Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Menjaga mutu layanan medis (dalam hal ini quality assurance di bidang profesi
medis) yang mencakup standar pelayanan medis, audit medis dan peningkatan
mutu berkesinambungan. Maka diperlukan suatu instrumen yang dapat
merangkum seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit melalui Clinical Pathways.
Disampaikan pada Acara Penyusunan Clinical Pathways RS Paru Batu Jawa Timur, 16 – 17 Februari
2011.
1
DRG akan terus bergulir dan berkembang sesuai tuntutan perkembangan
layanan kesehatan baik nasional maupun regional.1
Sistem Casemix adalah suatu cara mengelola sumber daya rumah sakit
seefektif mungkin dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkau
kepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan spektrum diagosis penyakit
yang homogen dan prosedur tindakan yang diberikan. 2,3,4,5,6 INA-DRG adalah
variasi sistem casemix untuk Indonesia yang disusun berdasarkan data dari
15 rumah sakit vertikal, mempergunakan ICD 10 untuk diagnosis dan ICD 9
CM untuk prosedur tindakan serta biaya berdasarkan tarif yang berlaku pada
waktu tersebut. Untuk masa yang akan datang, bila telah berhasil terkumpul
seluruh clinical pathways – maka INA DRG akan lebih disempurnakan dengan
menghitung DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiap
pengelompokkan jenis penyakit dan selanjutnya dapat membandingkan
(benchmarking) cost efficiency antar rumah sakit dalam memberikan layanan
kesehatan yang sama.
Adapun peran profesi dalam sistem pembiayaan Casemix INA DRG dapat
dilihat sebagaimana dalam Gambar 1 berikut.
1
Firmanda D. Sosialisasi INA DRG: Konsep INA-DRG dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu
pelayanan di rumah sakit. Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Kesehatan daerah (Rakerkesda) Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009 di Hotel Grand Elite Kompleks Riau Business Centre, Pekanbaru 2 –
5 Maret 2009.
2
Goldman L. Cost-Effectiveness in a flat world — Can ICDs help the United States get rhythm? N
Engl J Med 2005;353(14 ):1513-5.
3
Dana B Mukame DB, Zwanziger J, Bamezai A. Hospital competition, resource allocation and quality
of care. BMC Health Services Research 2002; 2(10): 1472-81.
4
Diane Rowland D. Medicaid — Implications for the health safety net.N Engl J Med
2005;353(14):1439-41.
5
Greally C. After 12 years of Casemix in Ireland, a major review leading to its modernisation and
expansion as a central pillar in hospital funding policy. Ireland Department of Health, 2004.
6
Casemix Unit Department of Health and Children. Casemix Measurement in Irish Hospitals. Ireland
Department of Health, 2005.
2
Gambar 1. Peran profesi dengan membuat Clinical Pathways dalam INA DRG
sebagai sistem pembiayaan Casemix.7
7
Firmanda D. Peran Profesi IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dalam Sistem
Pembiayaan Casemix. Disampaikan pada acara pertemuan perhimpunan profesi dan kolegium dengan
P2JK di Bali 23-25 November 2009 dan di Batam 7-9 April 2010.
3
Komite Medis dan ditetapkan penggunaannya di rumah sakit tersebut oleh
pimpinan (direktur). Secara sederhana peraturan tersebut dapat dilihat
sebagaimana dalam Gambar 2 berikut.
4
Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis di rumah sakit dalam
bentuk Panduan Praktik Klinis8 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan
Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang telah dibuat oleh organisasi
profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi
sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. Bila PNPK yang telah dibuat
oleh organisasi profesi tersebut dan telah disahkan oleh Menteri Kesehatan
RI serta sesuai dengan kondisi rumah sakit – maka tinggal disepakati oleh
anggota profesi (SMF) terkait sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK) dan
disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur rumah sakit tersebut.
Namun bila PNPK tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi
rumah sakit atau dalam PNPK belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai
dengan keadaan epidemiologi penyakit di daerah/rumah sakit tersebut –
maka profesi di rumah sakit tersebut wajib membuat Panduan Praktik Klinis
(PPK) untuk rumah sakit tersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit
oleh direktur rumah sakit.
