Professional Documents
Culture Documents
I. Gambaran Umum.
Ekologi Kelapa Sawit atau daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai
berada pada 15 °LU-15 °LS dengan ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar
antara 0-500 m dpl yang menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu
optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari
sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembapan optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang
optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar,
berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi
topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
Perbanyakan kelapa sawit dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah
dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak kelapa sawit. Pada pembiakan dengan kultur
jaringan digunakan bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode
Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman secara besarbesaran dengan
tingkat produksi tinggi dan pertumbuhan tanaman seragam.
Benih untuk bibit kelapa sawit disediakan oleh Marihat Research Station dan Balai
Penelitian Perkebunan Medan. Benih dengan kualitas sangat baik ini berasal dari induk
Delidura dan bapak Pisifera.
b) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari
tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
c) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji
dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit.
Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam.
d) Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70%
sebelum dikecambahkan.
a) Rendam biji dalam air selama 6-7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam Dithane
M-45 0,2% selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.
b) Masukkan biji ke dalam kaleng pengecambahan dan tempatkan dalam ruangan dengan
temperatur 39 derajat C dan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih
dikeringanginkan selama 3 menit.
c) Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan keringanginkan lagi.
Masukkan biji ke larutan Dithane M-45 0,2% 1-2 menit. Simpan benih di ruangan 27 derajat
C. Setelah 10 hari benih berkecambah. Biji yang berkecambah pada hari ke 30 tidak
digunakan lagi.
III. Pembibitan.
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak
langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal
(prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.
Lahan pembibitan dibersihkan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Jarak
tanam biji di pembibitan adalah 50x50, 55x55, 60x60, 65x65, 70x70, 75x75, 80x80, 85x85,
90x90 atau 100x100 dalam bentuk segitiga sama sisi. Jadi, kebutuhan bibit per hektar antara
25.000-12.500.
(a). Cara langsung yaitu: Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti
pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya. Dan (b). Cara tak langsung.
1. Dederan
Tujuan pembibitan awal adalah untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang merata
pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Umumnya pembibitan awal
dilakukan dengan cara pembibitan kantong plastik. Kegiatan pemeliharaan di pembibitan
awal meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air, penyiraman, penyiangan, pemupukan,
penjarangan naungan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit. Kecambah
dimasukkan ke dalam polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang
telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab.
Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan
berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan ke pembibitan.
2. Pembibitan
1. Penyiraman.
Kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi
dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
X. Penyerbukan Buatan.
Bunga jantan dan betina pada tanaman kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak
bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Faktor lain yang menyebabkan
perlunya penyerbukan buatan adalah karena jumlah bunga jantan kurang, kelembaban yang
tinggi atau musim hujan yang panjang. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah,
dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga. Penyerbukan buatan
dilakukan setelah kegiatan kastrasi dihentikan.
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga
betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik
terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.
b)Cara penyerbukan: (1). Bak seludang bunga. (2). Campurkan serbuk sari dengan talk
murni (1:2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di
laboratorium.(3). Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby
duster/puffer.
X. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan
gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Kegiatan pengendalian gulma juga
bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal
pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus,
Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan
sebagainya. Pengendalian gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle weeding),
penyiangan gulma yang tumbuh diantara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma
berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif.
Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang,
penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah
tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif.
a) Pemangkasan pasir.
Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi.
Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan
panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan.
c) Pemangkasan pemeliharaan.
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat
sejumlah 28-54 helai. Sistem yang umum digunakan adalah sistem songgo dua, dimana
jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah.
Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.