You are on page 1of 26

10

dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas pembelajaran adalah

mengkondisikan lingkungan belajar. Ketiga, adanya pengakuan terhadap bakat

peserta didik. Hall dalam Mulyasa (2003: 50) menyatakan bahwa setiap peserta

didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu

yang cukup. Dalam hal ini, perbedaan antara peserta didik yang pandai dengan

yang kurang hanya terletak pada masalah waktu, peserta didik yang kurang

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari sesuatu atau

memecahkan suatu masalah, sementara yang pandai bisa lebih cepat

menyelesaikannya.

Terdapat enam karakteristik yang dapat diidentifikasi dan perlu

diperhatikan dalam KBK, yaitu sistem pembelajaran individual dengan modul

atau paket belajar; menggunakan sumber belajar yang bervariasi, menekankan

pada pengalaman lapangan, menggunakan strategi belajar individual personal,

memberikan kemudahan belajar, dan pengembangan model belajar tuntas.

Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi ini memberikan implikasi terhadap

pembelajaran peserta didik di sekolah. Pertama, pembelajaran perlu lebih

menekankan pada kegiatan individual meskipun dilakukan secara klasikal dan

perlu memperhatikan perbedaan peserta didik. Kedua, perlu diupayakan

lingkungan belajar yang kondusif dengan metode dan media yang bervariasi

sehingga memungkinkan setiap peserta didik belajar dengan tenang dan

menyenangkan. Ketiga, pembelajaran perlu memberikan waktu yang cukup

terutama dalam penyelesaian tugas atau praktek agar setiap peserta didik dapat

mengerjakan tugas belajarnya dengan baik (Mulyasa, 2003: 51-54).


11

b. Pembelajaran Kimia

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat,

perubahan serta energi yang menyertai perubahan materi sehingga mampu

menjelaskan fenomena-fenomena makro yang terjadi secara mikro (molekuler)

(Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, 2003:7). Berkaitan dengan pembelajaran

kimia di kelas, Kean dan Middlecamp (1985: 5-8) menyatakan bahwa ilmu kimia

yang dipelajari di kelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Ruang lingkup kimia sebagian besar bersifat abstrak.

Atom, molekul, elektron dan ikatan kimia yang tidak kasat mata menjadi

ciri khas ilmu kimia. Kemampuan membentuk gambaran konkret dapat membantu

siswa mempelajari konsep-konsep kimia.

b) Merupakan penyederhanaan dari objek kimia yang sebenarnya

Keseluruhan materi di alam membentuk suatu sistem kompleks yang rumit

dan sukar untuk dipelajari. Pembelajaran kimia di kelas merupakan persiapan

siswa untuk memecahkan masalah kimia di kehidupan sehari-hari; guna

membantu siswa membangun dasar kemampuan tersebut banyak penyederhanaan

dilakukan, misalnya dengan menganggap bahwa zat yang dipelajari merupakan

zat murni atau mengandung dua atau tiga zat kimia saja.

c) Tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal numerik

Mempelajari deskripsi seperti mengingat fakta kimia, memahami istilah

khusus dan aturan kimia merupakan aspek penting dalam mempelajari ilmu kimia

karena seringkali menentukan cara suatu soal-soal numerik (angka) harus

diselesaikan.
12

d) Materi pelajaran kimia bersifat berurutan dan berkembang dengan cepat.

Beberapa materi pelajaran kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu

karena menjadi prasyarat untuk memahami materi berikutnya. Hilangnya

kesempatan untuk menguasai suatu materi dari beberapa materi yang berkaitan

akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa secara keseluruhan. Misalnya siswa

tidak dapat menghitung jumlah hasil reaksi (produk) dari suatu reaksi yang

diberikan tanpa mengusai hukum-hukum dasar kimia terlebih dahulu.

Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut di atas, maka proses

pembelajaran kimia di kelas haruslah menggunakan metode yang sesuai dengan

karakteristik konsep/materi kimia itu sendiri. Misalnya untuk konsep yang bersifat

abstrak diajarkan melalui pendekatan konstruktivis dengan menggunakan analogi

inkuiri; untuk hitungan seperti konsep stoikiometri dapat menggunakan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang

mampu mengaitkan masalah keseharian dengan pemahaman konsep kimia,

sedangkan untuk kimia terapan dapat menggunakan pendekatan sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat (salingtemas) atau SLTM. Proses pembelajaran kimia

yang demikianlah yang diharapkan berkembang pada pelaksanaan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) di sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas,

2003: 12).