Dalam menyusun PNPK dari organisasi profesi maupun PPK untuk rumah sakit -
profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical
effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi
berdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkasnya
langkah tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
8
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1348/MENKES/PER/IX/2010
5
PNPK/PPK
6
Sedangkan Format Panduan Praktik Klinis (PPK) adalah sebagaimana contoh
berikut dalam Gambar 4 sampai 6.
Gambar 14. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (1)
7
Gambar 5. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (2)
8
Gambar 6. Format Panduan Praktik Klinis Komite Medik RSUP Fatmawati (3)
9
Proses selanjutnya setelah menyusun Panduan Praktik Klinis (PPK) Rumah
Sakit adalah membuat Clinical Pathways sebagai salah satu komponen dari
Sistem Casemix (INA DRG) yang saat ini dipergunakan untuk Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (Jamkesmas) di rumah sakit.
Menjaga mutu layanan medis (dalam hal ini quality assurance di bidang profesi
medis) yang mencakup standar pelayanan kedokteran, audit medis dan
peningkatan mutu berkesinambungan. Maka diperlukan suatu instrumen yang
dapat merangkum seluruh kegiatan dan upaya tersebut di atas dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan di rumah sakit melalui Clinical Pathways.
Untuk saat ini INA-DRG yang disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakit
vertikal Depkes RI (tipe A, B dan rumah sakit khusus) telah berhasil
membuat 23 MDC (Major Diagnostic Categories). Upaya tersebut memang
belum sempurna dan belum mencerminkan realitas keadaan seluruh pelosok
tanah air – namun sebagai titik tonggak awal, hal tersebut merupakan suatu
keberhasilan dalam membuat suatu sistem pembiayaan layanan kesehatan
rumah sakit dan usaha baik menuju kepastian dan dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitas maupun validitas datanya yang representatif untuk
Indonesia. Sebagai sistem yang baru lahir INA-DRG akan terus bergulir dan
berkembang sesuai tuntutan perkembangan layanan kesehatan baik nasional
maupun regional.9
9
Firmanda D. Sosialisasi INA DRG: Konsep INA-DRG dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu
pelayanan di rumah sakit. Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Kesehatan daerah (Rakerkesda) Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009 di Hotel Grand Elite Kompleks Riau Business Centre, Pekanbaru 2
– 5 Maret 2009.
10
Sistem Casemix adalah suatu cara mengelola sumber daya rumah sakit
seefektif mungkin dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkau
kepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan spektrum diagosis penyakit
yang homogen dan prosedur tindakan yang diberikan. 10,11,12,13,14
Secara ringkas INA-DRG adalah variasi sistem casemix untuk Indonesia yang
disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakit vertikal, mempergunakan ICD
10 untuk diagnosis dan ICD 9 CM untuk prosedur tindakan serta biaya
berdasarkan tarif yang berlaku pada waktu tersebut. (Gambar 7)
10
Goldman L. Cost-Effectiveness in a flat world — Can ICDs help the United States get rhythm? N
Engl J Med 2005;353(14 ):1513-5.
11
Dana B Mukame DB, Zwanziger J, Bamezai A. Hospital competition, resource allocation and quality
of care. BMC Health Services Research 2002; 2(10): 1472-81.
12
Diane Rowland D. Medicaid — Implications for the health safety net.N Engl J Med
2005;353(14):1439-41.
13
Greally C. After 12 years of Casemix in Ireland, a major review leading to its modernisation and
expansion as a central pillar in hospital funding policy. Ireland Department of Health, 2004.
14
Casemix Unit Department of Health and Children. Casemix Measurement in Irish Hospitals. Ireland
Department of Health, 2005.
11
Gambar 7. INA-DRG : Sistem casemix versi Indonesia dengan berbagai
komponen ICD 10, ICD 9 CM, costing dan clinical pathways.
Untuk masa yang akan datang, bila telah berhasil terkumpul seluruh clinical
pathways – maka INA DRG akan lebih disempurnakan dengan menghitung
DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiap
pengelompokkan jenis penyakit sebagaimana dalam Gambar 18 sebagi contoh;
dan selanjutnya dapat membandingkan (benchmarking) cost efficiency antar
rumah sakit dalam memberkan layanan kesehatan yang sama.
12
Gambar 8. Contoh penghitungan DRG RW, CMI dan Base Rate dari setiap
clinical pathways serta implementasi biaya setelah dilakukan penyesuaian
(adjustment) anggaran yang tersedia.
