You are on page 1of 4

A.

Pendahuluan
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang sangat indah ciptaan-Nya.
Yang sangat kukuh penetapan-Nya. Yang memberikan nikmat-nikmat-Nya
kepada orang-orang yang dikehendaki. Yang mencurahkan anugerah-Nya
kepada orang-orang yang telah dipilih dari sekalian hamba-hamba-Nya.
Rahmad dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan. Semoga tercurah pula atas keluarga, para sahabatnya
dan semua orang yang memperjuangkan agama islam.
Semua ilmu pengetahuan adalah tuntutan dan kebutuhan yang paling
berguna dalam kehidupan. Ilmu balaghah adalah di antara ilmu pengetahuan
yang agung kedudukannya. Karena ilmu balaghah itulah yang menjelaskan
hakikat makna al-Qur’an, yang menjelaskan makna ataupun ta’wil yang samar
dalam al-Qur’an. Adapun syarat pokok untuk mempelajari ilmu balaghah
adalah terlebih dahulu mengerti masalah fashahah dan balaghah.
Paper ini selanjutnya akan menguraikan salah satu item dalam
pembahasan mengenai fashahah, yaitu ta’qiid al-lafdzi pada syair ‫كيف يكىٌ أبا‬
ٌ‫ وأبىك يحًذ وأَج انثقال‬# ‫انبرايا آدو‬.

B. Pembahasan
1. Fashahah
Fashahah secara bahasa berarti jelas dan terang. Adapun menurut
ulama ilmu ma’ani, fashahah adalah penamaan dari lafadz-lafadz yang
jelas dan mudah dipahami serta biasa dipakai dikalangan para penulis dan
penyair. Fashahah bisa menjadi sifat dari kata, kalimat, dan pembicara
(mutakalim). Oleh karena itu fashahah dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Kefasihan kata (‫( ;)فصاحت انكهًت‬2) Kefasihan kalimat (‫ ;)فصاحت انكالو‬dan
(3) Kefasihan pembicara ( ‫)فصاحت انًخكهى‬. Dalam hal ini pembahasan
mengenai ta’qiid (‫ )حعقيذ‬masuk dalam sub bab fashahatul kalam.
2. Fashahatul Kalam
Fashahatul kalam (kalimat yang fasih) adalah kalimat yang terhindar
dari makna yang samar dan makna yang tidak sesuai dengan yang

1
dikehendaki pendengar. Dimana setiap kata-kata yang dipakai juga
merupakan kata-kata yang fasih (fashahatul kalimah).
Kalimat yang fasih, adalah kalimat yang selamat dari enam macam
cacat, yaitu:
1) ‫حُافر انكهًاث يجخًعت‬
Yaitu berkumpulnya kata-kata yang berat untuk diucapkan. Contoh:

2) ‫ضعف انخأنيف‬
Yaitu susunan yang lemah. Maksudnya adalah menyimpang dari
kaidah tata bahasa yang masyhur menurut mayoritas ulama.
3) ً‫انخعقيذ انهفظ‬
Yaitu sulit lafadznya. Dalam hal ini, makna yang dikendaki dari
kalimat masih samar-samar. Karena kata-katanya tidak teratur sesuai
urutan makna. Kesamaran makna timbul karena mendahulukan,
mengakhirkan, atau memisah antara dua kata atau lebih dengan lafadz
lain yang seharusnya merupakan kata yang berdampingan.
4) ‫انخعقيذ انًعُىي‬
Yaitu sulit maknanya. Dalam hal ini, makna yang dikendaki dari
kalimat masih samar-samar. Karenaada cacat dalam memindahkan
maksud dari makna yang asli kepada makna yang dikehendaki, oleh
karena menggunakan kalimat yang memerlukan perantara yang cukup
banyak.
5) ‫كثرة انخكرار‬
Yaitu banyak pengulangan. Yang dimaksudkan disini adalah,
sembarang lafadz (isim, fiil, atau huruf) diulang-ulang tanpa ada
manfaat.
6) ‫حخابع االضافاث‬
Yaitu bersusun-susunnya idhafah. Contoh:

2
3. ٌ‫ وأبىك يحًذ وأَج انثقال‬# ‫كيف يكىٌ أبا انبرايا آدو‬
Syair tersebut adalah merupakan salah satu contoh dari ta’qid al-
lafdzi yang diungkapkan oleh Abu at-Thayyib Al-Mutanabbi. Pertama
perlu kita ketahui terlebih dahulu makna yang dituju dari kalimat tersebut.
Dalam jawahiru al-Balaghah dijelaskan bahwa ٍ‫( انثقالٌ أي االَس وانج‬ats-
Tsaqolani: manusia dan jin). Selain itu ‫يعًُ أَه قذ جًع يا فً انخهيقت يٍ انفضم‬
‫( وانكًال‬yaitu, sesungguhnya – pada diri Nabi Muhammad – sungguh telah
dikumpulkan antara keutamaan dan kesempurnaan dalam penciptaannya –
penciptaan Nabi Muhammad). Arti yang dituju syair ini adalah
“Bagaimana mungkin Adam itu bapak seluruh manusia, sedangkan
bapakmu adalah Muhammad. Dan kamu adalah dari manusia dan jin”.
Pada syair ini bisa diketahui bahwa ada satu susunan dua kata yang
terbalik, yaitu ‫ أبا نبرايا‬dan ‫آدو‬. Karena yang dituju oleh makna, susunannya
adalah ‫ يكىٌ آدو أبا انبرايا‬. Sebagaimana kaidah pada umumnya, yaitu setelah
‫ كاٌ وأخىاحها‬tarkib yang mengikuti setelahnya adalah isim kaana dan
kemudian khabar kaana. Ditinjau dari makna yang dituju dan bentuk
katanya ‫ آدو‬berkedudukan sebagai isim kaana, sedangkan ‫أبا نبرايا‬
berkedudukan sebagai khabar kaana. Uraian ini cukup menjadi dasar
pendapat bahwa ta’qid al-lafdzi pada syair ini, terjadi pada kalimat ‫يكىٌ أبا‬
‫ انبرايا آدو‬yang seharusnya susunannya adalah ‫ يكىٌ آدو أبا انبرايا‬.

C. Penutup
Pada syair ini ada satu kalimat yang susunanya terbalik, kalimat inilah
yang merupakan penyebab samarnya makna. Sehingga syair ini masuk dalam
pembahasan mengenai ta’qiid al-lafdzi. Semoga sedikit uraian ini bisa menjadi
tambahan referensi keilmuan yang bermanfaat di dunia dan di akhirat bagi
para pembaca dan khususnya bagi penulis. Amin.

DAFTAR RUJUKAN
Jawahiru al-Balaghah, Sayid Ahmad Al-Hasyimi, Penerbit Al-Hidayah
al-Balaghah al-Wadhihah, Ali al-Jarim dan Musthafa Amin

3
Jelaskan jumlah ta’qid syair berikut:
‫ وأبوك محمّد و أنت الثقالن‬# ٌ‫كيف يكون أبا البرايا آدم‬

Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 3 Agustus 2010

Pembimbing:
Prof. DR. Kyai H. Ahmad Mudlor, S.H.

Oleh:
Moh. Zuhdi Kurniawan
Mahasiswa Semester VIII
Jurusan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR
MALANG
Agustus 2010
4

You might also like