Perkembangan materi pembelajaran terjadi sejalan dengan perkembangan

yang dicapai ilmu kimia yang sebenarnya di lapangan. Demikian pula

pembelajaran kimia dan berbagai komponennya seperti guru, metode dan media,

siswa, dan lingkungan belajar bukanlah sesuatu yang statis. Perubahan komponen-
13

komponen tersebut dapat dipicu oleh perkembangan ketatanegaraan, psikologi,

ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat, dan kebutuhan masyarakat terhadap

produk pendidikan, khususnya pada mata pelajaran kimia. Pembelajaran kimia

serta teknologi pembelajaran kimia tidak dapat dilepaskan antara satu dengan

yang lain, sehingga perubahan pembelajaran kimia terjadi beriringan dengan

kecenderungan baru (trend) teknologi pembelajaran kimia. Menurut Sukardjo

(2002: 7) trend pembelajaran dan teknologi pembelajaran kimia akan terjadi

antara lain sebagai berikut:

a) Materi pembelajaran kimia bertambah banyak mencapai dua

atau tiga kali lipat dalam kurun waktu 10-15 tahun dengan jam pelajaran yang

tetap, sehingga hanya materi-materi esensial yang dipilih guna mendukung

tujuan pengajaran terkait dan siswa diwajibkan untuk memiliki buku ajar.

b) Pengelompokan kelas yang bermula bersifat klasikal

cenderung berubah menjadi kelompok bahkan individual. Pembelajaran

klasikal biasanya menggunakan buku ajar yang berisi seluruh konsep yang

harus dipelajari siswa secara bersama-sama. Pembelajaran kelompok atau

individual cenderung menggunakan buku ajar yang berisi satu konsep dalam

bentuk paket-paket belajar. Dengan paket belajar ini, siswa dapat belajar

mandiri. Pembelajaran seperti ini akan berpengaruh pada sistem penilaian

yang semula berdasarkan kurva normal cenderung berubah pada kriteria

belajar tuntas (mastery learning).

c) Materi pembelajaran yang semula berupa media konvensional

cenderung berubah menjadi media elektronik. Penggunaan cassette recorder,


14

overhead projector, komputer dan sejenisnya menjadikan pembelajaran

sangat efektif dan efisien.

Adanya kecenderungan baru ini hendaknya ditanggapi dengan bijak, yakni

dengan melakukan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran kimia sehingga

pendidikan di Indonesia secara umum dapat menyusul kemajuan pendidikan di

negara-negara lainnya.

c. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan seorang pengajar

untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswanya (Sutiman, 2004: 49).

Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah kegiatan berkomunikasi; guru

bertindak sebagai pemberi pesan yang berusaha menyampaikan pesan berupa

pengetahuan atau kemampuan baru yang harus dimiliki oleh peserta didik selaku

penerima pesan. Agar komunikasi dalam proses belajar dapat berjalan efektif

diperlukan media atau alat bantu pembelajaran yang dipilih secara tepat dan

sesuai dengan tujuan pembelajaran (Mulyati Arifin, dkk; 2003: 160). Penggunaan

media pembelajaran merupakan salah satu strategi yang diterapkan guru untuk

menyampaikan materi pembelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang

diharapkan akan dapat dikuasai oleh anak didik secara efektif dan efisien

(Sutiman, 2004: 42).

Media pembelajaran dikatakan dapat membantu proses pembelajaran

menjadi lebih efektif dan efisien karena media pembelajaran membantu guru

merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis sehingga


15

penyajian informasi atau keterampilan dapat secara utuh dan lengkap, sederhana,

lebih mudah, serta sesuai dengan kemampuan dan alokasi waktu yang tersedia.

Bagi siswa, penggunaan media pembelajaran dapat membantu mengaktifkan

fungsi psikologis dalam diri seperti pemusatan dan mempertahankan perhatian,

memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera) siswa, serta

mendorong belajar mandiri (mempercepat konstruksi/rekonstruksi kognitif siswa);

sehingga dapat mempercepat keberlangsungan proses belajar-mengajar (Mulyati

Arifin,dkk; 2003:164).

Komponen media pembelajaran terdiri atas dua unsur penting, yakni

peralatan (hardware) dan bahan pelajaran (software) yang harus dikuasai siswa

guna mencapai kompetensi dasar tertentu. Hal ini menyebabkan media belajar

dapat memiliki dua fungsi, yakni sebagai alat bantu pembelajaran dan sekaligus

sebagai sumber belajar. Berbagai jenis media pembelajaran yang tersedia dapat

dikategorikan menjadi media visual tanpa proyeksi, media visual dengan

proyeksi, media audio, serta media audio visual (Winkel, 1996: 287). Menurut

Sutiman (2004: 49) penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan

pembelajaran di kelas karena berbagai kemampuannya seperti:

a) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata

menjadi lebih besar, seperti penggunaan gambar, mikroskop atau film tentang

perkembangan sel.

b) Menyajikan benda atau peristiwa yang berada jauh dari hadapan siswa,

seperti penggunaan program video tentang bulan atau perut bumi.


16

c) Menyajikan peristiwa yang kompleks, berlangsung dengan sangat cepat

menjadi lebih sistematik dan sederhana, seperti penggunaan film tentang

bekerjanya suatu mesin.

d) Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya kehadapan siswa, seperti

penggunaan film atau slide tentang reaksi nuklir.

e) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa, seperti penggunaan gambar

berwarna pada reaksi kimia.

f) Menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pembelajaran

dalam waktu yang sama, seperti program radio pada sekolah sistem jarak jauh.

g) Meningkatkan sistematika pembelajaran, seperti penggunaan transparansi,

kaset audio, dan grafik dalam pembelajaran.

