You are on page 1of 6

<-->

 REDAKSI HARI INI

 EDITORIAL

o DISKURSUS

o OPINI

o ANALISIS

o PENA PEMRED

 LAPSUS
 MIMBAR JUMAT

 PARIWISATA SUMUT

 KOMUNITAS WOL

 KLASIFIKA

o MOBIL

o SEPEDA MOTOR

o TELEKOMUNIKASI

o KOMPUTER/LAPTOP

o RUMAH

o JASA

o TANAH

o ELEKTRONIK

o DVD/VCD/CD

 DIREKTORI LOKAL

 HOME

 MEDAN

 SUMUT

 ACEH

 WARTA

o WARTA FOKUS

o EKONOMI & BISNIS

o NASIONAL & POLITIK


o NUSANTARA

o INTERNASIONAL

 SPORTS

o PSMS

o LOKAL

o NASIONAL

o INTERNASIONAL

o GOSIP

o WAWANCARA

 RAGAM

o SEKS

o FILM

o KESEHATAN

o INFOTAINMENT

o GAYA HIDUP

o MUSIK

o TEKNOLOGI

o OTOMOTIF

o KREASI

o JURNAL PUTERI INDONESIA

 CITIZEN JOURNALISM

 ENGLISH NEWS

LOGIN

search... SEARCH

search com_search

TUESDAY, 04 SEPTEMBER 2007 07:00   

Membangun Kesadaran Politik Masyarakat


Opini
Tahun 2008 akan diadakan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Momentum itu harus
mendapat perhatian serius dan ketat agar dapat mengubah nasib 'gelap' masyarakat Sumut. Mulai
dari membidani pencerahan PLN mengusir 'kegelapan' Sumut, sampai dengan pengentasan
kemiskinan, pemberantasan korupsi serta pelayanan kesehatan dan pendidikan berbiaya murah
yang sangat didambakan masyarakat. Perubahan menuju kehidupan yang 'terang' sungguh
membutuhkan tangan-tangan cerdas, kerja keras dan ikhlas. Dan itu sangat ditentukan oleh
kesadaran politik masyarakat untuk memilih kepala daerah yang akan mengurusi urusan
masyarakat nantinya. WASPADA Online    

Oleh Rony Darwin, ST

Tahun 2008 akan diadakan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu). Momentum itu harus
mendapat perhatian serius dan ketat agar dapat mengubah nasib 'gelap' masyarakat Sumut. Mulai
dari membidani pencerahan PLN mengusir 'kegelapan' Sumut, sampai dengan pengentasan
kemiskinan, pemberantasan korupsi serta pelayanan kesehatan dan pendidikan berbiaya murah
yang sangat didambakan masyarakat. Perubahan menuju kehidupan yang 'terang' sungguh
membutuhkan tangan-tangan cerdas, kerja keras dan ikhlas. Dan itu sangat ditentukan oleh
kesadaran politik masyarakat untuk memilih kepala daerah yang akan mengurusi urusan
masyarakat nantinya.

Politisasi Politik Negatif


Pernyataan: 'Politik itu kejam, politik itu kotor, politik itu menghalalkan segala cara', menurut
saya merupakan pembodohan politik masyarakat oleh politikus tikus yang takut bertarung secara
jantan dalam pentas politik praktis. Tidak sedikit orang yang menjauh dan menutup diri dari
aktivitas politik akibat stigmatisasi negatif politik itu. Dampak paling keras dirasakan pada
kalangan agamais, bahkan sampai pada pernyataan: 'Politik itu haram', ketika dihadapkan dengan
agama yang suci, bersih dan beradab. Sering kita temukan tokoh-tokoh agama yang menyeru
jamaahnya untuk menjauhi politik hanya karena pernyataan itu sesuai dengan fakta kekinian.
Padahal, fakta itu merupakan fakta buruk yang harus diubah dari keniscayaan politik dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Tujuan dari politisasi politik negatif itu sungguh kasat mata, yaitu untuk mengurangi pesaing
politik menuju tampuk kekuasaan dan menciptakan kondisi kondusif praktik politik kotor yang
mendapat pembenaran dengan pernyataan di atas. Keberlangsungan kekuasaan mereka terjamin
karena tidak ada lagi pengawasan (amar ma'ruf nahi munkar) dari kalangan agamais yang
bermoral. Apa yang terjadi selanjutnya sudah dapat diketahui. Politikus tikus dengan mudah
meraih kekuasaan. Kalaupun terjadi pertarungan, pertarungan itu hanya terjadi di antara tikus-
tikus nakal, dan yang menang tetap tikus. Sedangkan kalangan agamais yang memiliki hati
nurani telah menjauh dan menutup diri dari arena politik karena kebodohannya. Bagaimana tidak
bodoh, mereka telah membiarkan diri, keluarga dan masyarakat yang dicintainya dipimpin oleh
para tikus. Membiarkan politikus tikus berkuasa berarti berperan dalam mewujudkan kehidupan
'gelap' yang disukai para tikus.
Kesadaran Politik
Politik adalah pengaturan urusan masyarakat melalui kekuasaan. Kekuasaan diperoleh dari
rakyat melalui pemilihan. Ini berarti yang akan menduduki tampuk kekuasaan ditentukan oleh
masyarakat. Selain itu, masyarakat juga merupakan lahan tempat lahirnya para pemimpin. Oleh
karena itu, kualitas masyarakat akan menentukan kualitas penguasa yang terpilih. Di sinilah
pentingnya mencerdaskan masyarakat dengan membangun kesadaran politik. Adanya kesadaran
politik berarti adanya kesadaran masyarakat tentang bagaimana pengaturan urusan mereka;
aturan seperti apa dan siapa yang akan menjalankan aturan tersebut. Masyarakat tidak akan
tertipu lagi janji-janji palsu yang ditebar calon penguasa saat kampanye, apalagi sampai
menggadaikan hak pilih hanya untuk selembar baju kaos murahan, uang makan siang atau
sembako.