13
Sehingga secara ringkas akan peranan profesi dalam sistem pembiayaan
Casemix INA DRG dapat dilihat sebagaimana dalam Gambar 19 berikut.
STANDAR PELAYANAN
KEDOKTERAN
15
Firmanda D. Peran Profesi IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dalam Sistem
Pembiayaan Casemix. Disampaikan pada acara pertemuan perhimpunan profesi dan kolegium dengan
P2JK di Bali 23-25 November 2009 dan di Batam 7-9 April 2010.
14
Clinical Pathways
Definisi
16
Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix
di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober
2005.
17
Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di
rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005,
RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam
rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29
Desember 2005.
18
Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways
Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.
15
f. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit
penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
g. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
19
Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indikator mutu rekam medik dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI
di Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.
20
Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah
Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
16
4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD 9 CM
untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi/SMF masing
masing.26
Agar dalam menyusun Clinical Pathways terarah dan mencapai sasaran serta
efisien waktu, maka diperlukan kerjasama dan koordinasi antar profesi di
SMF, Instalasi Rawat Inap (mulai dari gawat darurat, ruangan rawat inap,
ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU/PICU/NICU) dan sarana penunjang
(instalasi gizi, farmasi, rekam medik, akuntasi keuangan, radiologi dan
sebagainya).
1. Profesi Medis – mempersiapkan Standar Pelayanan Medis (SPM/SPO)
sesuai dengan bidang keahliannya. Profesi Medis dari setiap divisi
berdasarkan data dari rekam medis diatas - mempersiapkan
SPM/SPO, bila belum ada dapat menyusun dulu SPM/SPOnya sesuai
kesepakatan.
2. Profesi Rekam Medis/Koder – mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9
CM, Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2). Profesi Rekam
Medis membuat daftar 5 - 10 penyakit utama dan tersering dari setiap
divisi SMF/Instalasi dengan kode ICD 10 serta rerata lama hari rawat
berdasarkan data laporan morbiditas RL2.
3. Profesi Perawat – mempersiapkan Asuhan Keperawatan.
4. Profesi Farmasi – mempersiapkan Daftar Formularium, sistem unit
dose dan stop ordering.
5. Profesi Akuntasi/Keuangan – mempersiapkan Daftar Tarif rumah sakit
Setiap varians yang didapatkan akan dilakukan tindak lanjut dalam bentuk
pelaksanaan audit medis.
17
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR
10 11 12
HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter …………..
Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
…………………………… ………………
…………………………… ………………
………………………….. ………………
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
18
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………..
Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
…………………………… ……………
…………………………… ……………
………………………….. ……………
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………..
Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
……………………
PPDU: …………… Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
PPDS: …………… Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Dokter ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
19
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
Penyakit Utama ………………. …………… …………… …………… ……………
Penyakit Penyerta ………………. …………… …………… …………… ……………
Komplikasi ………………. …………… …………… …………… ……………
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Konsultasi ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Pemeriksaan Penunjang: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Tindakan: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Obat obatan:
…………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
…………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
………………………….. ……………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
Nutrisi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Mobilisasi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Hasil (Outcome):
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
Pendidikan/Rencana ………………. …………… …………… …………… ……………
Pemulangan:
Varians: ………………. …………… …………… …………… ……………
……………… …………… …………… …………… ……………
Jumlah Biaya ………..
Perawat : Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
20
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter …………..
Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
…………………………… ……………….
…………………………… ………………
………………………….. ……………….
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
21
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat
1 2 3 4 5 6 7
Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………..
Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
…………………………… ………..
…………………………… ………..
………………………….. ……......