Media pembelajaran yang paling umum digunakan di ruang kelas adalah

media cetak seperti buku teks, lembar kerja siswa, dan yang lainnya. Jenis media

seperti ini memiliki kelemahan yang tidak dapat dihindari seperti tiadanya faktor

dimensi, suara serta gerak, dan hanya mengandalkan indera pandang saja.

d. Sumber Belajar Mandiri

Secara sederhana sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu

yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses

belajar mengajar (Mulyasa, 2002: 48).

Sumber belajar secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:


17

a) Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara

langsung, dirancang khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by

design): seperti guru, konselor, administrator, ataupun orang lain dengan

keahlian yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses

belajar mengajar (learning resources by utilization); misalnya penyuluh

kesehatan, pemimpin perusahaan, pengurus koperasi, dan sebagainya.

b) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran

baik yang dirancang secara khusus seperti film pendidikan, buku paket, paket

belajar atau modul, peta, grafik, dan sebagainya yang biasa disebut media

pengajaran (instructional media), maupun bahan yang bersifat umum; seperti

film keluarga berencana yang dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.

c) Lingkungan, yaitu ruang dan tempat di mana sumber-sumber

dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Lingkungan yang secara sengaja

dirancang untuk kepentingan belajar seperti perpustakaan, ruang kelas,

laboratorium, ruang micro teaching dan sebagainya; maupun lingkungan yang

tidak dirancang untuk kepentingan belajar, misalnya museum, kebun binatang,

kebun raya, dan lainnya.

d) Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi

dan/atau memainkan sumber-sumber lain. Alat dan peralatan untuk produksi

misalnya kamera untuk memproduksi foto, dan tape recorder untuk rekaman;

sedang alat dan peralatan yang digunakan untuk memainkan sumber lain,

misalnya proyektor film, pesawat tv, dan pesawat radio.


18

e) Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan

kombinasi antar suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar,

misalnya pengajaran berprogram merupakan kombinasi antara teknik

penyajian bahan dengan buku, contoh lainnya seperti simulasi dan

karyawisata.

Sumber belajar yang ada perlu diberdayagunakan karena memiliki arti

yang sangat penting bagi pembelajaran. Guru dan peserta didik dapat diuntungkan

oleh pendayagunaan sumber belajar, sebab selain melengkapi, memelihara, dan

memperkaya khazanah belajar, sumber belajar dapat pula meningkatkan aktivitas

dan kreativitas belajar (Mulyasa, 2002: 48-49).

e. Komputer sebagai Sumber Pembelajaran Mandiri

Salah satu implementasi KBK terhadap pembelajaran peserta didik di

sekolah adalah pembelajaran perlu lebih menekankan pada kegiatan individual

meskipun dilakukan secara klasikal dan perlu memperhatikan perbedaan peserta

didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui suatu strategi pembelajaran yang disebut

pembelajaran mandiri. Pembelajaran mandiri merupakan suatu strategi untuk

mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik

memperoleh perhatian lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam

pengelolaan kegiatan pembelajaran klasikal (Haryanto, 1996: 1). Pembelajaran

mandiri bukan berarti pembelajaran dilaksanakan oleh satu orang tanpa kehadiran

seorang pengajar, akan tetapi pembelajaran dilakukan secara bersama dan guru
19

tetap ada untuk memberikan pelayanan berbeda pada setiap peserta didik sesuai

dengan ciri individunya (Suryosubroto, 1997: 86).

Haryanto (1996: 4) menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan pembelajaran

mandiri adalah untuk melayani perbedaan dan memperhatikan kepentingan

individual peserta didik sehingga menyediakan kesempatan mengembangkan

potensi secara optimal atau membantu peserta didik yang mengalami kesulitan.

Pembelajaran mandiri merupakan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan

kemampuan dan minat peserta didik sehingga dapat meningkatkan mutu dan

efektivitas proses pembelajaran.

Pembelajaran mandiri menerapan sistem belajar tuntas (mastery learning)

dalam kegiatan belajarnya. Sistem belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi

kelemahan yang sering terjadi dalam pembelajaran klasikal, seperti: hanya peserta

yang pandai akan mencapai semua tujuan instruksional, sedangkan peserta didik

yang tidak begitu pandai hanya mencapai sebagian dari semua tujuan

instruksional, bahkan boleh jadi tidak mencapai apa-apa sama sekali. Harapan ini

dilandaskan pada karakter sistem pembelajaran tuntas yang merupakan suatu pola

pengajaran yang terstruktur kepada kelompok peserta didik yang besar

sedemikian rupa sehingga sejumlah perbedaan yang terdapat di antara peserta

didik, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan, dalam belajar

memperoleh perhatian yang cukup (W.S. Winkel, 2004: 462).