Kesadaran politik bisa terwujud dengan melakukan pembinaan politik. Pembinaan dapat
dilakukan melalui aktivitas pembinaan pemikiran berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Pemikiran
itu haruslah pemikiran yang mendasar dan menyeluruh yang mampu memancarkan sistem hidup,
atau biasa disebut dengan ideologi. Dengan begitu, masyarakat akan memiliki gambaran yang
jelas tentang sistem hidup (baca: aturan hidup) yang akan diterapkan, dan siapa (baca: penguasa)
yang pantas untuk menjalankannya. Jadi, pertarungan politik pada hakikatnya adalah pertarungan
ideologi, baik yang bersumber dari kejeniusan akal manusia -seperti kapitalisme dan sosialisme-
atau yang bersumber dari agama. Di sini penting untuk membedakan antara agama dan ideologi.
Agama adalah ajaran ketuhanan dan peribadatan yang bersifat individual, sedangkan ideologi
adalah tentang sistem hidup yang bersifat komunal. Ideologi apa pun yang diterapkan, tidak ada
hubungannya dengan pemaksaan suatu agama. Yang ada hanyalah keberhasilan pengemban
ideologi tersebut untuk meyakinkan masyarakat tentang meraih hidup damai, sejahtera, adil dan
beradab jika ideologi tersebut diterapkan, tanpa melihat lagi darimana asalnya. Semua orang, apa
pun agamanya, pasti menginginkan hal yang demikian.

Pembinaan juga dilakukan melalui aktivitas pengamatan berita dan peristiwa politik secara
berkesinambungan. Sebab, berita dan peristiwa itu merupakan untaian yang saling berhubungan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlaku. Tidak boleh ada berita dan peristiwa yang
terlewatkan. Terputusnya mata rantai berita dan peristiwa politik akan menyulitkan untuk
memahami realitas politik, bahkan bisa jadi salah. Di sinilah kemampuan dan kemudahan akses
media, baik cetak maupun elektronik menjadi urgent. Yang penting untuk dijelaskan selanjutnya
adalah bagaimana membedakan antara fakta dan opini yang ada dalam pemberitaan media.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa media juga bisa menjadi corong politik yang berpihak
dengan pemberitaan fakta konstruksi untuk menonjolkan kesan tertentu.

Penutup
Kesadaran politik akan memunculkan peran aktif masyarakat dalam meningkatkan mutu
kehidupan dengan melakukan pengawasan ketat atas kebijakan penguasa. Apalagi jika hal ini
dilandasi oleh kesadaran atas hubungannya dengan Tuhan yang mewajibkannya untuk
memikirkan urusan masyarakat. Tidak akan ada hambatan dan ancaman yang akan
menghentikannya. Tidak akan ada bujukan, rayuan yang akan memalingkannya. Maka
terciptalah social control yang berasal dari people power yang cerdas dan bermoral. Dalam
kondisi seperti ini, perubahan dari kehidupan 'gelap' menuju 'terang' tinggal menunggu waktu.
Dari masyarakat seperti ini juga akan lahir pemimpin-pemimpin yang mumpuni dan amanah
yang siap untuk mengambil alih kepemimpinan mewujudkan kehidupan damai, sejahtera, adil
dan beradab. Wallahu'alam bi ashshawab. 

Penulis adalah pengamat Sospol


(wns)
 
| HOME | ABOUT US | PROFILE | CONTACT US | CAREER | AD RATES |

Developed by; Emiriana.Net

You might also like