan otonomi daerah anggaran bersifat sangat penting, karena

pemerintahan daerah menggunakan anggaran sebagai dasar untuk mengestimasi

pendapatan yang diterima dan perkiraan pengeluaran yang dilakukan pemerintah

untuk menjalankan pemerintahan. GASB yang dikutip wilkpedia Indonesia,

menjelaskan anggaran adalah “rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi

pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk

membiayainya dalam periode waktu tertentu.”

Anggaran harus disusun sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang tercantum

dalam UU32/2004 yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan

anggaran harus memperhatikan kebutuhan publik dan pelayanan publik, hal tersebut

sesuai dengan sifat anggaran daerah sebagai bagian dari akuntansi daerah yang juga

bagian akuntansi sektor publik ( Halim 2004). Dessyaanggraini menjelaskan bahwa

sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan

dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan hak publik. Untuk itu dalam penyusunan anggaran

pemerintah diharapkan mampu mengalokasikan penerimaan daerahnya untuk


kepentingan masyarakat. Stine (1994) dalam Darwanto dan Yulia menyatakan bahwa

penrimaan pemerintahan hendaknya lebih banyak untuk progam-progam pelayanan

publik.

Dalam UU no 33 tahun 2004 menjelaskan Anggaran untuk pemerintah

daerah di Indonesia disebut sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD). Berdasar penjelasan UU no 33 tahun 2004 tersebut pemerintah daerah

berhak mendapatkan sumber pendapatan lain selain pendapata asli daerah, yaitu

dana transfer dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan . Pemberian dana

perimbangan bertujuan untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan)

kesenjangan fiskal antar-pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan

publik minimum di seluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al, dikutip dari sukri

abdulah dan abdul halim)

Dalam beberapa penelitian mengungkapkan jika pemerintah terlalu

bergantung pada tranfer pemerintah pusat untuk melakukan operasional daerahnya

sehngga pemerintah kurang memperhatikan pendapatan asli daerahnya. Sidik et all

2002 yang dikutip Novi maulida mengungkapkan jika transfer dari Pempus menjadi

sumber utama dari pemerintah daerah untuk membiyayai daerah yang seharusnya

kekurangan dari dana transfer tersebut diperoleh dari sumber pendapatan

sendiri( pendapatan asli daerah). Simanjuntak dalam Siti Ani Markifah menunjukan

dalam kurun waktu 2002-2006 proporsi dana transfer pemerintah pusat pada

kabupaten/ kota di Jawa timur mencapai 70% sedang sumber penerimaan asli daerah

tidak lebih dari 20% .


Dalam pengalokasian penerimaan asli daerah dan dana transfer pemerintah

pusat, pemerintah daerah di harapkan mampu mengalokasikan anggarannya untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang baik. Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan perubahan alokasi anggaran dari belanja rutin

ke belanja modal yang lebih banyak. Alokasi belanja modal yang lebih besar untuk

infrastuktur diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang akan

berpengaruh pada peningkatan minat investasi pada suatu daerah. Peningkatan minat

investasi suatu daerah akan meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan

yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat . Wong (2004)

dalam David Harianto dan Priyo Hadi menunjukan jika kenaikan pajak daerah

dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur. Mardiasmo( 2002) menjelaskan

semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas

layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik

terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD

Pada kenyataannya alokasi untuk belanja modal jauh lebih sedikit daripada

belanja rutin. Nota keuangan RAPBN total 2010 menunjukan bahwa alokasi belanja

gaji pemerintah daerah 2010 mencapai 50, 7% sedang untuk belanja modal hanya

21,9% (Jawa Pos 2010). Max dalam Jawa Pos tersebut mengungkapkan dalam kurun

waktu 2005- 2011 dana perimbangan rata-rata mengalami kenaikan rata-rata 22,6 %

tetapi belum menunjukan dampak yang berarti bagi infrasturktur. Pada periode 2007-

2010 dana APBD lebih banyak dialokasikan pemerintah daerah untuk belanja

pegawai dengan proporsi paling besar dibanding belanja modal, hibah, DBH & Bk,
dan belanja lain-lain, hanya pada 2008 saja belanja modal mempunyai proporsi

tertinggi.