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
22
INSTRUMEN MONITORING
DAN
EVALUASI IMPLEMENTASI
CLINICAL PATHWAYS
DAFTAR ISTILAH
Clinical Governance (CG) adalah satu kerangka konsep sistem mutu dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu
di sarana/fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri
dari:
1. pengelolaan secara transparan, adil dan
akauntabel
2. clinical effectiveness
3. manajemen risiko klinis
4. audit medis
5. pendidikan, pengembangan dan penelitian
profesi
Keamanan Pasien (Patient adalah proses pelayanan pasien yang aman, terdiri
Safety) dari:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan manajemen risiko
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Tindak lanjut dan solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko
2
S1 Profesi Medis
Nilai Kriteria
3
S1 P2 Standar Pelayanan Medis (SPM)/Standar Prosedur Operasional (SPO)
dari Kelompok Staf Medis (KSM)/Staf Medis Fungsional (SMF)/
Departemen/Bagian
Nilai Kriteria
4
S2 Profesi Keperawatan
S2 P1 Asuhan Keperawatan
Nilai Kriteria
5
S3 Profesi Apoteker/Farmasis
Nilai Kriteria
6
S3 P2 Unit Dose Daily (UDD)
Nilai Kriteria
0 Belum ada format Unit Dose Daily (UDD) Rumah Sakit dari
Panitia/Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
7
S3 P3 Stop Ordering (SO)
Nilai Kriteria
8
S4 Integrated Clinical Pathways (ICP)
Nilai Kriteria
7 Ada bukti tertulis telah melakukan revisi atas uji coba format
Integrated Clinical Pathways (ICP).
9
S4 P2 Integrated Clinical Pathways (ICP) tingkat KSM/SMF/Departemen/Bagian
Nilai Kriteria
10
S4 P3 Kodefikasi Integrated Clinical Pathways (ICP) tingkat KSM/SMF/
Departemen/Bagian berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 – CM.
Nilai Kriteria
11
S4 P5 Varians Integrated Clinical Pathways (ICP) tingkat KSM/SMF/
Departemen/Bagian.
Nilai Kriteria
12
S5 Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan/Keselamatan Pasien.
13
INSTRUMEN
MANAJEMEN RISIKO KLINIS
DAN
KEAMANAN PASIEN
Editor
Dody Firmanda
Komite Medik
Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta
2005
i
KONTRIBUTOR
ii
Ridwan Bachri, Dr, Sp. An Ketua SMF Anestesi
Tuti Mutiah, Dr, Sp. KGA Ketua SMF Gigi dan Mulut
iii
DAFTAR ISTILAH
Istilah Definisi
Keselamatan pasien Adalah proses pelayanan pasien yang aman,
(Patient Safety) terdiri dari:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan manajemen risiko
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Tindak lanjut dan solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko
iv
Instrumen
Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien
v
S1 Kebijakan mengenai Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien
S1P1 Proses penyusunan kebijakan tertulis mengenai Manajemen Risiko Klinis dan
Keamanan Pasien di Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Nilai: Kriteria:
vi
S1P2 Kebijakan tertulis mengenai Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien di
tingkat Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) dan SMF.
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien
1 Ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan, akan tetapi belum/tidak ada kebijakan
tertulis di tingkat SMF dan instalasi/unit pelayanan.
2 Ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan, SMF dan instalasi/unit pelayanan, akan
tetapi belum disahkan penerapannya oleh pimpinan rumah sakit.
3 Ada kebijakan tertulis tersebut telah disahkan penerapannya oleh pimpinan rumah
sakit, akan tetapi belum difahami/dimengerti oleh seluruh staf pelayanan.
vii
S2 Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien
S2P1 Proses penyusunan Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien di Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Nilai: Kriteria:
0 Proses penyusunan Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien untuk
tingkat Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) tidak
melibatkan profesi dan jajaran struktural terkait (top down approach).
3 Proses penyusunan Panduan tersebut dalam bentuk Tim yang melibatkan profesi,
jajaran struktural terkait, dan Komite Medik (dalam hal ini Tim Farmasi dan Terapi
Komite Medik, Tim Mutu Profesi Komite Medik dan Tim Pengendali Infeksi Komite
Medik) akan tetapi tidak ada agenda jadwal pertemuan dan bukti notulen .
4 Telah ada agenda jadwal pertemuan dan bukti notulen Tim Penyusun Panduan
akan tetapi belum ada evaluasi Panduan tersebut.
viii
S2P2 Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien di tingkat Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) dan SMF.
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien dari tingkat
pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
1 Ada Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien untuk tingkat rumah
sakit, akan tetapi belum/tidak ada di tingkat SMF dan instalasi/unit pelayanan..
2 Ada Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien untuk tingkat rumah
sakit, SMF dan instalasi/unit pelayanan akan tetapi belum disahkan penerapannya
oleh pimpinan rumah sakit.