Dewasa ini penggunaan komputer telah meluas hingga ke kelas. Menurut

Oemar Hamalik (2004: 236) penggunaannya di kelas dapat digolongkan menjadi

tiga bentuk, yaitu untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer
20

(computer literacy), mengajarkan dasar-dasar pemograman dan pemecahan

masalah dengan komputer, serta untuk melayani siswa sebagai alat bantu

pembelajaran. Aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran sebagai

alat bantu pembelajaran umumnya dikenal sebagai Computer Assisted Instruction

(CAI). Ditinjau dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai, CAI meliputi

penyajian materi pelajaran secara bertahap (tutorial), latihan untuk membantu

peserta didik menguasai materi sebelumnya (drill and practise), permainan dan

simulasi untuk melatih peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilan

yang baru dipelajari, serta basis data sebagai sumber informasi dan pengetahuan

tambahan bagi peserta didik sesuai minatnya masing-masing.

Program tutorial berbasis komputer berfungsi untuk memperkenalkan

materi pelajaran baru kepada siswa yang kemudian ditindaklanjuti dengan latihan

dan praktek. Program ini umumnya menyediakan tes awal dan tes akhir berkenaan

dengan materi (content) yang disajikan. Program ini digunakan untuk pengayan

pengajaran atau membantu siswa yang tidak hadir pada pelajaran tertentu serta

sebagai review terhadap pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya guna

mengecek pemahaman dan menambah retensi konsep-konsep.

Jenis latihan dan praktek (drill and practice) merupakan jenis perangkat

lunak pengajaran berbasis komputer yang sangat banyak digunakan di kelas.

Program tersebut menyajikan masalah dan siswa merespon dengan memilih di

antara beberapa respon yang tersedia. Komputer menunjukkan apakah respon itu

benar atau salah. Jika jawaban salah maka bantuan diberikan sesuai dengan urutan

pelajaran. Praktek yang disediakan dalam program ini merupakan praktek


21

bermakna bagi siswa yang berkenaan dengan materi pelajaran tertentu serta

menyediakan informasi mengenai hasil belajar dengan cepat dan akurat. Program

ini juga menyediakan penguatan (reinforcement) baik visual maupun auditif, agar

minat dan perhatian siswa tetap terpelihara sepanjang latihan dan praktek.

Bentuk perangkat lunak komputer berikutnya adalah simulasi. Berbagai

situasi kehidupan nyata berupaya ditampilkan kepada siswa. Siswa diminta

menyusun garis besar perangkat kondisi-kondisi yang saling berkaitan, membuat

keputusan dan menentukan konsekuensi dari keputusan yang telah dibuatnya.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 137) beberapa

keuntungan yang mendasari penggunaan komputer dalam pembelajaran di kelas

yaitu:

a) Motivasi belajar peserta didik yang dapat meningkat melalui

cara kerja baru dengan komputer, latihan, kegiatan laboratorium dan simulasi

yang disediakan.

b) Warna, musik dan grafis animasi yang dapat menambah kesan

realisme.

c) Pemberian respon pribadi terprogram yang cepat akan

menghasilkan penguatan yang tinggi dalam belajar peserta didik.

d) Pemrograman kebiasaan pribadi positif yang sangat berguna

bagi peserta didik, terutama bagi peserta didik yang lambat.

e) Kemampuan memori komputer memungkinkan pengajaran

individual dapat dilaksanakan, hasil belajar tiap peserta didik dapat selalu
22

diawasi sehingga dapat digunakan untuk merancang langkah-langkah

pengajaran selanjutnya.

Nilai lebih komputer dibandingkan dengan sumber-sumber audio visual lain yang

juga membangkitkan motivasi, menyajikan informasi dan prakarsa melalui stimuli

visual dan audio adalah adanya pengalaman kinestetik bagi siswa melalui

penggunaan keyboard komputer. Peserta didik juga memiliki kesempatan untuk

berinteraksi dengan media berbasis komputer tersebut dalam bentuk mengubah

atau mempengaruhi urutan materi yang disajikan (Oemar Hamalik, 2001: 236).

Meskipun banyak kalangan menganggap bahwa aplikasi komputer dalam

pembelajaran dapat menggantikan posisi guru dalam proses pembelajaran, namun

penggunaan teknologi berupa komputer di kelas hanya berfungsi sebagai alat

bantu pembelajaran bukan bertujuan untuk menyaingi guru, melainkan lebih

merupakan suatu forum dalam upaya mengajar siswa dan untuk memenuhi

kebutuhan mereka, (Oemar Hamalik, 2001: 235). Hal ini mungkin terkait dengan

berbagai kelemahan yang masih membatasi aplikasi komputer dalam pengajaran.

