You are on page 1of 56

MOBILITAS SOSIAL

Please Wait...

TUGAS SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 5
HOME

MATERI
WELCOME TO OUR
SOAL PRESENTATION

NAMA
KELOMPO
K
Hope you enjoy it! 
MATERI
A. JENIS – JENIS MOBILITAS SOSIAL

B. PROSES TERJADINYA MOBILITAS


SOSIAL
MENU
MENU

C. DAMPAK DARI MOBILITAS SOSIAL


JENIS - JENIS MOBILITAS SOSIAL

1. MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL

2. MOBILITAS SOSIAL HORIZONTAL

MENU
MENU
DAMPAK DARI MOBILITAS SOSIAL

1. TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL MENU


MENU

2. TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL


JENIS – JENIS MOBILITAS SOSIAL
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal terjadi jika status
sosial seseorang berubah dari status sosial yang
satu ke status sosial yang lain.
Mobilitas sosial vertikal terbagi atas mobilitas
sosial vertikal yang naik (social climbing)) dan
mobilitas sosial yang turun ((social sinking)).

MENU
MENU NEXT
Mobilitas sosial vertikal yang naik terjadi
ketika seseorang atau kelompok sosial
berubah status sosialnya dari status sosial
yang rendah ke status sosial yang tinggi.
Mobilitas sosial vertikal yang turun
terjadi ketika seseorang atau suatu
kelompok sosial berubah statusnya dari
status sosial yang tinggi ke status sosial
yang rendah
MENU
MENU
NEXT
2. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas Sosial Horizontal terjadi apabila seseorang


melakukan gerak sosial tetapi tidak terjadi perubahan
status sosial pada individu tersebut. Pada dasarnya,
mobilitas sosial horizontal tidak memberikan pengaruh
terhadap status sosial seseorang, tetapi terkadang mobilitas
sosial horizontal dibutuhkan agar terjadi penyegaran-
penyegaran, seperti seorang guru SMK dipindahtugaskan
menjadi seorang guru SMA untuk menggantikan guru SMA
yang akan pensiun.
MENU
MENU
PROSES TERJADINYA MOBILITAS SOSIAL

Mobilitas sosial dapat terjadi dimana pun. Ketika seseorang


memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik, ia akan melakukan mobilitas sosial dengan berusaha
mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih besar.
Mobilitas sosial tentu saja tidak terjadi dengan sendirinya. Ada
beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya mobilitas
sosial seperti berikut ini:
MENU
MENU NEXT
1. Status sosial
Pada saat lahir, setiap manusia memiliki status sosial seperti yang
dimiliki orang tuanya. Status yang mereka dapatkan merupakan status
yang dipaksakan karena mereka belum dapat memilih status
sosialnya. Mereka baru dapat merubah statusnya ketika sudah besar.
2. Keadaan ekonomi
Banyak orang di dunia ini yang hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan
dapat menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan
mobilitas sosial dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.