Besaranya porsi belanja seperti rutin seperti belanja pegawai yang jauh

melebihi belanja modal pemerintah daerah menunjukan bahwa penyusunan APBD

bersifat konsumtif . Pemerintah lebih baik mengurangi pengeluaran konsumtifnya

dan mengalokasikan dana yang diterimanya untuk keperluan yang lebih bermanfaat

bagi kesejahteraan masyarakat. Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja

hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas

pembangunan, ( Darwanto dan Yulia 2006).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Darwanto dan Yulia,

bermaksud untuk melihat pengaruh PAD dan dana perimbangan yang diterima dari

pemerintah pusat terhadap alokasi belanja modal oleh pemerintah daerah . Pada

penelitian sebelumnya Darwanto dan Yulia menunjukan DAU dan PAD untuk

daerah Bali dan Jawa tahun 2004-2005 memiliki pengaruh signifikan terhadap

belanja modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui apakah dana perimbangan

dan PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal mengingat

besarnya pengalokasian dana perimbangan dan PAD untuk keperluan yang lebih

konsumtif seperti belanja pegawai.


2.2.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok

permasalahannya sebagai berikut:

1. Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap pengalokasian

anggaran Belanja Modal di Kabupaten/Kota se JawaTimur

2. Dana perimbangan berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran

Belanja Modal di Kabupaten/Kota se JawaTimur

3. Adanya Fliper-efect terhadap pengalokasian belanja modal di

Kabupaten/Kota se Jawa Timur

2.2.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PAD dan Dana

perimbangan berpengaruh positif terhadap belanja modal kabupaten/kota se Jawa

Timur 2007/2008 . Serta untuk mengetahui pakah terjadi Flyper effect pada pengaruh

PAD dan dana perimbangan terhadap belanja modal se Jawa Timur 2007/2008.

2.2.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak yaitu:
1. Bagi Pemerintahan Daerah

Memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam hal

penyusunan kebijakan di masa yang akan datang.

2. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dari informasi yang diperoleh,

serta menambah pengalaman peneliti dalam bidang penelitian.

3. Bagi Dunia Pendidikan.

Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan

bahan pembelajaran dan untuk kemajuan pendidikan.


2.2.6 Kajian Pustaka

2.2.6.1 Kajian Teori

Dalam melaksanakan pemerintahan otonomi daerah pemerintah daerah harus

mengutamakan kesejahteraan masyarakat daerah, sesuai dengan tujuan otonomi

daerah yang tercantum dalam undang-undang . Pemerintah daerah juga dituntut

untuk dapat memenuhi kebutuhan dan hak publik melalui pelayanan publik yang

baik.

Pada pelaksanaan otonomi daerah APBD menjadi pedoman pemerintah

daerah untuk melakukan kegiatan pemerintahan. Darwanto dan Yulia

mengungkapkan jika anggaran merupakan hal penting di lingkungan pemerintah

karena anggaran sangat mempengaruhi kinerja pemerintah dalam memberikan

pelayanan publik kepada masyarakat. . Halim 2004 menyatakan bahwa “ besarnya

kecilnya dana yang tercantum dalam APBD akan mencerminkan peranan pemerintah

dalam perekonomian dan pelayanan masyarakat suatu Negara atau daerah.”

APBD harus disusun dengan memperhatikan pemenuhan hak dan kebutuhan

publik akan tetapi harus mempertimbangkan keseimbangan antara sumber daya dan

alokasinya sehingga tidak memberikan keborosan pada daerah. APBD harus

disusun dengan memperhatikan aspek ekonomis, efisiensi,efeftivitas (value for

money ) . Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk selalu memperhatikan tiap

sen/rupiah dana (uang) yang digunakan diperoleh dan digunakan ( Halim 2004)
a. Belanja Modal

Dalam Mardiasmo 2002 menjelaskan anggaran sektor publik terbagi menjadi

dua, yaitu anggaran operasional dan anggaran modal. Dalam penjelasannya anggaran

operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam

menjalankan pemerintahan.. Sedangkan anggaran modal menunjukan rencana jangka

panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan ,kendaraan,

perabot dan sebagainya.

Belanja Modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun

anggaran dan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan

konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan(Halim

2004).