Kelemahan yang dimaksud lebih kepada biaya pengadaan dan rendahnya kualitas

media pembelajaran yang tersedia ataupun beberapa kelemahan lain (Nana

Sudjana dan Ahmad Rivai,2001: 138) seperti:

a) Biaya pengadaan dan perawatan komputer yang relatif tinggi

menyebabkan pengajaran dengan komputer hanya dapat dilaksanakan oleh

sekolah-sekolah tertentu saja.

b) Rendahnya mutu materi-materi pengajaran yang disajikan

dengan komputer.
23

c) Rendahnya kualitas rancangan dan produk komputer untuk

pengajaran dibandingkan dengan rancangan dan produk komputer untuk

maksud yang lain, misalnya untuk analisis data.

d) Serta, tuntutan produk komputer untuk dijalankan dengan

perangkat lunak yang sesuai sehingga memerlukan sistem komputer yang

spesifik.

f. Software yang Digunakan dalam Penelitian

Pengembangan media berbasis komputer pada penelitian ini menggunakan

software program Macromedia Flash Professional 8 yang dikembangkan oleh

Macromedia Inc. Macromedia Flash Professional 8 adalah sebuah program

aplikasi profesional untuk menggambar grafis dan animasi. Macromedia Flash

Professional 8 merupakan pengembangan dari program Macromedia Flash

terdahulu. Seluruh versi Macromedia Flash sering digunakan untuk pembuatan

animasi interaktif maupun non interaktif, seperti animasi pada halaman web,

animasi kartun, presentasi, portofolio sebuah perusahaan, permainan dan beberapa

media animasi lainnya.

Berkaitan dengan aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pengajaran,

program Macromedia Flash secara umum memiliki kelebihan yang dapat

mengatasi kendala dalam aplikasi komputer di ruang kelas. Keunggulan yang

dimiliki perangkat lunak Macromedia Flash antara lain:


24

a) Macromedia Flash tidak memerlukan spesifikasi komputer

yang terlalu kuat dalam pengoperasiannya. Hal ini menguntungkan sekolah

sebab biaya pengadaan dan perawatan komputer menjadi relatif lebih rendah.

b) Program Macromedia Flash mampu mengimpor hampir semua

file gambar dan audio sehingga media pembelajaran dapat dikembangkan

dengan memperhatikan perbedaan gaya belajar yang dimiliki siswa

perseorangan.

c) Dukungan fasilitas yang dimiliki Macromedia Flash

memungkinkan pengembangkan media pembelajaran berbasis komputer yang

interaktif dan berkualitas sehingga mampu mendukung pembelajaran mandiri

bagi siswa.

d) Fasilitas Macromedia Flash memungkinkan untuk membuat,

menjalankan, dan mengontrol animasi sehingga dapat membantu siswa

mempelajari konsep kimia pada tingkat molekuler serta proses yang terjadi

dalam reaksi kimia.

e) Hasil akhir file Macromedia Flash secara umum memiliki

ukuran yang kecil dibandingkan dengan program lain sehingga media

pembelajaran dapat mudah didistribusikan.

f) Kemampuan Macromedia Flash untuk menyimpan file dalam

bentuk file executable (*.exe) menjadikan file hasil dapat dijalankan pada

komputer manapun tanpa harus menginstall program Macromedia Flash

terlebih dahulu.
25

g. Materi yang Dikembangkan

Materi kimia yang akan disusun dalam bentuk media belajar berbantuan

komputer pada penelitian ini adalah materi pelajaran kelas XII semester 2 untuk

materi pokok makromolekul yang meliputi polimer sintetik, karbohidrat, dan

protein. Materi makromolekul termasuk dalam standar kompetensi mata pelajaran

kimia untuk SMA/MA kelas XII semester 2 yaitu memahami senyawa organik

dan reaksinya, benzena dan turunannya, dan makromolekul. Materi ini sendiri

harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kompetensi dasar

yang melekat padanya, yaitu mendeskripsikan struktur, tata nama, penggolongan,

sifat dan kegunaan makromolekul (polimer yaitu polimer sintetik, karbohidrat,

dan protein). Uraian materi makromolekul pada media ini disusun dengan

merujuk pada standar isi yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional

Pendidikan (BSNP).

h. Langkah-Langkah Pengembangan Media Belajar

Arief S Sadiman, dkk (2003: 8) mengemukakan bahwa langkah-langkah

yang harus ditempuh ketika mengembangkan program media belajar adalah:

a) menganalisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik

b) merumuskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil

belajar secara operasional dan khas

c) merumuskan butir-butir materi kimia secara terinci yang

mendukung tercapainya tujuan

d) menulis naskah media pembelajaran


26

e) membuat media pembelajaran

f) mengadakan uji coba/penilaian dan revisi

Langkah-langkah pengembangan di atas masih bersifat umum sehingga

perlu disesuaikan dengan bentuk media belajar yang akan disusun. Kemp (1985:

248) merumuskan langkah-langkah sebelum dan saat pengembangan media

pembelajaran berbantuan komputer, yang ia sebut sebagai computer-based

instruction (CBI). Langkah yang harus dilakukan sebelum mengembangkan suatu

program CBI yaitu:

a) Menyatakan ide secara jelas dan membatasi topik yang akan

diangkat

b) Menentukan tujuan dari program yang akan dikembangkan;

apakah untuk motivasi, informasi, atau pengajaran.