NEXT
MENU
MENU
3. Situasi politik
Ketika seseorang pindah ke negara atau daerah lain karena
keadaan politik di negara atau daerah yang ditempati
sebelumnya tidak sesuai dengan yang dia inginkan dengan
harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
4. Pertambahan penduduk
Ketika di suatu daerah terjadi pertambahan penduduk yang
begitu pesat sehingga mengurangi lahan pemukiman dan
mempersulit untuk mendapatkan pekerjaan, maka
seseorang dapat terdorong untuk melakukan mobilitas
sosial.
NEXT
MENU
MENU
Selain adanya faktor pendorong, mobilitas sosial pun dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor berikut.
1.Perubahan kondisi sosial
Salah satu faktor dari luar yang dapat memengaruhi timbul mobilitas sosial
adalah kemajuan teknologi yang membuka kemungkinan timbulnya
mobilitas sosial ke atas atau perubahan ideologi yang dapat menyebabkan
timbulnya stratifikasi sosial yang baru.
2.Pendidikan dan komunikasi
Pendidikan dan komunikasi pun dapat menjadi faktor yang memengaruhi
mobilitas karena dengan menggunakan alat komunikasi, seseorang dapat
mengakses pengetahuan. Pengetahuan yang didapatnya akan membantu
dirinya untuk merabuh status sosialnya.
MENU
MENU NEXT
3. Tingkat kelahiran
Seperti yang terlihat dalam masyarakat, masyarakat dari
kelas-kelas sosial yang rendah memiliki tingkat kelahiran
yang tinggi. Hal ini mengakibatkan anak-anak tersebut sulit
untuk merubah status sosialnya karena rendahnya tingkat
kehidupan secara ekonomis. Tetapi sebaliknya, masyarakat
dari kelas-kelas sosial yang tinggi memiliki tingkat kelahiran
yang rendah sehingga mengakibatkan “kevakuman sosial”
dalam masyarakat.
4. Pembagian kerja
Jika pekerjaan yang tersedia sangat dispesialisasikan,
mobilitas sosial akan lemah karena seseorang akan sulit
merubah status sosialnya.
MENU
MENU NEXT
Banyak orang yang berusaha untuk memperbaiki status
sosialnya sehingga ia berusaha untuk melakukan mobilitas
vertikal yang naik. Berikut beberapa cara yang dilakukan
agar seseorang dapat melakukan mobilitas sosial vertikal
yang naik.
1. Perubahan standar hidup
Ketika seseorang mendapatkan penghasilan yang lebih
tinggi, standar hidupnya pun ikut naik.
2. Perubahan tempat tinggal
Seseorang dapat merubah status sosialnya ke tingkat yang
lebih baik dengan cara berpindah tempat tinggal ke daerah
dengan standar hidup yang tinggi. Hal ini dapat terjadi jika
seseorang telah memiliki penghasilan yang cukup untuk
melakukan perpindahan tersebut.
MENU
MENU NEXT
3. Perubahan tingkah laku
Seseorang yang ingin status sosialnya terlihat lebih
tinggi, maka ia akan berperilaku seperti orang-orang
dengan status yang diinginkannya. Tidak hanya perilaku,
melainkan kebiasaan, ucapan, dan kegemaran-
kegemaran.
4. Perkawinan
Salah satu cara lain agar seseorang dapat merubah
statusnya ke tingkat yang lebih tinggi adalah dengan
menikah dengan seseorang yang memiliki status sosial
yang lebih baik.
5. Menjadi anggota organisasi tertentu
Dengan menjadi anggota suatu organisasi, seseorang
dapat mengubah status sosialnya. Seseorang akan
mendapatkan gengsi yang sesuai dengan organisasi yang
diikutinya, sehingga status sosialnya ikut naik.

MENU
MENU NEXT
Mobilitas sosial tidak dapat
terjadi dengan mudah. Ada beberapa
faktor yang dapat menjadi penghalang
terjadinya mobilitas sosial. Faktor-
faktor tersebut antara lain:
1. perbedaan ras dan agama
2. kemiskinan
3. perbedaan jenis kelamin
4. diskriminasi kelas

MENU
MENU
DAMPAK DARI MOBILITAS SOSIAL
1. Terhadap Stratifikasi Sosial
Perubahan sistem stratifikasi sosial dalam suatu
masyarakat dipengaruhi oleh mobilitas atau gerak
sosial yang terdapat dalam masyarakat tersebut.
Banyaknya pengangguran atau kelompok remaja
putus sekolah tidak dapat hindari lagi karena banyak
para orang tua yang tidak bisa membiyai sekolah
mereka. Faktor ekonomi merupakan alasan utama
yang menjadikan sebagian dari mereka terpaksa
menjadi buruh kasar, pemulung, atau pekerja pabrik.
MENU
MENU NEXT
Di samping itu, meningkatnya kehidupan masyarakat
bukan semata-mata karena dipengaruhi semakin
banyaknya pabrik-pabrik yang banyak menyerap
tenaga kerja. Upah buruh yang rendah, perlindungan
ketenagakerjaan yang kurang memadai serta
minimnya kepedulian orang yang duduk di strata atas,
hanya akan menyejahterakan mereka yang memiliki
modal saja.
Kenyataan di Indonesia seperti saat ini, sesungguhnya
sudah terjadi pada masyarakat Eropa terutama pada
abad ke-19. Ilustrasi berikut, setidaknya akan
menjelaskan kepada Anda mengenai latar belakang
berubahnya sistem stratifikasi sosial masyarakat.
MENU
MENU NEXT
a. Perubahan Sistem Stratifikasi
Jauh-jauh hari, pada abad ke-19, di Eropa Barat telah
terjadi suatu masa dimana keadaan masyarakat
ekonomi lemah mengalami nasib yang sangat
memprihatinkan. Kaum buruh misalnya, mereka yang
banyak mengurastenaga paling besar, menduduki
kelas ekonomi yang paling buruk. Akhirnya tak dapat
dipungkiri lagi, pecahnya kecemburuan para buruh
memicu pertentangan kelas yang sangat sengit.
Menurut Karl Marx, pertentangan kelas sosial
konsekuensi stratifikasi sosial di Eropa merupakan
akibat yang ditimbulkan oleh ketimpangan dalam
sistem produksi atau industrialisasi. Produksi atau
industrialisasi merupakan ciri yang membedakan
antara manusia dengan binatang.
MENU
MENU NEXT
Menurut Karl Marx (Budy L. Worang, 1983: 99) kondisi
yang terjadi dalam pertentangan kedua kelas tersebut
menghasilkan pola hubungan-hubungan sebagai berikut.
1) Dikotomis
Maksudnya bahwa masyarakat secara historis dibagi ke
dalam dua kelas, dimana keduanya saling bergantung
demi kelangsungan eksistensinya.
2) Antagonistis
Maksudnya kedua kelas tersebut memiliki kepentingan
yang bertentangan secara mendasar.
3) Obyektif
Artinya kelas-kelas itu ada karena kepentingannya yang
mendorong mereka ada.
4) Dinamis
Maksudnya ada perjuangan yang terus-menerus terjadi di
antara kedua kelas tersebut.