3 Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien tersebut telah disahkan
penerapannya oleh pimpinan rumah sakit, akan tetapi belum difahami/dimengerti
oleh seluruh staf pelayanan.
4 Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien telah diterapkan dan telah
difahami/dimengerti oleh seluruh staf pelayanan akan tetapi belum dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut.
5 Telah dilakukan evaluasi dan tindak lanjut dari penerapan Panduan tersebut.
ix
S2P3 Isi Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien.
Nilai: Kriteria:
4 Implementasi Panduan tersebut telah dilakukan evaluasi akan tetapi belum ada
tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut.
5 Telah melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi penerapan langkah langkah
Manajemen Risiko Klinis dari Panfuan tersebut.
x
S3 Alur masuk rawat inap
S3P1 Proses penyusunan alur masuk rawat inap di Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit)
Nilai: Kriteria:
0 Proses penyusunan alur rawat inap mengenai Manajemen Risiko Klinis dan
Keamanan Pasien untuk tingkat Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
(Rumah Sakit) tidak melibatkan profesi dan jajaran struktural terkait (top down
approach).
1 Proses penyusunan alur rawat inap tersebut melibatkan profesi dan jajaran struktural
terkait, akan tetapi tidak dibentuk Tim Penyusun.
2 Proses penyusunan alur rawat inap tersebut melibatkan profesi dan jajaran struktural
terkait dalam bentuk Tim Penyusun, akan tetapi tidak melibatkan Komite Medik
(dalam hal ini Tim Farmasi dan Terapi Komite Medik, Tim Mutu Profesi Komite Medik
dan Tim Pengendali Infeksi Komite Medik).
3 Proses penyusunan alur rawat inap tersebut melibatkan profesi dan jajaran struktural
terkait, Komite Medik (dalam hal ini Tim Farmasi dan Terapi Komite Medik, Tim
Mutu Profesi Komite Medik dan Tim Pengendali Infeksi Komite Medik) dalam bentuk
Tim Penyusun akan tetapi tidak ada jadwal pertemuan dan bukti notulen .
4 Proses penyusunan alur rawat inap tersebut dalam bentukTim Penyusun yang
melibatkan profesi dan jajaran struktural terkait, Komite Medik (dalam hal ini Tim
Farmasi dan Terapi Komite Medik, Tim Mutu Profesi Komite Medik dan Tim
Pengendali Infeksi Komite Medik), mempunyai agenda jadwal pertemuan dan bukti
notulen akan tetapi belum ada evaluasi tentang alur rawat inap tersebut.
xi
S4 Jadwal dinas dan penanggung jawab dokter
S4P1 Ada jadwal dinas dan penanggung jawab dokter yang menangani pasien (by name)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis tentang jadwal dinas dan penanggung jawab dokter
yang menangani pasien (by name) dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
1 Ada kebijakan tertulis tentang jadwal dinas penanggung jawab dokter yang
menangani pasien (by name) dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit), akan tetapi belum/tidak ada jadwal dinas dan
penanggung jawab dokter yang menangani pasien (by name) di tingkat SMF dan
instalasi/unit pelayanan.
2 Telah ada jadwal dinas penanggung jawab dokter yang menangani pasien (by
name) di tingkat SMF dan instalasi/unit pelayanan, akan tetapi belum disahkan oleh
pimpinan rumah sakit.
3 Jadwal dinas dan penanggung jawab dokter yang menangani pasien (by name) di
tingkat SMF dan instalasi/unit pelayanan telah disahkan oleh pimpinan rumah sakit
akan tetapi belum difahami/dimengerti oleh seluruh staf pelayanan.
4 Jadwal yang telah disakan tersebut telah difahami/dimengerti oleh seluruh staf
pelayanan akan tetapi belum dilakukan evaluasi implementasinya.
