Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa
dengan jaringan normal, dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang
B. TUJUAN PENULISAN
gambaran radiologinya.
Senopati Bantul
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian besar
karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru bisa juga
berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru. Karsinoma
paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita.
B. ETIOLOGI
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga faktor
merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang di
hisap semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru, hanya sebagian kecil
karsinoma paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan
oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,
radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang
juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab karsinoma paru masih
2
belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di
sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut akibat
C. KLASIFIKASI
WHO(1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura sebagai
berikut :
1. Tumor epitelial :
c. Ganas :
- Adenokarsinoma
(i) Asinar
(iii) Papiler
3
(iv) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran
- Karsinoma adenoskuamosa
- Tumor karsinoid
3. Tumor mesotelial
4. Penyakit limfoproliferatif
5. Tumor sekunder
6. Unclassified tumors
D. PATOLOGI
1. SCLC
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali
tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk
biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah halus
4
juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar
pembuluh darah.
2. NSCLC
bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari
3. Adenokarsinoma
bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (carcinoma
4. Karsinoma bronkoalveolar
Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion.
5
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala karsinoma paru tergantung jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Pada
fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah
dalam stadium lanjut maka gejala mulai tampak. Gejala dapat bersifat :
b. Hemoptisis
e. Atelektasis
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
simpatis servikalis
6
4. Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala :
c. Hipertrofi osteoartropati
e. Neuromiopati
F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
pemeriksaan radiologi seperti foto thoraks PA, lateral, dan fluoroskopi masih
ukuran yang kecil tumor itu tidak terlihat. Meskipun begitu, kelainan lain akan
terjepit, dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang
tumor ganas.
7
1. Atelektasis
sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau
2. Massa hilus
karsinoma paru. Hal ini terjadi akibat tumor primer pada hilus tersebut atau
pembesaran hilus. Pembesaran hilus oleh karena metastasis dari luar paru dapat
menyebabkan kelenjar menjadi lebih besar dan menyebar di sisi kiri dan kanan.
Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak. Bila ada
kalsifikasi maka kita perlu lakukan CT Scan toraks untuk memastikan adanya
sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus diutamakan pada
Peradangan paru sering disebabkan aerasi yang tidak sempurna akibat sumbatan
8
6. Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif)
7. Elevasi diafragma
Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan masa tumor yang diakibatkan
tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada
paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara
9. Metastasis paru
Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor
ganas asal tempat lain. Penyebaran dapat bersifat hematogen dan limfogen.
a. Metastasis hematogen
Tumor ganas anak yang sering bermetastasi ke paru adalah tumor Wilms,
ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor ganas saluran cerna, ginjal,
dan testis. Gambaran radiologis dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda
9
(multipel) dengan bayangan bulat berukuran beberapa milimeter hingga
kalsifikasi, misalnya pada anak sebar sarkoma osteogenik dan kavitas dapat
b. Metastasis limfogen
dan vena kava superior dengan bermacam keluhannya. Anak sebar juga bisa
seperti rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air
yang baik.
Gambar 1. NSCLC dengan bronkoskopi. Sebuah lesi sentral besar didiagnosis NSCLC.
10
Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.
Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik endobronkial.
Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas.
11
Gambar 5. SCLC.
Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan atas.
12
Gambar 8. Tumor Pancoast dengan asimetrisitas sulcus superior.