MENU
MENU NEXT
Menurut Max Weber, seorang sosiolog Jerman, sistem
stratifikasi tidak hanya berdasar pada perbedaan kelas sosial
dalam sistem produktivitas. Paling tidak, terdapat tiga faktor
yang menyebabkan terjadinya perbedaan stratifikasi sosial di
masyarakat.
1) Kelas
Didasarkan pada kepemilikan seseorang baik yang berupa
kekayaan, maupun keahlian (skill).
2) Status
Menunjuk pada predikat seseorang yang mendasarkan diri
pada kehormatan.
3) Kekuasaan
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk memerintah
atau memengaruhi orang lain.
MENU
MENU NEXT
b. Perubahan Status dan Kelas
Persoalan pergesaran struktur sosial yang terjadi di
masyarakat, tidak begitu saja dapat disimpulkan sebagai
gejala alamiah yang terjadi.
Bisa dicontohkan, misalnya ketika pada masa lampau
kaum alim ulama memandang suatu gejala sosial seolah-
olah berubah begitu saja.
Akan tetapi, pandangan atas dasar pijakan sepihak saja,
bukanlah suatu kebenaram mutlak karena hal itu terlalu
sempit dan terlalu berat sebelah. Tidak jarang terjadi
seseorang yang sudah ‘kenyang’ dengan ajaran agama,
suatu ketika pada saat ia keluar dari lingkungan tersebut,
justru akan mengalami kehidupan yang bisa jadi
pertentangan dengan ajaran agama yang pernah ia
peroleh.
MENU
MENU NEXT
Status yang berada pada salah satu lapisan
masyarakat, ditentukan juga oleh faktor sosial-
kultural.
Melihat dikotomi masyarakat yang terbagi-bagi,
terdapat dua macam sistem perkelasan
mendasar (Budy L, Worang, 1983 : 99).
1. Kelas keadaan, terjadi karena kemampuan
ekonomi. Pandangan ini lebih dititikberatkan
pada sifat kuantitatif.
2. Kelas mentalitas, terjadi karena kemampuan
ekonomi. Pandangan ini lebih dititikberatkan
pada sifat kualitatif.
MENU
MENU NEXT
c. Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial merupakan konsekuensi logis
yang terjadi akibat perubahan sistem stratifikasi
dalam masyarakat, terutama pada masyarakat
modern. Dalam Sulastoga (1965), diungkapkan
bahwa pola hidup masyarakat dicerminkan dari
kelompok sosial yang bersifat Stratified, dan
menunjukkan adanya ketimpangan. Dari kelompok
sosial yang bertingkat-tingkat dapat dilihat
cerminan adanya budaya yang khusus (sub-culture),
yang berbeda satu sama lain dalam penekanan
pandangan hidupnya. Secara umum, penekanan
pandangan tersebut meliputi:
MENU
MENU NEXT
1) kekayaan (wealth)
2) akses informasi (information access)
3) kekuasaan (power)
4) kehormatan (deference)
Dalam konteks ini, masyarakat dibagi ke dalam lima strata/kelas
sosial yang memiliki penekanan terhadap pola bidup yang
timpang.
1) Kelas atas (upper class)
Menekankan kehidupannya pada kemewahan (graceful living).
Pada kelas ini simbol status yang dominan adalah faktor
keturunan dan kehormatan.
2) Kelas menengah-atas (upper-middle class)
Menekankan kehidupannya pada karier atau pekerjaan. Simbol
status yang dominan adalah perilaku dalam bekerja, yang
ditekankan pada kekuasaan (power).
MENU
MENU NEXT
3) Kelas menengah-bawah (lower-middle class)
Kelas sosial ini umumnya menghargai kehormatan yang
diterjemahkan ke dalam perilaku beragama yang sempurna,
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, serta kepemilikan
rumah. Simbol status yang dominan adalah gaya dalam
bertutur bahasa dan menekankan pada penguasaan informasi
dan pengetahuan.
4) Kelas bawah-atas (upper-lower class)
Kelas sosial ini hanya menekankan pada faktor pendapatan
dengan simbol status dominan yakni kepemilikan materi atau
kekayaan.
5) Kelas bawah-bawah (lower-lower class)
Kelas sosial ini dikatakan menjadi kelompok yang apatis dan
tidak memiliki simbol apapun dibanding kelas-kelas di atasnya.

