Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
NOPI STIYATI P, M.T
Disusun Oleh :
RISMAWIDHA M
H1E108071
2010
PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL AKIBAT AIR LINDI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
Rismawidha Minawandasari
H1E108071
Fakultas Teknik Program studi Teknik Lingkungan
Universitas Lambung mangkurat
ABSTRAK
Kata Kunci : air lindi, air tanah dan pencemaran air tanah.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah belakangan ini menjadi suatu masalah yang tidak dapat diabaikan
lagi. Menginangat semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah pada tiap
daerah terutama di perkotaan. Tempat pembuangan akhir dengan system sanitary
landfill menjadi suatu alternatif dalam penanganan akhir sampah. Namun pada
pengoperasiannya seringkali tidak sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu
menjadi sistem open dumping, sehingga dampak negative yang ditimbulkan
cenderung lebih besar.
Menyingkirkan sampah kota ke TPA bukan berarti masalahnya sudah
selesai, sebab TPA itu sendiri bila tidak dikelola dengan baik akan menirnbulkan
masalah baru, antara lain disebabkan oleh timbulan lindi. Menurut Qasim (1994)
dan Thobanoglous (1993), dalam artikel Pengelolaan TPA Berwawasan
Lingkungan, 2009, potensi pencemaran lindi maupun gas dari suatu landfill ke
lingkungan sekitarnya cukup besar mengingat proses pembentukan lindi dan gas
dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 20 – 30 tahun setelah TPA
ditutup.
Lindi yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari diantaranya akuifer
dan sumber air minum, karena cairan ini memiliki kandungan zat organik dan zat
anorganik yang tinggi. Pencemaran air tanah merupakan masalah yang paling
serius dalam sistem open dumping.
Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan makalah ini yakni, pencemaran air tanah
akibat air lindi tempat pembuangan akhir sampah dan cara penanganannya air
lindi tersebut agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui pengaruh air
lindi sampah terhadap kualitas air tanah sekitar TPA beserta faktor penyebabnya
dan mengetahui tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi pencemaran air
tanah akibat air lindi (pengelolaan lingkungan TPA).
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur
yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan jurnal penelitian
yang bersangkutan dari internet.
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Kualitas Lindi
Berdasarkan penelitian tersebut kualitas dan kuantitas lindi pada AL1 lebih
banyak dari AL2. Hal ini disebabakan karena daerah AL1 merupakan daerah
timbunan sampah yang baru dibandingkan dengan AL2. Menurut Slamet (1994)
dalam Arbain (2008), kualitas dan kuantitas air lindi dari dekomposisi sampah
baru lebih banyak dari pada sampah lama artinya semakin lama penimbunan
sampah, maka kualitas dan kuantitas air lindi sampah (leachate) semakin sedikit.
Menurut kristanto (2002) dalam Arbain (2008) tingginya konsentrasi suhu
pada air lindi sampah tersebut akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme
dalam penguraian bahan-bahan organik, dimana semakin tinggi suhu maka
aktivitas mikroorganisme semakin meningkat yang menyebabkan pengambilan
atau pemanfaatan oksigen terlarut dalam air semakin meningkat. Peningkatan
suhu akan menimbulkan akibat menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air dan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Tingginya sulfida menjadi indikator pencemaran yang sangat penting
untuk menentukan daya cemar air lindi di TPA Suwung. Menurut Husin (1998)
dalam Arbain (2008), TPA sampah dalam bentuk penimbunan sampah terbuka
akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena bau yang tidak sedap
yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah,
seperti gas H2S, NH4, CH4 dan juga dapat terjadi rembesan dari proses leaching
ke dalam air tanah. Adanya sulfida dalam air limbah terutama berasal dari hasil
dekomposisi senyawa-senyawa organik dan juga reduksi SO4 oleh bakteri. Selain
itu tingginya konsentrasi BOD5 dan COD menyebabkan tingginya kebutuhan
oksigen untuk proses dekomposisi.
Tabel 1. Kualitas Air lindi Sampah (leachate) dibandingkan dengan Baku Mutu
Limbah Domestik Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007
No. Parameter Satuan Lokasi Sampel Baku Mutu (BM)
Kualitas Air
AL1 AL2
LimbahDomestik
1 Suhu °C 36, 18* 36,69* 35
2 TDS mg/l 10050* 8700* 2000
3 Bau - sangat bau sangat bau -
4 pH - 8,57 8,48 6–9
5 BOD mg/l 351* 457* 7,5
6 COD mg/l 745,0* 931,2* 100
7 DO mg/l 0,8 0,6 -
8 Fosfat mg/l 88,37 45,35 -
9 Nitrat mg/l 75,10* 71,145* 20
10 Nitrit mg/l 1,58* 1,426* 1
11 NH3 mg/l 629,03* 423,79* 1
12 Besi mg/l 16,20* 14,09* 5
13 Klorida mg/l 2556 1899,3 -
14 Sulfat mg/l 439,19 380,07 -
15 H2S mg/l 358* 308* 0,05
16 Fenol mg/l 260,87* 243,48* 0,5
17 Total Koliform Jml/100 mg 2400 2200 -
Keterangan :
* : Melebihi baku mutu kualitas air limbah domestik PeGubBali No. 8
AL1 : Lokasi sampel air lindi sampah di bagian Utara TPA Sampah
AL2 : Lokasi sampel air lindi sampah di bagian Selatan TPA Sampah
BM : Baku Mutu
Pengaruh Air Lindi TPA Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah
Dangkal di Sekitarnya
Menurunnya kualitas air tanah dangkal akibat rembesan air lindi sampah
memerlukan suatu penanganan yang serius terutama di daerah asal pencemar.
