You are on page 1of 7

Artikel

Kesehatan Jiwa di Indonesia

Prof. Dr. R. Kusumanto Setyonegoro


Gurubesar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Jiwa Universitas Indonesia
Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI, Jakarta

PENDAHULUAN Landasan Hukum dan Dokumen Intemasional


Kegiatan dan kesibukan manusia sehari-hari tidak jarang Landasan ini terdiri dari beberapa produk legislatif, yaitu :
membuat individu cenderung untuk menitikberatkan penting- 1. Undang-Undang nomor 9/1960 tentang Pokok-Pokok Ke-
nya kesibukan/kegiatan itu. Malah mungkin ia agak mengalami sehatan.
obsesif-relatif dengan program hariannya. Oleh sebab itu, sering 2. Undang-Undang nomor 3/1966 tentang Kesehatan Jiwa.
pula dianjurkan agar manusia menoleh ke sejarah dan meninjau 3. Undang-Undang nomor 9/1976 tentang Narkotik.
ke masa depan. Ini agar ia dapat meyakinkan diri bahwa Dan beberapa Dokumen Internasional, seperti :
relativitas dari problematik yang dihadapinya perlu 4. "World Health Organization (WHO), Constitution".
diprioritaskan, sehingga ia dapat mengembangkan sense of 5. Alma Ata, USSR, 1978, "International Conference on
evolution, progress and contribution dari kegiatan tersebut. Primary Health Care", yang disponsori bersama oleh WHO
dan UNICEF.
Kesehatan Jiwa (KESWA) Berdasarkan landasan hukum dan dokumen internasional ini
Memasuki bidang Psikiatri untuk kemudian bergiat di pe- dapat ditarik hal-hal sebagai berikut:
layanan keswa, seorang dokter sering merasa dirinya didorong
oleh stimulasi intelektual; luasnya materi subjek, termasuk Tentang kesehatan (UUPokok Pokok Kesehatan)
berbagai tantangan dan tuntutan manusiawi dan ilmiah; serta Bab I : Ketentuan Umum, fasal 2.
undangan untuk melaksanakan kontak dengan para sejawatnya "Yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-Undang
yang menguji sensitivitas interpersonal, toleransi dan flek- ini meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan
sibilitas. Demikian pula keprihatinan dan keinginan untuk bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacad dan ke-
mengetahui lebih lanjut tentang condition humaine. lemahan".
Psikiatri jelas bukanlah merupakan suatu panacea untuk Bab II : Tugas Pemerintah, fasal 8 ayat 2.
penderitaan manusia, tetapi yang penting disadari adalah bahwa Ayat ini lebih menjabarkan lagi istilah "sakit, yaitu termasuk
kesehatan jiwa; yaitu pengetrapan dari prinsip-prinsip psikiatri — cacad (invaliditas).
secara individual di dalam kelompok maupun masyarakat, — kelemahan (weakness; feeble conditions; keterbelakangan
dapat membantu meringankan dan memecahkan permasalahan dalam perkembangan fisik dan mental).
manusiawi yang delikat. Oleh sebab itu, bertentangan dengan — usia lanjut (geriatric conditions; dengan atau tanpa
pendapat sebagian orang, psikiatri merupakan salah satu seni kelainan yang sifatnya mental).
dasar sentral dari ilmu kedokteran. Ini sudah disadari oleh rakyat
dan bangsa Indonesia, yaitu sejak permulaan ditegaskannya • Tentang kesehatan jiwa (UU Kesehatan Jiwa)
pelayanan kesehatan dan kesehatan jiwa secara sistimatik dan Undang- undang ini menjelaskan hal dan materi kesehatan jiwa,
integratif. Ditetapkan melalui Undang-Undang Pokok dan dengan pasti mengemukakan definisi sebagai berikut :
Kesehatan (nomor 9/1960); Undang-Undang Kesehatan Jiwa Bab I : Ketentuan Umum, fasal 1 ayat 1
(nomor 3/1966); dan lebih jelas lagi dalam Undang-Undang "Kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa yang sehat menurut
Narkotik (nomor 9/1976). ilmu kedokteran sebagai unsur daripada kesehatan, seperti

Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984 3


yang termaksud dalam fasal 2 UU Pokok-Pokok Kesehatan."
(f) Keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan jiwa
Penjelasan mengenai fasal ini, yaitu "Kesehatan Jiwa
sangat erat dan mendalam. Ini menciptakan kulminasi dalam
(mental health) menurut faham ilmu kedokteran sekarang ada-
pembentukan konsep kesehatan jiwa masyarakat (keswamas),
lah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
dan pembentukan BPKJM (Badan Pembina Kesehatan Jiwa
intelektuil dan emosionil yang optimal dari seseorang. Per-
Masyarakat), di bawah Gubernur/KDH tingkat I dan II di semua
kembangan itu berjalan selaras dengan orang-orang lain. Makna
propinsi yang sudah mempunyai RS Jiwa Pemerintah (Pedoman
kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi),
Kerja BPKJM, 1983).
dan memperhatikan semua segi dalam penghidupan manusia dan
• Tentang Narkotik (UUNarkotik)
dalam hubungannya dengan manusia lain.
Undang-Undang ini menjelaskan tentang materi narkotik.
Bab II Pemeliharaan kesehatan jiwa, fasal 3
Beberapa pokok yang khususnya menyangkut kesehatan dan
Fasal ini memberitahukan tentang usaha-usaha pemerintah
kesehatan jiwa:
c.q. Departemen Kesehatan, sebagai berikut :
Bab VIII: Pengobatan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan
(a) Merpelihara kesehatan jiwa dalam pertumbuhan dan
narkotik dan usaha penanggulangannya; fasal 32.
perkembangan anak.
1) Orang tua/wali dari seorang pecandu narkotik yang belum
(b) Mengusahakan keseimbangan jiwa dengan menyesuaikan
cukup umur wajib melaporkan pecandu tersebut kepada pejabat
penempatan tenaga selaras dengan bakat dan kemampuan.
yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan, dan wajib membawanya
(c) Perbaikan tempat kerja dan suasana kerja dalam perusahaan
kepada dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan
dan sebagainya, sesuai dengan ilmu kesehatan jiwa.
perawatan yang diperlukan.
(d) Mempertinggi taraf kesehatan jiwa seseorang dalam hu-
2) Pecandu narkotik yang telah cukup umur wajib melaporkan
bungannya dengan keluarga dan masyarakat.
diri kepada pejabat yang telah ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
(e) Usaha-usaha lain yang dianggap perlu oleh Menteri
3) Syarat-syarat untuk melaksanakan ketentuan tersebut dalam
Kesehatan.
ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Bab III : Perawatan dan pengobatan
Perlu diketahui, walaupun peraturan pelaksanaan Menteri
Bab IV : Harta benda milik penderita
Kesehatan yang dimaksud dalam fasal 32 hingga kini belum
Bab V : Penampungan bekas penderita penyakit jiwa
ditetapkan, tapi dalam kenyataan sehari-hari semua penderita
Bab-bab dan masing-masing fasalnya memberitahukan hal.
yang dikirimkan itu langsung menuju kepada dokter puskes-
hal khusus, sehingga memang sudah selayaknya Pemerintah RI
mas/RS Umum terdekat, yang kemudian meneruskannya ke-
memperhatikan dan membina bidang pelayanan kesehatan jiwa
pada RS Ketergantungan Obat di Jalan Fatmawati, Kebayoran
ini secara khusus.
Baru, atau RS Jiwa Pemerintah terdekat. Tindakan tersebut benar
(a) Perawatan dan pengobatan bagi mereka yang terganggu berat
dan menjamin bantuan medik-psikiatrik yang tepat.
dilakukan dalam RS Jiwa yang pada dasarnya tersedia di semua
Ditkeswa (Direktorat Kesehatan Jiwa) telah mengeluarkan
propinsi RI, atau di fasilitas keswa lain.
instruksi (1973) yang berlaku hingga sekarang: "Para penderita
(b) Perawatan dan pengobatan senantiasa dilakukan atas
ketergantungan narkotik, alkohol, dan substansi (obat) dapat
permintaan (tidak pernah atas paksaan). Ini menandaskan sikap
diterima untuk terapi dan rehabilitasi di semua RS Jiwa
open door policy dalam pelayanan kesehatan jiwa.
Pemerintah dan Swasta, bila permintaan itu datang dari pihak
(c) Perawatan dan pengobatan yang dimaksud itu harus disetujui
masyarakat sesuai syarat-syarat yang berlaku untuk semua
oleh dokter/psikiater yang bertanggung jawab. Ini berarti,
permintaan perawatan di RS Jiwa."
bahwa dokter/psikiater tersebut harus dapat membuat diagnosis
Dalam hubungan ini, perlu ditegaskan diagnostik di bidang
tertentu seperti yang tercantum dalam buku Pedoman
penyalahgunaan narkotik, alkohol dan substansi (obat) yang
Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa, edisi 2 (berlaku
tercantum dalam PP DGJ (1984) dan ICD — 9/WHO, Geneva
1984—1994), terbitan Direktorat Kesehatan Jiwa.
lihat Lampiran).
(d) Semua perawatan pasien di RS Jiwa dan fasilitas kesehatan
jiwa yang representatif di seluruh Indonesia dimonitor oleh • WHO Constitution
Sistim Informasi Keswa, yang berpusat pada Direktorat Kese- Dokumen ini memberikan anjuran dan justifikasi suatu pen-
hatan Jiwa, Depkes RI, Jakarta*. dekatan holistik terhadap materi kesehatan manusia. Ini di-
(e) Hubungan dengan pihak hukum dan pengadilan sangat erat, tuangkan dalam pernyataan-pernyataan di bawah ini.
khususnya karena menyangkut hak milik dan harta benda (a) Mengenai konsep kesehatan
penderita. Demikian pula visum et repertum psikiatrikum, "Health is a state of complete physical, mental and social well-
menyangkut responsibility and accountability concepts yang being and not merely the absence of disease or infirmity."
merupakan bidang kepentingan bersama antara Psikiatri dan (b) Mengenai anak (pertumbuhan dan perkembangan) "Health
disiplin-disiplin yuridis/legal. development of the child is of basic importance; the ability to
live harmoniously in a changing environment is essential to
such development."
(c) Mengenai informasi kepada masyarakat
* Sistim ini meliputi DIPAM (Daftar Isian Pasien Mental) yang dikelola
dengan teknik komputer. Menjangkau pasien rawat dalam, pasien "Informed opinion and active participation on the part of the
rehabilitasi, pasien ambulan (di RS Jiwa/fasilitas keswa; Puskesmas public are of the utmost importance in the improvement of the
yang melaksanakan Proyek In tegrasi Keswa; RS Umum dan Pus- health of the people."
kesmas). Bila dana tersedia, laporan dan tabulasi diterbitkan setiap
tahun.