Dalam pengalokasian belanja modal keterbatasan sumber daya menjadi

masalah utama, pengalokasian sumberdaya merupakan permasalahan dasar dalam

penganggaran sektor publik (Key 1940 dalam Fozzard, 2001) yang dikutip Darwanto

dan Yulia. Dalam Mardiasmo 2002 menyatakan adanya keterbatasan sumberdaya

menyebabkan pemerintah tidak dapat memenuhi seluruh permintaan publik.

Keterbatasan sumber daya menyebabkan alokasi sumber daya untuk suatu bidang

menyebabkan pengurangan jumlah alokasi untuk bidang lain. Dalam pengalokasian

biaya modal pemerintah harus memutuskan bidang mana yang dianggap perlu untuk

dapat memenuhi kebutuhan dan hak publik. Anggaran berfungsi sebagai alat politis
yang digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan tersebut

(Mardiasmo 2002).

b. Pendapatan asli daerah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah pemerintah daerah dituntut untuk dapat

mengalokasikan sumber daya daerahnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan hak

publik.

Pemerintah diharapkan mampu mengelola sumber daya daerah dan

memberdayakan masyarakatnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli

daeeahnya. Untuk dapat memberikan pelayanan publik yang baik dan memenuhi hak

publik, maka diperlukan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan keuangan

sendiri yakni dengan upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan

meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada maupun dengan penggalian

sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan

kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Halim, 2004 dalam Siti Anni markifah

mengungkapkan bahwa untuk memberikan pelayanan publik yang baik dan

memenuhi hak publik diperlukan peningkatan pendapatan asli daerah dengan tetap

memperhatikan potensi dan kondisi ekonomi masyarakat .

Sumber-sumber pendapatan asli daerah berdasarkan UU No 32 tahun 2004

a. Hasil Pajak Daerah

b. Hasil Retribusi Derah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah


a. pajak daerah.

Berdasar penjelasan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan .

Berdasar undang-undang tersebut pajak daerah terbagi menjadi dua

yaitu:pajak provinsi dan pajak kabupaten. Pajak provinsi adalah pajak daerah yang

dipungut oleh pemerintah daerah tingkat provinsi, pajak yang masih berlaku sampai

saat ini. Sedangkan pajak kabupaten/kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh

pemerintah daerah tingkat II yakni pemerintah daerah kabupaten/kota.

b. Retribusi daerah

Dalam Bambang Kesit 2003 menjelaskan bahwa yang dimaksud restribusi

daerah adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

c. Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Dalam pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya alam, sumber

daya manusia dan sektor industri pemerintah pusat teralu menguasai sektor-sektor

tersebut sehingga pemerintah daerah terlalu tergantung pada pemerintah pusat.


Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat mengelola

kekayaannya sendiri untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan peningkatan

kesejahteraan masyarakatnya.

d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah.

Dalam tesis skripisnya Siti Ani Markifah menjelaskan bahwa sumber

pendapatan lain-lain PAD yang sah adalah pendapatan yang berasal dari dinas-dinas

daerah serta pendapatan-pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh

pemerintah daerah

Lain-lain PAD yang sah berdasarkan penjelasan UU no 33 tahun 2004 terdiri

dari

a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;

b. jasa giro;

c. pendapatan bunga;

d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan

e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

c. Dana Perimbangan

Berdasar UU no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintahan pusat dan daerah bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam rangka negara

kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan


pemerintah daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis,

adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan

daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara

penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan

keuanganya.

Berdasarkan UU no 33 tahun 2004 Dana perimbangan yang diperoleh

pemerintah daerah terdiri dari dana alokasi

a. Dana bagi hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

a. Dana bagi hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi (UU no 33 tahun

2004).Dalam undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Dana bagi hasil terbagi

menjadi 2 yaitu dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan bersumber dari

sumber daya alam.

Berdasarkan undang no 33 tahun 2004 Dana bagi hasil yang bersumber

berasal dari pajak terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal

29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Sedangkan Dana

Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari kehutanan
pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas

dan pertambangan panas bumi.

b. Dana Alokasi Umum

Menurut penjelasan UU no 33 tahun 20004 yang dimaksud Dana Alokasi

umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke

daerah untuk membiyayai kebutuhan daerah dan untuk memeratakan kemampuan

keuangan antar daerah dalam rangka desentralisasi.

