Professional Documents
Culture Documents
PENGERINGAN
SINGKONG
(Manihot esculenta)
Oleh :
Nama : Annisa Khaira Wikaningtyas
NRP : 083020013
Kelompok : III (Tiga)
Tanggal Percobaan : 27 November 2010
Assisten : Elvi Rahmi
2.5. Singkong
Pengolahan ubi kayu menjadi tepung kasava relatif mudah
dan dapat ditangani oleh kelompok tani. Rendemen yang diperoleh
berkisar 27-30%. Tepung kasava cocok untuk substitusi terigu pada
berbagai produk pangan. Ketiadaan gluten pada tepung kasava perlu
dilihat sebagai keunggulan sehingga secara kesehatan dapat
digunakan untuk diet bagi penderita autis.
Gambar 4. Singkong
Kemampuan substitusi tepung kasava pada mi dan kue
kering/biskuit mencapai 50%, pada roti 25%, dan pada produk cake
dapat mengganti 100% terigu. Peluang yang sangat besar dalam
pengurangan impor gandum ini perlu didukung berbagai pihak.
Peluang lain yang cukup prospektif adalah mengolah kasava menjadi
gula cair. Teknologi pengolahan gula cair skala pedesaan yang dapat
dioperasikan oleh kelompok tani telah tersedia. Bahan baku gula cair
tidak harus berupa tepung kasava atau tapioka kering, tetapi dapat
langsung dari pati basah. Gula cair yang dihasilkan melalui proses
enzimatis berupa glukosa. Bioreaktor sederhana skala 100 liter
mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi
21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas
peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya (Prabawati, 2005).
III METODOLOGI PERCOBAAN
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pengeringan didapatkan hasil
bahwa sampel singkong + metabisulfit yang dikeringkan dengan alat
tray dryer mengalami penurunan berat sehingga mencapai berat yang
konstan yaitu 0,081 setelah dikeringkan selama 6 jam. Penurunan
berat bahan ini dikarenakan kandungan air dalam bahan pangan telah
teruapkan. Hal ini sesuai dengan prinsip dari pengeringan yaitu
berdasarkan perpindahan panas dari udara panas pengering kedalam
bahan yang dikeringkan sehingga terjadi penguapan. Selain itu
perbedaan RH udara pengeringan dengan bahan yang akan
dikeringkan juga menyebabkan air tertarik dan pengeringan akan
terjadi.
Suatu kadar air yang ada pada bahan pangan akan berkurang
selama proses pengeringan. Kadar air bahan pangan tersebut
dinyatakan dalam suatu basis basah atau basis kering. Istilah yang
digunakan untuk menyatakan kadar air dalam suatu bahan padat,
yaitu:
a. Kadar air basis basah (Wet basis) ialah suatu persen air per berat
bahan kering ditambah berat air atau Kg air/Kg bahan kering
ditambah Kg air.
b. Kadar air basis kering (dry basis), ialah suatu persen berat air per
berat bahan kering atau Kg air/Kg bahan kering.
c. Kadar air kesetimbangan , X* ialah kadar air dalam bahan yang
setimbang dengan uapnya dalam fasa gas.
d. Kadar air kritis, Xc adalah kadar air dalam bahan dimana air yang
menyelimuti permukaan bahan konsenrasinya telah banyak
berkurang, dan kadar air kritis ini terjadi pada saat terakhir
pengeringan laju tetap.
Pada proses pengeringan yang harus diperhatikan adalah suhu
udara pengeringan. Semakin besar perbedaan suhu udara
pengeringan jika dibandingkan dengan bahan, maka semakin besar
pula kecepatan perpindahan panas sehingga bahan lebih cepat
menguap. Air yang dikeluarkan dalam bentuk uap tersebut harus
dijauhkan dari bahan agar tidak terjadi kejenuhan atmosfer pada
permukaan bahan sehingga akan memperlambat proses pengeluaran
air selanjutnya. Semakin lama waktu pengeringan berlangsung maka
berat bahan yang akan dikeringkan juga akan semakin berkurang.
Hal ini dikarenakan semakin banyak pula air yang teruapkan.
Laju pengeringan merupakan besarnya laju penguapan air
untuk tiap satuan luas dan satuan waktu. Prinsipnya, agar design
proses pengeringan menjadi lebih tepat, maka diperlukan untuk
mengetahui lebih dahulu waktu yang dibutuhkan untuk
mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu samapai kadar air
yang diinginkan pada kondisi tertentu (Geankoplis, 1997).
Kurva laju pengeringan dalam periode laju pengeringan
menurun berbeda-beda tergantung pada jenis bahan. Pengendalian
laju pengeringan merupakan bagian optimasi proses dalam usaha
mengendalikan mutu hasil pengeringan. Laju pengeringan yang
terlalu cepat pada bahan pangan dengan laju pengeringan menurun,
menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada bahan pangan.
Terjadinya case hardening adalah bentuk kerusakan secara fisik
akibat dari laju pengeringan yang kurang terkontrol. Hal ini
disebabkan terjadinya kecepatan difusi dalam bahan pangan menuju
permukaan tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air di
permukaan bahan (Afrianti, 2008).