MENU
MENU NEXT
Suatu ketimpangan sosial sebenarnya dapat
diukur dengan metode kuantitatif, yaitu
dengan menggunakan perhitungan Indeks Gini.
Perhitungan Indeks Gini ini dibantu oleh kurva
yang disebut Kurva Lorentz (Todaro, 1991; 58)
Presentase Pendapatan

taan
era
m
is Pe
r
Ga Kurva Lorentz

Presentase Penduduk
MENU
MENU NEXT
d. Pertentangan Antarstatus
Pertentangan antarstatus dalam arti nyata dapat
berupa perjuangan status, yang di dalamnya, satu sama
lain saling berusaha meniadakan atau melenyapkan.
Akan tetapi juga bisa saling berdampingan atau salng
berhadapan, saling memerlukan satu sama lain, sebagai
kebutuhan yang timbal balik. Misalnya, antara
kelompok yang berstatus atas dengan kelompok status
kelas bawah, mereka tidak diklasifikasikan untuk
saling menghancurkan. Namun hal tersebut berarti
hanya membatasi lingkup statusnya atau mempertahankan
lingkungan sosialnya pada kalangan status yang sama.
Suatu hal yang umum terjadi, banyak orang yang
menganggap dirinya menempati kedudukan atau derajat
sama di dalam masyarakat, tidak dapat bergaul dengan
orang yang mereka anggap berkedudukan rendah. Gejala
inilah yang menyebabkan hampir di semua kelompok
masyarakat terdapat pertentangan antarstatus sosial.