Dana alokasi umum besarnya tidak akan sama untuk tiap daerah . Daerah

yang mempunyai pendapatan asli daerah rendah akan mendapatkan dana alokasi

umum yang tinggi, sebaliknya daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah

tinggi akan mendapatkan dana alokasi umum yang rendah hal tersebut sesuai dengan

penjelasan pembagian DAU dalam UU no 33 tahun 2004

c. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber

dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan

untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan

sesuai dengan prioritas nasional. pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional ( UU no 33 tahun 2004)


2.2.6.2 Penelitian terdahulu dan penarikan hipotesis

Penelitian tentang pengaruh PAD dan dana perimbangan telah banyak

dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu . Holtz-Eakin et. al. (1985) dalam Darwanto

dan Yulia mengungkapakan keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah

pusat dengan belanja pemerintah daerah. Aziz et al, 2000; Doi, 1998; Von

Furstenberg et all dalam Bambang Kesit 2004 mengajukan hipotesis bahwa

pendapatan daerah (terutama pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja

pemerintah daerah dikenal dengan nama tax spend hypothesis.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Mustika Sari),.

menunjukan bahwa besarnya Belanja Modal dipengaruhi oleh jumlah pendapatan

asli daerah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Dari hasil penelitian tersebut,

menunjukkan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.

Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Gunawan Simanjuntak dan Erlina di Sumatra

Utara yang menunjujan bahwa dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadapa

belanja modal.

a. Pengaruh PAD terhadap belanja modal

Studi tentang pengaruh pendapatan daerah (local own source revenue)

terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan (misalnya Aziz et al, 2000;

Blackley, 1986; Joulfaian & Mokeerjee, 1990; Legrensi & milas, 2001; Von

Furstenberg et al, 1986) dalam Maemunah 2006. Hoover & Sheffrin (1992), dalam

Bambang Kesit 2004 secara empiris menemukan bahwa pada pertengahan 1960an
pajak berpengaruh terhadap belanja daerah sedang untuk sampel sesudah tahun

1960an menunjukan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap belanja daerah

Syukri Abdulah dalam Darwanto dan Yulia(2006) mengungkapkan adanya

penambahan alokasi spread PAD untuk belanja modal dalam pembangunan infrastruktur

tetapi terjadi penurunan dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Penelitian

Bambang Kesit (2004) menunjukan jika PAD berpengaruh positif dan signifikan

terhadap belanja daerah. Hal tersebut dierkuat oleh penelitian Darwanto dan Yulia

(2006) yang mengungkapkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan

terhadap alokasi belanja modal.

Berdasar analisis-analisis diatas, hipotesis yang disusun untuk melihat

pengaruh Pendapatan asli daerah terhadap Belanja modal adalah :

H1a : PADt berpengaruh positif terhadap BM t

H1b : PADt-1 berpengaruh positif terhadap BM t

b Pegaruh Dana perimbangan terhadap belanja modal

Holtz-Eakin et. al. (1985) dalam Darwanto dan Yulia mengungkapakan

keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja

pemerintah daerah dan modal.Studi Legrenzi & Milas (2001) dalam Abdullah dan

Halim (2003) menemukan bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer

berpengaruh terhadap belanja modal. Dalam jurnalnya Abdulah dan Halim

mengungkapkan bahwa pengurangan jumlah transfer dapat menyebabkan penurunan

dalam pengeluaran belanja daerah .


Penelitian David Priyo dan Priyo Hadi menunjukan jika DAU berpengaruh

dan signifikan terhadap belanja modal. Sejalan dengan penelitian tersebut Gunawan

dan Erlina juga menunjukkan bahwa , dana perimbangan berpengaruh signifikan

terhadap belanja modal.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut diatas, maka hipotesis alternative untuk

melihat pengaruh dana perimbangan terhadap alokasi anggaran belanja modal adalah

sebagai berikut:

H2a DP t berpengaruh positif terhadap BM t

H2b DP t-1 berpengaruh positif terhadap BM t

c. Flypaper Effect

Flypaper effect adalah suatu kondisi dimana stimulus terhadap pengeluaran

daerah yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam jumlahtransfer dari pemerintah

pusat lebih besar dari pada stimulus yang disebabkan oleh perubahan pendapatan

(Bambang kesit 2004).

