You are on page 1of 12

TUGAS

PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN

PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL AKIBAT AIR LINDI


TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

Dosen Pembimbing :
NOPI STIYATI P, M.T

Disusun Oleh :
RISMAWIDHA M
H1E108071

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2010
PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL AKIBAT AIR LINDI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

Rismawidha Minawandasari
H1E108071
Fakultas Teknik Program studi Teknik Lingkungan
Universitas Lambung mangkurat

ABSTRAK

Sampah belakangan ini menjadi suatu masalah yang tidak dapat


diabaikan lagi. Menginangat semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah
pada tiap daerah terutama di perkotaan. Tempat pembuangan akhir dengan
system sanitary landfill menjadi suatu alternatif dalam penanganan akhir
sampah. Namun pada pengoperasiannya seringkali tidak sesuai dengan yang
telah direncanakan. Studi kasus yang diambil dalam makalah ini adalah Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Suwung terletak di Desa Pedungan Kecamatan
Denpasar Selatan merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berasal
dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. TPA tersebut dirancang dengan
system sanitary landfill namun beroperasi dengan system open dumping.
Sehingga potensi untuk mencemari lingkungan sekitar terutama air tanah
dangkal sangat besar. Air lindi sampah sangat berpengaruh terhadap kualitas air
tanah sekitar TPA. Air lindi yang tidak dikelola dengan baik berpotensi
mencemari air tanah dangkal sekitar TPA.
Penelitian kualitas air anah dangkal di sekitar TPA Suwung menggunakan
metode sampling. Pengambilan sampel dibagi menjadi 2 yaitu sampel untuk
analisis kualitas air lindi dan sampel untuk kualitas air tanah dangkal. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semua parameter air lindi sampah tidak
memenuhi syarat Baku Mutu Air Limbah Domestik Peraturan Gubernur Bali No.
8 Tahun 2007. Sehingga disimpulkan air lindi sampah TPA Suwung telah
mencemari air tanah dangkal sekitar TPA. Faktor penyebab tercemarannya air
tanah dangkal sekitar TPA terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Untuk mengatasi masalah di lokasi TPA Suwung diperlukan suatu
Fasilitas pengaman lindi yang meliputi prasarana drainase, lapisan kedap air,
jaringan pengumpul lindi dan instalasi pengolahan lindi. Selain itu cara
pengopersian TPA menjadi hal yang sangat mendasar dalam mencegah
pencemaran air tanah akibat TPA sampah.

Kata Kunci : air lindi, air tanah dan pencemaran air tanah.

ABSTRACT

Garbage lately become a problem which cannot be disregarded again.


Remembering progressively the increasing of amount arise the garbage of every
area especially in urban area. Final place of exile by system sanitary landfill
become an alternative in final handling of garbage. But its operation oftentimes
disagree with which have been planned. Case study taken in this handing out
Final Place Of Exile Garbage Suwung which located in Countryside of Pedungan
of Subdistrict of Denpasar South arch represent the final place of exile garbage
coming from Town of Denpasar and Regency Badung. The TPA designed by
system sanitary landfill but operated by system open dumping. So the potency to
contaminate in environment especially shallow ground water is very big.
Leachate is really influence to quality of ground water around of TPA. Leachate
which not managed well has a potency to contaminate the shallow ground water
around TPA.
Research of shallow ground water quality around TPA Suwung use the
sampling method. Sampel intake divided to become 2 sampel to analyse the
quality leachate and sampel for the quality of shallow ground water. Result of this
research indicate that all of parameter leachate ineligible the Permanent Quality
Of Domestic Waste Water Regulation of Governor of Bali No. 8 Year 2007. That
concluded by leachate of TPA Suwung have contaminated the shallow ground
water around TPA. Factor caused the shallow ground water around TPA impure
divisible become two factor those are internal factor and external factor. To
solve the problem in location of TPA Suwung is needed a facility of saving
leachate like drainage, waterproof coat, network of compiler of eachate and
installation of leachate treatment. Besides that the operational of TPA become the
elementary matter in preventing ground water contamination as effect of TPA.