c) Menentukan sasaran yang harus dilayani oleh program tersebut

d) Mempertimbangkan karakteristik pihak yang akan

menggunakan materi tersebut.

e) Menyusun garis besar isi media

f) Mempertimbangkan apabila CBI merupakan media yang

paling sesuai untuk mencapai sasaran yang diinginkan serta untuk menangani

materi yang ditentukan.

g) Mengembangkan treatment (ringkasan tentang susunan dan

penyajian isi media yang dimaksud) dan storyboard (visualisasi berupa sketsa

atau gambar yang dilengkapi catatan narasi).

h) Menyiapkan naskah yang menunjukan alur penyajian materi


27

i) Memilih orang lain untuk membantu penyiapan materi, jika

perlu.

Berikutnya, langkah-langkah yang diperlukan dalam mengembangkan CBI yaitu:

a) Merancang serta menyiapkan diagram alur yang

menggambarkan urutan pengajaran

b) Mengembangkan pertanyaan yang akan digunakan untuk

peninjauan ulang materi dan perpindahan ke bagian selanjutnya.

c) Mengembangkan gambar yang akan ditampilkan pada layar.

d) Menulis program komputer yang diperlukan

e) Mengembangkan gambar grafik dan efek suara

f) Menyiapkan cetakan materi yang menyertai program

pengajaran tersebut

g) Menguji coba dan merevisi program tersebut.

Media pembelajaran yang melibatkan pesan dan gambar (foto, animasi,

bagan, dll) dalam penyajian materi pembelajaran merupakan salah satu bentuk

pembelajaran berbasis presentasi multimedia. Presentasi multimedia adalah

presentasi yang terdiri atas pesan verbal dan gambar yang terkoordinasi (Mayer,

2001: 187). Mayer (2001: 187) menyebutkan bahwa terdapat lima keadaan dalam

suatu presentasi multimedia yang efektif: (1) hubungan letak/keruangan (spatial

contiguity) – yaitu apabila pesan dan gambar yang berkaitan disajikan pada

halaman atau layar diletakkan saling berdekatan satu sama lain, bukannya saling

berjauhan; (2) hubungan waktu (temporal contiguity) – yaitu apabila pesan dan

gambar yang berkaitan disajikan secara serentak dalam satu waktu bukannya
28

berurutan antara satu dengan yang lain; (3) pertalian/hubungan (coherence) –

yaitu apabila pesan, suara, dan gambar yang tidak ada hubungannya

diminimalkan; (4) modalitas (modality) – yaitu apabila pesan dalam presentasi

multimedia tersebut disampaikan dalam bentuk suara bukannya berbentuk teks;

dan (5) pleonasme/pemakaian kata yang berlebihan (redundancy) – yaitu apabila

pesan yang disajikan dalam presentasi multimedia hanya berupa suara saja dan

bukannya suara yang dilengkapi oleh teks yang serupa. Dua keadaan lain yang

disarankan oleh Mayer (2001: 188) adalah efek personalisasi (personalization

effect) – yaitu pesan multimedia menghasilkan daya transfer yang lebih baik

(tetapi tidak daya retensi) apabila materi disajikan dengan bergaya percakapan –

menggunakan orang pertama dan orang kedua – dibandingkan apabila materi yang

serupa disajikan dalam bentuk nonpercakapan – menggunakan orang ketiga; serta

efek interaktivitas (interactivity effect) – yaitu pesan multimedia menghasilkan

daya transfer yang lebih baik (tetapi tidak daya retensi); yaitu apabila peserta

didik memiliki kesempatan untuk mengontrol laju presentasi tersebut. Reeves dan

Nass (1996) dalam Meyer (2001: 188) berkaitan dengan efek personalisasi

menyatakan bahwa peserta didik berusaha memahami materi dengan lebih keras

apabila mereka merasa diikutsertakan dalam suatu interaksi sosial; sehubungan

dengan efek interaktivitas Rieber (1994) dalam Meyer (2001: 188) menyatakan

bahwa pengontrolan laju presentasi oleh peserta didik dapat mencegah pemberian

beban yang melebihi batas pada memori aktif mereka.