Oleh karena itu diperlukan sarana dan prasarana pengaman lindi sampah yaitu
berupa :
1. Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
Seperti diketahui, air hujan merupakan factor utama terhadap debit lindi yang
dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan
sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada
gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya.
Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air
hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah.
Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona
penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA
juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh
di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus
dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.
2. Lapisan Dasar Kedap Air
Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran
lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup
kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile
maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang
memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan tanah lempung sebaiknya terdiri dari 2
lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan pertama karena terekspose
cukup lama. Selain itu untuk menghindari terjadinya keretakan lapisan dasar
tanah lempung, maka sebelum dilakukan peninmbunan sebaiknya lapisan
dasar “terlindung” . Sebagai contoh dapat dilakukan penanaman rumput atau
upaya lain yang cukup memadai.
Jarak aman TPA dengan muka air tanah adalah > 3m. Kemiringan dasar lahan
kearah pengumpul lindi ± 1%.
Pemilihan jenis batuan dasar juga memiliki peran yang penting dalam
mereduksi penyebaran air lindi sampah pada TPA. Seyhan (1977); Todd
(1980) dalam Iskandarsyah menyatakan air lindi sampah (leachate) dapat
bergerak menyebar apabila tanah/batuan dasar TPA (landfill) merupakan
lapisan yang dapat meloloskan air atau masih dapat meloloskan air (tidak
100% kedap air). Ada dua jenis akifer yang memungkinkan bagi terjadinya
penyebaran air lindi yaitu akifer setengah tertekan (bagian atasnya merupakan
akitard/lapisan setengah kedap air) dan akifer bebas.
Menurut Iskandarsyah batuan tuf dan atau breksi volkanik dengan massa
dasar tuf yang telah mengalami pelapukan menjadi tanah lempung lanauan
mempunyai potensi yang cukup baik sebagai batuan dasar TPA walaupun
hanya memiliki nilai konduktivitas hidrolika sebesar 10P-5P cm/detik,
terutama jika mengandung mineral lempung yang cukup (komposisi fraksi
lempung dalam tanah/batuan di daerah ini adalah 66,3-87,22 % dengan jenis
mineral lempung kaolinit) dan faktor retardasi-dispersi yang dapat berperan
baik dalam meminimalisasi penyebaran air lindian sampah (leachate).
3. Jaringan Pengumpul Lindi
Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk mengalirkan
lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung lindi.
Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang dilindungi
oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti luas TPA,
tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh :
4. Pengolahan Lindi
Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar
pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku.
Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai
BOD rata-rata 2000 – 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi
yang disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary
treatment). Proses pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi,
karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen. Hal
tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan kapasitas
dan dimensi kolam serta perhitungan waktu detensi.
Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan aktivitas
mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang
peranan penting. Sebagai contoh kegagalan proses yang terjadi selama ini
adalah karena tidak adanya upaya seeding dan aklimatisasi proses biologi,
sehingga efisiensi proses tidak dapat diprediksi bahkan cenderung sangat
rendah.
Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa
tahap sebagai berikut :
• Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul
• Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m).
Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %
• Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik,
dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat
menurunkan BOD sampai 70 %
• Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan
efisiensi proses 80 %
Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai
saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat
menyerap bahan polutan.
Dalam kondisi efluen belum dapat mencapai nilai efluen yang diharapkan,
maka dapat dilakukan proses resirkulasi lindi ke lahan timbunan sampah
melalui pipa ventilasi gas. Adanya proses serupa “trickling filter”, diharapkan
dapat menurunkan kadar BOD lindi (Bulekbasandiang, 2009).
Selain itu pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan hati-hati dan
memenuhi persyaratan yang telah tercantum dalam SNI agar tidak menimbulkan
gangguan terhadapa lingkungan. Pembuangan akhir sampah memilih lokasi yang
tidak mencemari sumber air, tidak banjir, muka air tanah cukup dalam, jenis tanah
cukup kedap air, permukaan tanah rendah, paling dekat 5 km dari bandar udara
dan di luar rencana perluasan, kurang lebih 3 km dari pemukiman, estetis,
dilindungi tanaman pelindung, dilengkapi prasarana pendukung antara lain
bangunan untuk petugas termasuk kamar mandi dan WC, masker, topi pengaman,
sarung tangan, sepatu kerja, pakaian kerja khusus, alat pemadamkebakaran, P3K,
cuci kendaraan. Petugas harus diperiksa kesehatannya secara berkala.
KESIMPULAN
Air lindi sampah sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah sekitar
TPA. Air lindi yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mencemari air tanah
dangkal sekitar TPA. Dari hasil penelitian air lindi sampah TPA Suwung telah
mencemari air tanah dangkal sekitar TPA. Faktor penyebab tercemarannya air
tanah dangkal sekitar TPA terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu terjadinya rembesan air lindi karena curah hujan
yang relatif tinggi, berubahnya pengoperasian TPA dari sanitary landfill menjadi
open dumping dan tidak terkelolanya air lindi karena tidak adanya fasilitas
pengaman lindi. Sedangkan faktor eksternal adalah lokasi pemukiman yang tidak
jauh dari TPA sehingga limbah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat sekitar
baik domestik maupun industry ikut mencemari air tanah dangkal. Untuk
mengatasi masalah di lokasi TPA Suwung diperlukan suatu Fasilitas pengaman
lindi yang meliputi prasarana drainase, lapisan kedap air, jaringan pengumpul
lindi dan instalasi pengolahan lindi. Selain itu pengopersian TPA menjadi hal
yang sangat mendasar dalam mencegah pencemaran akibat TPA sampah.
DAFTAR PUSTAKA