Keyword : leachate, groundwater dan contamination of groundwater.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah belakangan ini menjadi suatu masalah yang tidak dapat diabaikan
lagi. Menginangat semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah pada tiap
daerah terutama di perkotaan. Tempat pembuangan akhir dengan system sanitary
landfill menjadi suatu alternatif dalam penanganan akhir sampah. Namun pada
pengoperasiannya seringkali tidak sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu
menjadi sistem open dumping, sehingga dampak negative yang ditimbulkan
cenderung lebih besar.
Menyingkirkan sampah kota ke TPA bukan berarti masalahnya sudah
selesai, sebab TPA itu sendiri bila tidak dikelola dengan baik akan menirnbulkan
masalah baru, antara lain disebabkan oleh timbulan lindi. Menurut Qasim (1994)
dan Thobanoglous (1993), dalam artikel Pengelolaan TPA Berwawasan
Lingkungan, 2009, potensi pencemaran lindi maupun gas dari suatu landfill ke
lingkungan sekitarnya cukup besar mengingat proses pembentukan lindi dan gas
dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 20 – 30 tahun setelah TPA
ditutup.
Lindi yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari diantaranya akuifer
dan sumber air minum, karena cairan ini memiliki kandungan zat organik dan zat
anorganik yang tinggi. Pencemaran air tanah merupakan masalah yang paling
serius dalam sistem open dumping.
Batasan Masalah

Batasan masalah dari penulisan makalah ini yakni, pencemaran air tanah
akibat air lindi tempat pembuangan akhir sampah dan cara penanganannya air
lindi tersebut agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui pengaruh air
lindi sampah terhadap kualitas air tanah sekitar TPA beserta faktor penyebabnya
dan mengetahui tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi pencemaran air
tanah akibat air lindi (pengelolaan lingkungan TPA).

Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur
yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan jurnal penelitian
yang bersangkutan dari internet.