MENU
MENU NEXT
Terjadinya pertentangan-pertentangan tersebut,
disebabkan berbagai macam faktor, antara lain
adanya perbedaan-perbedaan:
1) kemampuan dan kecakapan
2) pengaruh dan kekuasaan
3) pangkat dan kekayaan
Bahkan di dalam masyarakat yang sudah maju
sekalipun, ada juga lapisanlapisan sosial yang
didasarkan atas perbedaan-perbedaan:
1) tingkatan usia
2) anggapan keaslian bangsa
3) keanggotaan kerabat dari kepala atau pimpinan
masyarakat.
MENU
MENU NEXT
Menurut Pitirim A. Sorokin menyatakan dalam bukunya
“Social Stratification”, bahwa sistem berlapis-lapis
dalam masyarakat merupakan ciri tetap yang
cenderung memengaruhi keteraturan masyarakat.
Adanya kemiskinan misalnya, sangat memengaruhi
keteraturan karena diantaranya menyebabkan
kecemburuan sosial. Bentuk kecemburuan tersebut
dapat berupa pencurian, kriminalitas, atau penjarahan.
Walaupun demikian, penilaian tinggi atau rendahnya
kedudukan dalam lapisan-lapisan sosial, sangatlah
nisbi. Tidak harus sesuai dengan standar atau ukuran
yang sama karena setiap masyarakat memiliki latar
belakang kebiasaan ataupun kebudayaan yang
berbeda.
MENU
MENU NEXT
e. Munculnya Kelompok Elite
Kelompok elite adalah kelompok minoritas-superior yang
posisinya berada di puncak strata. Mereka memiliki
kemampuan yang lebih untuk mengendalikan aktivitas
sosial, termasuk dalam bidang ekonomi. Oleh sebab itu,
sekumpulan kecil masyarakat ini biasanya disegani,
dihormati, berekonomi mampu, serta cenderung berkuasa.
Kelompok elite adalah minoritas, berkuasa dan dominan,
di lain pihak massa adalah mayoritas, tidak berkuasa
inferior. Dari kajian ini terdapat dua pendekatan, yaitu
sebagai berikut.
MENU
MENU NEXT
1) Kelompok elite dianggap lahir dari
proses yang alami. Mereka memiliki
kapasitas personal yang lebih potensial
daripada massa.
2) Kelompok elite dianggap lahir akibat
kompleksitas organisasi sosial, terutama
dalam menjawab tantangan keanekaragaman
permasalahan pada bidang ekonomi dan
politik.
Beberapa ahli sosiologi mengungkapkan bahwa
kelompok elite merupakan elemen masyarakat
istimewa yang secara strategis menentukan
perkembangan struktur masyarakat. Adapun
beberapa ahli itu diuraikan sebagai
berikut.
MENU
MENU NEXT
1) Vilfredo Pareto
Pokok pikiran Vilfredo Pareto intinya adalah bahwa
orang dalam kodratnya bukan hanya berbeda secara fisik
saja, melainkan juga secara intelektual.
2) Gaetano Mosca
Menurut Mosca, kelompok elite dapat lestari berkuasa
bukan hanya karena mereka memiliki kelebihan,
melainkan juga karena mereka adalah kelompok
minoritas yang relatif terorganisir.
3) Robert Michels
Menurut Michels, munculnya kelompok elite yang
minoritas, yang kemudian mendominasi dalam proses
pengambilan keputusan adalah akibat struktur organisasi
sosial modern.
MENU
MENU NEXT
4) C. Wright Mills
Menurut Mills, kekuasaan elite dan dominasinya atas massa
cenderung menguasai aspek-aspek politik dan ekonomi karena
pada posisi itulah peran- peran mereka sangat dibutuhkan.

2. Terhadap Diferensiasi Sosial


Diferensiasi sosial merupakan sisi horizontal yang terdapat dalam
masyarakat, selain stratifikasi sosial yang lebih bersifat vertikal.
Bagaikan satu mata uang dengan dua sisi yang berbeda,
diferensiasi dan stratifikasi merupakan dua ‘wajah’ yang berbeda.

MENU
MENU NEXT
a. Perubahan Sistem Diferensiasi
Sistem diferensiasi pada dasarnya merupakan
implikasi langsung dari fenomena sistem stratifikasi.
Diferensiasi atau heterogenitas adalah salah satu
dimensi struktural yang mencerminkan
pengelompokkan masyarakat secara horizontal.
Diferensiasi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal,
yaitu kondisi yang bersumber dari dalam masyarakat
(indogeneous) dan bersumber dari luar masyarakat
(exogeneous). Namun pada perkembangannya dalam
lapangan di masyarakat, heterogenitas suatu
masyarakat tergantung pada empat kondisi berikut.

MENU
MENU NEXT
1) Terjadinya perubahan jumlah kelompok.
Sebagai contoh, adanya formasi partai- partai
politikbaru meningkatkan heterogenitas politik.
2) Mobilitas sosial antarkelompok akan merubah
tingkat heterogenitas.
Sebagai contoh, migrasi dari desa ke kota yang berarti
perubahan dari pertanian ke dunia industri, dapat
merubah tingkat heterogenitas pada bidang
ekonomi.
3) Adanya migrasi masuk (imigrasi) dapat merubah
heterogenitas dalam masyarakat.
Contohnya, para imigran yang datang ke kota besar
seperti Jakarta, mereka berasal dari daerah yang variatif.
MENU
MENU NEXT
b. Munculnya segregasi kelompok
Segregasi berasal dari kata segregation, yang berarti ‘pemisahan’. Dalam
“Webster’s Dictionary”, segregasi berarti ‘sesuatu yang terpisah’,
terisolasi. Dengan kata lain, berarti suatu praktek pemisahan dari bagian
umum atau kelompok lain, seperti mengenai hal etnis, pendidikan,
perumahan, atau pekerjaan (1975). Seperti yang dikemukakan oleh Allan
G. Johnson, segregasi adalah masyarakat dalam kondisi yang berbeda,
baik dari segi pekerjaan, pendidikan, ras, agama, etnik, dan pendapatan.
Ahli sosiologi lain, Peter M. Blau (1977), mengungkapkan, masyarakat
yang heterogen dalam parameter struktur sosialnya, seperti jenis
pekerjaan, etnik, kelas sosial, dan sebagainya, biasanya berupaya
memelihara hubungan antarkelompok yang ada.