Kelima keadaan yang dinyatakan dan dua keadaan yang disarankan oleh

Meyer tersebut di atas merupakan hasil penelitiannya yang sejalan dengan teori
29

kognitif yang mendasari pembelajaran berbasis multimedia. Teori kognitif yang

melatarbelakangi pembelajaran berbasis multimedia terdiri atas tiga asumsi, yaitu

bahwa manusia memiliki saluran visual dan saluran audio yang terpisah; bahwa

kapasitas saluran-saluran tersebut terbatas; dan bahwa pembelajaran bermakna

melibatkan pemilihan, pengorganisasian, dan penggabungan informasi visual dan

audio secara efektif (Meyer, 2001: 189). Bertolak dari penelitiannya tersebut,

Meyer (2001: 189) mengusulkan lima karakteristik media pembelajaran

berbantuan komputer yang berbasis multimedia dengan menitikberatkan pada

metode penjelasan menggunakan animasi dan narasi. Pertama, presentasi harus

merupakan multimedia; yaitu presentasi tersebut harus terdiri atas pesan dan

gambar yang berupa narasi dan animasi. Kedua, presentasi harus terpadu; yaitu

bagian animasi dan narasi yang berkaitan harus disajikan secara serentak. Ketiga,

presentasi harus singkat; yaitu penjelasan yang disajikan harus merupakan

penjelasan inti yang menunjukkan efek sebab akibat, tanpa suara, gambar, atau

pesan yang tidah ada hubungannya. Keempat, presentasi harus disusun melalui

saluran yang tepat (pesan diarahkan langsung ke saluran audio dan gambar

diarahkan langsung ke saluran visual); yaitu dengan menyajikan pesan sebagai

narasi bukannya teks dan bukan pula sebagai narasi yang dilengkapi oleh teks di

layar. Terakhir, materi yang disajikan harus memiliki struktur yang bermakna,

misalnya seperti rangkaian sebab akibat. Oleh sebab itu, Meyer (2001: 191)

menyimpulkan bahwa media pembelajaran berbantuan komputer yang berbasis

multimedia adalah sebuah animasi bernarasi yang singkat (concise narrated

animation, CNA) yang didefinisikan sebagai narasi singkat yang mendeskripsikan


30

sistem sebab akibat yang dikoordinasikan dengan suatu animasi ringkas yang

menggambarkan sistem sebab akibat pula.

Pada saat materi dalam media pembelajaran berbantuan komputer harus

menyajikan materi tanpa animasi dan hanya berupa gambar statis (seperti foto)

dan teks penjelasan, Azhar Arsyad (2003: 96-97) mengusulkan penyusunan

tampilan teks pada monitor/layar dalam media pembelajaran berbantuan komputer

tersebut diatur sebagai berikut:

a) Penayangan tampilan teks diatur secara dinamis dengan

bergerak atau berubah berlahan-lahan.

b) Isi layar diatur agar tidak terlalu padat. Pengaturan

dilakukan dengan membagi isi menjadi beberapa tayangan atau memulai

tampilan dengan yang sederhana dan pelan-pelan menambahkan isi hingga

mencapai tahapan kompleksitas yang diinginkan.

c) Huruf yang dipilih berjenis normal dan tidak berhias

serta berupa huruf kapital dan huruf kecil.

d) Kalimat yang digunakan terdiri atas tujuh hingga

sepuluh kata, karena kalimat pendek lebih mudah dibaca daripada kalimat

yang panjang.

e) Jarak dua spasi disarankan untuk tingkat keterbacaan

yang lebih baik.

f) Karakter huruf tertentu dipilih untuk judul dan kata-

kata kunci, misalnya: bercetak tebal, garis bawah atau bercetak miring.
31

g) Apabila pada layar tayangan yang sama terdapat teks,

grafik atau presentasi visual lainnya maka teks diberi kotak.

h) Konsistensi dalam gaya dan format yang dipilih.

i. Komponen-Komponen Media Belajar

Nana Sudjana dan M. Rivai (2001: 134) memaparkan komponen-

komponen media pembelajaran berbasis komputer yang diadaptasi dari

komponen-komponen paket belajar yaitu:

a) Tampilan pedoman guru; berisi petunjuk-petunjuk agar guru

mengajar secara efisien serta memberikan penjelasan tentang jenis-jenis

kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, waktu penyelesaian paket belajar,

alat-alat pelajaran yang harus dipergunakan dan petunjuk-petunjuk

evaluasinya.

b) Tampilan kegiatan siswa; memuat pelajaran yang harus dikuasai

siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang akan

dicapai dan disusun langkah demi langkah sehingga mempermudah siswa

belajar. Tampilan kegiatan siswa ini mencantumkan kegiatan-kegiatan yang

harus dilakukan siswa.

c) Tampilan kerja siswa; menyertai tampilan kegiatan siswa yang

dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-

masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.


32

d) Tampilan kunci kerja siswa; berfungsi untuk mengevaluasi atau

mengoreksi sendiri hasil kerja siswa. Siswa yang keliru dalam mengerjakan

dapat meninjau kembali pekerjaannya.

a) Tampilan evaluasi siswa; merupakan alat evaluasi

untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang dirumuskan dalam

paket belajar. Tampilan ini berisi soal-soal guna menilai keberhasilan siswa

dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam paket belajar.

e) Tampilan kunci evaluasi siswa; merupakan alat koreksi terhadap

penilaian yang dilaksanakan oleh para siswa sendiri.

j. Penilaian Kualitas Media Belajar

Penilaian media belajar berbasis komputer dalam penelitian ini

menggunakan adaptasi dari penilaian media pembelajaran yang disusun oleh Rinti

Mutafarika (2006) yang meliputi:

a) Kebenaran, keluasan dan kedalaman konsep; yaitu tidak ada konsep yang

salah atau menyimpang dari standar isi serta materi yang disajikan dalam

media belajar memberi pengembangan konsep-konsep yang proporsional dari

segi esensialnya, menyajikan informasi yang menarik, baru dan dapat

membedakan keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi.

b) Kesesuaian dengan standar isi, meliputi pengembangan kecakapan hidup

(life skill), keterlibatan aktif siswa, penggunaan pendekatan CTL.