TINJAUAN PUSTAKA

TPA adalah tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam


pengelolaannya yaitu sejak dari sumber, pengumpul, pengangkutan, pengolahan
dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah ditempatkan secara
aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan tempat pembuangan
akhir sampah tersebut. Namun sering kali TPA tidak difungsikan secara benar
dalam pengoperasiannya. Lokasi TPA merupakan tempat pembuangan akhir
sampah yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi
(leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek
rumah kaca serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat (Judith, 1996).
Oleh karena itu TPA harus dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana pendukung. Fasilitas pendukung TPA antara lain prasarana jalan,
prasarana drainase, fasilitas penerimaan, lapisan kedap air, fasilitas pengamanan
gas, fasilitas pengamanan lindi, alat berat, penghijauan dan fasilitas penunjang
untuk opersional.
Beberapa metode pembuangan sampah di TPA antara lain :
1. Open dumping yaitu pembuangan terbuka dimana sampah hanya di buang
pada suatu lokasi, dibiarkan tanpa pengamanan dan di tinggalkan setelah
lokasi TPA tersebut penuh.
2. Control landfill yaitu pembuangan dimana sampah yang telah dibuang ke
TPA diratakan dan dipadatkan kemudian ditutup dengan tanah secara
periodik.
3. Sanitary landfill yaitu sampah yang telah dibuang ke TPA ditutup dengan
tanah setiap hari sehinnga potensi gangguan yang timbul dapat
dminimalkan.
Menurut J Surmacz-Gorska,2001 dalam J.Bohdziewicz-Anna Kwarciak,
2008 lindi merupakan salah satu air limbah yang terbentuk dari hasil saringan air
hujan dan uap air yang melewati sampah di landfill. Komposisi lindi tergantung
usia landfill, kualitas dan kuantitas sampah proses biologis dan kimiawi yang
terjadi di landfill dan jumlah persipitas dan perkolasi air hujan.
Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan
sampah. Di TPA lindi umumnya berasal dari sampah organic yang terdekomposisi
dan dengan adanya limpasan air hujan yang akan mencemari lingkungan. Lindi
mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur. Jika
tidak diolah secara khusus, lindi dapat mencemari sumur air tanah, air sungai,
hingga air laut dan menyebabkan kematian biota (makhluk hidup) laut (Ishaq
Ibrahim, 2010).
Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit penyakit pathogen seperti
tipus, hepatitis dan lain-lain. Selain itu ada kemungkinan lindi mengandung logam
berat, suatu salah satu bahan beracun. Jika sampah-sampah tersebut tidak diolah,
maka selain menghasilkan tingkat pencemaran yang tinggi juga memerlukan areal
TPA yang luas (Urip Susanto, 2009).
Seperti yang telah diketahui di atas, lindi merupakan air yang terbentuk
dari proses dekomposisi sampah yang memiliki kandungan pencemar khususnya
zat organik yang tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran ar
tanah dan perlu ditangani dengan baik. Oleh karena itu di yang TPA perlu
dibangun fasilitas pengaman lindi antara lain lapisan kedap air berfungsi untuk
mencegah terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah. Pipa jaringan
pengumpul lindi di dasar TPA yang berfungsi untuk mengalirkan lindi yang
terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi. Instalasi atau kolam
pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai
dengan ketentuan standar efluen yang berlaku (Bulekbasandiang, 2009).
Studi kasus yang diambil dalam makalah ini adalah Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Suwung terletak di Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan
merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berasal dari Kota Denpasar
dan Kabupaten Badung. TPA tersebut dirancang dengan system sanitary landfill
namun beroperasi dengan system open dumping. Sehingga potensi untuk
mencemari lingkungan sekitar terutama air tanah dangkal sangat besar. Apalagi
penduduk yang bermukim di sekitar TPA Sampah Suwung yaitu di Banjar
Pesanggaran, Kelurahan Pedungan masih memanfaatkan air tanah dangkal (air
sumur) sebagai sumber air minum, MCK dan lain sebagainya.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pengambilan sampel.
Lokasi sampel lindi (leachate) diambil pada 2 lokasi yaitu di bagian Utara TPA
Sampah (AL1) dan di bagian Selatan TPA Sampah (AL2). Sedangkan untuk
pengambilan sampel air tanah dangkal dilakukan pada daerah dengan pemukiman
penduduk yang berjarak 1 – 375 meter dari TPA. Teknik sampling air tanah
dangkal menggunakan dua tahap yaitu tahap pertama menentukan pengelompokan
jarak lokasi air tanah dangkal dari TPA Sampah Suwung dan tahap kedua
menentukan titik sampel sumur penduduk yang ada di daerah tersebut dengan
teknik random sampling. Pengelompokan lokasi sampel di bagi menjadi 4 (empat)
lokasi. Lokasi pertama (L1) berjarak 1 – 125 meter dari TPA, L2 berjarak 125 –
250 meter, L3 berjarak 250 – 375 meter dan lokasi L4 berjarak 1 km dari TPA
sebagai kontrol. Pada masing-masing daerah sampel diambil 10 sampel kemudian
dikomposit menjadi satu dan jumlah sampel yang dianalisa sebanyak 4 sampel..
Parameter yang diukur pada air lindi sampah dan air tanah dangkal antara
lain; Suhu, TDS, Bau, pH, BOD5, COD, DO, Fosfat, Nitrat, Nitrit, NH3, Besi,
Klorida, Sulfat, H2S, Fenol dan Total Koliform. Hasil data pengukuran parameter
dianalisis secara destruktif komparatif sebagai berikut : (1) data air lindi,
dianalisis secara destruktif komparatif dengan Baku Mutu Kualitas Air Limbah
Cair Domestik PerGub Bali No.8 Tahun 2007, (2) data kualitas air tanah dangkal
(air sumur) dianalisis secara destruktif komparatif dengan Baku Mutu Air Kelas I
PerGub Bali No. 8 Tahun 2007 (3) data kualitas air tanah dangkal akan dihitung
Indeks Pencemaran (IP) menurut Kep. MNLH No. 115 Tahun 2003 (Arbain dkk,
2008).

