You are on page 1of 7

dakwatuna.

com - Ramadhan yang penuh kelimpahan kebaikan dan keutamaan, akan


dapat dirasakan dan diraih ketika ilmu tentang Ramadhan dipahami dengan baik.

Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci
ini. Mereka berdo’a selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka
dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba,
mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika
mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdo’a selama enam bulan setelahnya,
agar kesungguhannya diterima Allah swt. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena
mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

Bagaimana menyambut bulan Ramadhan? Berikut kami hadirkan “8 Tips Sambut


Ramadhan” :

1. Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita
berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita
bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari
Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu
berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah,
berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan
Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)

2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An
Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang
mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada
Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan
keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada
seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan
ketaatan.

3. Bergembira dengan datangannya bulan Ramadhan. Rasulullah saw. selalu


memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan
Ramadhan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah
membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

4. Rencanakan agenda kegiatan harian untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin


dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat, karena itu, isi setiap detiknya dengan
amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada
Allah swt.

5. Kuatkan azam, bulatkan tekad untuk mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan


ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membantunya
dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-
aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang
demikian itu lebih baik bagi mereka.” Muhamad:21.

6. Pahami fiqh Ramadhan. Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan


dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan
datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah swt.
“Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahu.” Al-
Anbiyaa’ ayat 7.

7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses
tadzkiyatun-nafs –pemberishan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang
keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap
untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.

8. Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang
bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan
nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad
saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya.
Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan
silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi
mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain.”

Semoga Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan Ramadhan.
Dan selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Amin ya Rabbana. Allahu a’lam

dakwatuna.com - Bulan Sya’ban secara urutan bulan hijriah jatuh sebelum bulan
Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah ra. menceritakan, bahwa Rasulullah
saw. selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Bahkan dalam riwayat lain
dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah saw.
berpuasa. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi saw. berpuasa mayoritas hari-hari
bulan Sya’ban. Mengapa?

Ada beberapa rahasia di antaranya:

Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan
hamba-hamba-Nya berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah swt. menyebutkan
bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia tertentu tetapi juga kepada
umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak
bisa tidak harus dilakukan. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan
puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus
menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang
berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang
seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa.

Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa bagi orang-orang


beriman. Jadi pengertian ayat: kutiba alaikumush shiyaam itu maksudnya untuk bulan
Ramadhan. Karena itu dalam sebuah hadits Nabi menegaskan bahwa di bulan
Ramadhan diwajibkan atas orang-orang beriman berpuasa. Adalah suatu persiapan
yang sangat strategis ketika Rasulullah selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.
Ibarat sebuah turnamen, bulan Ramadhan adalah ajang perlombaan beramal saleh,
cerminan ayat: “fastabiqul khairaat (berlomba-lombalah dalam kebaikan)” Al
Baqarah:148. Karena itu sebelum masuk Ramadhan hendaklah melakukan persiapan-
persiapan terlebih dahulu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Kita semua
tahu bahwa para peserta turnamen pasti melakukan persiapan sebulan dua bulan
sebelumnya. Itulah rahasia mengapa Rasulullah saw. memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban. Agar tidak loyo selama bulan Ramadhan. Agar lebih maksimal
melaksanakan ibadah-ibadah Ramadhan yang semuanya saling melengkapi untuk
mengantarkan kepada ketakwaan.

Ketiga, ibadah puasa adalah ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa
harus dilakukan oleh orang-orang beriman. Dalam surah An Nazi’at:40 Allah swt.
menjelaskan bahwa jalan ke surga adalah dengan upaya terus-menerus membangun
rasa takut kepada Allah dan menahan nafsu. Mengapa? Sebab Setan berkerja terus
menerus, siang dan malam untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja
keras setan ini tidak bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna
mengimbanginya. Orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, tentu akan
selalu waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin sering
berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab dalam sebuah
riwayat dikatakan bahwa setan seringkali masuk melalui makanan. Maka semakin
banyak makan, semakin mudah digoda setan. Karenanya orang yang kekenyangan
akan selalu malas beribadah.

Keempat, Rasulullah saw. adalah contoh pribadi berakhlak mulia. Allah berfirman:
“Wainnaka la’alaa khuluqin adhiim (Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-
benar mempunyai akhlaq yang agung)” Al Qalam:4. Maka setiap yang dicontohkan
Rasulullah saw. pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada
perbuatan yang dilakukan Rasulullah saw. kecuali membawa manfaat bagi
kehiduapan manusia jika diikuti. Dan bila kita teliti secara seksama, menejemen
modern yang mengantarkan munculnya negara-negara maju dan perusahaan-
perusahaan bisnis kelas dunia, di dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal
yang pada dasarnya itu adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw.
Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu sungguh sangat baik dan
bermanfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.