5 Telah dilakukan evaluasi implementasi jadwal tersebut dan tindak lanjut dari hasil
evaluasi tersebut.
xii
S5 Standar Prosedur Operasional (SPO) atau Standar Pelayanan Medis (termasuk tindakan)
S5P1 Standar Prosedur Operasional (SPO) atau Standar Pelayanan Medis (termasuk
tindakan)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis penggunaan Standar Prosedur Operasional (SPO) atau
Standar Pelayanan Medis (termasuk tindakan) dari tingkat pimpinan Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
6 Telah melakukan audit medis dan revisi Standar Prosedur Operasional (SPO) atau
Standar Pelayanan Medis (termasuk tindakan).
xiii
S5P2 Kesalahan medis (medical errors)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai kesalahan medis (medical errors)
2 Telah ada kebijakan tertulis mengenai kesalahan medis (medical errors) untuk
tingkat rumah sakit, SMF dan instalasi/unit pelayanan akan tetapi belum disahkan
oleh pimpinan rumah sakit.
4 Kesalahan medis (medical errors) yang terjadi belum dilakukan pelaporan sesuai
alur yang telah dibuat.
5 Laporan kesalahan medis (medical errors) yang terjadi belum/tidak ada tindak lanjut.
6 Telah dilakukan tindak lanjut atas kesalahan medis (medical errors) yang terjadi.
xiv
S5P3 Kesalahan laten dan aktif medis (latent and active errors)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai kesalahan laten dan aktif medis (latent and
active errors)
2 Telah ada kebijakan tertulis mengenai kesalahan laten dan aktif medis (latent and
active errors) untuk tingkat rumah sakit, SMF dan instalasi/unit pelayanan akan
tetapi belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit.
4 Kesalahan laten dan aktif medis (latent and active errors) yang terjadi belum
dilakukan pelaporan sesuai alur yang telah dibuat.
5 Laporan kesalahan laten dan aktif medis (latent and active errors) yang terjadi
belum/tidak ada tindak lanjut.
6 Telah dilakukan tindak lanjut atas kesalahan laten dan aktif medis (latent and active
errors) yang terjadi.
xv
S5P4 Nyaris terjadi (near miss)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai kesalahan nyaris terjadi (near miss)
2 Telah ada kebijakan tertulis mengenai kesalahan nyaris terjadi (near miss) untuk
tingkat rumah sakit, SMF dan instalasi/unit pelayanan akan tetapi belum disahkan
oleh pimpinan rumah sakit.
4 Kesalahan nyaris terjadi (near miss) yang terjadi belum dilakukan pelaporan sesuai
alur yang telah dibuat.
5 Laporan kesalahan nyaris terjadi (near miss) yang terjadi belum/tidak ada tindak
lanjut.
6 Telah dilakukan tindak lanjut atas kesalahan nyaris terjadi (near miss) yang terjadi.
xvi
S6 Standar Formularium dan Standar Peralatan Medis
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis penggunaan Standar Formularium dari tingkat pimpinan
Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
5 Evaluasi (audit medis) telah dilakukan akan tetapi belum dilakukan revisi Standar
Formularium.
xvii
S6P2 Standar Peralatan Medis
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai Standar Peralatan Medis.
2 Seluruh kebijakan tertulis mengenai Standar Peralatan Medis untuk tingkat rumah
sakit dan tingkat SMF, ruang tindakan, kamar operasi, rawat inap dan ICU akan
tetapi belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit.
3 Standar Peralatan Medis untuk tingkat rumah sakit dan tingkat SMF, ruang tindakan,
kamar operasi, rawat inap dan ICU telah oleh disahkan pimpinan rumah sakit, akan
tetapi belum difahami/dimengerti oleh seluruh staf pelayanan.
4 Seluruh kebijakan tentang Standar Peralatan Medis telah difahami/ dimengerti oleh
seluruh staf pelayanan akan tetapi belum dilakukan pelaporan sesuai alur yang
telah dibuat.
5 Telah melakukan pelaporan sesuai alur yang telah dibuat akan tetapi belum/tidak
ada tindak lanjut.
6 Telah ada tindak lanjut dari hasil pelaporan Standar Peralatan Medis.
xvii
i
S6P3 Kejadian yang tidak diharapkan (adverse event)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai kejadian yang tidak diharapkan (adverse
event).
2 Telah ada kebijakan tertulis mengenai kejadian yang tidak diharapkan (adverse
event) untuk tingkat rumah sakit, SMF dan instalasi/unit pelayanan akan tetapi
belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit.
4 Kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) yang terjadi belum dilakukan
pelaporan sesuai alur yang telah dibuat.
5 Laporan kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) yang terjadi belum/tidak
ada tindak lanjut.