PEMBAHASAN

Kualitas Lindi

Berdasarkan penelitian tersebut kualitas dan kuantitas lindi pada AL1 lebih
banyak dari AL2. Hal ini disebabakan karena daerah AL1 merupakan daerah
timbunan sampah yang baru dibandingkan dengan AL2. Menurut Slamet (1994)
dalam Arbain (2008), kualitas dan kuantitas air lindi dari dekomposisi sampah
baru lebih banyak dari pada sampah lama artinya semakin lama penimbunan
sampah, maka kualitas dan kuantitas air lindi sampah (leachate) semakin sedikit.
Menurut kristanto (2002) dalam Arbain (2008) tingginya konsentrasi suhu
pada air lindi sampah tersebut akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
dalam penguraian bahan-bahan organik, dimana semakin tinggi suhu maka
aktivitas mikroorganisme semakin meningkat yang menyebabkan pengambilan
atau pemanfaatan oksigen terlarut dalam air semakin meningkat. Peningkatan
suhu akan menimbulkan akibat menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air dan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Tingginya sulfida menjadi indikator pencemaran yang sangat penting
untuk menentukan daya cemar air lindi di TPA Suwung. Menurut Husin (1998)
dalam Arbain (2008), TPA sampah dalam bentuk penimbunan sampah terbuka
akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena bau yang tidak sedap
yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah,
seperti gas H2S, NH4, CH4 dan juga dapat terjadi rembesan dari proses leaching
ke dalam air tanah. Adanya sulfida dalam air limbah terutama berasal dari hasil
dekomposisi senyawa-senyawa organik dan juga reduksi SO4 oleh bakteri. Selain
itu tingginya konsentrasi BOD5 dan COD menyebabkan tingginya kebutuhan
oksigen untuk proses dekomposisi.

Tabel 1. Kualitas Air lindi Sampah (leachate) dibandingkan dengan Baku Mutu
Limbah Domestik Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007
No. Parameter Satuan Lokasi Sampel Baku Mutu (BM)
Kualitas Air
AL1 AL2
LimbahDomestik
1 Suhu °C 36, 18* 36,69* 35
2 TDS mg/l 10050* 8700* 2000
3 Bau - sangat bau sangat bau -
4 pH - 8,57 8,48 6–9
5 BOD mg/l 351* 457* 7,5
6 COD mg/l 745,0* 931,2* 100
7 DO mg/l 0,8 0,6 -
8 Fosfat mg/l 88,37 45,35 -
9 Nitrat mg/l 75,10* 71,145* 20
10 Nitrit mg/l 1,58* 1,426* 1
11 NH3 mg/l 629,03* 423,79* 1
12 Besi mg/l 16,20* 14,09* 5
13 Klorida mg/l 2556 1899,3 -
14 Sulfat mg/l 439,19 380,07 -
15 H2S mg/l 358* 308* 0,05
16 Fenol mg/l 260,87* 243,48* 0,5
17 Total Koliform Jml/100 mg 2400 2200 -
Keterangan :
* : Melebihi baku mutu kualitas air limbah domestik PeGubBali No. 8
AL1 : Lokasi sampel air lindi sampah di bagian Utara TPA Sampah
AL2 : Lokasi sampel air lindi sampah di bagian Selatan TPA Sampah
BM : Baku Mutu