Kelima, adapun mengenai amalan di pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban),


sekalipun ada sebagian hadits yang dianggap hasan oleh para ulama hadits, tetapi
terpenting sebenarnya adalah memperbanyak puasa selama bulan Sya’ban, bukan
mengkhususkannya pada pertengahan saja.

Imam An Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Usamah bin Zaid tentang rahasia
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, Nabi bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan
yang sering dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan
Ramadhan. Padahal ia adalah bulan di angkatnya amal manusia, maka aku suka
ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa.” Wallahu a’lam bish shawab.
dakwatuna.com - Jiwa seorang mukmin pasti masih bergantung dengan bulan
Ramadhan nan penuh berkah… Kenapa tidak? Karena Ramadhan adalah bulan Al
Qur’an, bulan Lailatul Qadr, Bulan permulaan turunnya wahyu untuk misi besar di
dunia… keutamaan bulan Ramadhan masih sangat kuat melekat dalam pikiran setiap
muslim atau muslimah.

Sungguh, para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim berdo’a kepada Allah swt. agar
dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya.
Dan mereka bedo’a kepada Allah swt. selama enam bulan setelahnya agar Allah swt.
menerima amal perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka merasakan hubungan yang
sangat dekat dengan Ramadhan, sepanjang tahun.

Ramadhan menghendaki adanya keinginan kuat dan persiapan matang sebelumnya,


agar kebaikan-kebaikannya dapat diraih, tak ada yang terlewatkan.

Dalam realitas keseharian, kita melihat bahwa sebagian keluarga menyiapkan


investasi besar guna menyiapkan masa depan keluarga lebih baik, apakah guna
menikahkan anaknya atau membangunkan rumah bagi mereka atau lain sebagainya.

Sebagaimana juga kita melihat klub sepak bola misalkan, mereka mempersiapkan tim
dengan sebaik-baiknya sebelum musim pertandingan tiba. Semakin optimal persiapan
itu, maka semakin optimis mereka meraih kemenangan, dan mereka pasti akan
menang sebanding dengan usaha mereka.

Itulah kesibukan manusia dalam mengurus dunianya…Kita juga melihat sekelompok


lain yang menyiapkan diri unutk berjumpa dengan bulan Ramadhan, jauh-jauh hari
sebelum kedatangannya, dengan berbagai persiapan dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam rangka optimalisasi Ramadhan. Seperti, siaran-siaran lewat darat
atau udara atau via internet dan beragam ansyithah atau kegiatan ibadah Ramadhan.

Kembali ke dunia olah raga, jika ada pemain tanpa lebih dahulu mengadakan
pemanasan, bisa dipastikan dirinya akan mengalami gangguan keseimbangan, keseleo
dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Contoh lain, olah raga lari maraton, pelari
yang cerdas tidak akan menghabiskan energinya di awal start. Jika kita amati
bersama, orang yang di awal start larinya kencang dan berada di depan, bisa
dipastikan ia tidak akan kelihatan dalam fisnish duluan, menjadi pemenang.

Begitu juga dengan Ramadhan, bahkan lebih mulia dan lebih utama dibandingkan
hanya sekedar permainan bola dan lari maraton.

Ramadhan menuntut adanya persiapan matang dan bertahap jauh-jauh hari


sebelumnya, sehingga ketika Ramadhan menyapa kita, kita semua telah siap
menjemputnya, mengisinya.

Adapun orang yang tidak menyiapkan diri untuk menjemputnya, kecuali ketika
Ramadhan sudah datang menghadap, boleh jadi kita lihat di awal bulan ia berada di
barisan shalat paling depan, namun kemudian kita tidak melihat batang hidungnya di
akhir bulan!
Petani yang mahir, ia akan memulai menggarap sawahnya dengan membersihkan
ladang dari tanaman liar, menggemburkan ladang dan mengairinya, kemudian ia
menanam benih, merawat dan menjaganya. Ketika waktu musim panen tiba, ia akan
mendapatkan hasil panen yang sangat memuaskan.

Mari, kita semua mempersiapkan diri sesuai kadar optimal kemampuan kita dalam
peribadatan dan keta’atan, guna menyambut Ramadhan, guna panen kebaikan
Ramadhan.

Mari, kita hilangkan sikap malas, futur, leha-leha, dan terlenakan dengan dunia… kita
ganti dengan menebar benih, benih semangat dan tekad kuat… Ketika bulan Sya’ban
menyapa kita, kita telah mengkondisikan jiwa dan hati kita dengan semangat dan
tekad kuat untuk ta’at… Sehingga ketika Allah swt. menakdirkan kita berjumpa
dengan Ramadhan, kita akan panen… Panen taqwa, panen wara’, panen tangisan
karena takut kepada Allah swt, panen interaksi bersama Al Qur’an, panen kebaikan,
panen amal shaleh, panen berbuat baik kepada sesama… dan panen semua nilai
kebaikan.