6 Telah dilakukan tindak lanjut atas kejadian yang tidak diharapkan (adverse event)
yang terjadi.
xix
S7 Surveilens Infeksi dan Resistensi MRSA.
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis mengenai surveilens infeksi dari tingkat pimpinan
Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
1 Ada kebijakan tertulis tentang suveilens infeksi dari tingkat pimpinan Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit), akan tetapi belum/tidak ada di
tingkat SMF dan ruang rawat inap.
2 kebijakan tertulis tersebut belum disahkan oleh Komite Medik dan pimpinan rumah
sakit.
5 Telah dilakukan evaluasi akan tetapi belum melakukan peta kuman dan kebijakan
penggunaan antibiotik yang rasional serta revisi Standar Formularium.
xx
S7P2 MRSA
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai MRSA.
3 Kebijakan tertulis yang telah disahkan belum difahami/dimengerti oleh seluruh staf
pelayanan terkait.
5 Telah melakukan pelaporan MRSA sesuai alur yang telah dibuat akan tetapi
belum/tidak ada tindak lanjut.
xxi
S7P3 Plebitis akibat pemasangan jarum infus (IVFD)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai plebitis akibat pemasangan jarum infus (IVFD).
2 Kebijakan tertulis mengenai plebitis belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit.
4 Belum melakukan pelaporan sesuai alur yang telah dibuat mengenai plebitis akibat
pemasangan jarum infus (IVFD).
5 Belum/tidak ada tindak lanjut dari hasil pelaporan mengenai plebitis akibat
pemasangan jarum infus (IVFD).
6 Telah melakukan tindak lanjut atas hasil pelaporan mengenai plebitis akibat
pemasangan jarum infus (IVFD).
xxii
S7P4 Infeksi akibat luka operasi (ILO)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai infeksi akibat luka operasi (ILO).
xxii
i
S7P5 Infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter urin (ISK)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai infeksi saluran kemih akibat pemasangan
kateter urin (ISK).
5 Belum/tidak ada tindak lanjut atas hasil pelaporan mengenai infeksi saluran kemih
akibat pemasangan kateter urin (ISK).
6 Telah melakukan tindak lanjut mengenai infeksi saluran kemih akibat pemasangan
kateter urin (ISK).
xxiv
S7P6 Bronkopneumonia akibat pemasangan ventilator (BP)
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai bronkopneumonia akibat pemasangan
ventilator (BP).
5 Belum/tidak ada tindak lanjut atas hasil laporan mengenai bronkopneumonia akibat
pemasangan ventilator (BP).
xxv
S7P7 Program cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan/tindakan
terhadap pasien (hand wash).
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit) mengenai program cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan/tindakan terhadap pasien (hand wash).
2 Kebijakan tertulis mengenai program cuci tangan belum disahkan oleh pimpinan
rumah sakit.
5 Cuci tangan telah menjadi budaya akan tetapi belum/tidak ada penelitian observasi
dan tindak lanjutnya.
xxvi
S8 Sarana Pengaduan pasien terhadap pelayanan di rumah sakit.
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis mengenai pengaduan pasien selama di rumah sakit dari
tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
1 Ada kebijakan tertulis tentang pengaduan pasien dari tingkat pimpinan Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit), akan tetapi belum/tidak ada di
tingkat SMF dan instalasi/unit pelayanan.
5 Telah melakukan evaluasi dan kompilasi data atas pengaduan yang diterima akan
tetapi belum melakukan tindak lanjut.
xxvi
i
S9 Audit Medis.
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis mengenai audit medis dari tingkat pimpinan Institusi
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
2 Ada kebijakan tertulis tentang audit medis dan panduannya, akan tetapi belum
diimplementasikan.
3 Ada kebijakan tertulis tentang audit medis dan panduannya serta telah
diimplementasikan akan tetapi belum dilakukan evaluasi.
xxvi
ii
S10 Mekanisme Tindak Lanjut dari seluruh kegiatan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan
Pasien
Nilai: Kriteria:
0 Tidak ada kebijakan tertulis mengenai mekanisme tindak lanjut kegiatan Manajemen
Risiko Klinis dan Keamanan Pasien dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit).