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984


merupakan
(d) Mengenai tanggung jawab pemerintah (a) Suatu orientasi dalam keswa.
"Government have the responsibility for the health of their (b) Mencakup semua upaya yang dilaksanakan di masyarakat,
people which can be fulfilled only by the provision of adequate di bawah nama kesehatan jiwa. Baik yang dilaksanakan secara
health and social measures." hospital based maupun ambulatory.
Beberapa karakteristik lain yang melekat pada upaya kes-
• Alma Ata, USSR, 1978
wamas adalah sebagai berikut:
Konferensi ini diadakan pada tanggal 6 — 12 September
(a) Terutama sekali tertuju kepada kelompok-kelompok
1978 di kota Alma Ata, USSR, ibukota Kazakh Soviet So-
masyrakat (walaupun fokus terhadap individu tidak diabaikan.
cialist Republic di bawah sponsorship gabungan WHO dan
(b) Dititikberatkan kepada upaya prevensi dan promosi; tidak
UNICEF.
hanya terapi dan rehabilitasi.
Beberapa hasil penting perlu dikemukakan:
(c) Diikhtiarkan agar ada suatu kontinuitas dari berbagai pe-
(a) Declaration of Alma Ata, Section I
layanan (keswa, sosial, kesejahteraan dan sebagainya). Dengan
The Conference strongly reaffirms that health which is a state
demikian maka diikthiarkan agar pelayanan-pelayanan itume-
of complete physical, mental and social well-being, and not
rupakan suatu sistim keswa yang komprehensif.
merely the absence of disease and infirmity, is a fundamental
(d) Mengutamakan suatu kerjasama intersektoral, khususnya
right and that the attainment of the highest possible level of
sektor kesehatan/kesehatan jiwa/pendidikan/kesejahteraan
health is a most important world-wide social goal whose
sosial/keagamaan/penerangan/keluarga berencana/dan sektor-
realization requires the action of many other social and eco-
sektor lain yang ada relevansi dengan keswa.
nomic sectors in addition to the health sector.
(e) Berupaya melaksanakan "kegiatan psikoterapi singkat"
(b) Content of Primary Health Care (Recommendation 5)
(brief psychotherapy), dan tertuju kepada intervensi kondisi-
The conference;
kondisi krisis.
Stressing that Primary Health Care should focus on the main
(f) Mengutamakan peran serta masyarakat.
health problems in the community, but recognizing that these
(g) Mengusahakan pendidikan keswa bagi pejabat/petugas di
problems and ways of solving them will vary from one country
bidang-bidang pelayanan kemanusiaan (human services), guna
and community to another.
memperkokoh orientasi keswa mereka.
Recommends that primary health care should include at
(h) Mengusahakan kerjasama yang mantap dan erat dengan
least:
bidang kesehatan masyarakat (public health).
— Education concerning prevailing health problems and the
(i) Melaksanakan research epidemiologi keswa.
methods of identifying, preventing and controlling them.
(j) Mengusahakan agar seluruh lapisan masyarakat (golongan
— Promotion of food supply and proper nutrition.
ekonomi; usia; jenis-jenis gangguan keswa; dan sebagainya)
— Adequate supply of safe water, and basic sanitation.
dapat mengambil manfaat dari upaya keswamas.
— Maternal and child health care, including family planning.
— Immunication against the major infectious diseases. BERBAGAI KEGIATAN
— Prevention and control of locally endemic diseases. Orientasi
— Appropriate treatment of common diseases and injuries. Di hampir semua negara berkembang, perubahan sosial yang
— Promotion of mental health; and provision of essential cepat (sebagai hasil dari perkembangan ekonomi, industrialisa-
drugs. si, urbanisasi dan proses-proses lain yang berkaitan dengan itu)
(c) Primary Health Care Approach (Summary and Dis- telah diketahui membawa serta akibat-akibat buruk terhadap
cussions 15) struktur keluarga, berfungsinya keluarga, dan dengan sendiri-
The conference considered primary health care to be essential nya taraf keswa dari individu-individu.
care based on practical, scientifically sound and socially Berbagai laporan tentang keretakan rumah tangga, kenakal-
acceptable methods and technology made universally accesible an remaja, gaya hidup yang kurang sehat, kekerasan dan peng-
to individuals and families in the community through their full rusakan, semua dapat merupakan indikasi daripada disorganisa-
participation and at a cost that the community and the country si sosial tertentu.
can afford to maintain at every stage of their development in Sistim pendukung tradisional mengalami erosi, demikian
the spirit of self-reliance and self-determination. pula daya tahan keluarga dan individu menghadapi stres, an-
It forms an integral part both of the country's health system, caman penyakit atau disabilitas sehingga peranan sosial mereka
of which it is the central function and main focus, and of the terganggu. Kondisi-kondisi itu jelas akan menambah beban dari
overall social and economic development of the community. sistim pelayanan kesehatan yang sudah sangat besar beban ru-
It is the first level of contact of individuals, the family and tinnya. Ditambah keterbatasan dari sumber-sumber dana dan
the community with the national health system, bringing health manusia yang ahli, maka dapat dikatakan bahwa jaringan pe-
care as close as possible to where people live and work, and layanan keswa perlu diperkuat dengan segera dan merata.
constitute the first element of a continuing health care process. Tidak kurang dari 40 juta manusia di dunia menderita gang-
guan jiwa berat, dan kira-kira dua kali dari jumlah tersebut
Kesehatan Jiwa Masyarakat (KESWAMAS) menderita gangguan jiwa akibat ketergantungan alkohol, nar-
Sesuai dengan istilahnya, maka kesehatan jiwa masyarakat kotik dan substansi (obat), retardasi mental dan gangguan

Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984 5


antara stres dan penyakit; stres dan lingkungan; stres dan ke-
retakan marital; stres dan golongan sosio-ekonomik; serta ba-
organik lain dari susunan saraf pusat. Penderita epilepsi di dunia gaimana stres itu dapat diatur dan diarahkan agar psikopatolo-
ditaksir berjumlah 15 juta. Dugaan mengenai jumlah pasien gik yang mengancam dapat dikurangi tarafnya.
dengan gangguan jiwa yang relatif ringan (neurotik) itu Contoh lainnya yaitu krisis. Ia merupakan peristiwa yang
bervariasi, dan tergantung dari lokasinya. Tapi, tidak kurang mempresipitasi suatu keadaan gawat darurat, yang setiap indi-
dari 200 juta manusia yang menderita gangguan tersebut se- vidu atau keluarga dapat memberikan formulasinya masing-
hingga efisiensi kerja atau hidupnya merosot. Oleh sebab itu, masing.
gangguan kesehatan jiwa merupakan bagian yang cukup besar Jadi, berbagai upaya prevensi stres dan krisis bukan meru-
dari seluruh morbiditas umat manusia dan tidak dapat diabai- pakan lembaga yang fantastis, melainkan sumber-sumber
kan baik di dunia berkembang atau maju.* suportif yang sangat realistik. Dengan sendirinya makna sosio-
Di Indonesia, diperhitungkan gangguan jiwa berat (psi- kultural dari peristiwa-peristiwa seperti bunuh-diri, percobaan
kotik) berjumlah 1—3 per mil dari seluruh penduduk; sedang- bunuh-diri, ansietas, depresi serta frustasi merupakan kondisi-
kan yang relatif ringan (neurotik) antara 40—60 per mil. kondisi mental emosional dari gambaran manusiawi yang mulai
Kota Jakarta yang berpenduduk 6 juta, diperhitungkan ada makin luas diketahui serta diakui di kalangan profesional atau
6—18 ribu penderita psikotik. 10% di antaranya perlu perawat- awam.
an segera di RS Jiwa atau klinik Psikiatri untuk pengobatan
intensif. Perhitungan untuk penderita neurotik dan lain-lain • Segi organobiologik
dengan sendirinya jauh lebih besar. Kedokteran biologik memperhatikan secara mendalam bidang-
Pendekatan prevensi, terapi dan rehabilitasi bidang neurofisiologi, biokimia, elektroensefalografi, dan psi-
kofarmakologi; serta relevansi dan korelasinya terhadap kondisi
Landasan dasar dari pendekatan prevensi, terapi dan rehabi-
mental emosional individual. Khususnya mengenai bidang
litasi yaitu eklektik-holistikDetail-prinzip dan Ganzheit-prinzip
psikofarmakologi, perhatian makin berkembang karena
perlu diusahakan agar dua prinsip itu terjalin secara integratif
relevansinya yang langsung dengan upaya terapi dan
dan sistematik.**
rehabilitasi.
Segi-segi organobiologik, psiko-edukatif dan sosio-kultural
Oleh sebab itu, sub-bidang tertentu seperti klasifikasi obat
perlu dipertemukan masing-masing relevansi dan korelasinya
psikofarmaka; mekanisme dasar (dengan masing-masing hipo-
dengan mengetahui pendalaman ilmiah pendukung secara me-
tesis mengenai khasiat dan mekanisme neuroleptik, antidepre-
madai, dan mengamalkan pengetrapan menyeluruh secara ber-
sif, dan substansi/obat lain); metodik neurofisiologi (EEG, sleep
tanggung jawab.