Kualitas Air Tanah Dangkal


Tingginya konsentrasi TDS, BOD, COD, nitrat, nitrit dan amonia pada L1,
L2 dan L3 karena adanya kontribusi air lindi sampah (leachate) yang merembes
dari TPA Sampah Suwung, sedangkan tingginya konsentrasi nitrit dan amonia
pada lokasi L4 disebabkan karena adanya rembesan air dari hasil pembusukan
sampah disekitarnya. Hal ini dibuktikan dengan semakin jauh jarak pengambilan
sampel dari TPA maka nilainya semakin menurun. Sundra (1997) menyatakan
sumber utama amonia adalah adanya bahan organik hasil penguraian sampah oleh
bakteri yang tidak dapat teroksidasi menjadi nitrit dan nitrat sehingga bersama-
sama air hujan senyawa ammonia akan terangkut dan meresap ke dalam air tanah
dangkal.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Tanah Dangkal dibandingkan
dengan Baku Mutu Air Kelas I Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun
2007.
Lokasi Sampel Baku Mutu
No Parmtr Satuan (BM) Air
L1 L2 L3 L4
Kelas I
1 Suhu °C 28,65 28,10 28,33 28,27 Deviasi
2 TDS mg/l 2500* 1380* 640 560 3
3 Bau - tdk bau tdk bau tdk bau tdk bau 1000
4 pH - 7,63 7,38 7,46 7,34 -
5 BOD mg/l 42,6* 23,6* 6,47* 2,06 6–9
6 COD mg/l 87,5* 52,4* 13,25* 5,40 2
7 DO mg/l 2,91* 4,45* 5,37* 5,81* 10
8 PO4 mg/l 8,26* 11,85* 11,79* 2,37* 6
9 NO3 mg/l 13,64* 9,88 7,31 4,82 0,2
10 NO2 mg/l 0,48* 0,12* 0,10* 0,09* 10
0,06
11 NH3 mg/l 21,45* 18,11* 18,88* 6,45*
0,5
12 Besi mg/l 0,52* 0,25 ttd ttd
0,3
13 Cl mg/l 819,7* 557,35 195,25 65,68
600
14 SO4 mg/l 288,34 126,69 77.31 62.93
400
15 H2S mg/l 25,28* 16,0* 11,84* ttd
0,002
16 Fenol μg/l 17,39* 8,70* 8,70* 0,39*
0,005
17 Klfm Jml/100 1200* 930* 850* 750*
500
Keterangan :
ttd : tidak terdeteksi
* : Melebihi baku mutu kualitas air kelas I Peraturan Gubernur Bali No. 8
tahun 2007.
L1 : Lokasi sampel air tanah dangkal dengan jarak 1 – 125 m dari TPA
L2 : Lokasi sampel air tanah dangkal dengan jarak 125 – 250 m dari TPA
L3 : Lokasi sampel air tanah dangkal dengan jarak 250 – 375 m dari TPA
L4 : Lokasi sampel air tanah dangkal yang agak jauh dari TPA (sebagai kontrol)
BM : Baku Mutu

Pengaruh Air Lindi TPA Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah

Dangkal di Sekitarnya

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan tingginya kandungan unsur-unsur


pencemar dari kualiatas air lindi sampah, maka akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas air tanah dangkal disekitarnya. Unsur-unsur pencemar air lindi sampah
dari TPA Sampah Suwung berinfiltrasi masuk ke dalam akifer air tanah dangkal
disebabkan oleh tingkat curah hujan yang tinggi. Menurut Widyatmoko dkk,
(2001) dalam Arbain (2008), masuknya air hujan ke dalam timbunan sampah akan
menghanyutkan komponen-komponen sampah yang telah mengalami proses
dekomposisi yang menghasilkan air lindi sampah (leachate) kemudian merembes
keluar dari TPA Sampah sehingga menimbulkan pencemaran pada air tanah
dangkal dan badan air lainnya di sekitar TPA Sampah.
Menurut Arbain meningkatnya konsentrasi unsur-unsur pencemar pada
kualitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh jenis tanah di daerah penelitian
yang memiliki porositasitas tinggi dan permeabilitas rendah yaitu jenis tanah
aluvial (fine sand 95%) serta topografi di daerah penelitian terletak pada
ketinggian 0-1 m dari permukaan air laut dengan kemiringan lereng 0-0,5 %,
dimana elevasi tanah di TPA dengan kedalaman elevasi muka air tanah yang
tingkat kemiringan datar, maka air lindi sampah (leachate) akan berpotensi
berinfitrasi ke akifer bebas sehingga kualitas air tanah dangkal sekitarnya
menurun.
Perubahan pengoperasian TPA dari sanitary landfill menjadi open
dumping merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas air tanah
dangkal. System open dumping memberikan dampak negatif yang relative besar
dibandingkan dengan system sanitary landfill. Hal iu disebabkan karena sampah
langsung dihamparkan pada suatu lokasi dan dibiarkan terbuka tanpa fasilitas
pengamanan. Perubahan pengopersian ini disebabkan karenajenis batuan yang me
keterbatasan sumberdaya manusia dan dana.
Faktor lain yang menyebabkan rembesan air lindi yaitu jenis
tanah/batuan dasar sebagai laisan kedap air. Lapisan ini memiliki peran yang
sangat penting karena berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang
terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Sifat batuan dasar
yang baik untuk suatu TPA adalah kedudukan muka airtanah yang cukup jauh dari
dasar TPA dan kadar lempung dalam batuan dasar TPA yang cukup tinggi yang
menyebabkan meningkatnya faktor retardasi. Namun dalam jurnal referensi tidak
dibahas batuan/tanah penyusun lapisan dasar kedap air.
Selain pencemaran air tanah dangkal juga disebabkan oleh kegiatan
masyarakat sekitar. Kegiatan tersebut berupa pencucian, pengolahan ikan,
laundry, pertanian dan peternakan. Hal ini terlihat dari keberadaan fosfor yang
selain berasal dari dekomposisi bahan organic juga berasal dari deterjen dan
penggunaan pupuk.