MENU
MENU NEXT
c. Persoalan seks dan gender
Gender adalah konstruksi yang dioahami
sebagai cara pembedaan peran-peran sosial
yang membandingkan keberadaan laki-laki dan
perempuan. Baik secara biologis (seks) maupun
secara sosial (gender), satu-satunya anggapan
fakta yang menyatakan bahwa perempuan
berbead dari laki-laki adalah pendekatan
feminis.
Jessie Bernard, seorang sosiolog feminis
Amerika (Ritzer & Goodman, 2004 : 423-424),
membedakan antara makna seks dan makna
gender sebagai berikut.
MENU
MENU NEXT
1) Seks, merujuk pada pembedaan atribut-atribut fisik secara
biologis seperti berdasarkan susunan kromosom, struktur
gen, pita suara, perkembangan tubuh (mammary), dan
sebagainya.
2) Gender, merujuk pada konstruksi atau anggapan yang
memberikan makna dan identitas sosial dalam masyarakat
yang didasarkan atas perbedaan seks tadi.
Dapat dijelaskan bahwa hakekat kategori gender adalah cara
pembedaan antara sifat-sifat feminim dengan sifat-sifat
maskulin. Secara sosial, karakteristik kefiminiman dan
kemaskulinan cenderung lebih dipersoalkan daripada perbedaan
seks itu sendiri. Oleh karena itu, tidak heran jika munculnya
beberapa organisasi sosial yang peduli perempuan, justru lebih
mempermasalahkan dampak kekerasan atau pelecehan secara
fisik terhadap perempuan daripada perbedaan seks itu sendiri.

MENU
MENU
SOAL
Mobilitas sosial adalah suatu perubahan yang
dilakukan oleh individu atau pelaku sosial dari
status sosial ke status sosial yang lain.
Pernyataan ini dikemukakan oleh....

Robert K. Merton Karl Max

Pitirim A. Sorokin Max Weber

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Berikut ini adalah faktor-faktor yang
menghalangi terjadinya mobilitas sosial,
kecuali….

Perbedaan Ras dan Agama Pendidikan

Perbedaan jenis kelamin Diskriminasi kelas

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat merupakan ciri tetap yang
cenderung mempengaruhi keteraturan masyarakat. Pendapat itu
dikemukakan oleh….

Piti rim A. Sorokin Max Weber

R. Linton Soerjono Soekamto

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Kelompok elit dianggap lahir dari proses
alami dan akibat kompleksitas organisasi
sosial. Pendapat ini dikemukakan oleh….

Martin N. Merger Robert Michels

Gaetano Mosca Wright Mills

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Berikut ini merupakan faktor pendorong
terjadinya mobilitas sosial, kecuali….

keadaan ekonomi diskriminasi kelas

status sosial pertambahan penduduk

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Yang termasuk faktor yang
mempengaruhi mobilitas sosial
adalah....

perbedaan jenis kelamin perkawinan

keadaan ekonomi perubahan kondisi sosial

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Kelas sosial yang menekankan kehidupannya
kepada karier atau pekerjaan disebut….

kelas atas kelas menengah-atas

kelas menengah-bawah kelas bawah-atas

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU LANJUT
SOAL
Berikut ini yang termasuk dampak
mobilitas sosial terhadap diferensiasi sosial
adalah….

perubahan status dan kelas ketimpangan sosial

munculnya segregasi kelompok pertentangan antarstatus

MENU
MENU
SELAMAT!!
ANDA BENAR!!!

MENU
UPPSSS…
ANDA SALAH!!!
ULANG
MENU SOAL

You might also like