• Segi psiko-edukatif polygrams, evoked potentials, dan hal-hal lain yang berkaitan);
Merupakan salah satu segi yang sering diabaikan oleh seorang uji coba klinik (preklinik, klinik-terapeutik, dan lain-lain);
dokter, tetapi yang justru dipentingkan dalam praktek keswa. pengaruh obat terhadap daya ingat (memory); pendekatan
Teknologi medik, tendensi untuk berorientasi pada penyakit integratif farmakoterapi dan psikoterapi serta implikasi-
perlu dijadikan satu dengan observasi klinik dan humanistik, implikasinya, semuanya merupakan bidang perhatian yang
sehingga kejadian-kejadian dalamproses relasi-interrelasi antara serius.
pasien dan dokter dapat dicatat berbagai perilaku khusus yang Prospek masa depan (penelitian; pengetrapan praktis)
indikatif. Dengan demikian, proses diagnostik dipermudah dan Pelayanan keswa secara kontinu memperhatikan landasan
dipertajam. Bimbingan psikoterapeutik kemudian menjadi ilmiah dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan di masing-
langkah berikutnya yang layak dilaksanakan. masing unit pelaksana dari RS Jiwa dan Fasilitas Keswa di se-
• Segi sosio-kultural luruh Indonesia. Diantaranya:
Dasar-dasar genetik manusia tidak berubah dalam 50.000 hing- • Terapi integratif dari psikoterapi, farmakoterapi dan bim-
ga 100.000 tahun perjalanan evolusinya. Akan tetapi, sebalik- bingan sosial-lingkungan tetap merupakan suatu tantangan be-
nya lingkungan sosio-kultural tempat ia hidup dan berkembang sar. Dokter/psikiater; disiplin perawatan; disiplin psikologi kli-
telah berubah dengan sangat radikal dan fenomenal. nik; antropologi medik dan lain-lain masih perlu melaksanakan
Memang benar, terdapat unsur spekulasi dalam upaya me- upaya yang lebih banyak dan mendalam.
rekontruksi sejarah evolusi itu. Akan tetapi, hal seperti itu akan • Efektivitas terapi yang dilaksanakan sering merupakan bi-
menambah penilaian perspektif kita terhadap hakekat dang yang sulit dinilai secara pasti, tidak saja di bidang keswa,
problematik umat manusia. Dengan demikian pula, kita dapat melainkan juga di bidang kedokteran lainnya. Apakah benar
mengetahui hubungan fungsional, dan kadang-kadang juga pasien menggunakan dosis yang diharuskan (patient complian-
struktural antara kondisi organo-biologik dan keadaan sosio- ce)? Bagaimana perbandingan faktual antara efek dan efek
kultural yang berkembang. sampingan?
Salah satu faktor sosio-kultural yang umum diketahui ada- • Penilaian komparatif dari satu jenis terapi dibandingkan je-
lah kondisi stres. Berbagai hubungannya diketahui, misalnya nis terapi lain, merupakan bidang yang belum cukup dinilai.
Demikian pula di bidang prevensi melalui Upaya Bina Kes-
* WHO 7th Programme of Work, 1984-1989. Promotion and Protection mawas (BP KJM: Badan Pembina Kesehatan Jiwa Maysarakat),
of Mental Health. yang merupakan dimensi baru dalam pelayanan kesehatan jiwa,
** Kusumanto Setyonegoro. Pendekatan eklektik-holistik dalam Ilmu tetap menunggu penjabaran dan penelitian yang lebih luas dan
Psikiatri di Indonesia dengan minat khusus kepada Masalah Schizo- mantap.
phronia. Disertasi FKUI1967.