1 Ada kebijakan tertulis tentang mekanisme tindak lanjut kegiatan Manajemen Risiko
Klinis dan Keamanan Pasien dari tingkat pimpinan Institusi Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit), akan tetapi belum/tidak ada panduannya..
2 Ada kebijakan tertulis tentang mekanisme tindak lanjut kegiatan Manajemen Risiko
Klinis dan Keamanan Pasien dan panduannya, akan tetapi belum
diimplementasikan.
3 Ada kebijakan tertulis tentang mekanisme tindak lanjut kegiatan Manajemen Risiko
Klinis dan Keamanan Pasien dan panduannya serta telah diimplementasikan akan
tetapi belum dilakukan evaluasi.
4 Ada kebijakan tertulis tentang mekanisme tindak lanjut kegiatan Manajemen Risiko
Klinis dan Keamanan Pasien, panduannya dan telah diimplementasikan serta telah
dilakukan evaluasi akan tetapi belum menjadi budaya profesi.
xxix
Keterangan:
1. Bila dari instrumen ini ada nilai berwarna merah, institusi sarana pelayanan
(rumah sakit) tersebut sangat rawan akan terjadinya risiko klinis.
2. Bila dari instrumen ini ada nilai berwarna kuning, institusi sarana pelayanan
(rumah sakit) tersebut rawan akan terjadinya risiko klinis.
3. Bila dari instrumen ini tidak ada nilai berwarna merah dan kuning, institusi
sarana pelayanan (rumah sakit) tersebut cukup aman akan terjadinya risiko
klinis, akan tidak berarti aman sama sekali dan kemungkinan untuk terjadi
risiko klinis masih mungkin.
xxx
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR HR HR
10 11 12
HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter …………..
Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
…………………………… ………………
…………………………… ………………
………………………….. ………………
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
18
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR HR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………..
Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
…………………………… ……………
…………………………… ……………
………………………….. ……………
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………..
Perawat (PPJP) Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
……………………
PPDU: …………… Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
PPDS: …………… Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Dokter ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
19
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
Penyakit Utama ………………. …………… …………… …………… ……………
Penyakit Penyerta ………………. …………… …………… …………… ……………
Komplikasi ………………. …………… …………… …………… ……………
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Konsultasi ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Pemeriksaan Penunjang: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Tindakan: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Obat obatan:
…………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
…………………………… ………………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
………………………….. ……………. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ………………
Nutrisi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Mobilisasi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..
Hasil (Outcome):
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
………………………….. ………………. …………… …………… …………… ……………
Pendidikan/Rencana ………………. …………… …………… …………… ……………
Pemulangan:
Varians: ………………. …………… …………… …………… ……………
……………… …………… …………… …………… ……………
Jumlah Biaya ………..
Perawat : Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
20
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6
Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter …………..
Konsultasi …………..
Pemeriksaan Penunjang:
…………..
Tindakan: …………..
Obat obatan:
…………………………… ……………….
…………………………… ………………
………………………….. ……………….
Nutrisi: …………..
Mobilisasi: …………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya …………..
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
21
CLINICAL PATHWAYS
LAMBANG
RS PARU BATU
RS PARU BATU, JAWA TIMUR.
JAWA TIMUR ……………………………………………………………..
2011
Nama Pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: Nomor Rekam Medis:
…………………………………………………… ……………… ……………..kg …………..cm …………………………….
Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …… hari
R. Rawat Tgl/Jam masuk: Tgl/Jam keluar: Lama Rwt Kelas: Tarif/hr (Rp): Biaya (Rp)
Aktivitas Pelayanan ……………. ………………. ………………. ……... hari …….. …………. ……………
Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat
1 2 3 4 5 6 7
Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..
Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ………..
Konsultasi ………..
Pemeriksaan Penunjang: ………..
Tindakan: ………..
Obat obatan:
…………………………… ………..
…………………………… ………..
………………………….. ……......
Nutrisi: ………..
Mobilisasi: ………..
Hasil (Outcome):
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Pendidikan/Rencana
Pemulangan:
Varians:
Jumlah Biaya ………
Perawat Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CM
Utama ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
……………………
Dokter Penyerta ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Penanggung ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
Jawab Pasien ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
(DPJP): Komplikasi ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
............................. ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
Verifikator: ………………………. ……….. ……………………………………… ……………….
…………………… ……………………… ……….. ……………………………………… ……………….
22