33

c) Kebahasaan dan kejelasan kalimat; yaitu bahasa yang digunakan merupakan

bahasa baku dan kalimat yang digunakan jelas, tidak menimbulkan makna

ganda yang menyebabkan kesalahan dalam menerima konsep yang disajikan.

d) Keterlaksanaan; meliputi kemudahan mengoperasikan program media

pembelajaran.

e) Tampilan; meliputi tata letak, tata warna, tampilan huruf, tampilan

gambar, tingkat interaktivitas, dan tampilan animasi.

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penyusunan media pembelajaran dengan berbagai

konsep kimia telah banyak dilakukan beberapa tahun terakhir ini, antara lain oleh

Siti Nurrochmah (2005), Rinti Mutafarika (2006), dan Dwi Haryati (2007).

Pengembangan media pembelajaran kimia berbantuan komputer tentang koloid

untuk siswa SMA/MA kelas XI semester 2 sebagai sumber belajar mandiri telah

dilaksanakan oleh Siti Nurrochmah (2005). Berdasarkan penilaian oleh lima orang

guru kimia SMA terhadap media pembelajaran yang telah dikembangkan

dinyatakan bahwa media tersebut berkualitas sangat baik sehingga dapat

digunakan sebagai media pembelajaran alternatif pada topik yang bersangkutan.

Rinti Mutafarika (2006) telah berhasil mengembangkan media pembelajaran

kimia berbantuan komputer yang berkualitas sangat baik pada materi pokok

benzena dan turunannya; sehingga layak digunakan sebagai sumber pembelajaran

mandiri peserta didik kelas XII semester 1. Media pembelajaran kimia berkualitas

sangat baik pada materi pokok sifat koligatif telah dikembangkan oleh Dwi
34

Haryati (2007) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri bagi

siswa SMA/MA. Ketiga pengembang ini menggunakan program Macromedia

Flash MX Professional 2004 dalam menyusun media pembelajaran yang

dihasilkannya.

3. Kerangka Pikir

Pemberlakuan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam pelaksanaan

pendidikan di Indonesia sebagai salah satu langkah perbaikan mutu pendidikan

dan mutu lulusan pendidikan memberikan tantangan yang besar khususnya bagi

proses pembelajaran di kelas. Para pengajar perlu menemukan cara untuk

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien agar siswa yang dididik

dapat menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang

terkait. Pemanfaatan media pembelajaran kimia berbantuan komputer merupakan

salah satu pendekatan yang dapat dipilih guru untuk menjawab tantangan berupa

pengakuan perbedaan individu peserta didik yang tercermin dalam strategi

pembelajaran mandiri.

Media pembelajaran kimia berbantuan komputer merupakan media yang

dapat menggabungkan gambar dan suara dalam satu media sehingga diasumsikan

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran lebih baik

dibandingkan media pembelajaran yang lain. Agar media pembelajaran

berbantuan komputer tersebut dapat dirancang menjadi media yang diharapkan

maka diperlukan perangkat lunak (software) yang dapat digunakan untuk

merancang program multimedia, seperti Macromedia Flash Professional 8. Materi


35

makromolekul merupakan materi yang cukup luas bahasannya; dengan penyajian

materi dalam bentuk media pembelajaran kimia berbantuan komputer diharapkan

siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik sehingga

pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Layak atau tidaknya media

pembelajaran kimia berbantuan komputer pada materi makromolekul yang telah

disusun sebagai sumber belajar mandiri bagi siswa SMA kelas XII semester 2

akan diketahui melalui penilaian kualitas media pembelajaran berdasarkan kriteria

kualitas yang akan dilakukan oleh lima orang guru kimia SMA.

4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kerangka teori maka

dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

Media pembelajaran kimia berbantuan komputer pada materi

makromolekul untuk siswa SMA kelas XII semester 2 sebagai sumber belajar

mandiri memiliki kualitas yang sangat baik apabila memenuhi kriteria kualitas

media pembelajaran yang meliputi aspek kebenaran konsep, keluasan dan

kedalaman konsep, kebahasaan, keterlaksanaan, tampilan dan kemudahan

pengoperasian. Apabila media pembelajaran kimia berbantuan komputer ini

memiliki kualitas yang baik maka media tersebut dapat digunakan sebagai media

pembelajaran kimia di kelas maupun sebagai sumber belajar dalam kegiatan

pembelajaran mandiri.

You might also like