Proses pengeringan akan menjadi lebih cepat apabila luas
penampang diperbesar dengan proses pengecilan ukuran terlebih
dahulu. Selain suhu, perbedaan kelembaban yang tinggi dapat
mempercepat proses pengeringan. Penyusutan bahan dengan
pengeringan alami lebih kecil daripada pengeringan buatan dengan
menggunakan germinator. Penyusutan pada kentang lebih besar
daripada ubi kayu karena air bebas yang terkandung pada kentang
lebih banak daripada ubi kayu (Bertha, 2010).
Alat pengering yang digunakan adalah tray dryer. Tray dryer
biasanya diklasifikasikan berdasarkan bentuk arah pergerakan aliran
udara, yaitu yang aliran udara panasnya searah dengan aliran bahan
pangan yang akan dikeringkan, dan aliran udara panas yang
berlawanan arah dengan aliran bahan pangan yang akan dikeringkan
(Brennan, 1969).
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan pengeringan
adalah pada percobaan secara gravimetri didapatkan hasil kadar air
awal singkong sebesar 55,14%. Percobaan dengan menggunakan alat
tray dryer didapat laju pengeringan tidak konstan, dan bahan konstan
setelah 6 jam berat singkong sebesar 0,081 kg.. Percobaan
pengeringan singkong ini didapatkan hasil laju pengeringan yang
tidak konstan pada singkong yang direndam dalam metabisulfit.
5.2. Saran
Praktikum percobaan pengeringan sebaiknya dilakukan
dengan teliti baik pada analisis data maupun perhitungan agar
diperoleh hasil yang baik dan dapat mempermudah dalam pembuatan
grafik. Sebaiknya bahan yang akan dikeringkan diratakan
penyimpanannya pada tray sehingga dapat mempersingkat atau
mempercepat proses pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Sampel : Singkong
Kondisi Lingkungan
Td = 41,2°C
Tw = 29,5°C
RH = 38,4%
Kadar Air Bahan Metode Gravimetri
Wcawan = 31,02 gr
Wcawan + Sampel = 35,30 gr
W cawan + Sampel konstan = 32,94 gr
% Kadar Air Kering = 55,14 %
Ws = Wawal bahan – (Wawal bahan x % kadar air bahan kering)
= 0,232 kg – (0,232 x 55,14 % )
= 0,104 kg
Kadar Air Bebas Bahan (X)
W0 -Wcp
X0 =
Ws
0,232 – 0,082
=
0,104
= 1,4519 kg air/ kg padatan kering
W0,5 – Wcp
X0,5 =
Ws
0,207 – 0,081
=
0,104
= 1,2115 kg air/ kg padatan kering
W1 - Wcp
X1 =
Ws
0,186 – 0,081
=
0,104
= 1,0096 kg air/ kg padatan kering
W1,5 – Wcp
X1,5 =
Ws
0,148 – 0,081
=
0,104
= 0,6442 kg air/ kg padatan kering
W2 – Wcp
X2 =
Ws
0,147 – 0,081
=
0,104
= 0,6346 kg air/ kg padatan kering
W2,5 – Wcp
X2,5 =
Ws
0,128 – 0,081
=
0,104
= 0,4519 kg air/ kg padatan kering
W3 - Wcp
X3 =
Ws
0,077 – 0,03
=
0,016
= 2.938 kg air/ kg padatan kering
W3,5-Wcp
X3,5 =
Ws
0,105 – 0,081
=
0,104
= 0,2308 kg air/ kg padatan kering
X4 = W4 – Wcp
Ws
0,092 – 0,081
=
0,104
= 0,1058 kg air/ kg padatan kering
W4 – Wcp
X4,5 =
Ws
0,089 – 0,081
=
0,104
= 0,0769 kg air/ kg padatan kering
W4 – Wcp
X5 =
Ws
0,084 – 0,081
=
0,104
= 0,0288 kg air/ kg padatan kering
W4 – Wcp
X5,5 =
Ws
0,081 – 0,081
=
0,104
= 0 kg air/ kg padatan kering
W4 – Wcp
X6 =
Ws
0,081 – 0,081
=
0,104
= 0 kg air/ kg padatan kering
Ws ∆Xn
R= x
Atray ∆t
A tray = 0,080089 m2
Ws
= 1,2986
Atray
1,4519 −1,2115
R0 = 1,2986 x = 0,6243 kg air/hm2
0,5
1, 2115 −1,0096
R0,5 = 1,2986 x = 0,5244 kg air/hm2
0,5
1, 0096 −0,6442
R1 = 1,2986 x = 0,9490 kg air/hm2
0,5
0,6442 −0,6346
R1,5 = 1,2986 x = 0,0249 kg air/hm2
0,5
0,6346 −0,4519
R2 = 1,2986 x = 0,4737 kg air/hm2
0,5
0,4519 −0,3462
R2,5 = 1,2986 x = 0,2745 kg air/hm2
0,5
0,3462 −0,2308
R3 = 1,2986 x = 0,2997 kg air/hm2
0,5
0, 2308 −0,1058
R3,5 = 1,2986 x = 0,3247 kg air/hm2
0,5
0,1058 −0,0769
R4 = 1,2986 x = 0,0751 kg air/hm2
0,5
0,0769 −0,0288
R4,5 = 1,2986 x = 0,1249 kg air/hm2
0,5
0, 0288 −0
R5 = 1,2986 x = 0,0748 kg air/hm2
0,5
0−0
R5,5 = 1,2986 x = 0 kg air/hm2
0,5
0−0
R6 = 1,2986 x = 0 kg air/hm2
0,5