G. DIAGNOSIS
Jika seseorang (terutama perokok) mengalami batuk yang menetap atau semakin
rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukan gejala. Rontgen dada bisa
menemukan sebagian besar tumor paru, meskipun tidak semua bayangan yang
berasal dari dahak penderita (sitologi dahak). Untuk rnendapatkan jaringan yang
tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukan adanya pembesaran
adrenal atau otak,dilakukan CT Scan perut dan otak. Penyebaran ke tulang bisa
13
dilihat melalui scanning tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum tulang karena
1. Ukuran tumor
Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint
14
bronchus > 2 cm from carina
Tumor extending into mainstem T3 T3 NAe
bronchus ≤ 2 cm from carina
Tumor extending to carina T4 T4 NAe
Lung atelectasis
Tumor causing atelectasis of T2 T2ab or T2bC NAe
less than entire lung
Tumor causing atelectasis of T3 T3 NAe
entire lung
Soft tissue invasion
Chest wall and superior sulcus T3 T3 NAe
Diaphragm T3 T3 NAe
Mediastinum T4 T4 NAe
Heart or great vessels T4 T4 NAe
Trachea T4 T4 NAe
Esophagus T4 T4 NAe
Osseous invasion
Rib T3 T3 NAe
Vertebral body T4 T4 NAe
Nerve invasion
Phrenic nerve T3 T3 NAe
Recurrent laryngeal nerve T4 T4 NAe
Satellite nodules
Same lobe T4 T3 28f
Same lung, different lobe M1 T4 22f
Lymph node designation
56g
No lymphadenopathy N0 N0
38g
Ipsilateral, peripheral, or hilar– N1 N1
22g
interlobar zone involvement
15
Ipsilateral upper, N2 N2
aorticopulmonary, lower, or 6g
subcarinal zone involvement
Supraclavicular or contralateral N3 N3
upper, aorticopulmonary, 3h
lower, hilar–interlobar, or 2h
peripheral zone involvement
Metastatic disease designation 1h
Contralateral lung metastases M1 M1a
Pleural or pericardial T4 M1a
dissemination
Distant metastases M1 M1b
Note—Cells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition. NA indicates
not applicable.
a
T designation is listed for tumors completely surrounded by lung. Designation can increase
depending on presence and extent of invasion.
b
T2a designation if tumor measures ≤ 5 cm in long-axis diameter.
c
T2b designation if tumor measures > 5 cm but ≤ 7 cm in long-axis diameter.
d
Survival based on patients staged pathologically with complete resection of tumor (R0) and
no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).
e
Individual survival statistics not calculated due to limited information. As a group, 5-year
survival rate in patients pathologically staged with a T3 and T4 designation
(excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and M0 was 31%
and 22%, respectively.
f
Survival based on patients staged pathologically with complete or incomplete resection of
tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0.
g
Survival based on patients staged pathologically with any tumor designation (any T) and
M0.
h
Survival based on patients staged clinically with any T and any N.
Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared With the
Sixth Edition.
16
Stage in Stage in
Seventh Sixth N0 N1 N2 N3
Edition Edition
T1a T1 IA II A III A III B
T1b T1 IA II A III A III B
T2a T2 IB II A (II B) III A III B
T2b T2 II A II B III A III B
T3 (> 7 cm) T2 II B (I B) III A (II B) III A III B
T3 (invasion) T3 II B III A III A III B
T3 (satellite T4 III B (III A) III A (III B) III A (III B) III B
nodule, same
lobe)
T4 (invasion) T4 III A (III B) III A (III B) III B III B
T4 (ipsilateral M1 III A (IV) III A (IV) III B (IV) III B (IV)
nodule,
different lobe)
M1a (pleural T4 IV (III B) IV (III B) IV (III B) IV (III B)
or pericardial
dissemination
) M1a M1 IV IV IV IV
(contralateral
lung nodules)
M1b (distant M1 IV IV IV IV
metastatic
disease)
Note—Cells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition. Adjacent
stage in parentheses represents staging from the sixth edition.
Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM Classification for
Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.
H. PENATALAKSANAAN
17
Rejimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan,
pembedahan karena bisa menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas.
Kadang dilakukan pembedahan pada karsinoma selain karsinoma sel kecil yang
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru untuk menentukan apakah paru-
paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika
hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan tidak perlu
dilakukan jika :
3. Penderita memiliki keadaan yang serius (penyakit jantung atau penyakit paru-
pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari
penyembuhan. Terapi penyinaran bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena cava
berupa batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan
kortikosteroid (prednison).
18
Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Karsinoma ini
diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).
I. PROGNOSIS
buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun
menganjurkan masyrakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang
yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya.
19
Bronchoalveolar carcinoma 83 61
Adenocarcinoma 45 44
Squamous cell carcinoma 44 43
Large cell carcinoma 34 41
Adenosquamous carcinoma 26 29
Sex
Female 66 52
Male 40 41
Age (y)
< 70 49 46
≥ 70 38 38
Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With Non–Small
Cell Lung Carcinoma.
BAB III
KESIMPULAN
20
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat berasal
dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang
menyebar ke paru.
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non
Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa
mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan,
TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan American
Terapi yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan
karsinoma paru adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun
terakhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
21
Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Irshad, A., Ravenel, J.G. (2009). Imaging In Small Cell Lung Cancer : Multimedia.
Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://emedicine.medscape.com/
article/358274-media
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
22