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984


PROGRAM seperti KUHAP; Visum et Repertum Psikiatrik; Undang-
Sebagaimana lazimnya, suatu program sangat terikat pada Undang Narkotik nomor 9/1976, dan masing-masing implika-
berbagai kondisi faktual seperti dana, sumber daya manusia ahli, sinya.
serta fasilitas struktural yang tersedia. Implementasi dari 5) Penelitian dan penghimpunan data. Secara rutin penghim-
program itu dengan sendirinya juga bergantung kepada tekno- punan data berdasarkan DIPAM (Daftar Isian Pasien Mental)
logi medik-psikiatrik yang tersedia, dan dikuasai oleh masing- dilaksanakan sejak 1971, meliputi pasien yang dirawat; pasien
masing bidang prevensi, terapi dan rehabilitasi. berobat jalan, dan pasien rehabilitasi.
Salah satu tujuan umum agar permasalahan yang ada di- Kegiatan penelitian meliputi berbagai upaya survai epide-
batasi/dikurangi, khususnya di bidang mental-emosional dan miologik; uji-klinik psikotropik; sleep studies, dan lain-lain.
neurologik tertentu (seperti: ancaman gangguan serebro-
vaskular; konvulsif dan disabilitas motorik lainnya). Tujuan MASA DEPAN
umum lainnya terarah kepada inkorporasi dan pemantapan Perspektif masa depan dari psikiatri dan kesehatan jiwa
pengetahuan keswa di pelayanan kesehatan umum dan berbagai sekarang diliputi oleh kemantapan kepercayaan, bahwa segi
segi perkembangan sosial. Demikian pula permasalahan yang mental-emosional dari pelayanan kesehatan akan diperhatikan
terikat pada penyalahgunaan narkotik, alkohol dan sub-. stansi dengan lebih memadai. Observasi longitudinal dari upaya ke-
(obat dan lain-lain), tetap merupakan fokus yang besar. sehatan di Indonesia agaknya cukup memberi petunjuk ke arah
1) Berfungsinya Direktorat Kesehatan Jiwa sebagai WHO- tersebut. Undang-undang pokok Kesehatan 9/1960 dan UU
SEARO Collaborating Centre in Research, Training and Kesehatan Jiwa 3/1966 nyata benar saling melengkapi dan
Services, merupakan salah satu indikator kesungguhan hati dari menyempurnakan.
Pemerintah RI (Depkes RI) dan pihak Organisasi Kesehatan Sikap indifference dan indefinite terhadap kesehatan jiwa
Dunia (WHO), dalam menilai dan menghadapi permasalahan dalam era di mana "sumber daya manusia" diutamakan sudah
keswa/keswamas. tidak lagi memadai. Yang sekarang diperlukan berupa suatu
2) Pembentukan dan pembinaan suatu jaringan RS Jiwa Peme- sense of commitment dan sense of precision dalam membim-
rintah yang makin merata dianggap sebagai suatu kebutuhan. bing dan mengarahkan pelayanan kesehatan pada umumnya di
Tujuannya agar dalam setiap propinsi terdapat satu RS Jiwa mana pelayanan keswa merupakan suatu unsur yang integral.
Pemerintah. Problematik fisik, mental dan sosial yang relevan terhadap
Bila kebutuhannya mendesak, juga disediakan RS Jiwa problematik kesehatan perlu dipertajam dan diperjelas secara
Pemerintah lain/tambahan di Propinsi yang sama. Ini bila di- spesifik. Upaya diagnostik, terapi, rehabilitasi dan prevensi
anggap layak ditinjau dari sudut demografi, sosi-ekonomi dan perlu diindentifikasi dan dilimitasi secara positif, khususnya
lain-lain. Dalam hubungan ini, maka upaya keswa swasta bila terdapat berbagai hambatan dari sumber-sumber dana,
dianggap dapat membantu program pemerintah. peralatan, teknologi dan lain-lain.
3) Penataran dan spesialisasi khusus dilaksanakan secara kon- Dengan demikian, secara perlahan-lahan pelayanan kese-
tinu, dan diusahakan agar dapat dilaksanakan seluruhnya di hatan umum dapat letih optimal memanfaatkan berbagai ke-
dalam negeri. Tambahan pendidikan di luar negeri bila perlu mampuan dan kemungkinan (potentialities) yang diteliti dan
tetap dipertimbangkan. diamalkan di bidang kesehatan jiwa individual maupun masya-
Diantaranya, pendidilcan keahlian psikiatri (lamanya 3—4 rakat.
tahun) dapat dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Negeri di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan
Lampiran: ICD — 9, Section V
Surabaya.
Penataran periodik dilaksanakan bagi para perawat, ahli
291 Alcoholic psychoses
psikologi, ahli pekerjaan sosial dan para administrator keswa.
4) Integrasi keswa di Pelayanan Kesehatan Umum* (RS Umum, Organic psychotic states due mainly to excessive consumption of
alcohol; defects of nutrition are thought to play an important role.
sejak 1980; Puskesmas, sejak 1975), tetap dijalankan terus In some of these states, withdrawal of alcohol can be of
sehingga tercapai sasaran untuk meliputi 10% dari RS Umum aetiological significance.
(tipe C/D) dan Puskesmas, sesuai pengarahan Ka-Kanwil Excludes: alcoholism without psychosis (303)
propinsi masing-masing.
Pengembangan Bina Keswamas (BP KJM: Badan Pembina 291.0 Delirium tremens
Kesehatan Jiawa Masyarakat) dilaksanakan terus dengan Acute or subacute organic psychotic states in alcoholics, charac-
mengundang peran•serta dari semua sektor yang relevan. terized by clouded consciousness, disorientation, fear, illusions,
Berbagai proyek prevensi dan promosi keswa ditunjang untuk delusions, hallucinations of any kind, notably visual and tactile,
dilaksanakan, disamping konsultasi periodik (diantaranya: and restlessness, tremor and sometimes fever.
tentang proyek "gelandangan psikotik" dan "pasung"). Alcoholic delirium
Interface dan kerjasama dengan berbagai disiplin di luar
kesehatan jiwa merupakan bidang kegiatan baru, diantaranya: 291.1 Korsakov's psychosis, alcoholic
hukum, pengadilan, penegakkan hukum, mengenai hal-hal A syndrome of prominent and lasting reduction of memory span,
including striking loss of recent memory, disordered time
* Publikasi: Integrasi Kesehatan Jiwa di Puskesmas appreciation and confabulation, occurring in alcoholics as the

Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984 7


sequel to an acute alcoholic psychosis [especially delirium severe states characterized by one or more symptoms such as
tremens] or more rarely in the course of chronic alcoholism. It is convulsions, tremor, anxiety, restlessness, gastrointestinal and
usually accompanied by peripheral neuritis and may be associated muscular complaints, and mild disorientation and memory
with Wernicke's encephalopathy. disturbance.
Alcoholic polyneuritic psychosis
292.1 Paranoid and/or hallucinatory states induced by drugs
Excludes: Korsakov's psychosis:
NOS (294.0) States of more than a few days but not usually of more than a few
nonalcoholic (294.0) months duration, associated with large or prolonged intake of
drugs, notably of the amphetamine and LSD groups. Auditory
291.2 Other alcoholic dementia hallucinations usually predominate, and there may be anxiety and
restlessness.
Nonhallucinatory demential occurring in association with
Excludes: the described fonditions with confusion or
alcoholism but not characterized by the features of either delirium
delirium (293.–) states following LSD or other
tremens or Korsakov's psychosis.
hallucinogens, lasting only a few days or less
Alcoholic dementia NOS [''bad trips"] (305.3)
Chronic alcoholic brain syndrome
292.2 Pathological drug intoxication
291.3 Other alcoholic hallucinosis
Individual indiosyncratic reactions to comparatively small
A psychosis usually of less than six months' duration, with slight quantities of a drug, which take the form of acute, brief psychotic
or no clouding of consciousness and much anxious restlessness in states of any type.
which auditory hallucinations, mostly of voices uttering insults Excludes: physiological side-effects of drugs [e.g., dystonias]
and threats, predominate. expected brief psychotic reactions to hallucinogens
Excludes: schizophrenia (295.–) and paranoid states (297.–) ["bad trips"] (305.3)
taking the form of chronic hallucinosis with clear
consciousness in an alcoholic 292.8 Other 292.9

291.4 Pathological drunkenness Unspecified


Acute psychotic episodes induced by relatively small amounts of
alcohol. These are regarded as individual idiosyncratic reactions 293 Transient organic psychotic conditions
to alcohol, not due to excessive consumption and without
conspicuous neurological signs of intoxication. States characterized by clouded consciousness, confusion,
Excludes: simple drunkenness (305.0) disorientation, illusions and often vivid hallucinations. They are
usually due to some intra-or extracerebral toxic, infectious,
metabolic or other systemic disturbance and are generally rever-
291.5 Alcoholic jealousy
sible. Depressive and paranoid symptoms may also be present but
are not the main feature. Use additional code to identify the
Chronic paranoid psychosis characterized by delusional jealousy
associated physical or neurological condition.
and associated with alcoholism.
Alcoholic paranoia Excludes: Confusional state or delirium superimposed on
senile dementia (298.3)
Excludes: nonalcoholic paranoid states (297.–) dementia due to:
schizophrenia, paranoid type (295.3) alcohol (291.-)
arteriosclerosis (290.4)
291.8 Other senility (290.0)
alcohol withdrawal syndrome
293.0 Acute confusional state
Excludes: delirium tremens (291.0)
Short-lived states, lasting hours or days, of the above type.
291.9 Unspecified