Ya Allah, sampaikan kami berjumpa dengan bulan Ramadhan, Amin. Allahu a’lam.

dakwatuna.com - Apa yang dirasakan oleh juara Euro 2008, Tim Spanyol, ketika ia
dipastikan menjadi juara dalam event besar itu? Tentu luapan kegembiraan dan suka
cita menyatu dalam diri mereka. Tidak hanya pemain, pelatih, dan tim saja, bahkan
semua warga negara Spanyol menyatu dalam kegembiraan itu. Dunia memujinya,
publik menyanjungnya. Spanyol jadi buah bibir.

Keberhasilan itu hasil jerih perjuangan panjang dan melelahkan. Penantian selama
empat puluh tiga tahun untuk merebut kembali predikat sang juara. Penuh
kesungguhan dan kedisiplinan.

Bagaimana jika piala itu datangnya dari Tuhannya manusia?. Bagaimana jika predikat
juara itu disematkan oleh Pemilik alam raya ini?. Bagaimana jika yang menyanjung
itu adalah Penentu kehidupan semua makhluk?.

Secara fitriyah dan imaniyah, pasti orang akan berebut piala dan predikat juara dari
Tuhannya. Tentu jauh lebih mulia, istimewa dibandingkan dengan sanjungan manusia.

Ya, itulah peraih sukses Ramadhan. Orang yang mampu melewati event besar ini
sampai finish dengan kesungguhan. Ia meraih predikat taqwa, sebagai identitas
tertinggi manusia. Ia meraih piala Ar Royyan, surga spesial bagi shaaimin dan
shaaimat.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah:
183).
“Sesungguhnya didalam surga ada pintu bernama Royyan, tidak ada yang
memasukinya kecuali mereka yang shaum Ramadhan.” (Muttafaq alaih)

Bahkan tidak hanya itu, orang yang sukses Ramadhan, mengisinya dengan
kesungguhan, akan meraih berbagai keistimewaan dan kemuliaan.

Karena Ramadhan menjanjikan: Kelipatan pahala, pengkabulan do’a, pemudahan


amal shaleh, penghapusan dosa, surga dibuka lebar-lebar, neraka ditutup rapat-rapat,
setan-setan dibelenggu. Dan di dalamnya ada malam lailatul qadar, malam lebih baik
dari seribu bulan. Kebaikan senilai usia rata-rata manusia, bagi yang meraihnya.
Subhanallah!

Nabi saw. bersabda: “Bila Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu
neraka ditutup, sementara setan-setan diikat.” (HR. Bukhari-Muslim).

“Setiap amal anak Adam -selama Ramadhan- dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
lipat, bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa, Allah swt. berfirman:
Puasa itu untuk-Ku, dan Aku langsung yang akan memberikan pahala untuknya.”
(HR. Muslim).

“Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha
Allah, akan diampuni semua dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari-Muslim).

“Orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka.” (HR. Ibn
Majah, sanad hadits ini sahih).

Yang lebih penting untuk diperhatikan di sini adalah, persiapan dan pengkondisian
sebelum Ramadhan datang.

Seperti Tim Spanyol, yang harus berjibaku sepanjang waktu mempersiapkan diri
menghadapi musim pertandingan.

Begitu juga dengan persiapan Ramadhan. Apa yang perlu dipersiapkan?

Persiapan fikriyah atau pemahaman tentang Ramadhan. Persiapan ruhiyah atau ibadah
ritual. Persiapan maddiyah atau fisik dan material.

Bulan Sya’ban telah menjelang. Bulan di mana Rasulullah saw. meningkatkan


aktivitas ibadah. Bahkan diriwayatkan beliau hampir-hampir shaum sunnah sebulan
penuh.

Imam al-Nasa’i dan Abu Dawud meriwayatkan, disahihkan oleh Ibnu Huzaimah.
Usamah berkata pada Nabi saw.

“Wahai Rasulullah, saya tidak melihat Engkau melakukan puasa (sunnah)


sebanyak yang Engkau lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan
Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh
kebanyakan orang. Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta
alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa.”
Dari Aisyah r.a. beliau berkata: “Rasulullah s.a.w. berpuasa hingga kita mengatakan
tidak pernah tidak puasa, dan beliau berbuka (tidak puasa) hingga kita mengatakan
tidak puasa, tapi aku tidak pernah melihat beliau menyempurnakan puasa satu bulan
penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak
puasa selain bulan Ramadhan kecuali pada bulan Sya’ban.” Imam Bukhari.

Subhanallah, kondisi ruhiyah, fikriyah dan maddiyah sudah dipersiapkan sebulan,


bahkan dua bulan sebelum Ramadhan menjelang. Sehingga ketika Ramadhan datang,
kita sudah terbiasa, terkondisikan dengan kesungguhan dan ketaatan. Dan karena itu
kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan Ramadhan akan dapat diraih. Keluar
Ramadhan meraih predikat muttaqin dan piala Jannatur Rayyan, insya Allah. Allahu
a’lam

You might also like