Aaberge & Langorgen (1997) dalam Bambang Kesit 2004 menganalisis

mengenai perilaku fiskal dan belanja pemda dengan simultaneous setting dan

menemukan adanya flypaper effect dalam respon daerah . Deller et al (2002) dalam

Maemunah menemukan jika peningkatan pengeluaran perkapita lebih besar berasal dari

dana bagi hasil daripada pengeluaran yang berasal dari pendapatan perkapita . Legrenzi

& Milas (2001) dalam Bambang kesit 2004 juga menemukan adanya flyper-effect

pada jangka panjang di municipalitis Italia. . Legrenzi & Milas dalam Bambang
Kesit (2004) menyatakan bahwa local governments consistently increase their

expenditure more with respect to increase instate transfer rather than to increase in

own revenues .

Dalam penelitian Syukri Abdulah dan Halim (2004) di Jawa dan Bali

menemukan adanya flyper efect pada pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja

daerah. Penelitian Memunah (2006) juga menemukan adanya flyper efect pada

belanja bidang kesehatan dan belanja bidang pekerjaan umum dan infrastruktur.

Dari uraian diatas hipotesis untuk melihat adanya flypaper effect, yaitu :

H3a : Pengaruh DPt terhadap BMt lebih besar dari pada pengaruh

PADt terhadap BMt

H3b : Pengaruh DPt-1 terhadap BMt lebih besar dari pada pengaruh

PADt-1 terhadap BMtdaerah

2.2.7 Hipotesis penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka

hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1a : PADt berpengaruh positif terhadap BM t

H1b : PADt-1 berpengaruh positif terhadap BM t

H2a : DP t berpengaruh positif terhadap BM t

H2b :DP t-1 berpengaruh positif terhadap BM t


H3a : Pengaruh DPt terhadap BMt lebih besar dari pada pengaruh

PADt terhadap BMt

H3b : Pengaruh DPt-1 terhadap BMt lebih besar dari pada pengaruh

PADt-1 terhadap BMtdaerah.

2.8 METODE PENELITIAN

a. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berupa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah

Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2007-2008 yang berupa realisasi Belanja Modal,

realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dari masing -masing pemerintah

Kabupaten/Kota yang ada di Jawa dan Bali yang diperoleh dari BPS Jakarta

- Variabel Penelitian

Variabel terikat (Dependent Variabel) dalam penelitian ini adalah Belanja

modal dan variabel bebas ( Independent Variabel ) adalah Pendapatan Asli Daerah

dan Dana perimbangan adalah sebagai berikut :

1. Belanja Modal

Menurut Halim yang dikutip Gunawan Simanjuntak dan Erlina (2004: 73),

“Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan

selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan

pada kelompok belanja administrasi umum”.


2 Pendapatan asli daerah

Pendapatan asli daerah adalah mer upakan penerimaan yang diperoleh daerah

yang bersumber sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain -lain yang sah (Mardiasmo, 2002).

3 Dana perimbangan

Berdasarkan UU no 32 tahun 2004 bahwa pemerintah daerah berahak

mendapat Dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum

dan dana alokasi khusus.

Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam

mendanai kewenangannya juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber

pendanaan pemerintah antara pemerintah pusat dan daerah serta untuk mengurangi

kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah , komponen dan perimbangan

merupakan system transfer dari pemerintah serta merupakan kesatuan yang utuh.

b. metode analisis data

Pengujian atas hipotesis penelitian menggunakan model regresi sederhana

(simple regression) dan regresi berganda (multiple regression) Regresi sederhana

dipakai untuk melihat hubungan PAD terhadap belanja modal dan pengaruh jumlah

DP dan PAD terhadap belanja modal secara cross-section dengan persamaan :


Y = a + b1X1 + e,

Dimana :

Y : Belanja Modal

a : Konstanta

b1 : Koefisien Regresi

X1 :, PAD atau Dana Perimbangan

e : Kesalahan Estimasi.

Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah

komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak mempengaruhi

Belanja modal. Persamaan regresinya adalah Y = a + b1 X1i + b2 X2i + e, dengan b1, b2

adalah koefisien regresi, X1i adalah DP (atau DPt-1) dan X2i adalah PADt (atau PADt1).