Fasilitas Pengaman Air Lindi Sampah

Menurunnya kualitas air tanah dangkal akibat rembesan air lindi sampah
memerlukan suatu penanganan yang serius terutama di daerah asal pencemar.
Oleh karena itu diperlukan sarana dan prasarana pengaman lindi sampah yaitu
berupa :
1. Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
Seperti diketahui, air hujan merupakan factor utama terhadap debit lindi yang
dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan
sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada
gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya.
Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air
hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah.
Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona
penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA
juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh
di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus
dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.
2. Lapisan Dasar Kedap Air
Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran
lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup
kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile
maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang
memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2
lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan pertama karena terekspose
cukup lama. Selain itu untuk menghindari terjadinya keretakan lapisan dasar
tanah lempung, maka sebelum dilakukan peninmbunan sebaiknya lapisan
dasar “terlindung” . Sebagai contoh dapat dilakukan penanaman rumput atau
upaya lain yang cukup memadai.

Jarak aman TPA dengan muka air tanah adalah > 3m. Kemiringan dasar lahan
kearah pengumpul lindi ± 1%.
Pemilihan jenis batuan dasar juga memiliki peran yang penting dalam
mereduksi penyebaran air lindi sampah pada TPA. Seyhan (1977); Todd
(1980) dalam Iskandarsyah menyatakan air lindi sampah (leachate) dapat
bergerak menyebar apabila tanah/batuan dasar TPA (landfill) merupakan
lapisan yang dapat meloloskan air atau masih dapat meloloskan air (tidak
100% kedap air). Ada dua jenis akifer yang memungkinkan bagi terjadinya
penyebaran air lindi yaitu akifer setengah tertekan (bagian atasnya merupakan
akitard/lapisan setengah kedap air) dan akifer bebas.
Menurut Iskandarsyah batuan tuf dan atau breksi volkanik dengan massa
dasar tuf yang telah mengalami pelapukan menjadi tanah lempung lanauan
mempunyai potensi yang cukup baik sebagai batuan dasar TPA walaupun
hanya memiliki nilai konduktivitas hidrolika sebesar 10P-5P cm/detik,
terutama jika mengandung mineral lempung yang cukup (komposisi fraksi
lempung dalam tanah/batuan di daerah ini adalah 66,3-87,22 % dengan jenis
mineral lempung kaolinit) dan faktor retardasi-dispersi yang dapat berperan
baik dalam meminimalisasi penyebaran air lindian sampah (leachate).
3. Jaringan Pengumpul Lindi
Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan
lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi.
Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi
oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti luas TPA,
tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh :

Penampang melintang jaringan pengumpul lindi adalah sebagai berikut:

4. Pengolahan Lindi
Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar
pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku.
Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai
BOD rata-rata 2000 – 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi
yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary
treatment). Proses pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi,
karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal
tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas
dan dimensi kolam serta perhitungan waktu detensi.
Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan aktivitas
mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang
peranan penting. Sebagai contoh kegagalan proses yang terjadi selama ini
adalah karena tidak adanya upaya seeding dan aklimatisasi proses biologi,
sehingga efisiensi proses tidak dapat diprediksi bahkan cenderung sangat
rendah.
Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa
tahap sebagai berikut :
• Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul
• Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m).
Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %
• Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik,
dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat
menurunkan BOD sampai 70 %
• Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan
efisiensi proses 80 %
Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai
saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat
menyerap bahan polutan.
Dalam kondisi efluen belum dapat mencapai nilai efluen yang diharapkan,
maka dapat dilakukan proses resirkulasi lindi ke lahan timbunan sampah
melalui pipa ventilasi gas. Adanya proses serupa “trickling filter”, diharapkan
dapat menurunkan kadar BOD lindi (Bulekbasandiang, 2009).
Selain itu pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan hati-hati dan
memenuhi persyaratan yang telah tercantum dalam SNI agar tidak menimbulkan
gangguan terhadapa lingkungan. Pembuangan akhir sampah memilih lokasi yang
tidak mencemari sumber air, tidak banjir, muka air tanah cukup dalam, jenis tanah
cukup kedap air, permukaan tanah rendah, paling dekat 5 km dari bandar udara
dan di luar rencana perluasan, kurang lebih 3 km dari pemukiman, estetis,
dilindungi tanaman pelindung, dilengkapi prasarana pendukung antara lain
bangunan untuk petugas termasuk kamar mandi dan WC, masker, topi pengaman,
sarung tangan, sepatu kerja, pakaian kerja khusus, alat pemadamkebakaran, P3K,
cuci kendaraan. Petugas harus diperiksa kesehatannya secara berkala.

KESIMPULAN

Air lindi sampah sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah sekitar
TPA. Air lindi yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mencemari air tanah
dangkal sekitar TPA. Dari hasil penelitian air lindi sampah TPA Suwung telah
mencemari air tanah dangkal sekitar TPA. Faktor penyebab tercemarannya air
tanah dangkal sekitar TPA terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu terjadinya rembesan air lindi karena curah hujan
yang relatif tinggi, berubahnya pengoperasian TPA dari sanitary landfill menjadi
open dumping dan tidak terkelolanya air lindi karena tidak adanya fasilitas
pengaman lindi. Sedangkan faktor eksternal adalah lokasi pemukiman yang tidak
jauh dari TPA sehingga limbah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat sekitar
baik domestik maupun industry ikut mencemari air tanah dangkal. Untuk
mengatasi masalah di lokasi TPA Suwung diperlukan suatu Fasilitas pengaman
lindi yang meliputi prasarana drainase, lapisan kedap air, jaringan pengumpul
lindi dan instalasi pengolahan lindi. Selain itu pengopersian TPA menjadi hal
yang sangat mendasar dalam mencegah pencemaran akibat TPA sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. ----. Tempat Pembuangan Akhir. www.google.com. ( Diakses :8 Maret


2010).
Arbain, Nk Mardana dan IB Sudana. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal
Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar.
www.akademik.unsri.ac.id. ( Diakses :8 Maret 2010).
Bulekbasandiang. 2009. Pengelolaan TPA Berwawasan Lingkungan.
http://bulekbasandiang.wordpress.com. ( Diakses :8 Maret 2010).
Dinariana, Dwi. 2004. Pengelolaan Dan Pendayagunaan Sampah DKI Jakarta.
www.google.com. ( Diakses :8 Maret 2010)
Hardyanti, Nurandani dan Haryono Setiyo Huboyo. 2009. Evaluasi Instalasi
Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Kota Surakarta.
http://eprints.undip.ac.id. ( Diakses :8 Maret 2010).
T. Yan W dan M. Iskandarsyah. ----. Peran Batuan Dasar TPA Dalam Mereduksi
Penyebaran Air Lindian Sampah (Leachate) Secara Alamiah di Daerah
Bekas TPA Pasir Impun. www.akademik.unsri.ac.id. ( Diakses :8 Maret
2010).

You might also like