Alcoholic: Acute: Acute:


mania NOS delirium psycho-organic syndrome
psychosis NOS infective psychosis psychosis associated with endo-
Alcoholism (chronic) with psychosis organic reaction post- crine, metabolic or cerebro
traumatic organic vascular disorder
292 Drug psychoses psychosis Epileptic:
confusional state
Syndromes that do not fit the descriptions given in 295–298 ( twilight state
nonorganic psychoses) and which are due to consumption of drugs
[notably amphetamines, barbiturates and the opiate and LSD
groups] and solvents. Some of the syndromes in this group are not 303 Alcohol dependence syndrome
as severe as most conditions labelled "psychotic" but they are
included here for practical reasons. Use additional E Code to
A state, psychic and usually also physical, resulting from taking
identify the drug and also code drug dependence (304.-) if
alcohol, characterized by behavioural and other responses that
present.
always include a compulsion to take alcohol on a continuous or
292.0 Drug withdrawal syndrome periodic basis in order to experience its psychic effects, and
sometimes to avoid the discomfort of its absence; tolerance may
States associated with drug withdrawal ranging from severe, as or may not be present. A person may be dependent on alcohol
specified for alcohol under 291.0 (delirium tremens) to less and other drugs; if so also make the appropriate 304 coding. If
dependence is associated with alcoholic psychosis or with
physical complications, both should be coded.

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984


Acute drunkenness in alcoholism Dispomania 304. —) and that he has taken on his own initiative to the
Chronic alcoholism detriment of his health or social functioning. When drug abuse is
secondary to a psychiatric disorder, code the disorder.
Excludes: alcoholic psychoses (291.—) Excludes: alcohol dependence syndrome (303)
drunkenness NOS (305.0) drug dependence (304.—4-
physical complications of alcohol, such as: drug withdrawal syndrome (292.0)
cirrhosis of liver (571.2) poisoning by drugs or medicaments (960—979)
epilepsy (345.—)
gastritis (535.3) 305.0 Alcohol
Cases of acute intoxication or "hangover" effects.
304 Drug dependence
Drunkenness NOS "Hangover" (alcohol)
A state, psychic and sometimes also physical, resulting from Excessive drinking of alcohol Inebriety NOS
taking a drug, characterized by behavioural and other responses NOS
that always include a compulsion to take a drug on a continuous
or periodic basis in order to experience its psychic effects, and Excludes: alcoholic psychoses (291.—)
sometimes to avoid the discomfort of its absence. Tolerance may physical complications of alcohol, such as:
or may not be present. A person may be dependent on more than cirrhosis of liver (571.2)
one drug. epilepsy (345.—)
gastritis (535.3)
Excludes: nondependent abuse of drugs (305.—) 305.1 Tobacco
304.0 Morphine type Cases in which tobacco is used to the detriment of a person's
health or social functioning or in which there is tobacco
Heroin Opium alkaloids and their deriva- dependence. Dependence is included here rather than under 304.
Methadone tives — because tobacco differs from other drugs of dependence in its
Opium Synthetics with morphine-like psychotoxic effects.
effects Tobacco dependence
304.1 Barbiturate type 305.2 Cannabis 305.
3 Hallucinogens
Barbiturates
Nonbarbiturate sedatives and tranquillizers with a similar effect: Cases of acute intoxication or "bad trips."
chlordiazepoxide LSD reaction
diazepam 305.4 Barbiturates and tranquillizers
glutethimide
mepr obamate Cases where a person has taken the drug to the detriment of his
health or social functioning, in doses above or for periods beyond
304.2 Cocaine those normally regarded as therapeutic.
305.5 Morphine type
Coca leaves and derivatives
305.6 Cocaine type
304.3 Cannabis
305.7 Amphetamine type
Hemp Marijuana
Hashish 305.8 Antidepressants

304.4 Amphetamine type and other psychostimulants 305.9 Other, mixed or unspecified
Phenmetrazine Methylphenidate 304.5 "Laxative habit" Nonprescribed use of drugs or
Hallucinogens Misuse of drugs NOS patent medicinals

LSD and derivatives Psilocybin


Mescaline

304.6 Other
Absinthe addiction Glue sniffing
Excludes: tobacco dependence (305.1)

304.7 Combinations of morphine type drug with any other

304.8 Combinations excluding morphine type drug 304.9

Unspecified Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat :


Drug addiction NOS Drug dependence NOS Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran
P.O. Box 3105 Jakarta 10002
305 Nondependent abuse of drugs
Includes cases where a person, for whom no other diagnosis is
possible, has come under medical care because of the maladap-
tive effect of a drug on which he is not dependent (as defined in

Cermin Dunia Kedokteran No. 35, 1984 9

You might also like