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect, maka efek DP terhadap BM

dibandingkan dengan efek PAD terhadap BM. Untuk regresi berganda, dibandingkan

koefisien regresi dan nilai t-statistic untuk masing-masing variabel. Apabila efek DP

terhadap Belanja Modal lebih besar daripada efek PAD, maka dapat disimpulkan

terjadi flypaper effect


2.9 Sistematika Pembahasan

Dalam proposal penelitian Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal memuat beberapa hasil

penelitian dengan sistem pembahasan sebagai berikut

2.2.2 Latar belakang

Bab ini menjelaskan latar belakang , rumusan masalah, manfaat dan tujuan

penelitian

2.2.6 Kajian Pustaka

Memuat teori-teori yang berhubungan yang menjadi dasar dan menjelaskan

masing-masing variable dalam penelitian pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan

dana perimbangan terhadap Pengalokasian Belaja Modal .

2.8 Metode penelitian

Bab ini menjelaskan tentang karateristik data dan sumber data diperoleh,

serta metode analisis data menggunakan regresi sederhana untuk Pengujian atas

hipotesis penelitian menggunakan model regresi sederhana (simple regression) dan

regresi berganda (multiple regression) Regresi sederhana dipakai untuk melihat

hubungan PAD terhadap belanja modal dan pengaruh jumlah DP dan PAD terhadap

belanja modal secara cross-section Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk

memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara

serentak mempengaruhi Belanja modal Untuk menentukan apakah terjadi flypaper

effect, maka efek DP terhadap BM dibandingkan dengan efek PAD terhadap BM.
2.3 Daftar Pustaka

_______,Separo dana APBD Habis untuk Gaji PNS, Jawa Pos, 23Agustus 2010

_______, Gejolak tuntutan ekonomi daerah, Perspektif Ekonomi Politik &


Implikasinya, INDEF’s Policy Assessment, September 1998.

Anggaran Sektor Publik”, Wilkpedia Indonesia, 2010,


(http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Sektor_Publik)

Bps Jakarta, Statistik Keuangan Pemda Kabupaten/Kota 2007/2008, CV Aditia


Indah Nusantara, Jakarta, 2009

Darwanto dan Yulia, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah


dan Dana Perimbangan terhadap pengalokasian Anggaran Belanja Modal
pada kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali, SNA X, Unhas Makasar 26-28 Juli
2007

Deyyasa Anggrein’is, Karateristik dan lingkungan sektor publik,


DeyyasaAnggreinisblogs,
http://dessyanggraini.wordpress.com/2010/03/02/karakteristik-dan-
lingkungan-sektor-publik/

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, ed Ketiga, BP


UNDIP, Semarang, 2005

Gunawan dan Erlina. Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat terhadap Belanja Modal
pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatra Utara, Jurnal akuntansi 20,
Fakultas Ekonomi USU, Departemen Akuntansi 2008

Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik ,Akuntansi Keuangan Daerah ,ed Revisi
Salemba Empat, Jakarta, 2004.

Hariyanto, David dan Adi Priyo Hadi. 2007. Hubungan Antara Dana AlokasiUmum
Belanja Modal Pendapatan Asli Daerah Dan Pandapatan Perkapita.
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar

Maimunah, Mutiara, Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota
Di Pulau Sumatra, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang 23-26 Agustus
2006.
.
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002
Novi maulida, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah,(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota di
Indonesia), Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta 2007

Opick , Trend Belanja APBD 2007-2010 Provinsi, Direktorat Jendal Keuangan,


Jakarta,2010 ,

Prakosa, Kesit Bambang, Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah (studi
empiric di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY), JAAI Vol. 8 No. 2, 2004.

Siti,Markifah, Analisis Perimbangan Peuangan Pemerintah Pusat dan Daerah (studi


kasus : di Kabupaten Tulungagung ), Skripsi S-1, Departemen Ekonomi
Departemen Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,2008

Sukriy dan Halim (c), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah:Studi Kasus
Kabupaten/Kota Di Jawa dan Bali, Simposium Nasional Akuntansi VI:1140-
1159, Surabaya 16-17 Oktober 2003

UU no 32 Tahun 2004

UU no 33 Tahun 2004

You might also like